Kring... kring... kring... alarm mulai berbunyi pertanda aku harus pamit pada alam yang begitu indah, dan kembali menempuh hari baru. Jauh dari lubuk hatiku, aku sadar bahwa untuk mendapatkan sesuatu, aku harus berusaha keras bahkan harus berkorban.
Ibuku selalu bilang "Ade... kamu harus kuat ingat kamu itu hebat karena telah dipilih oleh Tuhan untuk hadir didunia ini"
Namaku Vasca Angelia Dirgantara, panggil saja aku Vasca. Ayahku bernama Dior Nickolas Dirgantara, dan ibuku bernama Dea Angela. Aku adalah anak bungsu dari 3 bersaudara Kakak pertamaku laki-laki bernama Vasco Angelo Dirgantara panggilannya Vasco, dan Kakak perempuanku yang kedua bernama Vaiser Angeli Dirgantara biasa dipanggil Vaiser.
"Ade cepatan sayang udah jam berapa ini, masa kamu didalam kamar terus, itu kakak- kakakmu berdua udah nunggu di meja makan" aku mendengar suara bunda dibalik pintu kamarku. " Ya Bun, aku datang kok" sahutku sambil mengenakan ransel biru kesukaanku.
"Good Morning Bunda, ayah kak Vasco, kak Vaiser, maaf ya udah nunggu lama". sapaku kepada mereka yang sudah menungguku di meja makan. " Good morning sayang, ayo cepat makan awas nanti telat loh". Jawab ayah dengan senyum khasnya.
"Ade... pasti semalam mimpi indah ya sampai telat bangun gitu. mimpi apa sih? cerita dong"
goda kakak laki-lakiku dengan senyum khas dan kedipan matanya.
"Ah kakak kenapa sih, ganggu terus. Bun kakak tu" aduku kepada Bunda yang pasti membelaku. Sebetulnya aku agak sedikit sebal dengan kelakuan Kakakku yang selalu meledekku.
"Kakak jangan diledekin terus adenya" tegur Bunda.
"Iya Bun... becanda kok, nanti sebagai gantinya sebentar pulang sekolah kakak ajak keliling taman naik sepeda mau nggak? " tawar kak Vasco
"Mau dong kak aku juga mau, awas ya kalo nggak ajak aku" sahut kak Vaiser dengan nada dan lirikan manjanya.
"Oke fix, sebentar pulang sekolah kita bertiga"
jawab Kak Vasco.
"Yeii asekkk..... makasih kak I love You" teriakku sambil mencium pipi kanan kak Vasco. Ayah, Bunda dan kak Vaiser sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah manjaku.
" Oke.. waktunya pergi sekolah. Cepat salim sama Bunda" Kata Ayah sambil berdiri mengambil jas hitamnya di samping kursi.
Setelah menyalami bunda, kami bergegas kesekolah yang diantar oleh ayah.
Dalam perjalanannya ke sekolah, ada banyak keseruan termasuk aku yang tidak luput dari kejailan kak Vasco dan kak Vaiser.
Meskipun dijailin, aku selalu bersyukur karena memiliki banyak orang-orang yang selalu mencintaiku. Aku sedikit yakin bahwa tidak semua orang punya keluarga seperti ini. Oke, aku akan menjelaskan ciri-ciri Keluargaku.
Ayah berperawakan tinggi, putih dan rambut rapi ala kantoran. Bunda orangnya cantik, baik dan selalu cerewet. Kak Vaiser orangnya perhatian dan penuh kasih, sedikit pendiam. dan kak Vasco yang 90 persen menyerupai ayah hanya rambutnya yang agak beda dan sedikit berantakan.
Sedikit tentangku, aku Vasca bertubuh pendek, Rambut panjang dan sangat menyukai hujan terlebih jika ada pelanginya. Hujan yang penuh dengan Romantismenya sering mengajakku untuk ikut bergabung bersamanya agar selalu romantis.
Menurutku hujan itu indah, segar, dan sejuk.
Aku selalu membuka jendela kamarku jika mendung mulai datang pertanda hujan akan turun, dan selalu berpikir akan hujan yang tidak pernah capenya turun membasahi bumi.
Aku tahu hujan itu indah.
SMP Pelita Harapan menjadi sekolahku saat ini. Ya, aku adalah murid kelas IX A saat ini. Pembagian kelas itu berdasarkan nilai hasil test dan peringkat yang aku dapatkan. Aku mendapatkan hadiah dari ayah, sepeda biru yang akan aku pakai nanti berkeliling di taman bersama kak Vasco dan kak Vaiser.
Kak Vaiser sekelas dengan kak Vasco yang sudah dibangku kelas X, karena umur mereka terpaut satu tahun.
Sekolah masih sepi, ternyata aku datang lebih pagi dari biasanya, itu semua karena bunda yang selalu mengomeliku.
Aku masuk ke kelas untuk menyimpan tas ku dan menunggu teman - teman yang lain.
Setelah aku menunggu 10 menit akhirnya
"Morning Vasca, tumben bangat datang duluan". Sapa Brayen sang Ketua kelas bahkan Ketua OSIS.
"Hai Bray, good morning juga" jawabku.
Kelaspun mulai ramai dengan kedatangan murid yang lain dan ocehan sahabatku Lia dan Adele mulai terdengar.
"Hai Vasca, lo udah dari tadi? tumben banget ya, biasanya kebobolan".
Oceh Lia yang sudah ada dibelakangku.
Kelasku adalah kelas favorit tahun ini karena mampu bersaing dengan kelas lainnya bahkan nama Vasca, Brayen, Lia, dan Gian selalu keluar sebagai juara umum dan sering mewakili sekolah ini mengikuti Olimpiade.
"Minta perhatian ya teman-teman hari ini tepat jam pelajaran Olahraga, kita tetap dikelas karena pak Tani tidak hadir pada hari ini dan sebagai gantinya kita akan adakan pertemuan dengan wali kelas kita bu Ira, Terima kasih. "
"Makasih Bray untuk informasinya" jawab teman-temanku uang lain.
"Eh kira-kira Bu Ira mau ngomong apa ya? " tanya Lia sahabatku.
"Ya nggak tau juga si, palingan nasihat bentar" jawab Adele.
"Hallo selamat siang semua, apa kabar hari ini? Sapa Bu Ira waktu masuk ke kelasku.
" Siang Bu..... kabar baik". jawab kami semua
"Oke hari ini, ibu hanya mau mengatakan bahwa 3 minggu lagi, kamu sudah mulai ujian akhir. So, ibu hanya mau mengingatkan agar kalian jangan lupa belajar, kurangi keluyuran dan jangan keseringan main game. Terlebih khusus Bara, Aldi dan Raja. Pliss... banyak Guru-guru melihat bahwa kalian terlalu keseringan main game sampe lupa belajar. Ibu tahu kelas kalian ini semuanya pintar, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa kelas lain akan mengejar nilai. Kalau kalian hanya bersantai gitu ya mana bisa, Bara kamu bisa dengar ibu? "
"Iya bu, aku nggak main lagi' jawab Bara sang raja game namun mempunyai sifat yang dingin dan cuek.
" Bara, pliss ini udah ujian terakhir, setelah itu kamu boleh main game sepuas kamu. Untuk yang lain juga belajar ya dan ingat setelah ini langsung pulang ke rumah "
"Iya bu... " seru kami kompak
" Eh Vasca, Lia ayo pulang" ajak Adele sambil mengisis perlengkapan sekolah kedalam tasnya.
"Kalian duluan ya, aku mau ke toilet soalnya" jawabku.
"Oke.. kalau gitu kami duluan ya daaaa"
Akupun bergegas ke toilet. Diujung koridor, aku bertemu dengan Bara.
"Eh Bara lo mau kemana?" Sapaku mencoba akrab.
"Gak kemana-mana" jawab Bara dingin.
"Oh gitu yaudah aku duluan ya".
" Hmm"
Akupun berbalik dalam hatiku aku selalu bertanya apa yang membuat Bara begitu? bukannya dikelas VII dan VIII Bara paling happy? Oke... ini bukan urusan aku tapi ragu aja si. Apakah Bara ada masalah? Bara sifatnya terlalu tertutup sama orang lain bahkan dia tidak memiliki seorang sahabat.
Dalam perjalanan pulang, aku terus memikirkan Bara. Kenapa ya? aku selalu bertanya yang walaupun tidak ada jawaban.
"Kenapa sayang? what happen with you? " sapa ayah begitu aku membuka pintu mobil
"Hai ayah, gak kok gak ada apa-apa" Jawabku. Dan mobil terus berjalan dalam keheningan dengan aku yang terus memikirkan Bara Sky Aldevaro.
"Dek, ayo jadi bersepeda gak?" tanya Kak Vasco dibalik pintu kamarku.
"Gak kak, gak jadi aku bad mood soalnya"
"Eh apaan si, bad mood segala... mau cerita gak? " tawar kak Vasco
" Gak kok kak, makasih"
Kak Vasco pun keluar dari kamar, aku mengambil HP dan membuka room chat group circle kami bertiga.
"Ehh Guys aku mau nanya sesuatu nc"
"Opo sehhhh.... sok serius segala" jawab Lia
"Kenapa Si? "... balas Adele yang lebih sedikit serius dari Lia
" Kenapa ya si Bara itu kok dia berubah banyak ya... lebih pendiam gitu biasanya kan asyik orangnya. Apa dia ada masalah ya? " curhatku kepada kedua temanku
"Apaan si? tiba2 gitu mikirin Bara jangan-jangan?.... lo suka ya sama Bara? hhhh ngaku lo, kita siap kok jadi jembatan" Jawab Lia yang sukses membuatku kesal.
"Apaan si.... ya udah bikin susah aja ngobrol sama kalian" Jawabku berpura-pura marah.
"Eh gak gitu juga si.... o ya btw gue ada kontaknya Bara loh.... lo chat dia aja gimana? sekalian tanya gitu" tawar Lia.
"Iya juga si.... oke mana kontaknya" tanyaku
"Ehmm semangat amat si.... kalau dapat jangan sombong ya... lo harus bermental baja si kalau chatan sama dia.. dingin gitu orangnya" jawab Lia yang sukses membuatku ragu dan juga takut.
"Ngawur.... oke byee" jawabku dan lansung keluar dari room chat circle kami.
Aku membuka kontak yang bertuliskan nama Bara Aldevaro.
"Chat gak ya..... kok aku jadi ragu si?" tanyaku pada diri sendiri. "ya bodoh amat chat lah, gak di makan juga nanti".
" Hai Bara" sapaku sambil mencoba berani.
"? "
ya astaga jawaban Bara hanya ini? benar kata Lia aku harus berekstra sabar menghadapi Bara.
" Aku Vasca" jawabku
"Oh" Jawab Bara
"Maaf ya ganggu" aku mencoba optimis
"Santai aja... kenapa emang? " aku terdiam membaca balasannya, apakah ini pertanda baik?
"Gak kok aku cuman mau nanya kenapa si kamu selalu diam gitu padahal aslinya kamu periang gitu orangnya"
aku mengirim balasan itu, dan dalam hatiku aku tau pertanyaan itu pasti membuat dia marah. It's okay lah aku Terima resikonya.
"Kenapa lo? peduli gitu? " jawab Bara... entahlah aku bingung dia marah atau tidak.
"Ya cuman bingung aja si, kalau kamu ada masalah ya cerita aja, sesama teman aku pasti bantu kok" balasku mencoba logis.
"YAKIN? "
Hanya itu balasannya tapi kenapa aku kembali takut mengambil resiko jika ternyata masalah itu besar dan aku gak bisa bantu? akupun mengambil jalan aman dengan mematikan ponsel tampa ada balasan lagi kepada Bara yang menanyakan keseriusan ku dalam membantunya keluar dari masalah.
"Ah... pengecut" kataku kepada diriku sendiri.
Aku tahu pasti kalau Bara pasti menertawaiku karena payah dalam mengurusi sesuatu. Aku sedikit kecewa dengan diriku sendiri kenapa aku selalu takut? Bara pasti mempunyai masalah aku yakin itu. Tapi kenapa aku ragu untuk menjawabnya?
Drrtt... drrtt... drrtt....
Aku menoleh kesamping tempat hp ku diletakan... "Siapa sih ganggu aja" gerutuku kesal. ketika mengangkatnya, aku kaget ternyata nama Bara Aldevaro yang tertera disana... "Aduh gimana ya angkat gak ni? " tanyaku pada diri sendiri, dan karena terlalu lama menunggu akhirnya panggilan diputuskan oleh Bara.
"Ih apaan si kok mati? " gerutuku kesal
Drrtt.. drrtt. drrtt... panggilan tersambung lagi dan tampa ragu akupun mengangkatnya
Bara : " Gimana? "
Aku : " Hai Bara. "
Bara : " Ck.. gk usah basa basi"
Aku : "Eh sopan dikit dong"
Bara : "lo si lama"
Aku : " Ya minimalnya sapa lah gitu selamat
malam gitu"
Bara : " Oh lo pengen disapa? "
Aku : "Gk juga si, gk paksa"
Bara : " Selamat malam Vasca Dirgantara"
Aku : "Telat si" ( sambil tersenyum)
Bara : " So? "
Aku : "Gak kok"
Bara : " Jadi gimana? "
Aku : " Kamu percaya sama aku? "
Bara : " Ya... gue percaya lo bisa jaga semua
rahasia gue"
Aku : "Semua? "
Bara : "Gue yakin lo bisa jadi teman gue"
Aku : "Yakin banget si kamu? "
Bara : " Gk tau juga si... kata hati gue bilang
gitu".
Aku : "Emang iya? "
Bara : "Yaudah gk usah.. gk jadi"
tut... tut... tut.... telepon dimatikan sepihak oleh Sang kulkas 12 pintu.
"Kenapa ya... padahal aku kan mencoba peduli, gk tau maksih gitu, dasar itu manusia apa AC si dingin amat, dibandingin dia ya mungkin kutub utara kalah dinginnya". Gerutuku kelewat kesal dengan Bara.
" Untung ya mukanya tu gk ada disini, kalau nggak udah aku tonjok... dasar sialan. Ahh kesal banget si".Aku terus berteriak dan tampa sengaja melemparkan sepatuku ke arah pintu yang mengakibatkan bunyi yang lumayan besar dan akhirnya....
Tok... tok... tok... "ade, kamu kenapa sayang? "
tanya bunda dari luar kamar.
Akupun tersadar dan mulai cengengesan... "Gak kok bun, tas Vasca jatoh tadi" Aku mencoba mencari alasan.
"Gak sayang itu tadi kamu ada lempar apa? " tanya bunda.
"Gak bunda sumpah, aku gk apa-apa kok".
aku masih beralasan.
" Sayang, bunda serius" ancam bunda
"Iya bunda, gk apa-apa kok". akupun tidak mendengarkan suara bunda lagi diluar kamarku " Syukurlah bunda udah pergi, wah parah ni ini semua gara-gara Laki-laki es itu dasar... awas aja ya" kataku yang sudah mulai menyalahkan Bara atas insiden tadi.
"Awas aja ya, dasar bocah.... oke aku akan mengganti nama kontaknya menjadi KULKAS JELEK". Setelah menggantikan nama kontaknya, aku mulai ketawa sendiri....
" Eh.. kok aku kaya udah bego aja si... ketawa sendiri".
Hari ini tepat hari Sabtu dan Itu hari liburan sekolah. Tetapi, meskipun begitu, sekolah tidak meliburkan kami kelas IX karena harus ada pelajaran tambahan persiapan Ujian akhir. Sebenarnya aku malas bangat hari ini pergi sekolah karena Keluargaku berencana akan berekreasi di Pantai.
"Hufftt.... sebal banget si, kenapa ya pake acara sekolah segala, gak tau apa kalo keluarga gue itu mau rekreasi bersama, awas ya kalo udah selesai ujian akhir aku akan pergi kemana aja yang gue mau" Gerutuku kesal sambil memakai sepatuku.
Tok... Tok... Tok... "Ade cepatan keluar, kamu belum sarapan lho" Panggil ayah sambil mengetuk pintu kamarku.
"Ayah.... gk bisa ya ditunda dulu rekreasinya aku jga pengen jalan". pintaku manja kepada ayah yang dengan kasih memelukku.
" Sayang kamu kan sekolah, masih ada kesempatan lain kok, ayah janji akan ngajak kamu. " Nasihat papa sambil membelai rambut panjangku.
"Yah ayah... aku pengen sekarang, plisss ya ayah disekolah juga palingan disuruh belajar mandiri sama guru, aku juga bisa belajar mandiri dirumah. " Kataku mencoba lagi meruntuhkan pertahanan ayah.
"Gak sayang, kamu harus pergi sekolah ayah janji besok kan hari Minggu, nanti kita pergi Pantai lagi deh bareng ayah sama bunda". rayu ayah dengan cintanya yang besar.
" Benaran ayah?... janji ya".
"Iya sayang, apa si yang tidak ayah kasih untuk ade? " Jawab ayah sambil mencium keningku.
Akupun kembali bersemangat sekolah, melihat cinta ayah dan bunda kepadaku, aku jadi berjanji pada diriku sendiri agar kelas bisa menjadi anak yang bisa membahagiakan. Melihat ayah, aku mempunyai komitmen kepada diriku sendiri bahwa jika suatu saat nanti Tuhan memberi aku kesempatan untuk memiliki sebuah keluarga, aku akan mengajari anakku dengan kasih yang seperti ayah berikan kepadaku. Aku tidak mempunyai apa-apa untuk membalas cintanya aku sadar itu terapi, aku mempunyai kesempatan untuk terus belajar menggapai apa yang aku impikan.
"Bye... Atah... aku masuk ke kelas dulu ya" kataku sambil mencium tangan Ayah yang mengantarkanku ke sekolah.
"Bye... princessnya papa... belajar yang rajin ya" Jawab ayah membalasku.
Pelajaran pun berlangsung dengan seru karena berbagai pertanyaan dan jawaban teman-teman cowok yang menurutku sangat lucu. Ya teman-teman cowok dikelasku sangat kocak terkecuali si Bara Aldevaro. Anak itu bahkan tidak menjawab sedikitpun apa yang ditanya oleh guru.
"Bara.... Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan ibu? " Selidik Guruku yang memperhatikan Bara sejak tadi.
"Gk bu.. udah dijawab oleh teman yang lain.. jawaban aku sama kaya jawaban mereka".Jawab Bara seadanya.
" Oke.. untuk hari ini sampe disini dulu, jangan lupa belajar dan ingat langsung pulang ke rumah ". Kata Bu Ira sambil merapikan buku bawaannya.
" Iya bu... " jawab kami semua.
"Vas... lo mau langsung pulang? " Tanya Adele sahabatku.
"Iya ni, kenapa emang? " jawabku.
"Gk kok.. kalau lo mau, kita mau ke Minimarket.. lo mau ikut? " tawar sahabatku Adele
"Gk kok makasih... aku mau langsung pulang aja... makasih ya". Jawabku sambil senyum.
" Oh oke kalau gitu, gue sama Lia duluan ya... daa" Jawab Adele sambil menggangeng tangan Lia keluar kelas.
"Daaa... sampai ketemu hari senin ya".
Akupun kembali melanjutkan aktivitasku mengisi buku kedalam tas. Ekor mataku memandang kebangku belakang, tepat di pojok kanan kelas.
" Kamu belum mau balik? " tanya Vasca kepada Bara yang masih dalam kelas. ya Bara masih belum beranjak dari tempat duduknya. Tidak ada jawaban dari Bara. Cowok itu hanya menatap lurus kedepan, seperti memikirkan sesuatu. Entahlah.
Aku pun beranjak keluar kelas. Terapi, hatiku merasa ingin kembali berbicara padanya.
"Bara.. maaf ya". kataku mengingat kejadian itu.
Masih yang sama, diam dan tidak bersuara.
mungkin merasa terganggu, dia pun membereskan buku l, memasukan kedalam tas dan berlangkah keluar kelas melewatiku begitu saja. Melihat itu, aku pun tercengan sekaligus kaget melihat caranya.
" Mungkinkah dia marah? " batinku mencoba menebak. Seiring dengan kepergiannya, hati dan otakku terus memikirkan kesalahan dan jawaban aku kemarin.
"Apakah aku salah? "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!