Giska mustika gadis cantik yang kini tinggal sendiri di kota Bandung, Giska sudah dua tahun lamanya tinggal sendiri di kota ini.
Keputusannya meninggalkan ibu kota Jakarta bertujuan untuk menjauhi kehidupan sahabat dan mantan kekasihnya yang kini sudah membina rumah tangga.
Aurel Marissa Wijaya sahabat Giska semenjak kecil, mereka tumbuh besar selalu bersama. Giska sangat beruntung bisa tinggal bersama keluarga Wijaya.
Giska tidak pernah mendapatkan perlakuan buruk dari keluarga Wijaya, mereka selalu memberikan fasilitas yang hampir sama dengan Aurel, anak kandung mereka.
Begitupun Aurel, dia sangat baik pada Giska, meski tau bahwa Giska hanya anak dari pembantu di rumahnya.
Kedua orang tua Giska meninggal dunia karena menolong Tuan dan Nyonya Wijaya saat rumah mereka kedatangan tamu yang tak di undang.
Perampok itu dengan membabi buta membunuh kedua orang tua Giska yang mereka pikir adalah Tuan dan Nyonya Wijaya.
Hal itu membuat keluarga Wijaya merawat Giska seperti anak kandungnya sendiri.
***
Hari libur membuat Giska bersantai sejenak. Giska menghabiskan waktunya untuk menikmati secangkir kopi serta menonton serial drama Korea kesukaannya.
Tok.. tok.. tok...
Suara ketukan pintu membuyarkan keseriusan Giska menghayati drama yang sedang di tontonnya.
" Siapa sih yang bertamu, ganggu aja! " gerutu Giska.
Ceklekkk.. Pintu terbuka.
" Aurel.. " Giska terkejut melihat Aurel datang ke kontrakan nya yang tidak memberi kabar terlebih dahulu. Yah meski tinggal berjauhan Giska dan Aurel tidak pernah putus memberikan kabar mereka masing - masing.
" Lo kenapa Rel? kok nangis? " Giska heran melihat Aurel yang tengah terisak. " Ayo masuk dulu. "
Giska membawa Aurel masuk ke dalam rumahnya dan duduk di sofa.
" Lo kenapa? " Giska mengusap punggung Aurel untuk menenangkannya.
" Gis, tolongin gue.. " ucap Aurel di sela tangisannya.
" Tolongin apa? coba cerita ke gue, siapa tau gue bisa bantu. "
" Lo harus nikah ama laki gue. "
" Apa!! nikah ama laki lo, " pekik Giska. " Lo gila Rel! "
" Please Gis, cuma lo satu satunya harapan gue. "
" Aduh gue gak ngerti jalan fikiran lo. " Giska.
Aurel pun menceritakan masalahnya ke Giska yang selama ini ia tutupi.
Aurel sempat mengalami kecelakaan yang mengakibatkannya keguguran dan terpaksa harus mengangkat rahimnya sehingga tidak bisa lagi memberikan keturunan untuk suaminya.
Aurel datang jauh jauh dari Jakarta ke Bandung untuk menemui sahabatnya dan meminta bantuannya.
Sebelum Aurel datang menemui Giska, Aurel telah mendengar pembicaraan mertuanya yang ingin menjodohkan Davon dengan wanita lain untuk mendapatkan keturunan yang tidak bisa Aurel berikan.
Hal itu yang membuat Aurel berfikir jika Giska wanita yang tepat untuk menolong nya. Aurel tidak rela jika berbagi suami dengan wanita lain untuk selamanya.
" Please Gis, tolongin gue, hanya sampai lo punya anak dari laki gue, setelah itu lo bisa hidup bebas kembali. " ucap Aurel meyakinkan Giska agar mau menerima tawarannya.
" Rel, gue pikir - pikir dulu ya, ini bukan hal sepele, gue harus berpikir ulang kalo menyangkut masa depan gue. " ucap Giska.
" Oke, gue kasih waktu buat lo berfikir, tapi gue harap lo bisa bantuin gue. " Aurel.
*
Permintaan Aurel masih terngiang - ngiang di kepala Giska, meski Aurel sudah pergi dua jam yang lalu.
Menolak! ingin rasanya kata itu terucap dari bibirnya, namun Giska masih mengingat betapa berjasanya keluarga Wijaya terhadap hidupnya saat ini.
Jika bukan bantuan dari mereka, Giska tidak akan pernah hidup bahagia,nyaman,dan menggapai cita citanya untuk bersekolah tinggi.
Davon Alexander suami dari Aurel,serta mantan kekasihnya tiga tahun yang lalu.
Davon dan Giska saling mencintai dan menjalin asmara tanpa sepengetahuan Aurel waktu itu, Giska memang belum sempat memberi tahu hubungannya pada Aurel.
Bersamaan dengan Giska yang ingin memberitahu hubungannya dengan Davon, Aurel pun memberitahu bahwa dia di jodohkan dengan pria pilihan kedua orang tuanya yang tak lain adalah Davon.
Giska tidak mempunyai pilihan lain untuk mengakhiri hubungannya dengan Davon, tidak mungkin Giska melanjutkan harapan nya untuk hidup bersama Davon yang akan memberikan rasa kecewa pada keluarga Wijaya, terutama Aurel sahabat nya.
# Flashback.
" Giska, maksud lo apa ninggalin gue. " Davon bertanya dengan nada yang menyiratkan begitu kecewa dengan keputusan Giska yang memilih meninggalkan dirinya.
" Maaf Von, kita gak bisa ngelanjutin hubungan ini. " ucap Giska di sela isakan tangisannya.
" Apa alasannya? " Davon menggenggam kedua pipi Giska dengan telapak tangannya.
" Von, aku tau kamu sudah di jodohkan dengan Aurel... "
" Lo jangan khawatir, perjodohan itu gak akan pernah terjadi, karena gue hanya cinta sama lo bukan Aurel. " jelas Davon dengan penuh percaya diri.
" Gak Von, aku gak mau merusak perjodohan kalian. menikahlah dengan Aurel. "
" Gak Gis, gue gak mau, gue hanya mau nikah sama lo, kalo perlu kita bisa nikah sekarang. " Davon menarik tangan Giska untuk mengikuti langkahnya.
" Kita mau kemana Von, " tanya Giska.
" Kita nikah sekarang! " seru Davon.
Giska menghentikan langkahnya, " Gak Von, aku gak mau keluarga besar Wijaya kecewa sama aku, aku berhutang budi pada mereka. "
" Terus karena lo berhutang budi sama mereka, lo tega ngorbanin perasaan gue! " Davon menghempaskan tangan Giska dari genggamannya.
Davon tidak habis pikir, Giska mengorbankan perasaannya untuk membalas budi pada keluarga Wijaya.
" Gue gak bakal nikah sama Aurel! titik! " Davon menekankan perkataan nya.
" Oke, kalo kamu gak mau nikah sama Aurel, jangan harap kamu bisa lihat aku lagi. " ancam Giska.
Egois, iya memang Giska egois, Giska tau betul sifat Davon yang tidak akan menyerah akan kemauannya. Hanya dengan cara ini yang bisa membuat Davon menjauhi dirinya.
" Gis, please jangan ngomong kaya gitu, gue gak bakal bisa gak ketemu sama lo. "
" Aku mohon menikahlah dengan Aurel. " lirih Giska. Sebenarnya Giska pun hancur mengucapkan kata - kata itu, menyuruh pria yang dicintainya untuk menikah dengan wanita lain.
" Lo egois Gis! "
" Maaf.. "
Davon menghela nafasnya dalam, " Oke, gue mau nikah sama Aurel, tapi dengan syarat, lo jangan pernah muncul di hadapan gue, kalo lo muncul di hadapan gue, detik itu juga gue bilang sama Aurel kalo gue hanya cinta sama lo. " ucap Davon dalam kemarahannya.
Giska mengencangkan tangisannya seusai Davon meninggalkannya. Sungguh bukan hanya Davon yang merasakan sakit, Giska lebih jauh sakit karena cintanya untuk Davon begitu dalam.
# Flashback off.
Itulah alasan Giska tidak menghadiri acara sakral sahabat dekatnya dan memilih pindah ke kota Bandung seminggu sebelum acara pernikahan Davon dan Aurel.
Giska sering kali mencoba untuk melupakan Davon dan menghilangkan jejak Davon di hatinya namun entah kenapa itu sangat sulit.
Mungkin cinta Giska untuk Davon tidak akan pernah surut, yang membuat Giska selama tinggal di kota ini, tidak pernah menjalin hubungan dengan pria manapun meski banyak sekali pria yang menginginkannya.
*
*
*
Jangan lupa berikan dukungan kalian yak dan tinggalkan jejak.
Bye.. bye..
" Davon, pokonya kamu harus nurutin perkataan mama untuk menikah lagi! " seru Nyonya Jenny.
" Kamu satu satu nya anak mama, harapan mama dan papa untuk meneruskan keluarga Alexander, "
Davon hanya diam tak menanggapi ucapan Nyonya Jenny.
Nyonya Jenny sudah beberapa minggu ini mendesak Davon agar menikah lagi dan mendapatkan keturunan secepatnya.
Bukan tidak menghargai perasaan Aurel sebagai menantunya sekaligus istri dari anaknya, tapi Nyonya Jenny tidak mau jika Davon putra satu satunya, anak semata wayangnya tidak memiliki keturunan.
" Mama akan mencarikan istri kedua untuk mu! " ucap Nyonya Jenny dengan nada penuh penekanan, sembari beranjak meninggalkan Davon yang hanya diam.
Davon memijit keningnya yang tidak pusing itu, kepalanya serasa ingin pecah mendengar permintaan mamanya untuk menikah lagi.
Menikah dengan Aurel saja membuat hidup Davon merasa tertekan, Davon harus bersikap baik dan selayaknya seorang suami yang mencintai istri nya.
Kehidupan Davon setelah menikah berubah 180% dari sebelumnya. Dulu, Davon adalah pria yang penuh kelembutan dan kehangatan, berbeda dengan sekarang.
Davon yang sekarang sangatlah dingin dan Arogan, tidak mudah di sentuh oleh siapapun, termasuk istri sahnya.
Davon terlalu cuek pada Aurel, mereka membina rumah tangga selama dua tahun lebih yang terasa begitu hambar, Davon sama sekali tidak memberikan kehangatan yang penuh cinta untuk Aurel.
Tidak di pungkiri, Davon memang menggauli istri nya seperti pada umumnya yang di lakukan oleh pasangan suami istri, itu semata - mata hanya untuk memenuhi kebutuhan biologisnya saja.
Jahat! Iya, memang seperti itulah Davon.
***
Waktu menunjukan pukul tiga sore, sebenarnya masih terlalu siang untuk pulang, namun Davon segera pulang kerumahnya dan meninggalkan pekerjaannya yang masih menumpuk di kantor, Karena Nyonya Jenny mengabari bahwa ada hal penting yang ingin di bicarakan.
Di ruang keluarga, kedua orang tua Davon dan Aurel telah berkumpul.
Davon yang baru tiba langsung mendudukan diri di sebelah Aurel.
" Langsung saja, mama ingin membicarakan hal penting pada kalian. " ucap Nyonya Jenny.
Aurel sedikit mengerti arah pembicaraan yang akan mama mertuanya sampaikan, karena beberapa hari yang lalu Aurel sempat mendengar perihal itu.
" Aurel, sebelumnya mama Minta maaf kalo mama akan menyampaikan sesuatu yang membuatmu sedih dan menyakiti hatimu, tapi ini demi kebaikan kita semua terutama keluarga besar. " jelas Nyonya Jenny.
Sedangkan Bram Alexander, ayah dari Davon Alexander hanya menjadi pendengar baik.
Aurel menghela nafasnya dalam, " Sudah ku duga, aku harus kuat. " batin Aurel.
" Mama ingin Davon menikah lagi, kamu pasti tau alasan mama melakukan semua ini. " Nyonya Jenny menatap lekat menantunya itu.
" Mama harap kamu bisa menerima ini semua, dan mengijinkan Davon menikah lagi dengan wanita lain. " tambahnya.
Davon nampak tak tertarik dengan pembicaraan itu, baginya sama saja, menikah dengan wanita mana pun dirinya tidak akan pernah melunakan hatinya. Hatinya sudah terukir satu nama 'Giska' dialah gadis beruntung itu. Yang selalu menempati singgasana hatinya.
" Baik mah, " ucap Aurel dengan raut wajah sedihnya.
" Benarkah? " Nyonya Jenny cukup terkejut mendengar persetujuan Aurel, dia pikir akan terjadi drama panjang untuk mencapai tujuannya.
" Bagus, mama akan segera memilih kan calon untuk Davon. " serunya.
" Tapi mah, Aurel sendiri yang akan mencari kan istri untuk Davon. " ucap Aurel, tentu saja Aurel menginginkan hal itu, karena Aurel akan di untungkan dengan pilihannya sendiri. Jika Nyonya Jenny yang mencarinya, sudah bisa di pastikan perempuan yang akan di nikahkan bukan perempuan biasa dan akan menikah secara sah di mata hukum dan agama.
" Kamu serius? " Nyonya Jenny.
" Iya mah, dengan syarat Davon hanya menikah siri dengan istri keduanya. "
" Itu akan sulit, tidak akan ada perempuan yang mau di nikahi secara siri. " sela Nyonya Jenny.
" Aurel yang akan mencari perempuan itu mah, "
" Baiklah, terserah kau saja, yang terpenting Davon memiliki keturunan dari darah dagingnya sendiri. "
Aurel pun mengangguk.
" Bagaimana menurut papa? " Nyonya Jenny mengalihkan pandangannya ke arah suaminya untuk meminta pendapat nya.
" Jika itu yang terbaik, papa setuju. " Bram.
" Bagaimana dengan mu Davon? " Nyonya Jenny berganti bertanya pada putra nya.
" Terserah kalian, menentang pun percuma! " ucap Davon seraya meninggalkan ruang keluarga dan melangkah menuju ke kamar nya.
" Kapan kamu akan mendapatkan wanita itu? " Nyonya Jenny.
" Secepatnya. "
" Oke, mama tunggu kabar baiknya. "
***
Sudah satu minggu Aurel menanti kabar dari Giska mengenai keputusan nya. Aurel sangat gelisah menjalani hari - hari sebelum menerima kepastian dari Giska yang bersedia membantunya.
" Apa gue telpon aja ya? " Aurel berjalan mondar mandir menimbang untuk menghubungi Giska atau tidak.
" Aku telpon aja! " Aurel pun menggeser ponsel pintar nya untuk mencari kontak sahabatnya itu.
" Hallo.. "
" Hallo Giska, ini gue.. "
" Iya Rel, kenapa? "
" Gue mau tanya keputusan lo, lo bisa kan bantuin gue.. "
" ... "
" Gis,?? "
" Emm... iya Rel, gimana ya.. gue gak yakin bisa nolongin lo. Apa gak ada jalan lain selain nikah ama laki lo. "
" Gak ada Gis, mertua gue mau punya cucu yang dari darah daging Davon. Please bantuin gue.. lo minta apapun gue bakalan kasih Gis. " bujuk Aurel.
" Berat banget Rel, lo minta bantuan diluar kesanggupan gue. "
" Please Gis, hanya lo yang gue arepin. "
" Emm.. belum tentu juga laki lo mau nikah ama gue. mending lo cari cewek lain aja deh.. "
" Gue hanya percaya ama lo, laki gue gak masalah, dia oke oke aja. "
" Maksud lo, Davon tau kalo ---"
" Gak, dia gak tau tentang lo yang gue suruh nikah ama dia. "
" Rel, maaf gue gak bisa. " terlalu sulit bagi Giska menerima tawaran Aurel, memang Davon adalah pria yang dia cintai, tapi menjadi istri kedua Davon sangat menyakitkan apalagi hanya istri sementara.
" Please Gis, lo harus mau nolongin gue, ini antara hidup dan mati gue. Minggu depan gue jemput lo buat nikah sama Davon. gue gak terima penolakan! " Aurel mematikan panggilannya setelah mengatakan itu,
Aurel akui, dirinya sangat egois untuk meminta bantuan sahabatnya, lebih tepatnya memaksa. Namun ketakutan Aurel membuat nya gelap mata dan tidak berfikir dengan jernih, tidak memikirkan perasaan Giska.
Aurel sangat takut jika Davon menikah dengan perempuan pilihan mama mertua nya. Takut ditinggalkan, takut terkalahkan oleh istri kedua Davon.
Menentang! hal itu yang ingin sekali Aurel lakukan, tapi semua ini terjadi karena kekurangan darinya yang tak sempurna lagi.
Belum lagi keluarga besar Wijaya jika tau kalau Davon menikah lagi. Sudah di pastikan kedua orang tua Aurel lebih memilih Aurel dikembalikan pada mereka.
Aurel sangat mencintai Davon, dia tidak ingin berpisah dengan Davon, walau Davon selama ini bersikap dingin padanya. Cinta membuat Aurel dibutakan segala hal, yang selalu mengindahkan setiap perlakuan Davon padanya.
*
*
*
Jangan lupa vote dan tinggalkan jejak.
Bye.. bye..
Giska tidak konsentrasi dalam bekerja, pikiran nya selalu tertuju pada permintaan sahabatnya. Sudah dua kali Giska membuat ulang laporan keuangan, namun selalu saja rancu.
Giska akhirnya meminta ijin untuk pulang lebih cepat, beralasan sedang tidak enak badan. Untung saja atasannya memberikan ijinnya.
Bukan langsung pulang ke rumah kontrakannya, Giska memilih pergi ke sebuah kafe langganannya untuk menghilangkan kejenuhan nya.
" Giska!! " panggil seseorang.
Giska pun menoleh ke sumber suara itu. " Mas Abi. "
Abimanyu Hendrawan. Pria yang sudah lama di anggap kaka oleh Giska. Giska dan Abi bertemu pada saat perusahaan mereka menjalin kerjasama. Karena sering bertemu untuk urusan pekerjaan, mereka menjadi saling akrab.
" Giska, tumben di jam kantor kamu disini. " ucap Abi sembari duduk di sebrang Giska.
" Iya mas, lagi bete aja. "
" Bete kenapa Gis? "
" Ah bukan apa apa, oh iya.. mas Abi sendiri kok bisa di sini? gak kerja mas? " tanya Giska.
" Aku ada pekerjaan di luar kantor, mampir kesini bentar, tadinya mau beli kopi kesukaan, eh malah liat kamu. "
" Oh.. " Giska mengangguk.
Mereka pun melanjutkan obrolannya, bertemu dengan Abimanyu membuat Giska melupakan sejenak permasalahannya.
Abimanyu memang orang yang sangat humble. Selalu nyambung jika di ajak berbicara, dan tidak sungkan memberikan saran yang terbaik jika diminta pendapatnya.
Abimanyu seorang ayah dari satu anaknya dan sudah lama berpisah dengan istrinya. Usianya memang tidak muda namun juga tidak terlalu tua, 33 tahun.
***
Di tempat lain, Aurel mendatangi kantor Davon.
Aurel masuk ke dalam ruangan Davon, dia melihat suaminya tengah sibuk dengan pekerjaannya. Begitu tampan saat melihat suaminya sedang serius bekerja.
" Von, " suara Aurel menghentikan aktivitas Davon, dan menglihkan pandangannya ke arah Aurel yang baru saja masuk ke ruangannya.
" Ada yang ingin aku bicarakan. " Aurel menghampiri Davon dan duduk di kursi bersebrangan dengan Davon.
" Ada apa? " ucap Davon dengan wajah datarnya.
" Ini soal perempuan yang akan menikah dengan mu. "
Davon mendengus kesal mendengar persoalan ini lagi. " Aku tidak ingin mendengar nya, kau urus saja! "
" Kamu yakin gak mau tau siapa calon mu? "
" Tidak penting. " jawabannya sangat ketus, membuat Aurel semakin yakin jika pilihannya memang tepat.
Davon memang pria yang tidak mudah tertarik dengan wanita, sikapnya yang dingin dan acuh membuat Aurel tidak perlu cemas Davon akan mengkhianati nya.
" Baiklah, jika itu mau mu. " Aurel.
" Hem, " Davon hanya berdehem dan melanjutkan lagi pekerjaannya.
Davon sama sekali tidak menanyakan bagaimana perasaan Aurel tentang dirinya akan menikah lagi dengan perempuan lain. Perasaan Aurel tidaklah penting bagi Davon.
" Von, " panggil Aurel yang melihat Davon kembali sibuk berkutat dengan laptopnya dan mengacuhkannya yang masih ada di depannya.
" Hem, " jawabnya santai.
" Kamu masih sibuk? bisa temani aku pergi? "
" Aku sibuk! " jawabannya singkat.
Aurel menghela nafasnya dalam," Selalu begini. "
" Yasudah, aku pergi dulu. Selamat bekerja. " Aurel mengusap tangan Davon dan memberikan senyumnya, senyum yang terasa hambar.
Davon hanya menganggukan kepalanya.
Aurel mencoba menguatkan diri menghadapi sikap Davon yang terlalu acuh padanya. Seringkali Aurel berinisiatif untuk membuat Davon tertawa seperti dulu, namun usahanya sia - sia.
Davon yang dulu berbeda dengan yang sekarang, dulu sebelum menikah dengan dirinya, Davon selalu memberikan senyumannya dan bersikap baik padanya.
Bukan hanya dengan Aurel, Giska pun selalu ikut berlibur dengannya. Mereka bertiga berteman semenjak kuliah,dan kebetulan kuliah di Universitas yang sama.
Davon memang lebih tua Dua tahun dari Aurel dan Giska. Perbedaan usia tidak menghalangi mereka untuk menjalin pertemanan.
***
" Aurel.. " panggil Nyonya Jenny ketika melihat Aurel baru saja masuk ke rumah.
" Iya mah, " Aurel pun menghampiri Nyonya Jenny.
" Kamu dari mana? "
" Dari kantor Davon mah, " jawab Aurel.
" Emm, kamu sudah menemukan perempuan yang akan di nikahi Davon? "
" Sudah mah, " jawab Aurel dengan tatapan sendunya, terlihat jelas raut wajah tak relanya untuk berbagi suami dengan perempuan lain.
" Boleh mama tau, siapa perempuan itu? " Nyonya Jenny penasaran dengan perempuan pilihan Aurel, apakah sesuai dengan Nyonya Jenny atau tidak.
" Ini mah, " Aurel menunjukan foto Giska.
" Cantik, " ucap Nyonya Jenny setelah memperhatikan foto Giska.
Aurel tersenyum kecut mendengar pujian yang di berikan Nyonya Jenny untuk Giska.
" Apa dia mau dengan syarat yang kamu berikan, yang hanya menikah siri dengan Davon? "
" Aurel, sudah jelaskan semua mah, dan dia setuju untuk membantu Aurel. " Aurel berusaha meyakinkan Nyonya Jenny, padahal dirinya pun masih ragu dengan keputusan Giska yang akan membantunya.
" Baguslah, " Nyonya Jenny mengangguk. " Lalu, kapan mama bisa bertemu dengannya. "
" Emm, dia tinggal di luar kota mah.. " ujar Aurel.
" Tidak masalah, mama ingin bertemu dengannya sebelum pernikahan itu terjadi. "
" Iya mah, "
" Jadi, kapan mama bisa ketemu dengan nya. " tanya Nyonya Jenny untuk mendapatkan kepastian.
" Secepatnya mah, " ada keraguan di raut wajah Aurel, sehingga membuat Nyonya Jenny merasa curiga.
" Oke mama tunggu, kamu punya nomer ponselnya kan? "
" Punya mah, tapi buat apa? "
" Tentu saja mama mau Video call. " Nyonya Jenny segera mengutak atik ponsel milik menantunya yang ada di genggamannya.
" Siapa namanya? "
" Gisss... Giska mah. " jawab Aurel terbata.
Dengan cepat Nyonya Jenny pun melakukan panggilan Video call.
" Ya Tuhan, semoga Giska mau membantu ku. " batin Aurel.
" Tidak di jawab. " gerutu Nyonya Jenny yang tak kunjung diangkat panggilan nya oleh Giska.
" Mungkin dia sibuk mah. " Aurel merasa lega karena Giska tidak mengangkat panggilan itu.
Tiba - tiba saja ponsel Aurel berdering nyaring, dan ternyata panggilan itu dari Giska.
" Hallo Rel, tadi aku-- " belum sempat menyelesaikan ucapan nya, Nyonya Jenny menyerukan suara nya.
" Hallo ini benar Giska? "
" Ah, iya benar. bukannya ini ponsel Aurel? " tanya Aurel ketika mendengar suara yang menjawab panggilan nya bukan Aurel.
" Ini saya Jenny, ibu mertua dari Aurel. "
" Oh.. iya tan, "
" Tante cuma mau pastiin apa yang di katakan Aurel itu benar atau tidak. Apa benar kamu perempuan yang mau menikah dengan anak saya Davon? "
Giska nampak bingung menjawabnya, mendapat pertanyaan dari ibu mertua Aurel membuatnya gugup dan tidak tau harus berbicara apa.
Nyonya Jenny yang tidak mendengar jawaban dari Giska, langsung berbicara pada Aurel tanpa memutuskan panggilannya.
" Aurel, kamu bohongin mama? dia nggak mau kan nikah sama Davon? "
Aurel diam tak menjawab.
" Sudah mama bilang, kalau kamu gak bisa cari perempuan buat istri kedua Davon, biar mama yang cariin. " ketus Nyonya Jenny.
Aurel menunduk, menutupi kesedihannya.
Giska mendengar ucapan Nyonya Jenny pada Aurel, dan ikut merasakan kesulitan yang menimpa Aurel sahabat nya itu.
" Tante... " ucap Giska dari sebrang sana.
Nyonya Jenny yang mendengar Giska kembali bersuara. segera menyautinya.
" Iya. ada apa? " suara Nyonya Jenny terdengar begitu ketus.
" Saya bersedia tan, menjadi istri ke dua Davon. "
Aurel yang tadinya tertunduk, segera mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar.
" Baiklah. kapan kita bisa bertemu? "
" Lusa, saya akan cuti bekerja. "
" Tidak usah cuti, resign saja! sebentar lagi kamu juga akan pindah ke Jakarta. " ucap Nyonya Jenny .
" Nanti saya akan pikiran tan. "
" Baiklah. sampai bertemu, dan terimakasih. "
Nyonya Jenny memutuskan panggilannya.
*
*
*
Jangan lupa berikan dukungan kalian..
Bye.. bye..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!