Darren Lionel McKenzie, pemuda tampan penuh kharismatik itu adalah anak tertua dari Felix O'neil McKenzie dan Mikayla McKenzie. Darren memang bukanlah darah daging mereka tapi mereka sangat menyayangi dan mencintai Darren layaknya anak sendiri.
Sesungguhnya Darren adalah anak yang diadopsi oleh Felix saat Darren kecil masih berusia 4tahun. Bahkan sebelum ia menikahi istrinya Mikayla.
Darren adalah anak dari mantan kekasih Felix. Ashley dan juga sahabatnya Sean Lionel Maxton (You are special, diceritakan disana). Dan keduanya sudah meninggal dunia.
Hanya karena kesalahfahaman yang terjadi antara Felix dan mantannya Ashley, Darren harus kehilangan daddy biologisnya sebelum ia lahir. Sean Lionel Maxton yang tak lain adalah sahabat dari Felix.
Dan Felicia Breyonna McKenzie adalah putri pertama mereka. Buah cinta Felix dan Mika. Feli tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan juga sangat manja. Darren sangat menyanyanginya begitu pun sebaliknya. Tapi siapa yang akan menyangka seiring bertambahnya usia Feli merasakan perasaan yang lain terhadap kakaknya itu. Perasaan aneh yang setiap melihat Darren darahnya akan berdesir dan jantungnya berpacu kuat.
Cinta memang sangat rumit. Kita tidak tahu kemana hati kita akan berlabuh dan tiba-tiba saja kita menyadari bahwa kita sedang jatuh cinta. Dan terkadang cinta itu jatuh pada orang yang salah dan waktu yang salah dan jika kita beruntung, cinta kita akan jatuh pada orang yang tepat dan waktu yang tepat juga.
❤❤❤❤❤
"Kakaaaakkkkkkk....."
Teriakan Felicia mengguncang seluruh isi rumah. Daddy nya Felix yang sedang menikmati kopi buatan istri tercintanya Mikayla sampai tersedak dan terbatuk-batuk mendengar teriakan putri satu-satunya dirumah itu. Teriakan Felicia sebenarnya bukanlah hal baru, tapi tetap saja setiap putrinya itu berteriak selalu saja bisa membuat seisi rumah terkejut karena Felicia memang tidak pernah kenal waktu jika ingin berteriak. Baik tengah malam, pagi-pagi buta, siang bolong atau bahkan disaat Mommy, Daddy nya sedang indehoy melepaskan hasrat batin mereka sebagai dua insan manusia yang saling mencintai.
"Kali ini apa lagi yang membuatnya sampai berteriak histeris begitu?" gumam Mommy sambil menata meja untuk mereka sarapan. Mike sudah duduk manis disampingnya menikmati serealnya.
"Sayang aku mohon, tolong katakan pada putri mu itu agar sedikit mengkondisikan suaranya yang melengking itu. Selama ini aku hidup sehat sayang dan kau juga merawat ku dengan baik. Aku tidak ingin jantung ku bermasalah hanya gara-gara mendengar teriakan putri kita itu yang tidak kenal waktu itu" Felix menatap istrinya dengan tatapan memohon seraya mengelus-elus dadanya.
"Dan kau anak muda, kau baru satu hari disini kau sudah berbuat ulah. Katakan apa yang kau perbuat sehingga adikmu berteriak memanggilmu begitu" Felix menatap kesal kearah Darren. Darren memang baru kembali dari study nya di London. Ia sedang menjalani libur akhir semester nya.
Darren yang ditatap Daddy dengan kesal hanya mengidikkan bahu nya acuh seraya beranjak dari kursinya.
"Aku akan memeriksanya" ucapnya datar seraya berjalan menuju kamar adiknya itu.
"Kenapa kau melemparkan kekesalanmu pada putra ku?" hardik Mika
"Aku tidak mungkin melemparkan kekesalanku padamu. Bisa-bisa kau menyuruhku tidur diluar. Dan tidak mungkin juga aku menunjukkan kekesalanku pada Felicia yang selalu membuat jantungan itu. Bisa-bisa dia mendiamkan ku berminggu-minggu. Para wanita dirumah ini terlalu mengerikan" ucapnya jujur
Mika berdengus kesal
"Tapi tetap saja tidak seharusnya kau melemparkan kekesalanmu kepada putraku yang baru saja datang dari study nya itu" sungut Mika. Tidak diragukan lagi betapa Mika menyayangi putra pertamanya itu. Sekalipun Darren bukan putra kandungnya tapi tidak sedikit pun Mika membeda-bedakan ketiga anaknya itu.
"Lalu katakan, haruskah aku melampiaskan kekesalanku pada anak bungsumu Mike yang bisanya hanya mengoceh itu" jujur Felix lagi seraya menatap putra ketiganya yang masih santai menikmati sarapannya. Dan Mike satu-satunya makhluk penghuni rumah itu yang tidak terpengaruh atas teriakan Felicia kakaknya. Tidak terpengaruh atau tidak tahu cara menyuarakan kekesalannya. Hanya Mike dan Tuhan yang tahu.
"Ternyata apa yang dikatakan orang-orang itu benar adanya. Yang namanya pria itu tidak pernah dewasa yang ada hanya bertambah tua"
"Kau menyakiti hati ku honey, apa aku memang terlihat tua?" Felix beranjak dari kursinya dan mendekati Mika
"Ciihhh...tidak kah kau sadar kau sudah mempunyai tiga ekor. Keriput dimata mu sudah mulai terlihat tapi tetap saja tingkah mu seperti Mike"
"Dan kau selalu terlihat cantik disaat marah sayang" Felix memeluk Mika dari belakang dan mencium puncak kepalanya.
"Kau selalu saja pandai merayu" Mika mengelus wajah Felix.
"Aku sudah selesai, aku akan keatas dan mengatakan pada Feli kalau kalian berencana ingin memberikan kami adik lagi" Mike turun dari kursinya dan meleletkan lidahnya kearah Felix.
"Jika wanita dirumah ini terlalu mengerikan, kenapa para pria dirumah ini selalu bersikap dingin kepadaku seperti tidak menyukai ku" gumam Felix yang membuat Mika terkekeh.
¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Tok Tok Tok
"Kau kah itu kak?" terdengar sahutan dari dalam kamar Felicia
"Hmm..apa kakak boleh masuk?" jawab Darren
"Masuklah"
Darren mendorong pintu kamar adiknya itu dan melihat Felicia sedang duduk disudut ranjangnya dengan memeluk erat selimutnya. Feli terlihat gugup, Darren mengetahuinya karena Feli menggigit bibir bawahnya. Kebiasaan Feli jika merasa gugup.
Darren berjalan perlahan memdekat kearah Feli lalu duduk diujung ranjang.
"Katakan Feli, kali ini apa yang membuatmu berteriak?" tanya Darren dengan tersenyum geli melihat wajah gugup Feli.
Sepertinya kali ini, Feli sendiri yang membuat ulah. batin Darren
"Kakak...aku..sepertinya aku..bukan sepertinya tapi aku..kakak aku pipis ditempat tidur" cicit Feli menatap gugup kearah Darren dan kembali menggigit bibir bawahnya.
Untuk sesaat Darren terdiam mendengar penuturan Feli. Butuh waktu buat mencerna maksud ucapan adiknya itu.
"Pipis?" Darren mengernyit bingung.
Feli mengangguk dan sepertinya sudah sedang menahan tangisnya. Mata indahnya sudah mulai berkaca-kaca.
Akhhh...bisa kacau jika Feli menangis
"Memang terdengar sedikit memalukan diusiamu yang sudah remaja kau pipis ditempat tidur, tapi itu bukan masalah besar Feli" ucap Darren lembut menggeser duduknya agar lebih dekat dengan adiknya itu.
"Aku takut" cicit Feli lagi.
Darren mengerutkan dahinya lagi bingung mendengar cicitan adiknya itu.
Darren mengelus rambut adiknya itu
"Kenapa takut? Mommy tidak akan memarahi mu karena masalah sepele seperti ini"
"Baiklah kakak akan kebawah dan memanggil maid untuk membersihkan tempat tidurmu" Darren tersenyum lembut lalu beranjak dari tempatnya tapi Feli menarik ujung bajunya.
"Kenapa, hmm?" tanya Darren
"Pipisku berdarah" Akhirnya kristal bening itu jatuh dari mata indahnya. Feli menangis.
"Hah..berdarah?" pekik Darren panik
"Kenapa bisa?" Darren menarik selimut yang menutupi Feli untuk memeriksa darah yang dimaksud Feli. Darren mengerutkan dahinya karena tidak melihat pipis yang berdarah diranjang adiknya.
"Kakak" panggil Feli dengan sesegukan. Darren menoleh menatapnya. Feli memiringkan badannya. Darren mengernyit hingga akhirnya tatapaannya berhenti di bokong Feli. Piyama yang dikenakan Feli penuh dengan bercak darah.
Mensturasi? tanya Darren dalam hatinya.
Astaga Feli sudah tumbuh menjadi gadis dewasa.
Darren bernafas lega. Ternyata pipis darah yang dimaksud adiknya itu adalah mensturasi pertamanya.
"Ssstt...jangan menangis Feli. Ini tidak apa-apa sayang. Ini bukan hal yang menakutkan. Ini tandanya Feli sudah tumbuh menjadi gadis dewasa. Setiap wanita mengalami fase ini sayang. Jadi setiap bulannya kau akan mengalami hal ini. Ini namanya mensturasi. Dan ini hari pertamamu. Selamat sayang, kau sudah dewasa" Darren menenangkan Feli yang menangis karena gugup dan takut tadi. Daren mengecup kepala adiknya itu.
"Benarkah? Apa semua wanita mengalami hal yang sama denganku?" Feli mulai tenang. Darren mengangguk
"Berarti aku tidak akan mati karena pipisku berdarah ?" tanya nya lagi
Darren terkekeh lalu menggelengkan kepalanya
"Baiklah, kakak akan memanggilkan Mommy buat membantu mu dan menjelaskannya"
Feli mengangguk, lalu Darren pergi dari kamar Feli menuju dapur kembali.
"Mom.."panggil Darren begitu ia sampai dibawah dihadapan Mommy dan Daddy nya.
"Ya sayang" jawab Mika
"Sepertinya Feli membutuhkan sesuatu Mom" Darren menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Felix mengernyit
"Tumben sekali kau tidak bisa mengatasinya Son. Bukan kah kau selalu menyombongkan dirimu itu, bahwa Feli selalu luluh dan patuh padamu" sindir Felix.
Darren dan Mika kompak berdecak kesal.
"Ini diluar kuasa ku Dad" desis Darren
"Ciihh..masih saja sombong" ucap Felix tak mau kalah
" Abaikan saja Daddy mu yang tidak pernah dewasa itu. Katakan sayang, adik mu membutuhkan apa tadi?" Mika melotot tajam kearah Felix
"Feli membutuhkan itu Mom" Darren menggambar bentuk persegi dengan tangannya. Mika dan Felix mengernyit bingung
"Itu mom, busa persegi yang biasa wanita dewasa kenakan" ucap Darren tak jelas.
" Apa maksudmu, Feli membutuhkan busa untuk menyumpal branya. Busa yang biasa Mommy mu kenakan agar dadanya terlihat lebih berisi" ucap Felix dengan tidak tahu malunya yang membuat wajah Mika merah padam karena malu dan marah secara bersamaan.
"Ciihh...Dasar mesum!" Darren mendelik kesal kearah Felix. Felix hanya mengidikkan bahunya acuh
"Jadi katakan dengan jelas putriku membutuhkan apa, biar Daddy tidak salah faham" Felix menatap Darren yang juga sedang menatapnya dengan kesal. Felix terkekeh melihat cara Darren menatapnya.
"Mommy sudah katakan abaikan Daddy mu. Lihat Mommy katakan apa yang dibutuhkan Feli?" Kembali Mika menengahi
"Jangan berani-berani menatap istriku lebih dari tiga detik" ancam Felix kekanakan tapi mampu membuat wajah Mika merona. Darren menatap Mommy dan Daddy nya bergantian dengan raut wajah jijik.
"Mom, Feli membutuhkan diapers yang biasa wanita dewasa kenakan setiap datang bulan, maksudku setiap mengalami mensturasi" ucap Darren lugas. Bisa gila dia lama-lama dihadapan Mommy dan Daddy nya yang selalu jatuh cinta setiap harinya itu.
Kembali Felix berulah dan membuat Darren semakin kesal mendengar tawa Felix yang menggelegar.
"Diapaers? Oh astaga son, diusiamu yang sudah dewasa ini apa kau tidak pernah mempunyai kekasih? Itu bukan diapaers tapi pembalut. PEMBALUT ! Felix meledek Darren dan menekan kata pembalut dalam kalimatnya.
"Dad, kenapa kau selalu membuat ku kesal. Tentu saja aku pernah memiliki kekasih. Mantan kekasihku itu banyak. Aku tampan begini, wanita mana saja yang kuinginkan pasti kudapatkan" ucap Darren sombong yang mendapat dengusan dari Felix
"Hanya saja aku tidak mau direpotkan hal sepele seperti ini" ucapnya jujur seraya menatap Felix yang sedang menyesap kopi hitam miliknya
"Dan asal kau tahu Dad, putra tertuamu ini sudah tidak perjaka lagi"
Dan ucapannya itu berhasil membuat Felix kembali tersedak. Darren tersenyum penuh kemenangan.
"Sialan kau brengsek!" umpat Felix.
"Usia mu masih 18 tahun kau sudah melepaskan keperjakaan mu. Kau mengalahkan ku son" Felix menepuk-nepuk bahu Darren.
Mika geleng-geleng kepala melihat dua pria dihadapannya yang tidak pernah dewasa itu
"Hentikan kekonyolan unfaedah kalian itu. Ayo kita keatas melihat Feli yang sudah tumbuh menjadi gadis dewasa itu"
"Oh astaga aku melupakan hal penting itu..apa tadi kau mengatakan bahwa adikmu mengalami mensturasi pertamanya?" Felix menatap Darren, Darren mengangguk sambil tersenyum
"Oh gadis kecilku sudah tumbuh menjadi gadis dewasa" ucap Felix keBapakan yang diangguki Mika dan Darren secara bersamaan.
T.B.C.
Brak
Feli membuka pintu ruangan kerja Darren dengan sedikit kasar. Semua orang yang yang berada diruangan itu serempak menoleh kearah pintu. Feli tidak menyadari bahwa Darren sedang mengadakan rapat diruangannya.
"Darren" panggilnya ketika tidak melihat Darren di kursi kebesarannya. Feli mengedarkan pandangannya dan terkejut ketika melihat beberapa pasang mata sedang menatap kearahnya.
"Oopps..aku tidak tahu kau sedang mengadakan pertemuan diruanganmu. Baik lah aku akan menunggu diluar. Dan segeralah keluar karna kau tahu aku tidak suka menunggu" Feli menatap Darren dan mengabaikan tatapan kagum dan lapar yang dilayangkan para pria yang mungkin adalah kolega bisnis Darren itu terhadap dirinya. Bagaimana tidak, Feli mengenakan pakaian yang sangat minim yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah.
Rahang Darren mengeras menahan amarah melihat penampilan Feli, belum lagi ia harus menahan amarah terhadap rekan bisnisnya yang menatap Feli dengan tatapan seolah ingin menerkam Feli. Tidak mungkin baginya untuk menegur Feli dihadapan rekan bisnisnya dan tidak mungkin juga ia melayangkan tinjunya kepada para pria diruangan itu karena telah berani menatap Feli. Darren hanya memilih diam dan mengangguk begitu Feli mengatakan ia akan menunggu diluar. Darren masih menatap sampai Feli keluar dari ruangannya.
"Ehemm" Darren sengaja berdehem untuk mengembalikan fokus para pria hidung belang itu.
"Baiklah sepertinya rapat hari ini cukup sampai disini. Jika ada perubahan dari kesepakatan yang kita bicarakan kalian bisa menghubungi asistenku" Darren berdiri dan diikuti oleh yang lainnya. Satu persatu rekan bisnis Darren pergi keluar meninggalkan ruangannya, hingga tersisa ia dan Allan Willson. Selain sahabat dan rekan bisnisnya, Allan juga merupakan salah satu pengusaha muda tersohor. Tak jarang ia dan Allan bersaing untuk mendapatkan suatu tender atau proyek. Selama ini hubungan Darren dan Allan bisa dibilang cukup baik. Mereka hanya bersaing dalam bisnis secara sehat. Tapi tidak tahu setelah hari ini apa hubungan mereka masih bisa dikatakan baik-baik saja.
"Bukankah yang tadi itu Felicia Breyonna, model yang sedang naik daun itu?" tanya Allan penasaran
"Hmmm" jawab Darren acuh
"Apa dia salah satu kekasihmu?" tanya nya lagi
"Perhatikan ucapanmu brengsek! Dia adik ku sialan!" geram Darren
"Oh astaga..ternyata putri satu-satunya keluarga McKenzie yang selalu dibicarakan itu adalah seorang Felicia Breyonna" Allan memang kurang mengetahui berita dalam negeri karena selama ini ia menjalankan bisnisnya diluar negeri, terlebih lagi Felicia memang tidak pernah terlihat dimajalah-majalah bisnis para pengusaha sukses.
Sejak beranjak remaja Feli memang memutuskan untuk menyembunyikan identitasnya sebagai putri satu-satunya dikeluarga McKenzie itu. Tak jarang Feli dimanfaatkan oleh teman-temannya karena mengetahui ia adalah putri dari seorang pengusaha sukses Felix O'Neil McKenzi. Awalnya Feli tidak memperdulikan jika teman-temannya mau berteman dengannya hanya gara-gara ia adalah anak seorang pengusaha kaya, karena menurutnya kekayaan Daddy nya tidak akan habis hanya karena ia membelikan teman-temannya barang yang mereka inginkan. Tapi pemikirannya mulai berubah sejak ia beranjak remaja. Ia mulai tidak nyaman dengan tingkah orang-orang disekitarnya. Mereka berteman dan mendekati Feli bukan lagi karena ia adalah putri dari seorang Felix tetapi juga adik dari seorang Darren. Darren yang terkenal pintar dan tampan. Banyak wanita yang memujanya. Feli mulai menyadari orang-orang berteman dengannya hanya untuk mendekati Darren. Dan Feli sangat tidak menyukainya. Tidak menyukai orang yang memanfaatkannya atau tidak menyukai ada yang dekat dengan Darren. Hanya Feli yang tahu.
Begitu menamatkan sekolah menengah atasnya, Feli memutuskan untuk terjun kedunia model dibanding melanjutkan studynya. Tentu saja hal itu ditantang penuh oleh seluruh keluarga, termasuk Darren yang biasanya selalu mendukung dan memenuhi keinginannya. Tapi namanya Feli yang selalu banyak akal tentu saja tidak mengenal kata menyerah. Ia memanfaatkan posisinya yang menjadi putri satu-satunya dikeluarga itu. Ia mengurung dirinya dikamar. Feli memasang aksi mogok makan, mogok minum, mogok mandi, mogok bicara dan mogok semuanya. Tentu saja usahanya itu berhasil membuat seisi rumah panik dan khawatir dan akhirnya memilih mengalah tepat aksi mogok itu masih berjalan setengah hari tidak kurang dari enam jam. Dengan beribu persyaratan yang diajukan Felix dan Darren akhirnya jadilah Feli seperti sekarang. Seorang model ternama.
Feli memang gigih dalam mencapai keinginannya itu. Ia memulai karirnya dari nol tanpa ada campur tangan McKenzie didalamnya dan ia sangat mensyukuri itu karena ia juga tidak menyukai jika kesuksesan nya dikaitkan dengan keluarganya. Ia tidak ingin dikenal hanya karena ia seorang McKenzie. Ia hanya ingin dikenal sebagai Felicia. Felicia Breyonna yang memulai karirnya dari nol hingga mencapai prestasi didunia permodelan.
"Baiklah Allan, seperti yang kau dengar tadi adik ku tidak suka menunggu, jadi mari kita akhiri pertemuan ini" ucap Darren seraya menuntun Allan keluar dari ruangannya.
"Bolehkah lain kali aku mengajak adik mu makan malam?"
"Jangan coba-coba merayu apalagi menggodanya Allan. Feli tidak sama seperti model-model lain yang menjadi wanita One Night Stand mu itu. Aku tidak akan segan-segan menghabisimu jika kau berani macam-macam padanya" ucap Darren dingin.
Allan terkekeh mendengar ancaman Darren yang terdengar sangat serius itu. Dan Allan memang tidak meragukan sedikitpun ucapan Darren. Ia tahu Darren bersungguh-sungguh dengan ucapannya itu.
"Santai dude, aku hanya mencoba peruntunganku padamu. Dan sepertinya aku harus lebih gigih, kau terlihat sangat menyayangi adik mu itu"
"Tentu saja, dia adikku" ucap Darren tegas
"Baiklah sepertinya aku memang harus pergi. Adik manismu itu sepertinya terlihat sangat marah" ucap Allan begitu melihat Feli yang sedang duduk sambil menekuk wajahnya kesal.
Darren hanya mengangguk dan segera berjalan mendekati Feli. Feli segera berdiri begitu melihat Darren. Feli berdecak kesal.
"Bukankah aku sudah mengatakan aku tidak suka menunggu. Kau tahu artinya apa?" Feli mendelik kesal seraya berkacak pinggang
Darren menghela nafasnya begitu melihat penampilan Feli dari atas kebawah. Darren segera melepaskan jas yang dikenakannya dan segera memasangkannya ke tubuh Feli
"Tentu saja aku tahu artinya apa. Akhiri rapatmu dan temui aku!"
"Jika kau tahu kenapa kau lama sekali" sungut Feli lalu merentangkan tangannya kedepan. Jas Darren yang dipakainya kebesaran dan menenggelamkan tangannya. Darren terkekeh lalu melipat ujungnya hingga tangan Feli terlihat.
"Baiklah maafkan aku. Ayo kita masuk keruanganku" Darren menggenggam tangan Feli
"Sebelum kau melemparkan masalah kewajah ku katakan kenapa kau mengenakan pakaian kurang bahan ini kekantorku. Apa kau tahu para pria diruangan ku tadi menatap mu dengan tatapan lapar yang siap ingin menerkammu"
"Apa kau cemburu?" Feli menatap Darren dengan senyum manis diwajahnya
"Aku marah! Dan tangan ku gatal ingin menghajarnya" desis Darren menatap kesal kearah Feli
"Aku tidak peduli dengan tatapan mereka. Itu sudah resiko ku sebagai model. Aku hanya peduli bagaimana cara mu menatapku" Feli melepaskan genggaman tangan Darren dan melingkarkan tangannya dilengan Darren
"Jangan mulai lagi. Bisa saja orang yang mendengarnya salah faham"
"Apa peduliku" jawab Feli acuh
"Apa kau ingin Mommy dan Daddy mengeluarkan kita dari daftar keluarga?" Darren mendorong pintu ruangannya dan masuk kedalam
"Aku tidak keberatan sama sekali. Dengan begitu aku akan lebih bebas mencintaimu" jawabnya enteng
"Sepertinya penyakit lama mu kumat lagi" Darren duduk disofa lalu menepuk tempat kosong disampingnya agar Feli duduk disana. Feli menurut.
"Mungkin jika saja ada yang mendengar dan tidak mengetahui kalau kau adik ku, ia akan berfikir kau sangat tergila-gila padaku"
"Aku memang tergila-gila padamu dan aku juga sangat mencintaimu Darren" Feli memeluk Darren. Meletakkan wajahnya didada bidang Darren.
"Sepertinya penyakit mu memang lagi kumat" Darren membalas pelukan Feli dan mengelus rambutnya.
"Apa kau tidak mencintaiku Darren?" Feli mendongakkan kepalanya. Darren menunduk menatap Feli. Hidungnya bersentuhan dengan hidung Feli.
"Tentu saja aku mencintaimu, kau adik ku"
Feli berdecak kesal lalu mendorong tubuh Darren hingga menjauh darinya
"Kau merusak suasana hatiku"
Darren terkekeh lalu mengacak rambut Feli gemas
"Katakan kenapa kau kemari?" Darren mengganti topik.
"Dan dimana Rachel, kenapa kau datang sendiri?"
"Rachel kutinggalkan dilokasi pemotretan tadi. Aku datang terburu-buru sehingga tidak sempat mengganti pakaianku" Wajah Feli kesal mengingat alasannya datang ke kantor Darren
"Bukankah sudah kukatakan jangan menyetir sendiri?" Darren terlihat kesal mengetahui Feli datang kesini dengan menyetir mobilnya sendiri
"Sudah ku katakan aku terburu-buru Darren" Feli memberi alasan
"Apa yang membuatmu terburu-buru?" tanya Darren menatap lekat wajah Feli
"Aku ingin kau memutuskan hubunganmu dengan kekasihmu, Stevy"
Darren menaikkan alisnya begitu mendengar ucapan Feli. Mendengar Feli meminta ia memutuskan hubungannya dengan kekasihnya bukan lah sesuatu yang baru didengarnya. Hal itu sudah biasa didengarnya dari mulut Feli. Tapi kali ini ia penasaran apa alasan Feli memintanya memutuskan hubungan dengan kekasihnya. Apa Feli akan menggunakan alasan yang sama seperti sebelum-sebelumnya.
"Aku melihatnya berciuman dengan lawan mainnya Darren" kembali Feli bersuara
"Dia seorang aktris pemain film, berciuman dengan lawan mainnya adalah hal biasa Feli" Darren tidak terpengaruh dengan ucapan Feli. Karena pada dasarnya ia memang tidak mencintai Stevy. Hatinya sudah diambil sepenuhnya oleh seseorang.
"Darren, mereka berciuman bukan untuk melakoni peran mereka. Aku tahu kau tidak sebodoh itu mengartikan ucapan ku. Pokoknya aku ingin kau memutuskannya, Stevy tidak bagus untukmu. Ia hanya memanfaatkan kekayaanmu"
Nah, benarkan Feli menggunakan alasan yang sama lagi. Dan sialnya alasannya itu memang betul. Memangnya wanita mana yang tidak menyukai kekayaan? tampan hanyalah bonus buat mereka. Ucap Darren dalam hati
Darren menghembuskan nafasnya
"Kau juga mengatakan hal yang sama bahwa mereka hanya memanfaatkan kekayaanku waktu kau memintaku untuk memutuskan hubungan ku dengan Sisi, Liora, Thea, Maura dan yang lainnya" jawab Darren datar.
Feli hampir saja tertawa. Bagaimana bisa Darren mengatakan itu semua tanpa ekspresi dan ajaibnya Darren memang selalu memutuskan hubungannya begitu Feli memintanya.
"Jadi katakan apa kali ini kau juga akan memutuskan Stevy?" tanya Feli penasaran.
"Aku tidak tahu. Dia sangat hebat diatas ranjang" ucap Darren dengan datar dan entengnya.
"Darren kenapa kau mesum sekali. Lama-lama kau sama seperti Daddy, mesum dan menyebalkan!!" Feli beranjak dari tempatnya dan pergi dari ruangan Darren dengan menghentakkan kakinya kesal.
"Feli aku bisa mengantarmu" ucap Darren tapi masih duduk ditempatnya
"Tidak perlu. Jangan coba-coba berbicara kepada ku selama satu minggu. Dan jangan menghubungi Rachel hanya untuk mengetahui kabarku" Hardik Feli kesal
"Baiklah..perhatikan jalanmu saat mengemudi. Aku akan menghubungimu satu jam lagi" teriak Darren begitu Feli sudah menarik pintu hendak keluar. Feli tersenyum begitu mendengar ucapan Darren. Darren selalu mengerti apa yang diinginkannya. Jika ia mengatakan jangan menghubungi Rachel itu artinya Feli ingin Darren menghubunginya langsung.
Apa yang harus kulakukan? Siapa yang bisa menyelamatkan ku dari mu Feli?
Darren menatap kepergian Feli dengan tatapan penuh arti.
T.B.C
Jika ada yang bingung kenapa part nya tidak nyambung ini cerita alurnya maju mundur ya say.👌👍😉
HAPPY READING
🤗😚😊
"Aaakkhhhhh..." Pagi hari kembali terdengar suara teriakan Felicia dikediaman McKenzie.
"Oh Tuhan...kenapa putrimu itu suka sekali berteriak. Apa ia tidak takut pita suaranya bisa saja putus dan gendang telinga seisi rumah ini bisa rusak jika terus-terusan mendengar jeritannya itu" Felix menggeleng-gelengkan kepalanya. Mika tidak mengubris omongan Felix, ia lebih memilih menyuapi sarapan ke mulut Mike karena sebentar lagi mobil sekolah jemputannya akan datang. Jika berteriak tak tentu waktu adalah kebiasaan Feli maka protes dan merungut adalah kebiasaan suaminya. Tentu saja suaminya itu hanya berani protes jika tidak ada Feli dihadapannya.
"Jangan taunya hanya protes sama Mommy, jika berani protes langsung sana sama Feli" Darren melirik Daddy nya sekilas lalu menyesap susu yang ada dihadapannya. Ia memang tidak seperti Daddy nya Felix yang menyukai kopi hitam.
"Feli tiba-tiba berteriak adalah hal yang biasa. Itu tandanya Feli masih baik-baik saja. Nikmati saja teriakannya, anggap saja seperti kicauan burung yang harus diresapi dan dihayati maka akan terdengar sangat merdu"
"Daddy tahu kau sangat menyayangi adik mu itu, tapi tidak seharusnya kau membohongi pendengaran telingamu sendiri. Tidak mungkin kau tidak menyadari bahwa suara nya sangat tidak enak didengar. Suaranya tidak bagus buat buat kesehatan jantung dan telinga penghuni rumah ini"
"Apa khabar dengan Daddy, Daddy juga tidak berani protes dihadapan Feli, takut Feli tidak membicarakan Daddy, hhuh..."
"Wah..apa sekarang kau sedang mengajak Daddy berdebat?" Felix menatap Darren dengan tatapan menantang
"Tidak! aku mana berani" ucap Darren kesal. Felix tersenyum simpul.
Selain mendengar teriakan Feli yang tiba-tiba dan mendengar ocehan dan kekesalan Felix terhadap kelakuan putrinya itu, melihat Felix dan Darren meributkan hal yang tidak penting juga merupakan hal yang biasa Mika saksikan dikediaman McKenzie itu. Jika tidak mendengar teriakan Feli, ocehan Felix dan pertengkaran kecil antara Felix dan Darren dikediaman McKenzie rasanya ada yang kurang, rasanya sama seperti makan sayur tanpa garam. Hambar!
Satu-satunya manusia yang tidak peduli dan terpengaruh sama sekali dengan kebiasaan keluarganya itu adalah putra bungsunya Mike. Itu juga mungkin karena ia masih terlalu kecil, tidak tahu bagaimana menyuarakan suaranya atau Mike hanya belajar untuk menerima segala keanehan keluarganya itu. Diam dan menyaksikan dengan tenang adalah pilihannya.
"Kalau begitu katakan pada Feli agar mengatur jadwalnya jika ingin berteriak. Setidaknya Daddy juga bisa mempersiapkan jantung dan telinga Daddy untuk mendengar teriakannya itu." Kembali Felix menyuarakan kekesalannya
"Kenapa tidak Daddy saja yang mengatakan padanya langsung" tolak Darren
"Aku tidak ingin Feli mendiamkanku" ucap Felix jujur. Putri semata wayangnya itu memang sangat ahli dalam mendiamkan seseorang jika ia tidak menyukainya. Tidak ada yang bisa mengalahkannya dalam hal itu.
"Lalu bagaiman denganku. Aku juga tidak ingin Feli mendiamkan ku" protes Darren
"Dia akan mendengarkanmu dan ia lebih menyayangi mu tidak mungkin ia bisa mendiamkanmu. Kau satu-satunya dirumah ini yang tidak pernah jadi korbannya" Darren tersenyum penuh arti mendengar ucapan jujur Daddy nya itu.
Mike yang masih berumur 8 tahun saja pernah menjadi korbannya hanya gara-gara Mike kehabisan crayon warna merahnya lalu menggunakan lipstik milik Feli untuk mewarnai gambarnya. Feli mendiamkannya selama tiga hari. Mika yang menegurnya karna membawa peralatan make upnya kesekolah. Feli merajuk dan mendiamkan Mommy nya selama satu minggu. Akhirnya karna tidak tahan putrinya mendiamkannya Mika mengalah dan membelikan putrinya itu peralatan make up sendiri. Feli yang masih duduk dibangku sekolah menengah atas memang sudah jago menggunakan alat kosmetik. Dan yang lebih parahnya adalah Daddy nya Felix. Feli mendiamkannya selama satu bulan full hanya gara-gara Felix memarahinya karna menggunakan kartu kreditnya sampai batas limit. Sebenarnya Felix tidak marah hanya gara-gara Feli menghambur-hamburkan uangnya. Ia bekerja keras memang untuk membahagiakan keluarganya agar tidak kekurangan. Tapi Felix hanya kesal karena kebodohan putrinya itu yang mau saja dimanfaatkan oleh teman-temannya. Jika tidak ada Darren yang membujuk dan menjelaskan kepada Feli tidak tahu nasib Felix mau sampai kapan didiamkan oleh putrinya itu. Dari situ Felix menyadari kalau putrinya itu sangat mendengarkan Darren.
"Aku juga tidak berniat untuk menjadi korban selanjutnya Dad" ucapan Darren itu menyadarkan Felix dari lamunannya betapa mengerikannya putrinya jika sedang marah.
"Sudah ku katakan, Feli tidak mungkin mendiamkan mu. Lagian bagaimana bisa ia tidak menyadari betapa mengerikannya teriakannya itu"
"Huh..bilang saja kau hanya menyukai jeritan Mommy yang meneriakkan nama mu ketika berada dibawah kungkunganmu" ucap Darren frontal yang sontak membuat Mika tersedak lalu menatap tajam kearah Darren
"Kau membangunkan singa betina yang tertidur son" bisik Felix seraya menepuk bahu putranya itu.
"Mommy tidak menyangka putra tertua Momny sudah pandai berbicara sekarang. Apa kau ingin Mommy mencarikan mu wanita agar bisa kau nikahi. Dengan begitu kau akan tahu bagaimana jeritan seorang wanita ketika berada dibawah mu"
"Mom, usia ku masih 21tahun. Masih terlalu muda buat ku menikah. Lagian aku hanya kesal kepada Daddy yang selalu mempermasalahkan suara Feli. Telingaku lebih sakit mendengar ocehannya dibanding teriakan Feli Mom" Darren beralasan untuk menyelamatkan dirinya dari amukan ratu rumah ini. Jika Feli adalah tuan putri rumah ini yang semua keinginannya harus dipenuhi maka Mika adalah ratu rumah ini. Ucapannya adalah perintah bagi para pria dirumah ini. Dan tentu saja perintahnya tidak bisa dibantah.
"Aaakkkkhhhhh..." kembali terdengar teriakan Feli untuk kedua kalinya.
"Mom, sepertinya putri mu membutuhkan pertolongan. Aku akan memeriksanya." Darren buru-buru beranjak dari kursinya. Selain untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari amukan ratu, ia juga penasaran apa yang membuat Feli berteriak kali ini.
"Feli.." panggil Darren begitu sampai dikamar Feli. Darren melihat sekeliling kamar Feli dan tidak melihat Feli disana. Darren mendekati pintu kamar mandi dan mengetuknya.
"Feli.." panggilnya lagi
"Kakak...tolong aku" terdengar suara Feli dari dalam kamar mandi seperti menahan sakit. Mendengar suara Feli yang seperti kesakitan itu Darren langsung membuka pintu kamar mandi. Darren terpaku melihat pemandangan nyata dihadapannya. Feli yang terduduk dilantai kamar mandi dengan tubuh yang masih basah. Hanya handuk kecil yang melilit ditubuhnya sampai batas pahanya. Darren menelan ludahnya. Darahnya berdesir dan jantungnya berpacu hebat seperti sehabis lari marathon.
"Aa..ada apa denganmu?" Darren berusaha menyembunyikan suaranya yang bergetar.
"Aku terpeleset kakak" rengek Feli seraya merentangkan kedua tangannya kedepan minta digendong oleh Darren
"Aku tidak bisa berdiri. Sepertinya kaki ku keseleo. Mungkin aku tidak akan kesekolah hari ini" ucapnya lagi
Darren membungkuk dan mengangkat Feli kedalam gendongannya. Kembali jantungnya menggila tatkala Feli melingkarkan tangannya dileher Darren. Feli memeluk Darren adalah hal yang biasa. Tapi karena mungkin posisi dan keadaannya yang terlihat sedikit kacau ini membuat fikiran Darren tidak fokus. Wajahnya memerah.
"Wajahmu memerah dan panas" Feli meletakkan satu tangannya diwajah Darren
"Apa kau sakit?" tanya nya lagi menatap lekat wajah Darren. Jarak wajah mereka sangat dekat
Susah payah Darren menelan salivanya. Seluruh tubuhnya mendadak panas atas sentuhan tangan Feli diwajahnya.
"Tidak, aku hanya merasa gerah. Kamar mu sangat panas"
Oh Tuhan ujian macam apa ini. Aku ini pria normal. Terlebih Feli adalah...akhh Mom, Dad maafkan aku. Jerit Darren dalam hati.
Feli mengernyit bingung mendengar ucapan kakaknya itu
"Ini masih terlalu pagi kak, dan kamarku juga AC nya menyala. Bagaimana bisa kau merasa gerah. Mungkin kakak memang sedang sakit. Mooommmmm..." kembali Feli berteriak memanggil Mommy nya.
"Aku baik-baik saja..kenapa kau memanggil Mommy" Darren mendadak panik dan mempercepat langkahnya lalu meletakkan Feli diatas ranjangnya lalu menarikkan selimut untuk menutupi tubuh Feli.
Dan benar saja tidak butuh waktu lama Mommy dan Daddy nya sudah ada dikamar Feli.
"Ada apa..ada apa?" tanya Felix dengan nafas terengah-engah begitu sampai dikamar Feli. Mika dan Felix memang berlari terburu-buru begitu mendengar Feli memanggil Mommy nya.
Mika mengernyit melihat Feli yang duduk diatas ranjang dibalut dengan selimut dengan keadaan rambut masih basah.
"Apa yang terjadi?" tanya nya mendekat kearah Feli dan Darren
"Feli terpeleset Mom, dan sepertinya kakinya terkilir" jawab Darren berusaha terdengar santai.
"Oh astaga itu pasti sakit sekali.Biarkan Momny memeriksanya" Mika berniat melepaskan selimut yang membalut tubuh putrinya itu.
"Nanti saja Mom, sepertinya kakak sedang demam. Wajahnya memerah dan panas. Kakak bahkan mengatakan ia merasa kegerahan padahal ini masih pagi" ucap Feli polos yang membuat Mika dan Felix saling tatap. Sementara Darren hanya mengalihkan tatapnnya kesembarang arah.
"Apa kau baik-baik saja son?" Felix mendekat kearah Darren.
"Perasaan tadi kau baik-baik saja" ucapnya lagi lalu menatap Darren lekat dari ujung kaki ke ujung kepala dan itu membuat Darren tidak nyaman.
"Tatapanmu membuatku tidak nyaman Dad, aku baik-baik saja" ucapnya dingin lalu pergi meninggalkan kamar Feli. Felix mengernyit mendengar nada suara putranya itu. Mika yang tadi menatap lekat kepada putra tertuanya itu hanya diam. Sibuk dalam fikirannya sendiri.
T.B.C
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!