NovelToon NovelToon

Dihamili Oleh Crazy Rich

Bab 1

Hansel dan Kaila adalah sepasang kekasih. Entah bagaimana tepatnya mereka bisa berpacaran, yang jelas Kaila sendiri tidak menyangka bisa memiliki kekasih sepopuler Hansel. Banyak kaum hawa yang mengejarnya, bermimpi menjadi kekasihnya, bahkan rela menjadi simpanannya, gila memang pikir Kaila. Semua berawal pada saat mereka menghadiri acara ulang tahun dosen mereka. Disanalah Hansel menawarkan untuk mengantarkan Kaila pulang, karena saat itu sedang turun hujan deras. Kemudian dengan tiba-tiba saja, Hansel menyatakan bahwa mulai saat itu mereka adalah pasangan kekasih.

Dan sampailah pada saat ini, tepat delapan bulan sudah dia menjadi kekasih Hansel. Tapi jangan bayangkan adegan pacaran yang romantis. Dia dan Hansel sangat jarang berkencan. Paling bertemu di kampus, lalu Hansel mengantarkannya pulang dengan sebelumnya mengajak dia makan.

Kaila pun bingung hubungan macam apa sebenarnya yang dia jalani dengan Hansel ini. Hansel yang irit bicara bahkan nyaris tidak pernah tersenyum padanya. Membuat dia sedikit canggung untuk menanyakan alasan Hansel memacari dia. Bahkan Hansel tidak pernah menggandeng tangannya.

“Kay... itu pacar ganteng kamu lagi di perpustakaan sama Mika sepertinya sedang serius sekali,” kata Astrid, teman sekelas Kaila sekaligus sahabat satu-satunya.

“Mika? Anak semester akhir itu?” tanya Kaila.

Astrid menganggukan kepala tanda mengiyakan. Kaila sedikit penasaran, pikirnya tidak masalah kan kalau dia ingin tahu, toh Hansel adalah pacarnya. Kaila yang biasanya tidak suka kepo dengan kegiatan Hansel tiba-tiba ingin tahu dan melihat disana. Selama delapan bulan berpacaran, bohong jika Kaila tidak jatuh cinta, tapi dia tidak berani berharap pada Hansel. Entah kenapa, dia hanya ragu saja dengan perasaan Hansel padanya.

Dengan setengah hati Kaila pun menuju lokasi perpustakaan, perpustakaan yang lumayan luas membuat Kaila agak kesulitan mencari keberadaan Hansel. Sampai saat matanya menangkap keberadaan Hansel dibalik rak buku, sedang duduk dimeja dan Mika berdiri didepan Hansel dengan jarak yang sangat dekat, bahkan sedang mencium pipi Hansel. Kaila terkejut, mulutnya sampai terbuka.

“Hansel?” kata Kaila dengan pelan, karena dia berada di perpustakaan, Kaila tahu tidak boleh berisik.

Hansel menoleh dan menatap Kaila. Anehnya dia hanya menatap lalu diam saja. Sedangkan Mika tersenyum mengejek menatap Kaila.

“Ayo pulang,” kata Hansel pada Kaila, lalu melewati Mika begitu saja tanpa pamit. Mika sedikit kesal dengan sikap Hansel, tapi dia juga merasa senang karena Kaila melihat kegiatan mereka tadi. Entah apa maksud mereka berdua.

Kaila mengikuti Hansel dari belakang. Langkah kaki Hansel sangat cepat bila dibanding dengan kaki Kaila yang kecil. Kaila harus agak berlari kecil untuk mengimbangi.

“Aku mau ambil tas dulu dikelas,” kata Kaila. Hansel hanya diam sambil berjalan kearah kelas Kaila. Setelahnya mereka langsung ke parkiran. Saat sudah didalam mobil, Hansel langsung menginjak pedal gas dan mobil pun bergerak maju.

“Saat ini kita putus, tidak ada hubungan apa-apa lagi, maaf,” kata Hansel saat hening sesaat. Kaila tentu kaget, langsung menoleh kearah Hansel. Dia ingin berucap tapi entah kenapa mulutnya hanya terbuka saja, dan tidak bisa bicara. Kaila langsung menoleh kearah jendela dan matanya berkaca-kaca. Dia sadar bahwa Mika telah merebut kekasihnya. Hansel melirik dan melihat itu.

Jelas sudah dalam hati Kaila. Sekarang dia benar-benar yakin bahwa Hansel mungkin hanya sedang kalah taruhan sehingga tiba-tiba memacari dia. Siapalah dia hanya gadis yatim piatu dan bekerja di toko bunga untuk bertahan hidup. Bahkan untuk bertanya apa alasan Hansel mengakhiri hubungan mereka pun dia merasa tidak pantas. Delapan bulan menjadi pacara bayangan. Kaila tersenyum getir.

Setelah hari itu mereka sudah tidak pernah terlihat bersama lagi.

***

Dua bulan kemudian, tiba saatnya acara kelulusan angkatan S2 yaitu Hansel dan teman-temannya. Tepat malam ini pihak kampus mengadakan acara perpisahan bagi seluruh mahasiswa dan mahasiswi angkatan S2 yang telah menyelesaikan pendidikan mereka dengan baik. Karena kampus mereka adalah kampus bergengsi, maka acara pun di laksanakan di aula gedung salah satu hotel ternama di Jakarta. Dan hotel itu milik keluarga Hansel. Semua angkatan tanpa terkecuali boleh menghadiri acara dan tidak terkecuali Mika, yang sangat heboh berpenampilan sangat seksi demi menarik perhatian Hansel.

“Kaila, kamu datang kan ke acara nanti malam?” tanya Astrid pada Kaila.

“Kamu gimana?” tanya Kaila kembali.

“Jawab dulu baru balik bertanya, aku sudah pasti datang dong, mana mau melewatkan pertunjukkan cowok-cowok keren, uuwwhhh…” kata Astrid gemas, sambil membayangkan wajah-wajah mahasiswa angkatan Hansel.

Kaila tertawa geli sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah centil sahabatnya itu, yang bahkan tidak punya pacar sama sekali.

“Aku tidak punya gaun, Astrid,” ujar Kaila.

“Ah itu sih gampang, aku punya banyak gaun, macam-macam model dan motif dan jarang aku pakai,” sahur Astrid bersemangat, berharap Kaila bakal ikut hadir. Karena dia tau betul sahabatnya ini sangat kurang pergaulan.

“Kamu seperti lagi nawarin produk aja, hahaha…” sahut Kaila. Astrid jadi sebal.

“Nanti pulang bareng ketempat aku ya. Kita pilih gaun, pasti cocok deh sama kamu,” lanjut Astrid, mulai semangat lagi.

“Aku belum bilang iya loh, As,” jawab Kaila agak malas.

“Sudah pokoknya pilih gaun aja dulu deh, ohya kalau mau berangkat bareng nanti aku jemput ya, kamu jangan pakai motor. Masa pakai gaun perginya naik motor,” ujar Astrid, mengajak Kaila ikut mobil dengannya. Astrid berasal dari keluarga yang lumayan berada, walaupun tidak begitu kaya. Ayahnya adalah pemilik café yang lumayan terkenal di Jakarta. Sehingga Astrid bisa memiliki mobil sendiri.

Kaila hanya mengangguk sambil tersenyum.

“Nah gitu dong… Harus move on..” sambung Astrid lagi.

Kaila pun terdiam, teringat bagaimana Hansel yang membuang dia begitu saja. Sampai saat ini mereka benar-benar seperti dua orang yang tidak saling kenal. Suatu hari, pernah berada di dalam kantin disaat yang sama pun mereka tidak berniat untuk bertegur sapa sama sekali.

Lain halnya Mika yang terlihat selalu menempel pada Hansel. Tentu saja dengan sengaja agar Kaila melihatnya.

Siang harinya, setelah dari rumah Astrid untuk mengambil gaun untuk pesta nanti malam, Kaila langsung ketempat kerjanya, di toko bunga milik tantenya yang bernama Tante Sandra. Tante Sandra adalah adik kandung dari ayahnya Kaila yang sudah meninggal. Ibu Kaila lebih dulu meninggal saat Kaila masih SD. Ayah Kaila adalah seorang pegawai biasa sehingga hanya bisa membeli perumahan kecil di pinggiran kota. Tetapi dia giat menabung untuk masa depan Kaila. Dan saat ini benar-benar berguna untuk Kaila. Walaupun tabungan itu hanya cukup untuk biaya kuliahnya saja. Untuk biaya sehari-hari Kaila bersyukur bisa bekerja di tempat Tante Sandra. Maka dari itu dia sangat berhemat dan tidak suka bergaul dengan teman-teman kampusnya yang rata-rata orang berada.

Bab 2

“Kay, hari ini kita dapat banyak orderan karangan bunga untuk diantar ke hotel Richard’s. Kamu harus kerja yang giat, ya. Karena karangan bunganya harus diantar sore ini,” kata Tante Sandra pada Kaila.

“Hotel Richard’s?” tanya Kaila.

“Iya, kenapa?” Tante Sandra bertanya balik.

“Malam ini Kay mau menghadiri acara perpisahan dari kampus Kay, Tante. Acaranya di hotel Richard’s,” jelas Kaila.

“Ooh rupanya itu acara dari kampus kamu. Denger-denger pemilik Hotel Richard’s itu kuliah di kampus kamu juga loh,” terang Tante Sandra.

“Richard’s? Seperti nama Hansel Richard,” batin Kaila.

Delapan bulan berpacaran dengan Hansel, dia bahkan tidak tahu sekaya apa mantan pacarnya itu. Karena selain diajak makan di restoran mahal dan selalu di private room, Kaila tidak pernah diajak ke tempat lain lagi. Hansel pun tidak pernah menceritakan latar belakang keluarganya. Kaila hanya beranggapan bahwa Hansel hanya orang kaya biasa. Dia tidak tahu saja ada berapa banyak cabang perusahaan yang dimiliki oleh keluarganya. Bahkan Hansel sendiri pun memiliki perusahaan sendiri.

Setelah selesai bekerja dengan dikejar waktu dalam merangkai karangan bunga untuk acara di Hotel Richard’s, Kaila pun pamit pulang karena harus bersiap dan berdandan. Berdandan? Kaila tersenyum sendiri, bahkan make up pun dia tidak punya.

“Kenapa tadi tidak pinjam alat make up punya Tante Sandra aja sih,” keluh Kaila pada dirinya sendiri, sambil mengendarai motornya. Kaila memang hanya punya motor matic saja, yang selalu dia gunakan kemanapun dia pergi.

Sesampainya dirumah, Kaila langsung masuk ke dalam. Segera mandi sebersih mungkin. Setelah selesai, Kaila melihat ke arah jam dinding.

“Acaranya jam delapan dan sekarang sudah jam tujuh. Ah lagi pula biarpun aku telat, tidak akan ada yang menungguku juga,” ucap Kaila.

Terdengar suara chat masuk di ponsel Kaila, segera dibukanya. Dari Astrid.

“Kay, kamu sudah siap belum?” Isi chat dari Astrid.

“Baru selesai mandi,” balas Kaila.

“OMG, apa kamu mau dandan sambil di jalan? Kalau dandan sekarang mana sempat. Acara tinggal satu jam lagi…” balasan dari Astrid terlihat sangat panik.

“Sepuluh menit lagi aku sampai…” chat lanjutan dari Astrid lagi.

Kaila melirik meja riasnya. Hanya ada sisir, bedak dan lipstik. Dia tersenyum mencibir dirinya sendiri.

“Dasar payah,” ucapnya pada dirinya.

Segera dia mengenakan gaun hasil pinjaman dari Astrid. Gaunnya cantik, berwarna broken white, mempunyai renda di kedua bahunya. Dan panjangnya diatas lutut.

“Apa ini, kenapa sangat pendek. Perasaan badan Astrid lebih tinggi dari aku. Gaun ini juga terlihat seperti masih baru,” tebak Kaila.

“Jangan-jangan dia sengaja membelikan gaun ini buat aku.” Kaila jadi agak curiga sekaligus khawatir kalau Astrid punya niat untuk mencomblangkan dia ke para laki-laki di tempat acara.

“Pendek sekali,” Kaila berdecak sambil menarik-narik bagian bawah gaun supaya bisa makin ke bawah. Namun hasilnya tetap saja gaun itu setinggi di atas lututnya.

Tiit…tiittt. Suara klakson mobil. Kaila menoleh kearah jendela kamarnya. Pasti Astrid.

Segera Kaila memakai alat tempurnya yang seadanya itu. Tetapi walaupun hanya lipstik dan bedak, dia tampak berbeda karena mengenakan gaun. Terlihat sangat cantik. Kaila pun segera keluar rumah menghampiri Astrid, sebelum sahabatnya yang cerewet itu mengomel panjang kali lebar.

“Serius… ini benar Kaila..?” canda Astrid, seolah terkejut melihat penampilan Kaila. Memang terlihat sungguh cantik. Matanya berwarna coklat, rambut hitam panjang dan lurus, kulit putih bersih, dan wajah mirip gadis eropa. Astrid terkadang merasa iri.

Astrid memindai penampilan Kaila. Lalu melihat kearah sepatu warna putih polos yang dikenakan oleh gadis itu.

“Serius pakai sepatu kets?” tanya Astrid.

Sambil mengangkat bahunya Kaila menjawab, “Aku cuma punya ini.”

Astrid membuang napas. “Seharusnya tadi aku bawa high heels buat kamu pakai.”

“Hei aku terbiasa memakai ini, Lagipula ukuran kakimu jauh lebih besar dari aku,” jawab Kaila cepat.

“Oh iya, kenapa gaunmu ini sangat pendek? Padahal tinggimu jauh di atasku. Apa ini gaun waktu kamu masih SD?” tanya Kaila sambil memicingkan matanya ke arah Astrid.

Astrid hanya bisa nyengir tanpa bisa menjawab. Ketahuan pikirnya. Gaun itu memang baru dia beli untuk Kaila, karena dia sangat tahu tidak mungkin sahabatnya itu memiliki gaun kecuali celana jeans dan kaos polos yang dia pakai saat kuliah.

Mereka pun langsung masuk ke dalam mobil dan berangkat menuju tempat acara.

“Astrid, apa Hotel Richard’s itu miliknya Kak Hansel?” Agak malas sebenarnya Kaila menanyakan apapun tentang Hansel. Tapi hanya ingin tahu, rasanya tidak masalah kan?

“Serius kamu tidak tau?” Astrid terkejut. Kaila menggeleng.

“Kamu sudah pacaran delapan bulan tapi tidak tahu kekayaan pacar kamu itu?” tanya Astrid lagi, sungguh tak percaya pada apa yang dia dengar.

“Mantan pacar,” ralat Kaila.

“Ck, sebenarnya kalian pacaran atau hanya sandiwara sih?” sungut Astrid.

“Iya, mungkin hanya sandiwara,” jawab Kaila, sambil tersenyum menunjukkan giginya yang rata kepada Astrid.

Astrid geleng-geleng kepala.

“Ini aku beritahu ya, Hansel itu dari keluarga konglomerat yang merat banget,” jelas Astrid, sampai gemas sendiri.

Kaila mengerutkan alisnya mengartikan kata-kata Astrid yang agak aneh, seolah mengisyaratkan bahwa Hansel adalah laki-laki yang sangat kaya sekali.

“Dia punya hotel, restoran, villa, perusahaan besar bahkan ada yang diluar negeri. Wuhh…” lanjut Astrid, sambil mengibaskan kerah gaunnya yang menutupi leher tapi terbuka di bagian bahunya. Kaila malah hanya memperhatikan gaun Astrid sampai kebagian bawah.

“Kamu curang, gaunmu panjang sampai kebawah. Lihat gaunku sangat pendek, aku risih,” protes Kaila.

Mobil berhenti saat mengantri memasuki parkiran hotel. Astrid menoleh ke arah Kaila. “Aku kan tema nya elegan, pakai belahan paha. Nih lihat,” jawab Astrid, sambil memiringkan kakinya agar terlihat belahan gaunnya di bagian paha.

“Astaga,” pikir Kaila.

“Lalu gaunku tema nya apa?” tanyanya.

“Emm.. yaa gaun itu cocok lah untuk kamu yang imut-imut.. hehehe, ” jawab Astrid, sambil sibuk memajukan mobilnya yang lumayan panjang antriannya. Agak kesal Astrid dibuatnya.

“Seharusnya kita kesini dari jam lima sore saja supaya tidak repot mengantri begini,” keluh Astrid.

Akhirnya, setelah sekian purnama, mereka pun bisa masuk dan memarkirkan mobilnya. Astrid melihat jam di tangannya dan terkejut saat jam sudah menunjukkan angka setengah sembilan malam.

“Astaga kita telat Kay, ayo cepat turun,” ajak Astrid, mulai belingsatan.

“Kenapa juga harus tepat waktu sih, kan kita hanya tamu saja,” jawab Kaila santai, tapi juga ikut keluar mobil.

“Ishh.. acara pembukanya itu akan ada banyak orang-orang penting dan tampan-tampan,” terang Astrid, sambil berjalan buru-buru ke pintu masuk hotel, sambil menarik tangan Kaila agar tidak terpisah dengan sahabatnya itu.

Setelah menunjukkan kartu undangan, mereka berdua pun masuk ke aula tempat acara dilaksanakan. Suasana saat masuk kedalam sangat ramai tapi tidak berisik, ada lantunan suara melodi yang halus. Begini rupanya acara orang-orang kaya pikir Kaila, sangat teratur. Kaila melihat ke arah sisi aula, banyak karangan bunga yang beberapa dia yang merangkainya. Dia tersenyum bangga melihat hasil karyanya bisa ada di hotel mewah. Melihat ke arah lurus ke depan adalah panggung tempat acara, Kaila memperhatikan ada banyak orang seperti baru selesai mengucapkan kata-kata sambutan. Karena kurang terdengar jelas, dia pun melangkah maju kedepan kearah panggung. Berjalan pelan sambil fokus pada orang-orang di panggung. Saat sudah hampir dekat, dia terhalang oleh seseorang, pandangannya tertutup oleh bagian belakang kepala orang di depannya, yang berjarak kurang lebih dua meter dengannya, karena panggung juga tidak terlalu tinggi.

Saat Kaila melihat ke arah bagian belakang kepala orang tersebut, tiba-tiba orang itu berputar ke arah Kaila sambil memegang minuman di gelas dan satu tangannya masuk ke saku celana setelan jas hitamnya. Dia memandang Kaila dari atas turun ke bawah, lalu ke atas lagi tanpa ekspresi apapun.

“Kak Hansel…” ucap Kaila dalam hati.

Bab 3 Kaila yang Malang

Hansel yang merasa gelisah, efek obat yang baru saja dia konsumsi membuat pikirannya berkecamuk. Dia berjalan mondar-mandir di tepi ruangan, mencoba meredakan rasa gelisah yang melanda. Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada sosok yang sangat dia kenal. Kaila, mantan kekasihnya itu sedang berdiri di tengah keramaian dengan gaun pendek yang memamerkan lekuk tubuhnya, padahal selama ini selalu berpenampilan sederhana dn tertutup.

Melihat Kaila dengan penampilan begitu mencolok, Hansel merasa semakin panas. Dia merasa marah, kesal, dan cemburu. Tanpa berpikir panjang, Hansel berjalan cepat menuju Kaila. Dia pun begitu saja meraih tangan Kaila dan menariknya keluar dari ballroom pesta.

"Kenapa kamu pakai gaun seperti itu?" tanya Hansel dengan nada tinggi. Dia menarik tangan Kaila, berjalan cepat melewati kerumunan orang. Kaila terkejut dan bingung, dia mencoba melepaskan diri dari genggaman Hansel, tetapi gagal.

Sepanjang perjalanan, Hansel terus memarahi Kaila karena gaun seksi yang dia kenakan. Dia merasa gaun itu terlalu mengekspos tubuh Kaila dan membuat banyak orang meliriknya. Meski Kaila berusaha menjelaskan, Hansel tampaknya tidak mendengarkan. Dia terus menarik Kaila, meninggalkan pesta dan keramaian di belakang mereka. “Kenapa pakaianmu seperti kekurangan bahan?” tanya Hansel lagi, lebih kepada protes dengan suara beratnya dan deruan napas yang terdengar aneh ditelinga Kaila.

Kaila menunduk melihat kebawah gaunnya. Gaun ini memang sangat pendek pikirnya, padahal sebenarnya tidak terlalu pendek, hanya sedikit diatas lututnya. Kesannya imut dan seperti anak remaja apalagi badannya yang hanya sebatas dagu Hansel.

Hansel terus menarik tangan Kaila lalu menggiringnya melewati beberapa meja, meletakkan gelas minumannya dan membawa Kaila keluar aula sampai ke area parkir khusus pemilik hotel. Suasana di parkiran saat itu sangat sepi, karena acara baru akan dimulai di dalam aula maka sudah pasti pemilik kendaraan di parkiran ini sedang berada disana semuanya.

Kaila merasa bingung saat Hansel membawanya keluar dari ballroom pesta menuju area parkir khusus. Dengan wajah terkejut, Kaila bertanya, "Kenapa kita ke sini, Kak Hansel?"

Hansel menatap Kaila dengan ekspresi serius. "Aku butuh bantuanmu," jawab Hansel tanpa basa-basi.

Kaila terkejut mendengar permintaan bantuan dari Hansel. Dia merasa ragu dan tidak nyaman dengan situasi ini. "Maaf, kak. Hubungan kita sudah selesai. Aku tidak ingin campur tangan lagi, apalagi saat ini kamu sudah dekat dengan Mika," ucap Kaila dengan tegas, mencoba menolak permintaan Hansel.

Mendengar penolakan Kaila, Hansel merasa semakin marah. "Kamu pikir aku peduli dengan Mika? Ini urusan antara kita, Kaila. Aku butuh bantuanmu sekarang," desak Hansel dengan nada tinggi, ekspresinya mulai memanas.

Kaila merasa tertekan dengan situasi yang semakin tegang. Dia mencoba menjelaskan lagi bahwa dia tidak ingin terlibat dalam masalah antara Hansel dan Mika. Namun, Hansel tidak mendengarkan. Dia terus memaksa Kaila untuk membantunya, tanpa mempedulikan penolakan yang sudah jelas dari Kaila.

Hansel terus menarik Kaila, menuju mobilnya yang berbeda dari biasanya saat mereka masih berpacaran.

“Masuk,” kata Hansel setelah membuka pintu mobil.

Kaila bingung, jadi dia hanya diam dan sedikit bengong.

“Kak Hansel ada apa?” tanya Kaila kemudian, sedikit gugup karena Hansel masih menatapnya sedikit aneh.

Hansel, yang sudah tidak sabar lagi, melihat Kaila hanya diam saat dia membuka pintu mobil dan meminta Kaila untuk masuk. Dengan ekspresi serius, Hansel mengatakan bahwa mereka akan bicara di dalam mobil dan dia juga meminta Kaila untuk menemaninya ke suatu tempat. Meskipun merasa kebingungan, Kaila merasa bahwa ini penting, akhirnya menuruti permintaan Hansel.

Kaila masuk ke dalam mobil duluan, duduk di bagian penumpang belakang karena Hansel membuka pintu mobil bagian belakang. Namun, begitu Kaila sudah duduk, Hansel ikut masuk dan duduk di sebelah Kaila di kursi belakang tersebut.

Kaila terkejut dengan tindakan Hansel yang tidak terduga ini. "Tadi bukannya kakak mengajak ke suatu tempat?" tanya Kaila, mencoba mencari kejelasan.

Hansel menatap Kaila dengan tatapan tajam. "Tidak, kita akan bicara di sini," jawab Hansel dengan tegas, membuat Kaila semakin bingung dengan situasi yang semakin rumit. Perasaan tidak nyaman semakin terasa di dalam mobil, Kaila mencoba mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi di antara mereka.

Hansel tiba-tiba melepas jasnya dengan gerakan cepat, mengatakan bahwa dia butuh pelepasan saat itu juga. Kaila, yang semakin bingung dengan situasi yang semakin aneh, bertanya dengan penuh kebingungan, namun sebelum dia bisa mendapatkan jawaban, Hansel tiba-tiba membungkamnya dengan ciuman panas.

Kaila mencoba menolak ciuman tersebut, namun tenaganya tidak sebanding dengan kekuatan Hansel. Saat Hansel melepaskan ciumannya, tatapan matanya terlihat aneh dan berkabut, membuat Kaila semakin khawatir.

"Apa yang terjadi padamu, Kak Hansel?" tanya Kaila dengan nada cemas, mencoba mencari penjelasan dari Hansel. Selama menjalin hubungan kekasih, tak sekalipun Hansel pernah memperlakukan dirinya seperti itu selain hanya menyentuh kulit tangannya saja.

Hansel menatap Kaila dengan ekspresi yang campur aduk. "Aku harus menuntaskan keinginanku saat ini juga, jika tidak aku akan mati kepanasan," jawab Hansel dengan suara gemetar. Kaila mulai memahami maksud dari perilaku aneh Hansel.

Kaila pun menawarkan untuk membawa Hansel ke dokter, namun Hansel menolak dengan tegas. "Ini tidak bisa diobati dengan obat dokter, aku hanya butuh bantuanmu, Kaila. Kita harus cepat," ucap Hansel dengan nada mendesak, membuat Kaila semakin merasa tertekan dengan situasi yang semakin rumit.

“T–tapi kita tak seharusnya ada disini, semua orang ada didalam.” kata Kaila, mulai agak takut karena Hansel terus menatapnya tajam.

“Aku tidak bisa menahannya, minumanku diberi obat,” jawab Hansel.

Kaila terkejut ketika Hansel mengakui bahwa minumannya telah diberi obat. Dalam hati, Kaila bertanya-tanya apakah obat yang diberikan adalah obat perangsang. Dengan kepala dingin, Kaila meminta Hansel untuk duduk tenang dan mengatakan bahwa mereka harus mencari pertolongan segera agar Hansel dapat dibawa ke rumah sakit.

"Duduk tenang, Kak Hansel. Kita harus mencari bantuan sekarang," ucap Kaila dengan suara mantap, mencoba menenangkan Hansel dan menemukan solusi terbaik.

Namun, Hansel menolak dengan keras. "Tidak, aku tidak butuh bantuan dokter. Kamu yang harus menolongku," jawab Hansel sambil merintih kesakitan. Pening yang sangat dan reaksi tubuhnya yang semakin tidak terkendali membuat Hansel semakin sulit untuk diajak berbicara.

Kaila merasa semakin khawatir melihat kondisi Hansel yang semakin memburuk. Dia mencoba meyakinkan Hansel untuk menerima pertolongan medis, namun Hansel tetap bersikeras menolak. Rasa panik mulai menyelinap ke dalam hati Kaila, karena dia merasa bahwa waktu sangat berharga dalam situasi darurat seperti ini.

Kaila tidak berhenti hanya dengan mencoba membantu Hansel tanpa harus menyerahkan tubuhnya. Dia juga mencoba menelepon sahabatnya, Astrid, untuk meminta bantuan dalam situasi darurat ini. Dengan gemetar, Kaila berhasil menghubungi Astrid.

"Astrid, tolong telepon ambulance ke sini sekarang!" ucap Kaila tanpa basa-basi saat Astrid mengangkat telepon.

Astrid terkejut mendengar suara cemas Kaila di telepon. "Kaila, apa yang terjadi? Apakah kamu sedang sakit?" tanya Astrid dengan khawatir.

Kaila tidak sempat menjawab pertanyaan Astrid. "Tidak ada waktu, Astrid. Tolong segera telepon ambulance ke tempat ini," desak Kaila, dengan suara yang penuh kekhawatiran, menyadari bahwa setiap detik sangat berharga dalam situasi ini.

Astrid merasa terkejut dengan keadaan yang mendesak ini. Tanpa bertanya lebih lanjut, Astrid segera mengerti urgensi dari permintaan Kaila dan bersedia membantunya. Dia segera menutup telepon dan segera menghubungi layanan ambulance untuk segera merespons situasi darurat yang sedang terjadi.

Di saat Hansel berjuang keras untuk menahan hasratnya yang semakin sulit dikendalikan, Kaila yang merasa kasihan mencoba menenangkannya dengan mengusap-usap bahu Hansel. Namun, tindakan tersebut tanpa disadari malah menjadi kesalahan fatal karena Hansel semakin terpancing.

"T–tenanglah, Kak Hansel. Apa kakak baik-baik saja?" tanya Kaila dengan nada khawatir, mencoba mencari kejelasan dari keadaan Hansel yang semakin memburuk sebab lelaki itu terus saja memejamkan kedua matanya sambil menyandarkan kepala pada kursinya.

Namun, pertanyaan Kaila tidak dijawab oleh Hansel. Matanya berkilat dan tatapannya penuh dengan nafsu yang sulit dikendalikan. Hansel menyadari bahwa obat yang harus diberikan padanya hanya satu, dan saat ini keinginannya tak lagi dapat ditahan.

Tanpa menunda lagi, Hansel melakukan sesuatu yang dia butuhkan dari Kaila. Dalam sekejap, Hansel mengambil tindakan yang sebelumnya terasa tidak mungkin dilakukannya. Tindakan itu menjadi langkah terakhir yang diambil Hansel untuk memenuhi kebutuhan yang telah menguasai dirinya.

***

Waktu yang Hansel habiskan bersama Kaila begitu lama, namun tak membuatnya berhenti sampai benar-benar lega. Saat selesai dengan kegiatannya, Hansel memandangi wajah pucat Kaila akibat perbuatannya. Kaila tertidur atau mungkin saja pingsan, dia tidak tau. Teringat Hansel saat Mika memberikan dia minuman lalu pergi entah kemana. Setelah meminum air nya setengah gelas, Hansel langsung merasa kepanasan. Dia melihat sekeliling tetapi tidak menemukan Mika. Saat tangannya mencari handphone di saku celana untuk menelpon Mika tiba-tiba dia melihat Kaila.

Entah Kaila sedang di takdirkan untuk mengalami kesialan atau apa, yang pasti Hansel hanya ingin dia saja pada saat itu. Dia ingin mencari Mika hanya untuk memberikan pelajaran pada gadis tersebut bukan untuk menyalurkan libidonya. Bahkan seandainya ketika itu Hansel tak menemukan Kaila, dia lebih memilih untuk ke dokter saja untuk dibuat pingsan sampai besok hari. Walau dalam keadaan terpengaruh obat rangsangan, Hansel masih sadar siapa wanita yang pantas baginya.

”Gadis brengsek!” maki Hansel saat teringat pada perbuatan Mika.

“Kalau saja kamu yang ada disini, kupastikan akan kubuat kamu sampai lumpuh.” Mata Hansel berkilat marah, dia merasa harus membuat perhitungan dengan Mika.

Lalu dia memikirkan kondisi Kaila. Dia pun menutupi badan Kaila dengan jas miliknya. Hansel berpikir sebentar, tidak mungkin dia meninggalkan Kaila didalam mobil karena sehabis acara dia harus terbang malam ini juga ke Jerman untuk melanjutkan bisnisnya yang dia tinggalkan demi mendapatkan gelar S2.

Mau dibawa masuk ke hotel, tapi tidak ada tempat yang tersembunyi. Semua sudut terdapat cctv, dia harus menghindari keingintahuan dari sang ayah.

“Aku akan membawamu ke apartemen,” ucap Hansel memutuskan.

Dia pun melajukan mobilnya menuju apartemen pribadinya. Saat sampai di parkiran apartemen, ponsel Hansel berbunyi. Ada nama Mika. Dia angkat telponnya.

“Ada apa,” tanya Hansel dingin.

“Hansel sayang kamu ada dimana? Aku cari di tempat acara tapi tidak ketemu,” tanya Mika dengan suara manja yang dibuat-buat.

“Aku sudah pulang ke Jerman,” jawab Hansel datar.

“A–apa? Bagaimana bisa ka…” belum selesai Mika berucap, telpon sudah diputus oleh Hansel.

“Mau bermain-main denganku rupanya,” kata Hansel sambil tersenyum jijik.

Setibanya di tujuan, Hansel melirik ke arah kaca spion untuk melihat Kaila. Masih belum ada pergerakan. Dia pun keluar mobil lalu menggendong Kaila masuk ke lift dan lift langsung berjalan naik keatas. Saat tiba, pintu lift pun terbuka dan langsung masuk ke dalam apartemen Hansel. Rupanya lift tadi memang khusus untuk masuk ke unit milik Hansel sebagai pengganti pintu.

Hansel langsung masuk kedalam kamarnya dan membaringkan Kaila. Tidak lama suara ponsel Hansel terdengar lagi.

“Halo,” kata Hansel saat mengangkat telepon.

“Hansel kamu ada dimana? Satu jam lagi kita berangkat,” sahut suara di telepon.

“Dika, aku di apartemen, aku segera kesana. Kita bertemu di bandara. Tidak usah jemput aku,” jawab Hansel cepat tanpa ingin dibantah.

“Ya. Apa kamu tau Mika mencarimu seperti orang kesetanan,” sambung Dika lagi.

“Aku akan membuat perhitungan dengannya saat aku kembali nanti,” jawab Hansel tersenyum licik.

“Apa maksudmu?” tanya Dika.

Hansel menoleh ke arah Kaila yang masih tidak bergerak.

“Dia berani bermain-main denganku. Dia lupa siapa aku,” sahut Hansel dengan penuh penekanan. Dika sedikit merinding mendengarnya.

“Eh, ya sebaiknya berangkatlah sekarang ke bandara agar tidak buru-buru,” kata Dika mengingatkan.

“Lagi pula bandara itu milikku,” ujar Hansel sombong. Lalu mematikan telponnya.

Hansel masih menatap Kaila. Tadi, saat membaringkan Kaila, bagian jas yang dipakaikan Hansel melorot, dan alhasil menampakkan sesuatu yang sepertinya kembali memunculkan rasa panas di tubuhnya. Hansel menelan saliva nya. Sisa pengaruh obat rupanya masih terasa di tubuhnya. Tanpa menunggu lagi, dia pun mengulangi lagi kegiatan di mobil tadi tanpa memikirkan bagaimana akibatnya pada masa depan Kaila. Kaila yang masih muda tapi Kaila yang malang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!