Siska yang sejak dari pagi berkeliling mencari pekerjaan, namun belum juga menemukan lowongan kerja, Siska yang nampak lusuh karena keringat, sejenak tertegun berdiri untuk menghilangkan lelahnya, kini hari pun menjelang malam namun Siska bukannya pulang kerumah, malah kakinya melangkah berbelok ketaman, matanya celingukan mencari kursi yang kosong, karna taman begitu ramai dengan pengunjung, tidak ada kursi yang kosong yang akhirnya Siska duduk ditembokan taman.
Mata Siska melihat mengeliling taman, begitu banyak anak-anak dan orang dewasa yang bermain disana, Siska berpikir sejenak apa kira-kira yang dapat menghasilkan uang yang cepat dapat uang banyak, lamunannya sejenak melayang, yang lalu buyar karena teriakan anak-anak yang berlari lewat kedepannya.
Angin bertiup sepoi-sepoi membuat tubuh Siska sedikit nyaman, namun perutnya keroncongan minta diisi.
" Lapar banget ?!" Gumamnya.
Siska beranjak dari tempat duduknya melangkah hendak pulang kerumah, tidak disengaja kakinya menginjak sehelai kertas yang bertuliskan ada lowongan kerja, cepat-cepat Siska memungut kertas itu, dibutuhkan seorang wanita untuk menjaga anak garis miring jompo tertera alamat dan gajihnya terpampang telah tertulis didalam kertas itu, cepat-cepat Siska pulang kerumahnya, disamping merasa senang juga perutnya sudah tak kepalang lapar.
Keesokan paginya Siska mendatangi alamat yang ada didalam kertas yang dipungutnya ditaman, tak banyak basa-basi singkatnya Siska sudah bekerja dirumah itu sebagai penjaga anak dan jompo.
Sepulang bekerja Siska mampir ketoko obat untuk membeli obat karena tubuhnya merasa sedikit meriang, karena pekerjaan yang melelahkan, karena maklum anak manja, yang kini harus bekerja jaga anak juga ngurus jompo, sunguh melelahkan dua pekerjaan dikerjakannya sendiri.
" Tid tid !!" Suara mobil berbunyi Siska yang sedang berjalan dipingir jalan menoleh kearah suara mobil tersebut.
Terlihat Anita didalam mobil melambaikan tangannya.
" Hai Siska mau kemana, sini !" Sapa Anita
" Hai Anita ?!" Sahut Siska sambil menghampiri mobil.
" Lama gak ketemu, kangen aku loh ?!" Kata Siska.
" Main yuk, ayo masuk kedalam mobil ?!" Ajak Anita kepada Siska yang lalu masuk kedalam mobil.
" Mau kemana nih ?" Tanya Siska.
" Kepantai !" Jawab Anita.
Sesampainya dipantai disana sudah ada Iwan dan Ibu juga Bapaknya Iwan, juga terlihat Iwan yang sedang membakar ikan.
" Oh rupanya ada acara keluarga ?!" Gumam Siska.
" BYo kita turun ?!" Ajak Anita kepada Siska.
" Ayo ?!" Jawab Siska sambil membuka pintu mobil, lalu turun berlahan dengan rasa malu-malu Siska dipapah oleh Anita untuk bersalaman tangan dengan ibu Ayu dan Pak Rudi orang tua Iwan, terakhir yang disalami Siska itu adalah Iwan.
Iwan sedikit gugup campur senang bertemu Siska dia menyebutkan namanya.
" Iwan ?!" Ketika tangannya bertemu tangan Siska.
" Siska ?!" Siska pun menyebut namanya, lalu duduk dibangku dekat Iwan karena Anita pun duduk disana.
" Sudah dikasih bubu apa kak, ini ikannya ?" Tanya Anita kepada Iwan.
" Tidak tau ibu tuh yang tau, aku cuma bakar rin saja !" Jawab Iwan.
Lalu Anita sibuk menyiapkan menu yang akan disajikan dibantu oleh Siska, setelah itu mereka makan bersama-sama.
" Ayo Siska makan yang banyak ?" Kata Ibu Ayu Ibunya Iwan.
" Iya bu terimakasih !" Jawab Siska sambil menganggukan kepala.
Seusai makan Siska dan Anita membereskan bekas makanan setelah itu mereka duduk dipingir pantai, lalu kedua orang tua Iwan berpamitan untuk pulang, yang tingal kini Iwan dan Anita juga Siska yang masih menikmati derunya ombak laut.
Ketika itu telepon genggam Anita berdering terdengar suara Ibu Ayu menyuruh Anita untuk mencarikan obat yang terjatuh, dan jika ketemu disuruhnya Anita mengantarkannya kedepan pintu gerbang taman pantai, karena Ibu Ayu menungunya disana, Iwan sedikit mempunyai kesempatan untuk mendekati Siska
" Boleh minta nomer telepon nya gak ?" Kata Iwan kepada Siska.
" Oh boleh boleh !" Jawab Siska sambil menyebutkan nomer teleponnya satu persatu.
Iwan yang memasukan nomer telepon Siska ketelepon genggamnya merasa senang karena dapat nomer telepon Siska
Keesokan harinya Siska berangkat kerja dari jam enam pagi sampe jam lima sore, yang lantas sepulang kerja Siska selalu mampir ketaman sebentar untuk menghilangkan kepenatan karena seharian bekerja.
" Ring ring ?!" Telepon Siska berbunyi.
" Halo ?!" Siska membuka teleponnya.
" Siapa ini ?" Sapa Siska.
" Aku Iwan !" Jawab Iwan ditelepon.
" Oh, yah, ada apa telepon saya Wan ?" Tanya Siska.
" Bisa ketemuan tidak sekarang ?" Tanya Iwan.
" Oke bisa kebetulan aku lagi berada ditaman nih, datang saja, saya tungu di dekat tugunya taman, saya duduk disana !" Jawab Siska memberi tau Iwan.
" Oke ?!" Iwan pun segera bergegas pergi.
Sesampainya ditaman Siska menyambut Iwan yang baru datang menghampirinya.
" Yo duduk disini ?!" Siska mengajak Iwan untuk duduk diatas tembokan taman.
" Ada apa ngajak ketemuan dengan saya ?" Tanya Siska kepada Iwan yang lantas Iwan tersenyum mendengar pertanyaan Siska
"Oh. Gak ada apa-apa, cuma ingin ngobrol saja sama kamu !" Kata Iwan.
"Boleh kan ?" Tanya Iwan sekali lagi.
"Oh, boleh saja !" Jawab Siska.
Setelah mereka duduk berdua, ditaman mereka banyak bercerita yang lantas Iwan bercerita kepada Siska tentang bagaimana dia telah melihat Siska dipertemuan acara pembuatan kemping, juga tidak kelewat bagaimana Iwan telah menguping percakapan Siska dan Anita dirumahnya, yang lantas keduanya ketawa merasa lucu menguping percakapan Iwan, dan lalu Iwan bertanya apa Siska sudah mendapat pekerjaan, Siska merasa bingung untuk menjawabnya karena dia merasa minder dengan pekerjaannya saat ini yang sebagai pengasuh anak dan merawat jompo dan Siska cuma bisa mengelengkan kepalanya, dan Iwan pun tidak banyak bertanya lagi cuma ber ucap.
"Sabar yah, nanti juga mungkin dapat ?!" Kata Iwan kepada Siska, dan Siska pun mengangukan kepalanya.
Siska yang sedikit merasa nyaman berbincang dengan Iwan, dan dari semenjak saat ketemuan pada hari itu, Siska dan Iwan menjadi sering janjian untuk saling bertemu lagi yang pada akhirnya merekapun sering bertemu sampai keacaraan Iwan pun Siska sering diajaknya pergi, begitulah dua insan ini kini selalu sering bertemu.
Pada suatu hari Siska ditelepon Iwan yang memberi kabar bahwa Iwan harus pergi mendampingi ayahnya untuk berbisnis keluar kota, yang memungkinkan Iwan untuk tingal agak lama disana, mungkin memakan waktu bulanan lamanya.
Dan kini Siska merasa kehilangan kala Iwan pergi.
Satu bulan sudah Siska menungu Iwan pulang. namun Iwan tak kunjung pulang, telepon pun tidak ada dari Iwan, kini Siska merasa heran kepada dirinya kenapa dia merindukan Iwan padahal tak sekalipun Iwan dan Siska berkata saling suka, tapi kenapa hati Siska terpaut Rindu dan Cinta dikala Iwan tidak berjumpa dengannya.
Dan pada suatu saat Siska mendengar kabar bahwa Ayah Iwan sudah pulang tetapi Iwan tidak ikut pulang karena terkait kontrak kerja, sehinga Iwan harus tingal disana untuk mengurus bisnis-bisnis ayahnya tersebut.
Dalam penantian yang mendalam Siska melepas Rindunya kepada pekerjaannya, dia melempar rindunya dengan bekerja keras, sehinga satu tahun sudah tidak terasa waktu begitu cepat berlalu.
Sampai pada waktunya Siska menerima kabar bahwa Iwan sudah menikah disana.
Kini Siska cuma bisa meringis perih, apalah daya dan apa yang mau dikatakan dan siapa yang harus disalahkan, Siska yang kini pasrah harus dapat menerima kenyataan dengan iklas, karena Siska sadar bahwa Iwan bukanlah siapa-siapa dirinya, setelah itu Siska memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya, dan Siska juga berpamitan kepada Ibu Astuti ibunya, Siska bermaksud untuk mengadu nasib diluar kota, dan Siska pergi dengan tekadnya yang kuat ingin merubah nasibnya disana.
B e r s a m b u n g
Nasinya bu satu lauknya pake tumis kentang sama kulit ?!" Pinta Siska kepada ibu warung, dan si Ibu warung pun memberikan apa yang diminta oleh Siska, yang lantas Siska langsung makan dengan lahapnya, dan setelah selesai makan baru Siska minum segelas es teh dingin sampai habis.
" Ah.. seger, kenyang lah sudah perutku kini ?!" Gumamnya, lantas Siska pun berdiri untuk memberikan sejumlah uang kepada si ibu warung lantas berpamitan lalu pergi keluar dari warung nasi tersebut.
Dan sesampainya ditepi jalan Siska merogo saku celananya mencari-cari kertas alamat yang disimpan disaku celananya, jln. Babakan nomer 10. membaca alamat yang mau didatanginya lalu Siska memangil becak yang lewat kedepan warung.
" Bang becak, sini bang, tau alamat ini gak bang ?" Tanya Siska sambil menyodorkan sebuah kertas alamatnya.
" Tau tau neng !" Jawab si abang becak.
" Tolong antar saya kealamat ini ya bang ?!" Kata Siska.
" Baik neng !" Jawab si abang becak.
Setelah Siska naik ke becak, si abang becak menggoes pedalnya, cukup lumayan jauh juga jaraknya dari terminal kealamat itu, dan sampai juga Siska ketempat tujuannya, setelah turun dari becak lalu Siska meberikan sejumlah uang ke si abang becak.
" Termakasih ya bang !" Kata Diska
" Sama-sama, neng kembali kasih !" Kata si abang becak sabil mendorong becaknya lalu naik dan pergi.
Siska memijit bel rumah, yang tidak lama keluar seorang perempuan setengah baya, terlihat Siska sedang berbicara dengan seorang wanita tengah baya tersebut, setelah itu wanita itu mengantarkan Siska kesebuah kamar, dan ibu tengah baya itu memberikan sebuah kuci kamar kepada Siska.
Lantas Siska membuka pintu kamar dan kamar itu sangat luas, memiliki temat tidur yang lumayan besar dengan jendela kamar yang terbuat dari kaca, mewah juga kamarnya dilengkapi kamar mandi dan dapur kecil.
Segera Siska membenahi barang-barangnya dia menata pakaiannya kelemari, dan menata seluruh kosmetiknya dimeja cermin.
" Cukup nyaman juga kamar ini !" Gumamnya.
Lalu Siska pergi membawa handuknya kekamar mandi, dibersihkannya badannya dengan sabun cairnya, karena merasa gerah dan kotor karena seharian menempuh perjalanan, setelah mandi Siska berpakaian rapi kini yang dipakainya celana jin berwarna biru dan kaosnya yang berwarna putih.
"Aku harus cek dulu, apakah tokonya masih dipakai orang lain atau tidak !" Gumamnya, sambil bergegas pergi kesebuah tempat dimana dia menyebutkan sebuah toko yang tidak jauh dari situ tempatnya, disebuah belokan lalu menyebrangi jalan baru terlihat toko yang dimaksud oleh Siska.
"Oh, sudah tutup berarti sudah tidak dipake lagi ?!" Gumamnya, dan segera Siska merogo poselnya lalu menelepon seseorang.
"Halo ?!" terdengar sebuah suara dari ponsel, yang terdengar suaranya sangat ramah dan lembut.
"Ya halo bi, ini Siska bi !" Sahut Siska.
"Ya ada apa nak ?" Tanya bibinya Siska Bi Dari namanya, yaitu adik dari Ibu Astuti ibunya Siska.
"Ini bi, Siska mau tanya, apa tokonya sudah bisa Siska pakai ?" Tanya Siska kepada bibinya.
" Sudah nak, tingal dibersihkan dulu saja, sudah lima hari kosong ko tokonya !" Kata Bi Dari.
" Oke, terimakasih Bibi !" Kata Siska senang.
" Ya nak, sama-sama ?!" Jawab Bi Dari.
Sepulang dari melihat toko, Siska menganti pakaiannya dengan memakai celana pendek sepaha dan kaos longgar ber tangan pendek juga, lalu berbaring diatas ditempat tidurnya dengan tangan terlentang, sambil menarik napas panjang lalu tertidur lelap karena cape.
Pagi hari sekitar jam setengah enam pagi Siska terbangun, lalu membuka gorden jendela kaca yang besar, terlihat wanita setengah baya Bo Atmi penjaga Rumah besar itu sedang menyiram tanaman dihalaman.
Dan dilain tempat ada seorang pemuda tampan Sandi namanya dia terhitung pemuda yang ramah dan sopan, tidak heran banyak wanita yang mengaguminya, selain ramah dan sopan, Andi juga orangnya baik suka menolong orang.
Sandi bekerja disebuah bengkel motor dipingir jalan yang tempatnya tidak jauh dari tokonya Siska.
Siska membuka toko kue serba ada, dan kue-kuenya dikirim oleh pembuat kue langganan Bibinya, dulu bibinya yang jualan ditoko itu, namun setelah menikah, suaminya membawanya pergi unruk tingal dirumahnya, yang rumahnya tidak jauh dari tempat kerjanya, maka bibinya dibawa suaminya dengan alasan karena tempat pekerjaannya lebih dekat dari rumah suami bibinya tersebut.
Siska jualannya sangat laris sekali, karena Siska termasuk orang yang ramah dan baik hati, membuat pelangan engan membeli kue kepada orang lain, maka tidaklah heran kalau jualan Siska semakin lama semakin banyak bertambah pelangan.
Sandi yang berada disebrang toko Siska sedang sibuk melayani para pelangannya, karena Sandi yang ramah kepada para pelangan, membuat kewalahan untuk menerima pekerjaannya yang sangat banya pelangan itu, tapi memang pria tangguh tidak pernah mengeluh, walaupun pekerjaannya sangat banyak Sandi tidak pernah mengeluh ataupun merasa cape karena tekah mengerjakan pekerjaannya dengan senang hati.
Sepertinya Siska dan Sandi memiliki sifat yang sama, sehinga keduanya cepat maju, tetapi ada yang berbeda, karena Sandi hanyalah seorang buruh kulir, sedangkan Siska adalah seorang bos ditoko kuenya.
Suatu hari Sandi mempunyai masalah dengan bos barunya, karena bos lamanya terserang penyakit sehinga digantikan oleh bos baru dibengkel dimana dia bekerja.
Pada hari itu Sandi dihina dicaci dan dimaki oleh bos barunya Leon nama bos barunya Sandi itu, yang sengaja ingin mengusir Sandi dari bengkel itu.
Pada waktu itu Leon sambil menunjuk-nunjuk kemuka Sandi, Leon juga memarahinya , yang tidak disengaja kejadian itu dilihat oleh Siska, dan Siska telah mendengar obrolan orang orang yang pro kepada Sandi, bahwa Sandi itu sebenarnya orangnya baik dan rajin, selain itu orangnya ramah dan sopan.
" Goblok lu pergi sana lu cari majikan baru lu mending mending kalau ada yang mau memberi kamu ?!" Begitu ocehan Leon mengejek Sandi, pada saat itu tiba-tiba ada suara yang datang dari seseorang yang sedang menyebrangi jalan.
" Ada yang mau memberi bekerja kepada dia, saya yang akan memberi pekerjaan buat dia ?!" Kata Siska sambil meraih tangan Sandi.
" Yo ikut aku ?!" Ajak Siska kepada Sandi.
Sandi cuma nurut sama ajakan Siska, yang membawanya pergi menyebrangi jalan dan mengajaknya masuk ketokonya.
Dengan terheran-heran Sandi menatap Siska dengan memberi senyuman manis, lalu Sandi mengucapkan banyak-banyak terimakasih, atas ajakan Siska yang telah mengerai pertengkaran Leon dan Sandi
Siska pun tersenyum manis, sambil bertanya kepada Sandi apakah Sandi mau membuka bengkel motor baru, dan Siska yang akan memberikan pinjaman modalnya kepada Sandi untuk dipakai membuat bengkel motor baru.
Sandi merasa keheranan atas tawaran yang tiba-tiba Siska akan meminjamkan modal untuknya, atas dasar apa wanita ini tiba-tiba mau memberikan pinjaman modal kepadanya secara tiba-tiba ini, begitu pikir Sandi pada waktu itu.
Siska tau apa yang dipikirkan oleh Sandi, maka dia menjelaskan, bahwa dia telah menguping pembicaraan orang-orang tadi, sewaktu Sandi sedang bertengkar dengan Leon.
Banyak orang-orang mengatakan bahwa Sandi itu orangnya baik, selain baik orangnya rajin dan juga jujur dan juga ramah, maka Siska menyayangkan kalo keahlian Sandi terbuang percuma dengan begitu saja, sedangkan Siska memiliki uang nganggur, apa salah nya kalau meminjamkan uangnya kepada orang lain yang membutuhkannya dan memiliki potensi kerja yang baik seperti Sandi ini.
Setelah mendengar penjelasan perkataan dari Siska lantas Sandi pun menyetujui atas pinjaman modal yang ditawarkan oleh Siska kepadanya
B e r s a m b u n g
Sandi yang telah membuka bengkel motornya, yang tempatnya di pentokan belokan pertigaan jalan, kini sudah tidak ada saingan lagi, dikarenakan bengkel motornya Leon sudah tutup, tapi meskipun bengkel motornya Leon masih buka pun, tidak akan bisa mengalahkan bengkel motornya Sandi, karena mau tidak mau Sandi sudah memiliki banyak pelangannya.
Hari itu seperti biasanya Sandi sibuk dengan pekerjaannya, namun walaupun cape kerja juga, toh sekarang bengkel motornya sudah menjadi miliknya pribadi, dan sudah tidak didalam perintah orang lain lagi.
Setelah memiliki bengkel sendiri Sandi memiliki pemikiran untuk mencari pekerja montir baru untuk membantu dirinya didalam mengatasi pekerjaannya, dan katanya ada seorang temannya yang mau bekerja dibengkel motornya yaitu Yudi namanya.
Hari-hari penuh kesibukan, dengan dibantu oleh Yudi, kini Sandi menjalankan aktifitasnya dengan penuh semangat.
Dan begitu juga dengan Siska yang kini dibantu oleh bak Aminah sebagai pembantu barunya, mereka juga penuh semangat dalam kesibukannya, dua teman baru ini Sandi dan Siska seperti saling berlomba unruk mencari rezeki, dan keduanya seperti memiliki kegairahan yang sama dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari.
Tak terasa empat bulan sudah berlalu, waktu begitu cepat melaju, mereka masih saling sibuk untuk mengurus usahanya masing-masing, sampai pada waktunya Sandi akan mengembalikan separuh uang pinjamannya kepada Siska.
Hari sudah menjelang malam, waktu sudah menunjukan jam duapuluh yaitu alias jam delapan malam, tokonya Siska tutup jam sembilan malam, begitu juga dengan bengkelnya Sandi sama tutupnya jam sembilan malam.
Sandi mengambil poselnya hendak menelepon Siska, dan menyuruh Rudi untuk menutup bengkelnya lebih awal, karena Sandi akan pergi ketoko kuenya Siska karena Sandi pikir toko kue Siska takut keburu tutup.
" Halo ?" Suara Siska terdengar dari ponselnya Sandi
" Belum tutup tokonya ?" Tanya Sandi diponsel.
" Belum, sebentar lagi mungkin akan tutup tokonya !" Jawab Siska.
" Aku kesitu ya, sekarang ?!" Kata Sandi memberi tau Siska.
" Boleh, kesini saja !" Kata Siska.
" Oke, saya tutup dulu teleponnya ya ?" Kata Sandi.
" Oke !" Jawab Siska sambil menutup teleponnya.
Tak lama Sandi datang ketokonya Siska, kebetulan toko kue akan segera tutup, seberes toko tutup, bak Aminah pun pamitan pulang kepada Siska.
" Aku pamitan pulang ya neng ?!" Bak Aminah berpamitan untuk pulang.
" Ya bak, hati-hati dijalan yah ?!"
" BIya neng ?!" Kata bak Aminah sambil pergi.
Dipersilahkannya Sandi untuk duduk dikursi meja makan tamu, yang sedari tadi Sandi cuma berdiri sambil tersenyum memandangi Siska.
" Silahkan duduk ?!" Siska menyuruh duduk ke Sandi
" Terimakasih ?!" Ucap Sandi sambil duduk dikursi meja makan tamu.
"Ada apa, tumben mau datang ketokoku ?" Tanya Siska sambil ikut duduk dikursi meja makan yang berhadapan dengan kursi Sandi.
" Ini aku mau mengembalikan uang modal yang kamu pinjamkan kepada aku tapi, tidak semuanya, cuma baru ada separuhnya, uang yang akan dikembalikan nya ?!" Kata Sandi sedikit terbata-bata bicaranya, karena ada rasa malu karena baru separuhnya uang yang mau dikembalikannya itu, dari keseluruhan jumlah uang yang telah dipinjamnya.
" Oh tidak apa-apa, emangnya sudah ada uangnya, apa engak mau dipake dulu gitu, siapa tau ada kebutuhan yang lainnya yang harus dibeli ?" Tanya Siska kepada Sandi kalau-kalau Sandi masih membutuhkan uangnya untuk keperluan yang lainya.
" Oh tida tida ini uangnya ?!" Yang lantas Sandi pun menyodorkan sejumlah uang kepada Siska.
" Terimakasih ya, aku terima uangnya nih !" Ucap Siska sambil menerima sejumlah uang dari Sandi tersebut.
" Aku yang seharusnya berterimakasih kepada kamu, terimakasih ya, sudah bantu aku ?!" Ucap Sandi kepada Siska yang sedang tersenyum menatapnya.
" Iya kembali kasih ?!" Balas Siska sambil mengangukan kepalanya.
Setelah itu Sandi menawarkan diri untuk mengantar Siska pulang kebetulan jalannya sama satu arah untuk pulang, dan Siska setuju untuk pulang bareng bersama Sandi.
Setelah sesampainya dirumahnya Siska dan Sandi berpamitan pulang.
" Tidak mampir dulu San ?" Tanya Siska.
" Tidak terimakasih, malu nanti dilihat orang, sudah malam nih !" Jawab Sandi.
" Oh, iya, terimakasih ya sudah mau ngantar aku pulang ?!" Kata Siska.
" Iya. !!" Sahut Sandi sambil pergi meningalkan Siska.
Siska yang masih terdiam, berdiri mematung memandangi punggung Sandi hinga bayangannya menghilang, Siska merasa dia bertemu lagi dengan sosok bayangan Iwan yang baru, kini pikirannya dihantui oleh bayangannya Iwan, kini Siska merasa takut terjadi kedua kalinya, seperti kejadian yang menimpa dirinya dimasa lalunya yang kelam.
Perasaannya belum sembuh, semenjak ditingal oleh Iwan pergi, sedangkan kini Sandi yang sudah datang kembali telah mengisi kehidupannya, yang lagi mulai melupakan Iwan sedikit demi sedikit.
Siska mengelah napas panjang sabil membuka kunci pintu, setelah masuk kekamarnya, tidak lupa menutup dan mengunci kembali pintu kamarnya, lalu dia membantingkan tubuhnya keatas tempat tidur lalu terus tertidur pulas.
Tidak biasanya Siska tertidur seperti itu, biasanya Siska selalu menganti pakaiannya dan membasuh mukanya dulu sebelum tidur.
Ke esokan harinya biasa Siska bangun dari tidurnya langsung kekamar mandi membasuh badanya hinga bersih, yang lantas berpakaian rapih dan bersih, setelah itu baru Siska berangkat pergi ketokonya.
Dan tiap hari Siska berangkat ketokonya dengan berjalan kaki karena jaraknya tidak jauh dari temat tingalnya, dibelokan pertigaan Siska sempat melirik kearah bengkelnya Sandi yang baru buka, terlihat pula disana didekat toko kue terlihat Bak Aminah yang sedang berdiri menungu Siska datang.
Dan bergegas Siska menyebrangi jalan, setelah sampai ditokonya langsung memberikan kunci pintu toko ke Bak Aminah, yang langsung membuka toko kuenya.
Hari ini Tidak biasanya Siska terlihat sangat lesu tidak bergairah, dia duduk sambil melamun tetapi entah apa yang dipikirkan tidak tau, dia merasa lesu seperti tidak memiliki tenaga, kini yang melayani pembeli pun cuma Bak Aminah saja sendiri, sedangkan Siska cuma duduk-duduk tidak banyak yang dikerjakan, dan cuma menerima dan memberikan kembalian uang pembeli kue saja.
Dan ba Aminah yang terheran-heran melihat tingkah Siska yang tidak biasanya itu. "Ada apa dengan, Neng Siska ini ...?" Begitu gumam Bak Aminah.
" Neng, kenapa apa eneng lagi sakit badan ya ?" Tanya Bak Aminah.
" Engak apa-apa ba cuma merasa tubuh saya sedang merasa lemas saja !" Kata Siska menerangkan ke Bak Aminah.
" iya itu bertanda eneng lagi tidak enak badan alias eneng lagi sakit ?!" Kata Bak Aminah memberi penjelasan.
B e r s a m b u n g
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!