NovelToon NovelToon

Twins Menjadi Anak Angkat Bos Mafia

bab.1

(Alkana Leophard)

***

Di suatu kota ada seorang mafia yang terkenal kejam dan ditakuti. Bukan saja di kota itu tapi juga di seluruh dunia, kecuali dunia gaib. Namanya mudah diingat dan bila kau menyebut namanya tiga kali di mana pun kau berada, kau akan merasa merinding.

Nama mafia itu adalah Vampir. Bukan Vampire yang suka menghisap darah tapi Vampir yang ini suka menghisap uang. Vampir juga tentu hanya julukan di dunia hitam bukan nama asli. Nama aslinya adalah Alkana Leophard.

Dia juga psikopat yang tak ragu menyiksa musuhnya walau dia seorang wanita. Tidak ada yang bisa menyentuh hatinya atau meluluhkannya. Bila kau melihatnya lebih baik kau menghindar, jangan pernah berpapasan atau bertatap muka dengannya. Bila dia tidak suka padamu dia tidak akan segan membunuhmu.

Namun, anehnya walau dia mafia, dia adalah pengusaha yang sukses, semua usahanya adalah legal. Dia tidak pernah berurusan dengan narkoba atau semacamnya. Dia hanya suka bertransaksi senjata api di black market atau perdagangan gelap. Bukan berarti dagang gelap-gelapan, Itu hanya istilah atau sebutan untuk perdagangan secara sembunyi-sembunyi karena barang yang diperdagangkan biasanya barang yang dilarang atau selundupan.

Alkana berumur 23 tahun. Masih sangat muda. Dia masih bujang tetapi bukan bujang lapuk. Alkana belum menikah tetapi sudah sangat berpengalaman. Jadi bisa dibilang bujang tidak perjaka. Alkan panggilannya, tidak pernah menjalin hubungan serius dengan wanita hanya teman tidur saja. Itu pun jarang, hanya bila dia stress berat.

Alkan adalah anak pertama dari dua orang bersaudara. Adiknya laki-laki bernama Arsenio Leopard panggil saja Arsen. Dia masih berumur 20 tahun, tetapi tengilnya bukan main.

Alkan sudah tinggal terpisah dengan kedua orang tuanya. Suatu malam saat hujan lebat dan petir meyambar, menggelegar memekakkan telinga, cahaya kilat membelah langit, terdengar suara lain yang membuat penghuni di rumah itu bergidik takut.

Suaranya saling bersahutan, kadang terdengar menyayat hati. Seseorang memberanikan diri untuk melihatnya. Dia membuka pintu perlahan. "Tuan Alkan hati-hati mungkin itu hanya jebakan." Alkan melirik anak buahnya dengan sinis.

"Kalau begitu, kau yang melihatnya ke luar!" Mendengar itu anak buahnya diam dan menggeleng. "Disuruh keluar gak mau, tapi sok memperingati. Anak buah cuma pintar ngomong tapi tidak punya nyali," pikir Alkan.

Pintu terbuka, suara itu semakin jelas saling bersahutan. Alkan mencari di setiap penjuru, bahkan sampai di bawah pohon. Tidak ada apa pun.

Di dengarnya sekali lagi secara seksama asal suara itu. Oh suara itu berasal dari dekat tempat sampah. Didekatinya dan dia menemukan banyak kantong plastik di dekat tempat sampah.

Ada satu yang menarik perhatiannya yaitu kotak dus yang di atasnya ada kayu yang menutupi dus itu. Dihampirinya dus itu dan suara itu semakin terdengar jelas. Disingkirkan kayu yang menutupinya.

"Ya Tuhan, siapa orang yang tega berbuat seperti ini?" Nampak olehnya bayi kembar mungil nan cantik. Untunglah mereka tidak kehujanan, karena posisinya tepat berada di bawah atap teras. Bayi-bayi itu menangis dengan keras.

"Kalian, angkat ke dalam!" Alkan memerintahkan pada kedua anak buah yang mengikutinya.

"Siap, Bos!" Mereka mengangkat dus itu.

"Eh eh eh, taruh... taruh!" Walau bingung mereka tetap mengikuti perintah bosnya.

"Kalian mikir gak? Dus itu sudah lembab, gampang sobek. Isinya itu dua bayi pasti berat! Nanti kalau dus sobek dan bayi-bayi itu terjatuh, bagaimana? Sekarang angkat mereka, gendong satu-satu! Kalau mereka terluka, nyawa kalian melayang!" Alkan mengatakannya dengan mata yang melotot mengintimidasi dan suara tegas. Membuat anak buahnya menjadi gugup.

"I... iya Bos. Maaf," ucap mereka berdua kompak. Lalu mereka mengambil bayi itu dan menggendongnya masing-masing satu.

Alkan pergi terlebih dahulu menuju ke dalam rumah. Bayi-bayi itu masih menangis. Sesampainya di dalam, Alkan memerintahkan mereka menidurkan bayi kembar itu di dalam kamarnya. Dia juga menyuruh pelayan untuk mengurus bayi-bayi itu agar mereka merasa hangat.

Sementara itu Alkan menelepon Dokter yang sekaligus sahabatnya, Dominic. "Halo Dom. Lo datang ke rumah gue, sekarang! Bawa baju bayi perempuan baru lahir kembar yang banyak. Pokoknya semua perlengkapan bayi untuk dua orang. Susu sama dotnya juga jangan lupa. Gak pake lama cepetan!" Alkan langsung menutup teleponnya tanpa memberi kesempatan pada lawan bicaranya di seberang telepon untuk bertanya. Itulah Alkana yang diktator.

Alkan pegi ke kamarnya. Masih terdengar suara tangisan bayi. Dilihatnya bayi-bayi itu sudah terbalut handuk.

"Mereka sudah mandi?"

"Sudah Tuan, sudah pakai minyak telon juga. Tinggal pakai bajunya saja." Salah satu pelayan menjawab.

"Biarkan mereka terbungkus handuk kering untuk sementara. Sebentar lagi Dokter datang membawa perlengkapan bayi."

"Baik Tuan." Dalam hati pelayan itu berkata, "Orang kaya mah bebas. Dokter aja bisa disuruh-suruh beli perlengkapan bayi."

Setengah jam dia menunggu, Dominic belum juga datang. "Kenapa lama sekali? Aku pecat dia dari Dokter keluarga." Alkan menggerutu sambil bolak-balik di depan ruang tamu.

Bayi-bayi itu masih menangis, karena itu Alkan keluar, dia tidak tega mendengar tangisan mereka. Alkan yakin mereka pasti lapar dan haus. Sementara di rumah itu tidak ada susu bayi atau ibu menyusui. Bisa saja dia pesan secara online perlengakapan bayi tetapi dia ingin yang terbaik untuk kedua bayi itu. Karena itu dia menyuruh Dominic, yang lebih mengerti. Karena dia adalah Dokter anak.

Ting tong...

Suara bel terdengar, seorang pelayan ke depan untuk melihatnya. Masuklah Dominic dan beberapa orang membawa perlengkapan bayi. Mulai dari tempat tidur sampai dot bayi.

"Antar mereka ke kamar di samping kamarku dan susun semuanya. Segera pakaikan baju lalu buatkan susu." perintah Alkan pada pelayannya.

"Baik Tuan." Pelayan itu mengantarkan orang-orang itu ke kamar sebelah kamar Alkan.

"Kenapa lama sekali? Kasihan mereka, sudah kehausan."

"Ya ampun Al, lo tidak lihat jam berapa sekarang! Di luar juga hujan lebat. Beruntung gue menelepon toko langganan, dan mereka mau melayani pembeli yang membeli di saat toko sudah tutup."

"Ini ceknya, di tulis saja nominalnya sesuka lo." Alkan memberikan cek kosong yang sudah di tandatangani.

"Thankyou bro." Dominic menerima cek itu, dan memasukkananya dalam kantong.

"By the way, itu bayi-bayi siapa?"

"Gak tahu, gue menemukan mereka di tempat sampah."

"Ya ampun, hujan-hujan begini, ada yang buang anak! Sungguh tega orang itu, apa dia tidak berpikir mereka bisa mati kedinginan dan kelaparan." Dominic tidak habis pikir.

"Yang buang pasti belum jauh, lo bisa lihat CCTV," lanjut Dom.

"Iya, nanti! Sekarang yang penting, lo periksa mereka dulu. Ayo! Mereka ada di kamar." Dominic mengikuti Alkan ke kamarnya.

Di kamar sebelah kamar Alkan, terlihat beberapa orang yang sibuk mengatur barang-barang yang di belinya. Alkan masuk ke kamarnya bersama Dominic, terlihat dua orang bayi kembar yang tertidur pulas. Mereka pasti kelelahan setelah menangis. Mereka juga sudah memakai pakaian bayi.

"Cantiknya mereka, lihatlah mereka begitu menggemaskan." Domonic lalu mendekati mereka.

"Periksa dengan teliti! Apa lo bisa tahu kapan mereka lahir?" Domininic memeriksa mereka dengan teliti, ia juga membuka baju mereka dan melihat perutnya.

"Kalau lihat dari tali pusatnya, sepertinya baru lepas. Itu berarti mungkin empat atau lima hari yang lalu. Paling lama satu minggu. Kondisinya sehat, semua normal. Mba tolong ambil timbangan, saya mau timbang mereka."

Dominic meminta timbangan bayi yang dia bawa. Anak buah Alkan yang membantunya membawakan ke kamar. Dom menimbang mereka. Karena dipangku, tidur mereka terusik sehingga mereka terbangun

"BB nya bagus normal 2,7 kg dan 2,5 kg."

Domonic juga mengukur panjangnya "panjangnya sama 49 cm."

"Apakah itu normal?" tanya Alkan.

"Normal. Apakah lo akan merawatnya atau menitipkannya ke panti asuhan?"

Alkan menatap mata bayi itu satu persatu, mereka pun menatap Alkan, bayi-bayi itu seolah memohon untuk dirawat. Mereka yang datang padanya, Sang pencipta mungkin ingin dia merawatnya, lagi pula dia tidak akan kesepian. Ibunya juga pasti senang melihat mereka dan tidak akan menuntutnya untuk menikah.

"Aku akan merawatnya, dan memberikan segala yang mereka butuhkan. Bisa kau buatkan aku akte kelahiran mereka." Alkana memutuskan untuk merawatnya.

"Lalu siapa nama mereka?" tanya Dom.

"Andhira Awahita Leophard dan Andhara Awahita Leophard." Hanya itu yang ada di kepalanya.

"Dira dan Dara."

.

.

.

.

bab.2

(Andhira Awahita Leophard & Andhara Awahita Leophard)

***

Satu bulan berlalu, Dominic sudah membuatkan akte kelahiran mereka. Alkan merasakan repotnya mengurus balita, walau dia sudah menyewa babysitter empat orang untuk menjaga Dira dan Dara. Dia juga tidak lepas tangan dan cuek. Kadang dia tidur bersama twins, juga jalan-jalan pagi sambil mendorong baby stroller.

Dia bahagia, hidupnya lebih berwarna dengan adanya mereka. Setiap mendengar Dara dan Dira menangis. Alkan pasti akan bangun, walau itu tengah malam. Dia mendengarnya dari speaker yang dipasang di kamar si kembar dan dihubungkan ke kamarnya.

Namun, kali ini dia harus berpisah sementara dengan twins. Ada pekerjaan yang mengharuskannya pergi ke luar negeri. Alkan sudah menyiapkan segalanya buat twins, dia juga minta pada Dominic untuk membantu merawat twins selama dia pergi. Disiapkan beberapa bodyguard untuk menjaga twins.

"Saya pergi. Jaga mereka dengan baik, kalau sesuatu terjadi pada mereka atau kulit mereka tergores sedikit saja, nyawa kalian akan hilang, kalian mengerti!"

"Mengerti Tuan!" Alkana mengumpulkan semua pegawai di rumah itu dan memberi peringatan.

Andai dia bisa membawa mereka, pasti akan dia bawa. Berhubung kepergiannya kali ini sebagai Vampir sangat beresiko jika membawa mereka. Alkana mencium Dara dan Dira yang tidur di atas baby stroller lalu dia pergi, bersama dua orang bodyguard sekaligus kaki tangan yang sangat dia percaya. Alkan menaiki pesawat pribadi untuk pergi menuju negeri paman Sam.

Sementara itu di rumah Alkan, terjadi kepanikan. Pasalnya tiba-tiba datang Nyonya besar Leophard yaitu Adhisti Leophard ibu dari Alkana Leophard. Dia rindu dengan anaknya, sudah hampir 1 bulan mereka tidak pernah bertemu. Dia ingin tahu, kenapa Alkan tidak pernah pulang? Alangkah terkejutnya dia. Bukannya Alkan yang dia temui tapi dua orang bayi kembar cantik. Adhisti mengumpulkan semua orang untuk ditanyai.

"Katakan! Anak siapa ini?" Semua maid dan bodyguard bingung menjawab pertanyaan Adhisti. Tuan mereka berpesan, jika ada yang bertanya, anak siapa mereka? Jawab saja, anak tuan Alkana Leophard. Namun, yang bertanya sekarang adalah ibu dari Tuan mereka, apakah dia harus jujur atau mengikuti perintah tuan Alkan?

"Kenapa kalian diam? Cepat jawab! Anak siapa mereka?"

"Anak Tuan Alkan, Nyonya." Salah satu bodyguard bernama Anton yang menjawabnya.

Sesuai dengan instruksi tuan Alkan, dia menjawab anak Tuan Alkan. Masalah yang lain, biar nanti Tuannya sendiri yang menjelaskan pada ibunya, yang penting tugas dia, menuruti semua perintah Tuannya.

"Anak Alkana? Siapa ibunya?"

"Maaf Nyonya, kalau masalah itu kami tidak tahu. Kami hanya diperintahkan untuk merawat dan menjaga mereka." Anton lagi yang menjawabnya. Adhisti memperhatikan Anton dan yang lainnya. Jawaban itu mengartikan bahwa mereka tidak akan menjawab apa pun pertanyaannya tentang asal usul si kembar.

"Baiklah, siapa nama mereka?" Adhisti mengalah percuma saja bertanya, mereka tidak akan memberikan informasi apa pun.

"Namanya Andhara Awahita Leophard dan Andhira Awahita Leophard."

"Nama yang cantik, Alkan juga memberi nama belakang keluarga pada mereka. Apakah benar mereka anaknya?"

"Iya, Nyonya."

"Yang lain boleh pergi, kecuali Anton!" Semua pelayan dan bodyguard yang berkumpul, membubarkan diri. Sementara Anton tetap berada di sana.

"Ke mana Alkan?"

Klaim

"US, Nyonya."

"Berapa lama?"

"Mungkin seminggu."

"Ok! Bawa mereka ke rumahku. Siapkan pakaian dan botol susunya!"

"Hah, tapi Nyonya...."

"Jangan membantah dan kerjakan saja! Atau kau ingin aku membawa mereka secara paksa?"

"Tidak Nyonya, akan segera saya siapkan, Nyonya." Anton pergi ke kamar twins, dan menyuruh babysitter twins menyiapkan segalanya untuk kepergian twins ke rumah utama. Begitu mereka menyebutnya untuk rumah orang tua Alkana Leophard.

"Semua sudah siap Nyonya."

"Bagus, bawa mereka ke mobil!"

"Baik, Nyonya." Anton dan dua orang babysitter, beranjak ke mobil Nyonya besar.

Adhisti masuk ke dalam mobil. Dia melihat beberapa orang juga masuk ke dalam mobil di belakang mobilnya. Dia lalu membuka jendela.

"Anton, mereka mau ke mana?"

"Mereka mengawal mobil Nyonya pulang."

"Tidak perlu! Tadi juga saya ke sini tidak dikawal." Adhisti menolak.

"Maaf Nyonya, tapi sekarang Anda bersama Nona muda kembar. Jadi kami harus mengawal atau kami akan dimarahi Tuan."

"Bilang saja kalian mengawal mereka! Ayo cepat kita berangkat!" Adhisti menutup jendela mobilnya dan melihat twins dalam gendongan baby sisternya. Dia lalu tersenyum, mereka begitu cantik dan menggemaskan.

Adhisti sengaja menculik mereka dan membawanya pulang, untuk menemaninya di rumah. Mobil Adhisti sudah berangkat dikawal oleh dua mobil, satu di depan dan satu di belakangnya. Adhisti salut pada kesetiaan anak buah Alkan, walau Alkan tidak ada, mereka melakukan tugasnya dengan baik.

Selama dalam perjalanan, twins sangat anteng. Mereka terlihat menikmati perjalanannya. Rumah Alkana termasuk jauh dari rumah utama keluarga Leophard. Berjarak sekitar dua jam.

Mereka sudah sampai di istana keluarga besar Leophard. Anton segera membukakan pintu untuk Nyonya Adhisti dan di sisi lain ada bodyguard yang membukakan pintu untuk twins. Adhisti turun di ikuti oleh babysitter yang menggendong Dhira dan Dhara. Mereka berjalan masuk ke dalam rumah.

"Assalamu'alaikum." Adhisti memberi salam.

"Wa'alaikumsalam." Semua pegawai yang menjawabnya, mereka berbaris di dekat pingu masuk.

"Merlin, apa Tuan Arsen ada?" Adhisti bertanya pada Merlin kepala pelayan di rumahnya.

"Ada Nyonya, baru saja pulang."

"Ok! Tolong kamu antar mereka ke kamar tamu, dan bereskan barang-barangnya. Sementara itu tolong kamu siapkan kamar untuk baby twins, lengkap dengan segala furniture babies. Pakai kamar yang di samping kamar saya."

"Siap Nyonya." Merlin mengajak mereka ke kamar yang akan mereka tempati untuk sementara, yaitu di kamar tamu. Adhisti pergi ke kamar Arsen, Anaknya yang ke dua si bungsu adiknya Alkana.

ΤΟΚ... ΤΟK ...

Adhisti mengetuk pintu kamar Arsen. "Arsen! Buka pintunya sayang."

"Sebentar Mah!" Terdengar sahutan dari dalam. Tak lama pintu terbuka. Nampak seorang pemuda tampan sedang memakai handuk yang dililitkan di pinggangnya.

"Kamu, habis mandi?" tanya Adhisti.

"Kelihatannya?" Arsen balik bertanya. Arsen melangkah ke dalam ruangan wardrobe. Adhisti masuk dan menutup pintu.

"Kamu tahu sesuatu tentang Kakakmu Alkan?" teriak Adhisti pada Arsen yang berada di ruangan wardrobe. Dia duduk di sofa yang berada di kamar Arsen.

"Tahu apa? Pacarnya dia, atau bisnisnya?" saut Arsen dari dalam.

"Pacarnya atau siapa saja yang dekat dengannya?" Arsen mengernyit mendengar pertanyaan mamahnya. Arsen lalu keluar dari ruangan wardrobe. Dia sudah memakai kaos santai dan celana pendek selutut. Penampilannya terlihat sederhana dan kasual.

Arkan duduk di hadapan mamahnya.

"Tumben Mamah kepo sama urusan Alkan. Ada apa?"

"Mamah tadi ke rumahnya, tapi Alkan tidak ada. Kata Anton, Alkan sedang ke US. Kamu tahu?

Mamah di sana mendapat kejutan!" ucapan Adhisti membuat Arsen penasaran.

"Kejutan apa?" tanya Arsen.

"Kejutannya Mamah bawa ke sini, ayo, kamu harus lihat!" Adhisti mengajak Arsen keluar kamar.

.

.

.

bab.3

Mereka sampai di depan pintu sebuah kamar. Arsen menatap mamahnya, Adhisti memberi kode untuk Arsen membuka pintu. Arsen menurutinya dan dia terkejut melihat dua orang wanita memakai pakaian seragam babysitter. "Apakah mereka babysitter Alkan?" Adhisti mengangguk.

"Alkan pakai babysitter buat apa? Buat ngurus dia?" Adhisti langsung menggeplak kepala Arkan.

"Aduh Mamah, sakit! Kenapa di pukul?" Arsen bertanya seraya mengusap-usap kepalanya.

"Jangan fokus pada babysitter, tapi fokus pada yang ada di dalam tempat tidur bayi." Mendengar itu Arsen mendekati tempat tidur bayi. Matanya melotot begitu melihat dua bayi kembar tidur berdampingan di kasur masing-masing. Dua bayi cantik nan menggemaskan.

"Mah, bayinya kembar?" tanya Arsen tapi netranya tak lepas dari dua bayi cantik itu.

"Iya, bagaimana? Kau terkejut?"

"Tentu aku terkejut! Jadi, ini kejutannya?"

"Iya, satu lagi, kau tahu anak siapa mereka?"

"Tidak."

"Anak Alkana!"

"Apa? Tidak mungkin!" Arsen tahu Alkan memang suka berpetualang, tetapi dia orang yang bertanggung jawab. Tidak mungkin dia akan meninggalkan seorang wanita dalam keadaan hamil seorang diri. Dia pasti akan menikahinya, Alkan juga pernah bilang dia selalu hati-hati dan memakai pengaman.

"Tanya saja sama Anton, kalau kamu tidak percaya!"

"Boleh gendong tidak, Mah?"

"Tidak, udah yuk jangan ganggu mereka tidur." Adhisti mengajak Arsen ke luar kamar.

***

Sejak saat itu Adhisti dan Arsen senang sekali bermain dengan twins, mereka sungguh menggemaskan. Adhisti bahkan memandikan mereka dan mengganti popoknya. Kini sudah 3 hari berlalu.

Dominic terkejut saat datang ke rumah Alkan, twins tidak ada dan menurut pelayannya, twins di bawa oleh Nyonya Leophard. Dominic akhirnya pergi ke rumah utama. Begitu dia sampai di istana Leophard dan turun dari mobil, Anton menyambutnya.

"Anton, bagaimana twins bisa berada di sini?"

"Maaf Tuan, Nyonya memaksa. Saya tidak bisa berbuat apa-apa." Jadi bodyguard memang serba salah, padahal dia sudah melakukan yang terbaik untuk melindungi majikannya, meskipun begitu, Tuan Alkana adalah majikan terbaik yang pernah dia temui.

"Sekarang, di mana mereka?"

"Ada di dalam Tuan, mari saya antar." Anton berjalan di depan Dominic.

***

Sementara itu, di belahan benua lain. Seorang pria sedang berada di ruangan tertutup, dengan satu orang wanita sexy dan seorang pria yang bertumpu di atas lututnya. Wajah pria itu babak belur. Sang wanita pun tak kalah mengenaskannya, terlihat jejak tamparan di pipinya, rambut yang sudah acak-acakan tidak berbentuk.

"Kalian berani mencari perkara dengan saya!

Maka terima akibatnya." Pria itu mencengkeram pipi si wanita.

"Ampun Tuan Vampir, maafkan saya." Wanita itu memohon, dengan tangan bergetar dan wajah takutnya.

"Kau pikir kau siapa? Berani kau menggoda dan menipu saya!" Pria itu semakin menguatkan cengkeramannya.

"Sa... saya hanya disuruh Tuan"

"Siapa yang menyuruhmu, katakan!" Pria yang di panggil Vampir itu lalu mengeluarkan pisau lipatnya.

"Ayo katakan! Atau kau akan merasakan sentuhan lembut besi ini." Dia menempelkan pisau itu di pipinya.

Sang wanita tercekat dan menahan napasnya. Dia sangat takut hidupnya akan berakhir saat ini, atau wajahnya akan menjadi buruk rupa.

"Tu... tuan Smith." Cicitnya takut.

"Si tua bangka itu! Akan ku beri dia pelajaran." Vampir alias Alkan lalu menengok pada pria yang sejak tadi bertumpu pada lutunya.

"Beri mereka hadiah, kehidupan abadi di akhirat," ucapnya pada anak buahnya, lalu Alkan tersenyum.

"Baik Tuan."

"Tidak... tidak... saya sudah mengatakan semuanya padamu, ampuni saya!"

"Percuma kau memohon pada manusia berhati iblis!" Maki pria yang babak belur, padahal nyawanya sudah di ujung tanduk.

"Kau benar, seharusnya kau berterima kasih karena aku sudah mengampunimu, sehingga kau tidak mengalami penyiksaan sebelum kau mati. Tapi rupanya kau ingin kematian yang menyiksa. Baiklah akan aku kabulkan." Alkan kemudian menatap anak buahnya.

"Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan," ucapnya, anak buah Alkan mengangguk. Dia lalu melirik wanita tadi.

"Kau pilih yang mana? Kematian express atau mati perlahan?"

"Tidak... Tuan! Ampuni saya" Wanita itu menggeleng-geleng sambil menangis dan memohon.

"Seharusnya kau berpikir sebelum berurusan dengan saya." Alkan kemudian pergi.

Suara teriakan terdengar, lalu terdengar suara tembakan. Alkan tetap berlalu pergi, seakan dia sudah biasa dengan semua itu. "Jack! Beri pelajaran pada Smith. Hancurkan usahanya, dan kirim dia ke penjara. Kau mengerti?"

"Ya Tuan, saya mengerti. Tuan sudah mengajari saya."

"Bagus, kerjakan tugasmu dengan baik. Saya akan kembali ke Indonesia, beri laporan secepatnya!"

"Siap, Tuan!" Jack mengantar Tuannya sampai ke mobil. Lalu dia membukakan pintu mobil untuk Tuannya.

***

Alkana sudah tidak sabar bertemu dengan si kembar. Kelucuan mereka berhasil meluluhkan hatinya dan membuatnya rindu. Kini Alkana sudah dalam perjalanan pulang. Sebentar lagi dia akan sampai rumah.

Tidak ada yang tahu kepulangan Alkan. Mobil berhenti di depan rumahnya, gerbang terbuka. Mobil itu pun masuk, setelah mobil berhenti di depan teras, Alkan turun. Dia lalu berjalan masuk.

Para pelayan dan semua yang bekerja di rumah Alkan terkejut dengan kedatangan Tuannya yang tanpa pemberitahuan. "Bagaimana keadaan twins?" tanyanya sebelum dia duduk, pada salah satu pelayan yang berada di dekatnya.

"Maaf Tuan, tapi twins tidak ada di sini,"

jawabnya dengan gemetar. Alkan yang baru saja akan menempelkan bokongnya di sofa berdiri kembali dan menatap marah pada pelayan itu.

"Apa maksudmu?" Alkan bertanya dengan suara lantang.

"Twins... dibawa oleh Nyonya Adhisti Tuan," jawabnya takut.

"Mamah? Kapan dia ke sini? Kenapa tidak ada yang memberi tahuku?" Alkan bertambah marah.

"Nyonya memaksa Tuan. Nyonya pergi bersama twins, dua babysitter, Anton dan beberapa bodyguard, Tuan."

"Untunglah Anton ikut mereka." Alkan kemudian pergi lagi untuk menjemput twins. Di jalan Alkan menelepon Anton.

"Kenapa kamu tidak bilang, kalau twins di bawa oleh Mamahku?" Nada bicara Alkan terdengar marah.

Anton yang mendengar pertanyaan tuannya tercekat. "Maaf Tuan, tetapi Nyonya Adhisti mengancam akan membawa twins secara paksa, saya hanya tidak mau ada yang terluka."

Alkana memijit dahinya mendengar alasan Anton di telepon. Mamahnya memang keras kepala sama seperti dirinya. Karena itu kadang mereka tidak akur dan tidak ada yang mau mengalah. Alkana pindah rumah pun untuk menghindari perdebatan yang panjang.

"Baiklah Anton." Alkan menutup teleponnya begitu saja.

Anton sudah memaklumi sikap tuannya. Keras kepala, arogan, perfectionis, dan dingin. Anton tidak pernah membayangkan kalau tuannya ini akan mau merawat bayi apalagi dua sekaligus. Dia juga baru tahu kalau tuan Alkan ternyata bisa bersikap lembut pada bayi.

Anton yakin tuannya ini sudah pulang dan sedang dalam perjalanan ke rumah ini. Anton akan memeriksa keadaan si kembar sebelum tuannya datang. Twins sekarang sedang berada di ruang keluarga, bersama dengan Nyonya besar Adhisti, dan dua babysitter-nya. Mereka sedang menonton Televisi chanel khusus baby.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!