NovelToon NovelToon

DANGEROUS LOVE

PROLOG PERKENALAN PARA TOKOH

Danner Family

Keluarga Danner terdiri dari Erkan Danner (Kepala Keluarga). Pria kelahiran Turki (35 tahun) adalah seorang ayah dan suami yang hangat di keluarga nya. Penampilannya yang maskulin dengan rambut tebal yang klimis, wajah innocent dan hidung yang mancung terkesan bahwa dia adalah pria yang sangat tampan. Selain kehidupannya sebagai ayah dan suami, dia juga seorang pebisnis yang handal dan ulung. Di usia nya yang masih produktif dia berhasil mengembangkan jaringan bisnis Tekstil dan Manufaktur Logamnya sampai masuk ke komoditas ekspor di negara nya. Karena keberhasilan dan kesuksesan nya dalam membangun jaringan bisnisnya (Danner Companies) banyak saingan bisnis nya yang mencoba menghancurkan dirinya dan keluarganya.

Ayla Danner (30 tahun) istri dari Erkan Danner. Sebelum menjadi Nyonya Danner, dia adalah seorang model papan atas keturunan Jerman. Dengan kulit nya yang putih bersih, rambut pirang nya yang lurus dan bola mata berwarna coklat membuat penampilan nya sangat anggun dan elegan. Setelah menikah dengan Erkan Danner, dia memilih mengundurkan diri dari dunia model yang membesarkan namanya. Dia memulai karir nya sebagai seorang Fashion Designer. Bekerjasama dengan suami nya yang pengusaha tekstil terbesar di Turki, Ayla Danner dengan mudah mengembangkan lini fashion nya sendiri. Ayla seorang ibu yang melindungi dan menjaga anak nya, terbukti dia mengorbankan dirinya untuk menerima tembakan dua peluru dari penjahat yang hendak membunuh dirinya supaya putrinya bisa selamat.

Hazal Danner (5 tahun) seorang gadis kecil yang cantik dengan rambut coklat nya yang selalu di kuncir dua oleh ibunya. Mempunyai bola mata yang indah yang menurun dari genetik ibu nya. Hazal adalah gadis yang ceria. Demi membalas dendam kematian orang tua nya, dia menyembunyikan jati diri nya dan mengubah nama belakang keluarganya. Ketika Hazal beranjak dewasa, dia tinggal dengan keluarga barunya, dia tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik namun siapa sangka di balik kecantikannya tersembunyi amarah yang besar. Rasa cintanya kepada kakak angkatnya dan anak dari pembunuh orang tuanya yang membuat nya hampir saja melupakan tujuan utamanya.

AKSAL FAMILY

Emir Aksal (35 tahun) adalah kepala keluarga di keluarga Aksal. Emir dan Erkan Danner merupakan dua sahabat karib sejak mereka kuliah di Los Angeles, Amerika Serikat. Emir Aksal adalah seorang pebisnis di bidang konstruksi bangunan. Bagi nya persahabatannya dengan Erkan Danner adalah bukanlah sebuah hubungan yang teman baik saja, tetapi seakan ada hubungan darah yang mengalir diantara mereka. Emir telah berhutang nyawa kepada Erkan, karena Erkan telah mendonorkan satu ginjalnya untuk Emir sewaktu dokter memvonis Emir dengan penyakit gagal ginjalnya. Pada waktu itu Ayah Emir sudah meninggal dunia, sedangkan ibu nya menderita penyakit diabetes yang tidak memungkinkan untuk mendonorkan ginjal nya. Karena peristiwa tersebut, Emir Aksal bersumpah untuk selalu melindungi Erkan Danner dan keluarga nya.

Meral Aksal (31 tahun) istri dari Emir Aksal dan ibu dari Yafet Aksal. Seorang wanita dengan rambut hitam sebahu, dan paras yang keibuan. Membuat wanita muda ini terlihat sangat lembut dan cantik. Setelah menikah dengan Emir, Meral menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Dia selalu mendukung suami nya dalam hal apapun. Termasuk mendukung suaminya untuk melindungi keluarga Danner.

Yafet Aksal (10 tahun) adalah anak semata wayang dari Emir Aksal dan Meral Aksal. Wajah dan rambut nya seperti ibunya. Yafet kecil adalah anak yang suka usil atau mengganggu teman-temannya dan tidak suka berbagi apapun dengan orang lain. Ketika dewasa, dia menjadi seorang play boy yang cukup terkenal di kampusnya. Pada akhir nya dia menjatuhkan pilihan hati nya kepada adik angkatnya sendiri, karena hal ini yang membuat dirinya harus bertentangan dengan keluarganya. Demi membantu gadis yang di cintai nya untuk membalas dendam atas kematian orang tua nya, dia rela mengubur perasaan nya dalam-dalam, hingga sampai kebahagiaan datang menghampiri nya.

🔥 Bersambung ❤️

Jangan lupa kasih Like, Komentar, Rate bintang lima dan Vote kalian ya 🤗 Kalau suka lanjut baca... tekan tombol favorit ❤️

Tragedi Keluarga Danner

Pegunungan Alpen, Swiss 03 Januari 2000

Keluarga Danner sangat menikmati liburan musim dingin tahun ini. Mereka berada di jalan raya mengitari Pegunungan Alpen hendak menuju hotel yang telah mereka pesan sebelumnya. Cuaca di luar sangat dingin, tampak pepohonan dan pegunungan tertutup oleh salju yang lebat. Jalanan menuju hotel mereka sangatlah berkelok dan berliku. Suasana saat itu gelap dan hanya ada sorotan lampu mobil para pengendara dan beberapa lampu jalan yang menerangi perjalanan tersebut. Tidak banyak mobil yang melintas, karena hari sudah larut malam. Bahkan terkesan sepi.

Hanya terdengar alunan musik dari dalam mobil tersebut.

Old Mac Donald has a farm....

Ei Ai......Ei.....Ai.... O.....

And on his farm he has some chicks......

Ei Ai.....Ei......Ai.....O....

With a chick chick here, chick chick there

Here a chick ......there a chick

Everywhere chick chick

Old Mac Donald has a farm

Ei Ai.....Ei....Ai....O.....

Erkan terlihat tersenyum saat mendengar putri kecilnya, Hazal menyanyikan lagu "O Mac Donald" mengikuti lagu yang ada di tape recorder mobil miliknya. Dia ikut bersiul mengikuti irama musik. Sedangkan istrinya, Ayla bertepuk tangan menikmati nyanyian dan musik dari kedua orang yang dicintainya. Mereka sangat senang menikmati perjalanan liburan musim dingin ini.

Sambil memegang setir kemudi, Erkan sering melihat kaca spion sampingnya. Beberapa menit ini terlihat mobil hitam yang ada di belakang selalu mengikutinya. Entah sudah berapa lama.

Erkan menginjak pedal gas dalam-dalam untuk menambah kecepatan mobilnya. Ternyata mobil hitam yang ada di belakangnya juga semakin mempercepat lajunya.

Ayla yang sejak tadi juga memperhatikan mobil hitam tersebut dan melihat gelagat suaminya juga ikut di buat penasaran dan bertanya pada suaminya.

"Sayang, apa kau memperhatikan mobil hitam yang ada di belakang kita?"

"Iya. Aku juga memperhatikannya, sepertinya mobil itu sedang mengikuti kita." Manik mata Erkan sesekali melihat kaca spionnya.

"Apa kamu kenal pengemudi itu? Dia selalu menghidupkan lampu sorot mobilnya ke arah kita. Apa mungkin dia perlu bantuan?" Ekspresi wajah kegelisahan tergambar pada ibu satu anak itu.

"Entahlah, aku tidak terlalu melihat wajahnya." Fokus Erkan terbelah antara melihat jalan raya yang ada di depan dan spion mobilnya.

Beberapa detik kemudian terdengarlah suara.

Bruaaakkkk...!

Mobil hitam tersebut sudah menabrak bagian belakang mobil Erkan.

Hazal yang duduk di kursi belakang sambil bernyanyi, mendadak terkejut karena benturan mobil tersebut. Wajah gadis kecil itu yang semula ceria berubah menjadi pucat ketakutan dan menangis.

"Tenang Hazal, mungkin sopir mobil itu sedang mengantuk dan menabrak mobil kita," kata Ayla mencoba menenangkan putrinya.

Bruaaakkkk...!

Kali ini suara nya terdengar lebih keras dari benturan yang pertama.

"Ayah Ibu, aku takut...," kata Hazal sambil menangis dan menekuk kedua kakinya ke atas.

"Tenang sayang, Ayah dan Ibu ada di sini. Pakai sabuk pengaman mu." Erkan mencoba menenangkan putri nya padahal dia juga khawatir dengan situasi saat itu.

Mobil Erkan terus melaju dengan kecepatan tinggi. Ketika di lihatnya di depan ada sebuah pom bensin, Erkan hendak memarkirkan mobilnya di sana. Ayah Hazal itu segera menginjak rem mobilnya, tetapi mobil tersebut masih melaju dengan kencang. Dia semakin bingung dengan apa yang terjadi dengan mobilnya saat itu.

"Ada apa sayang? Apa ada yang terjadi dengan mobilnya?" tanya Ayla yang melihat wajah suaminya yang mulai pucat. Terlihat kaki suaminya selalu menginjak pedal rem terus-menerus.

"Rem... rem mobilnya sepertinya tidak berfungsi!" seru Erkan yang mulai panik.

"Sial!" teriaknya sambil memukul setir kemudinya. Erkan mencoba mengendalikan setir kemudinya.

Ayla terkejut dan mendadak ikut panik setelah mengetahui kondisi mobilnya.

Hazal yang tidak mengerti pembicaraan orang tuanya, hanya menangis sambil memeluk boneka beruangnya.

Mobil Erkan terus melaju dengan kencang, melewati pom bensin yang dia maksud. Saat itu jalanan sedang menurun. Mobil tersebut meluncur tidak terkendali. Bagaikan sebuah permainan rollercoaster, kendaraan itu meluncur dari atas hingga ke bawah dengan cepat.

"Ayla... Hazal... berpeganglah dan gunakan sabuk pengaman kalian. Cepat!" teriak Erkan kepada istri dan anaknya.

Mobil hitam itu terus mengikuti mobil Erkan, semakin cepat bahkan hendak menabrak mobil itu kembali dengan kekuatan penuh.

Hitungan di mulai. Satu... dua... tiga....

Bruaaakkkk...!

Hanya dengan sekali benturan yang sangat keras dari mobil hitam tersebut, mobil Erkan langsung oleng seketika dan terguling berulang-ulang hingga mobil tersebut berbalik posisinya dengan atap mobil menyentuh tanah.

Pandangan Ayla sedikit buram dan dia merasakan kepalanya pusing karena benturan yang sangat keras. Dia memegang pelipisnya yang mengeluarkan darah segar. Kemudian di lihatnya Erkan yang sudah tidak bergerak di posisi setir kemudinya, darah segar mengalir dari telinga dan hidung pria itu. Disentuhnya leher Erkan untuk memeriksa denyut nadi suaminya.

"Erkan...!" teriak Ayla sambil menangis dan menggoncang tubuh suaminya dengan keras. Tetapi suaminya itu masih tidak bergerak dan tidak membuka mata nya. Darah segar mengalir dari pelipis dan hidung laki-laki yang telah menikahinya.

"Ibu, tolong aku. Apa yang terjadi dengan Ayah?" tanya Hazal yang tidak mengerti kenapa ibunya berteriak kemudian menangis.

"Ayahmu, dia...." Ayla tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia tidak tahu bagaimana memberitahu putri tunggalnya itu bahwa ayahnya telah tiada.

"Aku mau keluar dari sini Ibu. Aku takut," ucap Hazal sambil menangis tersedu-sedu.

"Tunggu di sana sayang, Ibu akan mencoba keluar lebih dulu kemudian Ibu akan menolongmu." Ayla berusaha keluar dari mobil. Dia ingin mencari bantuan. Akan tetapi, dia sangat terkejut karena kakinya tidak bisa digerakkan.

Ada apa dengan kakiku? Kakiku tidak bisa bergerak. Oh tidak...! Bagaimana caranya aku bisa keluar dari sini?

Dengan bersusah payah Ayla berhasil keluar dari mobilnya. Menggunakan tangan dan lututnya dia menyeret tubuhnya sendiri, kemudian dia menuju ke pintu belakang mobil untuk menolong Hazal keluar.

Ketika mereka berdua sudah berada di luar, tiba-tiba muncul seorang pria berperawakan tinggi besar, memakai mantel hitam dan sepatu bot tinggi. Wajahnya sangat menyeramkan, penuh dengan cambang, ada tahi lalat di bagian dahinya, kepalanya yang gundul tampak terlihat jelas tanda lahir tersebut. Pria misterius itu adalah pengemudi mobil hitam.

Pria tersebut sudah ada di depan mereka, Ayla berusaha melindungi Hazal dengan cara mendekap dan memeluk erat putrinya. Dia mencoba meminta pertolongan pada pria tersebut. Tapi pria itu hanya tertawa mengejek sambil memandangi wajah Ayla dan Hazal, kemudian dia membungkuk dan memegang wajah Ayla dengan satu tangannya.

"Hmm.... rupanya kecelakaan mobil tersebut membuat kakimu cedera Nyonya. Tenang saja, aku akan mengurangi penderitaanmu. Sebentar lagi aku akan mengirim kalian berdua ke neraka." Wajah pria misterius itu sama menakutkannya dengan malam hari ini.

"Jangan, kumohon...." Ayla memohon belas kasihan pada pria itu.

Dor...! Dor...!

Suara tembakan terdengar dari pistol pria misterius itu. Pria itu menembakkan dua longsong peluru. Satu peluru untuk Ayla dan satu peluru untuk Hazal. Dalam keadaan berlumuran darah, Ayla membisikkan sesuatu ke telinga Hazal. Seketika itu juga tubuh ibu dan anak itu jatuh ke tanah. Darah segar mengalir dan membasahi pakaian mereka.

"Selamat jalan Nyonya dan Putri Danner," kata pria misterius itu sambil tertawa menyeringai.

Kemudian pria itu berjalan ke arah kemudi, dia mencari Erkan Danner. Begitu pintu mobil depan terbuka, tubuh Erkan yang sudah tidak bernyawa itu langsung jatuh mengenai kakinya.

"Ternyata kau sudah menemui ajalmu lebih dulu Tuan Danner, mudah sekali menyingkirkan kalian bertiga," gumamnya.

Setelah selesai melakukan tugasnya, pria itu menelepon seseorang dan mengatakan bahwa tugasnya sudah berhasil. Kemudian dia pergi meninggalkan mayat keluarga Danner tergeletak di tengah jalan.

🔥 Bersambung ❤️

Jangan lupa kasih Like, Komentar, Rate bintang lima dan Vote kalian ya 😊 Jika kalian suka, tekan tombol favorit ❤️ dan silahkan lanjut di baca 🤗 Terimakasih 🙏

Aku Ingin Pulang

Pegunungan Alpen, Swiss 04 Januari 2000

Keesokan paginya, terlihat kerumunan orang-orang yang ingin melihat kejadian tersebut. Tampak beberapa mobil polisi dan mobil ambulans telah datang ke lokasi kejadian. Mereka memasukkan tubuh keluarga Danner ke mobil ambulans untuk di lakukan otopsi.

Petugas polisi memberikan garis pembatas berwarna kuning di sekitar mobil tersebut. Tim penyelidik itu berusaha mencari barang bukti atau petunjuk yang bisa membantu penyelidikan kasus ini.

Banyak wartawan dalam dan luar negeri yang meliput kejadian ini. Menurut para jurnalis itu, kejadian ini akan menjadi berita paling Top pada minggu ini. "TRAGEDI KELUARGA DANNER. Pengusaha sukses asal Turki ini tewas bersama anak dan istri nya saat liburan di Pegunungan Alpen, Swiss."

Sementara itu di dalam mobil ambulans, salah satu tangan Hazal bergerak pelan. Jari telunjuknya sedikit terangkat ke atas. Tampak ada seorang suster yang melihat hal itu, dan mencoba memeriksa denyut nadi nya.

"Dokter, gadis kecil ini ternyata masih hidup."

"Apa kau yakin?"

"Iya betul Dok. Denyut nadi nya masih terasa."

"Cepat berikan aku stetoskop! Aku akan memeriksa nya sekali lagi!" seru Dokter tersebut.

Setelah Dokter memeriksa, ternyata Hazal memang masih bernapas. Hanya saja denyut nadi nya lemah dan dia tidak sadarkan diri. Dokter meminta sopir ambulans untuk secepatnya membawa mereka ke Rumah Sakit terdekat.

Mobil ambulans telah tiba di rumah sakit. Hazal langsung di bawa menuju ke ruang UGD untuk di periksa lebih lanjut. Suster memakaikan alat bantu pernapasan dan infus pada makhluk kecil itu.

Dokter memberikan informasi kepada pihak polisi, bahwa putri Tuan Danner masih hidup dan saat ini dalam masa perawatan di Rumah Sakit. Kepala Polisi memerintahkan beberapa anak buahnya untuk berjaga-jaga di depan pintu kamar Hazal, untuk mencegah kemungkinan penjahat tersebut mencoba membunuh Hazal kembali. Pihak Kepolisian juga menutup informasi tentang masih hidupnya Hazal Danner dari media publik, demi keselamatan gadis kecil itu.

Pukul 12 siang waktu setempat, Hazal membuka matanya, dia melihat sekelilingnya. Saat ini ia berada di dalam sebuah kamar dengan nuansa warna putih dengan jendela yang pintunya terbuka keluar. Hazal melihat dirinya memakai alat bantu pernafasan dan infus di tangannya.

Aku dimana?

Dia melihat ke kiri dan ke kanan, tidak ada seorang pun. Ayah dan ibunya juga tidak ada. Ia segera melepas alat bantu pernapasannya. Belum berhenti rasa penasaran nya, tiba-tiba pintu kamar nya terbuka. Seorang perawat yang masih muda datang menghampirinya.

"Hai gadis kecil, kau sudah bangun rupanya. Siapa namamu?" tanya perawat tersebut sambil berdiri di samping ranjang Hazal.

"Hazal. Aku di mana? Di mana ayah dan ibuku?" tanya Hazal lirih. Manik mata kecil itu membulat, menunggu jawaban dari petugas berbaju putih itu.

"Sekarang kamu berada di Rumah Sakit. Nanti kamu bisa tanyakan sendiri pada dokter tentang ayah dan ibu mu." Perawat itu mengusap rambut coklat Hazal.

"Bisakah kau panggilkan tuan dokter, kakak cantik?" Bibir kecil itu menyunggingkan sebuah senyuman tipis.

"Baiklah, tunggu sebentar gadis kecil."

Hazal menganggukkan kepalanya saat perawat muda itu berkata demikian. Dia melihat perawat itu keluar dari kamar nya. Ia berusaha mengingat kejadian semalam. Tanpa ia sadari air matanya menetes membasahi bantalnya.

"Ayah... ibu... di mana kalian? Aku takut. Bawa aku pulang ayah. Aku mau pulang ke rumah," isak Hazal yang berada sendirian di dalam kamar rumah sakit.

Beberapa menit kemudian, seorang dokter yang berusia sekitar empat puluh tahun masuk ke kamar Hazal.

"Halo anak manis, siapa nama mu?" tanya dokter tersebut dengan jas putihnya.

"Hazal. Apakah kamu Tuan Dokter?" tanya Hazal dengan nada suara khas anak kecil berusia lima tahun.

"Iya betul. Aku Tuan Dokter. Namaku Mitch," sambil tersenyum Dokter Mitch memperkenalkan diri nya pada Hazal. Telapak tangan besar dan telapak tangan kecil itu saling berjabat tangan.

"Kata kakak cantik itu, Tuan Dokter tahu di mana ayah dan ibuku. Dimana mereka?" Hazal yang terduduk di atas ranjang mulai menegakkan tubuhnya. Wajahnya seakan memohon dengan penuh harapan.

"Hazal, Ayah dan Ibu mu...." Perkataan Dokter Mitch terputus. Dokter itu tidak sanggup memberitahu anak kecil itu tentang kejadian yang sebenarnya.

"Katakan Tuan Dokter. Kumohon, waktu itu ibuku juga tidak bisa mengatakan apa yang terjadi dengan ayahku. Padahal aku melihat ayah tertidur di depan setir kemudi." Hazal menceritakan dengan polos kejadian sewaktu kecelakaan itu terjadi.

"Ayah dan ibumu.... Mereka saat ini berada di Surga." Dokter Mitch menghembus napasnya. Ia melepaskan kacamatanya dan mulai mengusap cairan bening yang sudah membasahi kelopak matanya.

"Di Surga? Kenapa mereka tidak mengajak aku? Aku juga ingin bermain bersama mereka di Surga," terdengar suara Hazal masih ceria. Dokter Mitch hanya menatap manik mata Hazal dalam diam.

"Kapan mereka akan pulang, Tuan Dokter? Kenapa mereka meninggalkan aku di sini? Apakah karena aku nakal dan suka menangis?" Tangan kecil itu mulai mengguncang tangan Dokter Mitch dengan berbagai pertanyaan.

"Aku janji, Tuan Dokter. Aku tidak akan nakal lagi dan tidak akan menangis lagi." Suara Hazal mulai terdengar lirih.

"Tapi jangan tinggalkan aku sendirian di sini," isak tangis Hazal mulai pecah memenuhi ruang kamarnya.

Sementara itu di hari yang sama di Perancis...

Seorang pengusaha Turki yang bernama Emir Aksal sedang berada di Perancis untuk menikmati liburan musim dingin dengan keluarganya. Ia mendapat kabar yang sangat mengejutkan tentang kematian keluarga Danner, sahabatnya.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Emir bergegas menuju Pegunungan Alpen ke Rumah Sakit dimana Hazal di rawat. Sedangkan istri dan anak nya bertolak menuju Istanbul, Turki.

Emir memberitahukan kepada Polisi dan dokter, bahwa dia adalah kerabat dari keluarga Danner. Dengan proses yang panjang, akhirnya Emir mendapatkan ijin untuk bertemu dengan Hazal.

Sesampainya Emir di kamar Hazal, gadis kecil itu sedang tidur karena kelelahan menangis. Dia tidak menyangka bahwa Hazal harus kehilangan kedua orang tuanya di usianya yang masih anak-anak.

Suami Meral Aksal ini menyalahkan dirinya sendiri, kenapa dia tidak bisa melindungi Erkan dan keluarganya. Seandainya saja, dia dan keluarganya juga ikut berlibur ke Swiss, tragedi ini tidak akan terjadi.

"Aku harus menghukum pembunuh itu, aku tidak akan membiarkannya lepas begitu saja! Nyawa harus di bayar dengan nyawa! Penjahat itu hampir melenyapkan seluruh keluarga Danner, maka aku akan melenyapkan seluruh keluarganya!" seru Emir dengan penuh amarahnya.

Kemudian Emir menelepon istrinya dan memberitahukan tentang kondisi Hazal. Dia memutuskan untuk tinggal di Swiss sampai Hazal di ijinkan pulang oleh Dokter, dan dia ingin menyelidiki kematian sahabatnya itu.

Emir menatap wajah gadis kecil yang ada di depannya. "Apa yang harus aku lakukan dengan putri Erkan ini?" gumamnya pelan.

🔥 Bersambung ❤️

Jangan lupa kasih Like, Komentar, Rate bintang lima dan Vote kalian. Lanjut baca jika kalian menyukainya. Terimakasih 🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!