NovelToon NovelToon

Takdir Cinta Naurah

1.

" Harusnya jadi suami tuh kayak gini, bisa menyenangkan istri dan anaknya" tutur bu Wardah tersenyum begitu menonton video yang di kirimkan oleh ningsih anaknya yang sedang berlibur sekeluarga di pulau bali

" Lalu mengapa kamu marah dan tak terima jika Usman mengajak istri dan anak nya liburan?" tanya pak azis sang suami yang hanya duduk menghisap sepuntung rokok

" Kalo itu sih beda pak, kan sayang uang hasil jerih payah anakku terbuang sia sia hanya untuk mereka liburan" jawab bu wardah tak mau kalah

" Ya kan mereka istri dan anak Usman bu, jadi gak ada salahnya" ucap azis lagi

" Tetap aja salah, emang kalo mereka pergi liburan siapa yang akan mengurus rumah ini? Siapa yang akan memasak untuk kita? Bapak mau menggantikan mereka? "

" Kan ibu bisa mengerjakan semuanya sendiri, lagian ibu kan dulu juga mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain" ucap suaminya

" Atau gak minta bantuan pada ningsih bu, jangan selalu mengharapkan tari, dia itu anak menantu di rumah ini bu, bukan pembantu " ucap azis sedikit keras

" Alaaahhh... Capek aku ngomong sama bapak, asal bapak tau itu semua kewajiban tari sebab dia juga tinggal di rumah ini gratis kok, jadi anggap saja tenaga nya itu sebagai ganti untuk membayar biaya tinggal dan makannya di sini, lagian ningsih kan punya rumah sendiri jadi untuk apa dia kesini mengerjakan semuanya" jawab bu wardah kesal

" Astagfirullahaladzim bu" ucap pak azis

" Sudahlah pak, gak ada gunanya ngomong sama bapak, sampai mulut berbusa juga bapak gak akan ngerti" ucapnya lagi kemudian meninggalkan sang suami yang masih duduk terdiam

Tak terasa airmata naurah menetes mendengar ucapan neneknya di balik pintu, dia tak menyangka jika selama ini neneknya hanya menganggap mereka seperti itu

" Naurah, kamu kenapa nak? Tanya tari yang menatap heran pada sang anak yang kini menghapus airmatanya

" Aku gak apa-apa kok bu" jawabnya berbohong

" Gak usah di masukin dalam hati ucapan nenek barusan" ucap tari tersenyum

" Ibu juga dengar ucapan nenek tadi? " tanyanya

" Iya, ibu juga dengar kok"

" Ibu gak apa apa? Ibu gak sedih? "

" Mana ada ibu gak sedih, hanya saja ibu sudah terbiasa mendengar ucapan seperti itu" jawab tari tersenyum simpul

" Apakah ayah tau jika nenek seperti itu bu? "

" Tidak, kamu bisa melihat sendiri sikap nenek jika ada ayah seolah olah dia sangat menyayangi kita"

" Aku tak menyangka nenek ternyata sangat tidak menyukai kita bu"

" Sudahlah nak sabar saja, kita doakan nenek sadar dan bisa benar benar menyayangi kita, jadi sekarang ayo sana ganti pakaian sekolah mu dulu "

" Iya bu" jawab naurah dengan tatapan rasa iba pada ibunya, bagaimana bisa ibunya menahan rasa itu selama ini pikirnya

********

" Mas, aku mau minta tolong boleh? " ucap tari pada usman suaminya

" Mau minta tolong apa dek? " jawab usman lembut

" Ibuku sedang sakit di kampung mas, kalo bisa aku mau pinjam uang mas buat berobat ibu" jawabnya

" Gak usah di pinjam dek, uang aku kan uang kamu juga, sebentar mas akan kirim buat ibu" ucapnya

" Terima kasih ya mas" ucap tari dengan mata yang berbinar

Mereka berdua tak tau jika percakapan mereka telah di dengar oleh bu Wardah sang ibu mertua

" Cih.. Enak aja mau minta duit anakku untuk berobat ibunya, tidak akan ku biarkan" ucap bu wardah dengan raut wajah kesal dan berlalu ke kamarnya

Bruuuk...

" Aduh... Usman... Tolong ibu " teriak bu wardah

Dengan tergopoh gopoh usman dan tari segera berlari menghampiri ibunya di dalam kamar

" Ibu, ibu kenapa? Tanya usman membantu ibunya untuk berdiri yang tengah terduduk di lantai kamarnya

" Kepala ibu pusing usman, sepertinya tekanan darah tinggi ibu kumat " jawabnya berbohong yang memang sengaja menjatuhkan dirinya sendiri

" Astaga bu, sebaiknya ibu istirahat aja dulu"

" Usman, ibu mau ngomong sama kamu empat mata" ucap bu wardah begitu duduk di atas kasur nya

Usman melirik ke arah istrinya dan tari pun mengerti lalu segera keluar dari kamar ibu mertua nya

" Ibu mau ngomong apa? " tanya usman

" Kamu ada uang kan? Ibu minta ya ada perlu soalnya"

" Emang ibu perlu buat apa? Darurat gak bu?"

" Ada gak? " tanya nya dengan nada sedikit tinggi

" Bu, aku ada uang tapi maaf uang nya mau aku kirim buat mertuaku bu, beliau sedang sakit bu" ucap usman lembut

" Buat mertua kamu? Untuk apa usman? Dia itu bukan tanggung jawab kamu, jadi kamu gak udah mikirin soal pengobatannya, lagian dia itu bukan ibu kamu, aku yang ibu kandung kamu usman " ucap bu wardah

" Bu, ibu gak boleh ngomong kayak gitu, ibu nya tari itu ibuku juga bu, dan aku pun berkewajiban untuk membantunya, sebab ibu tau sendiri setelah aku menjual rumah kami, istri aku udah gak kerja lagi selama ikut aku pindah ke sini, itu karena dia ingin membantu untuk merawat ibu atas permintaanku bu, dan dia juga senang hati kan melakukannya " ucap usman

" Jadi menurutmu karena ibu sehingga dia berhenti dari pekerjaan nya? Dan karena ibu juga hingga kamu menjual rumah kalian di sana? "

" Gak bu, bukan gitu maksud aku, soal rumah itu aku dan tari sama sekali tak pernah mempermasalahkan nya"

" Ya karena itu memang rumah kamu bukan rumah tari, jadi wajar dong kalo dia gak mempermasalahkan soal rumah itu"

" Ibu salah, rumah itu hasil tabungan kami berdua" jawab usman

" Tapi kan uang kamu lebih banyak di rumah itu, memangnya dia bisa punya uang banyak sementara kerjanya aja hanya seorang koki resto kecil"

" Sudahlah bu, aku minta maaf kali ini karena tak bisa memberi ibu uang, coba ibu minta sama ningsih aja bu" ucap usman berlalu tak ingin membuat keributan dengan ibunya

" Dasar bodoh..!!! Mau saja kamu di manfaatkan oleh keluarga wanita itu" ucap bu wardah kesal

*******

Tiga hari pun berlalu, namun bu wardah masih merasa kesal pada usman dan tak pernah menyapa nya atau pun mengajak usman ngobrol seperti biasanya

" Usman, kenapa dengan ibumu? " tanya azis sedikit heran melihat istrinya jadi pendiam

" Ibu sepertinya masih marah padaku pak"

" Memang nya ada apa lagi? "

Usman menceritakan apa yang terjadi pada ibunya malam itu

" Astagfirullahaladzim, kenapa ibumu jahat seperti itu usman "

" Tak tau lah pak, aku juga bingung"

" Sebaiknya kamu ajak ibumu ngomong dan tanyakan apa maunya?" ucap pak azis

" Baiklah pak" jawab usman segera menghampiri ibunya di kamar

Usman mendekati ibunya dan menggenggam tangan ibunya

" Bu, ibu masih marah padaku soal uang itu? " tanya usman namun bu wardah masih membuang muka

" Baiklah, aku akan memberi ibu uang tapi aku mohon ibu jangan marah lagi ya? " bujuk usman

" Ibu mau tanya, berapa banyak yang kamu kirimkan pada mertuamu? " ucap bu wardah

" Tiga juta bu"

" Apa? Itu uang yang banyak usman "

" Itu gak seberapa kalo di pakai buat berobat bu"

" Lalu berapa yang akan kamu berikan pada ibu? "

" Aku hanya ada sejuta bu"

" Sejuta? Gak, ibu gak mau"

" Lalu berapa yang ibu perlukan? "

" Ibu mau kamu kasi ibu tiga kali lipat dari uang yang kamu kirimkan pada mertuamu"

" Tapi bu-"

" Ibu gak mau tau, pokoknya kamu harus memberi ibu uang seperti yang ibu mau atau jangan pernah lagi bicara pada ibu" ancam bu wardah

Tanpa berkata apa apa usman keluar dari kamar ibunya dengan wajah yang sedikit frustasi

*****

Malam pun tiba

Tok... Tok... Tok...

" Naurah, apa ayah boleh masuk? " tanya usman di depan pintu kamar putrinya

" Iya ayah, masuk saja"

" Kamu lagi ngapain nak? "

" Aku sedang mengerjakan tugas sekolah "

" Naurah, ayah minta maaf ya, karena ayah telah membawa mu kesini dan tinggal bersama nenek, ayah tau kalo selama ini nenek tak pernah peduli padamu dan juga hasan" ucap usman

" Iya ayah, gak apa apa selagi aku masih bisa tinggal bersama ayah dan ibu"

" Kamu tau kan ayah selalu mengandalkanmu, jadi ayah minta kamu harus jadi anak yang kuat agar bisa menjaga ibu dan adikmu"

" Iya ayah aku tau, tapi apa maksud ayah aku harus menjaga ibu dan hasan? "

" Bukan apa apa, ayah hanya ingin kamu menjadi gadis baik dan kuat dalam menghadapi semua cobaan hidup"

" Baik ayah, oiya apa besok ayah bisa menjemputku sepulang sekolah? Sudah lama aku gak pulang bareng ayah"

" Iya sayang, besok ayah akan menjemputmu" ucap usman membelai rambut putrinya

" Terima kasih ayah"

" Sayang, Ini ada sedikit uang jajan untukmu nak" ucapnya memberi naurah uang merah sebanyak lima lembar

" Banyak sekali ayah"

" Tidak apa apa, ayah juga jarang memberimu dan hasan uang jajan, hehehe" ucapnya tertawa

" Gak apa apa ayah, tapi makasih ya ayah" ucap naurah memeluk ayahnya

********

Pagi sekali tari telah menyelesaikan semua pekerjaan rumah bahkan sarapan pun telah dia siapkan untuk anak anaknya, suami dan kedua mertuanya

" Mas, aku anterin anak anak sekolah dulu ya" ucap tari

" Iya dek hati hati, gak usah ngebut " jawabnya masih duduk dan menikmati secangkir kopi karena sedang libur kerja

Tak lama bu wardah pun menghampiri usman sambil menengadahkan satu tangannya

" Mana duit yang ibu minta? "

" Sabar ya bu, aku belum punya uang sebanyak itu bu"

" Ibu mau hari ini juga"

" Iya nanti aku usahain ya bu"

" Ibu gak mau tau, pokoknya sekarang kamu berangkat cari uang dimana kek terserah kamu, dan jangan pulang jika tidak membawa uangnya" ucap bu wardah

Hhhhhmmmmm....

Usman membuang nafas kasar dan segera pergi dengan sepeda motor maticnya

Usman segera melajukan sepeda motornya ke rumah seorang kenalan nya yang merupakan seorang karyawan koperasi simpan pinjam

Dengan membawa uang sepuluh juta dalam tas, usman segera melajukan motornya untuk kembali ke rumah namun naas sebuah truk oleng menabrak motor usman

Braaaak....

2.

Braaaak....

Motor yang di kendarai usman pun tertabrak sebuah truk sementara usman sudah tak sadarkan diri dengan darah yang keluar dari hidung dan kepalanya

" Usman?" ucap seorang saksi yang mengenali nya

" Bapak tolong bantu saya membawa orang ini ke rumah sakit, saya mengenali orang ini" ucap orang itu lagi namun tak ada seorang pun yang mau membantunya

" Sialan, mereka hanya sibuk merekam " gumamnya lagi kemudian menghubungi ambulance

" Sepertinya dia sudah meninggal" ucap seorang lagi yang menghampiri usman

Sementara mendengar kabar suaminya, tari merasa sangat syok dan tak dapat berkata kata sebab baru saja pagi tadi berpamitan dengan suaminya namun kini suaminya sudah pergi untuk selamanya

*******

Rumah bu wardah kini ramai kedatangan para pelayat begitu naurah kembali pulang lantaran mendapat kabar soal ayahnya saat di sekolah

" Ibu, ayah kenapa? huhuhu... " tangis naurah pun pecah melihat jasad ayahnya yang terbaring kaku dengan wajah yang tersenyum

" Sabar nak, iklhaskan ayah" ucap tari terisak memeluk kedua anaknya

Setelah penguburan Usman selesai, mereka pun kembali ke rumah, tari seperti tidak berdaya dan langkah kakinya terlihat sangat berat

" Ini semua gara gara kamu, dasar perempuan pembawa sial" ucap bu Wardah mendorong tubuh tari hingga jatuh ke lantai

" Ibu... " teriak naurah dan hasan segera menghampiri ibu mereka

" Andai saja kamu tak meminta anakku usman untuk mengirim uang pada ibumu di kampung pasti ini takkan terjadi, kenapa bukan ibumu saja yang mati menggantikan nya kenapa harus anakku" ucap Bu Wardah lagi menjambak jilbab tari sementara tari hanya terdiam berlinang airmata

" Nenek, ini semua bukan salah ibuku" ucap naurah

" Tau apa kamu anak kecil" jawab ningsih yang ikut menjambak rambut naurah

" Lepaskan kakak dan ibuku" teriak hasan menggigit tangan ningsih

" Aauuwwww... " teriak ningsih

" Dasar anak pungut, kakakku mati karena kamu anak pungut sialan" teriak ningsih

" Ningsih..!! " ucap tari berdiri

" Kenapa? Kamu gak terima aku panggil dia anak pungut? Kan kenyataan nya emang kayak gitu" ucap ningsih

" Ningsih..!! " teriak wawan pada istrinya yang baru saja kembali dari pemakaman bersama pak azis

" Keluar kalian dari rumahku, mulai hari ini kalian tidak boleh tinggal di rumah ini" ucap Bu Wardah teriak pada tari dan kedua anaknya

" Kalian tidak di butuhkan lagi di sini, bang usman sudah tiada jadi jangan harap kami akan menampung benalu seperti kalian" teriak ningsih

" Ningsih, wardah...!! Apa apaan kalian? " ucap pak azis

" Bapak diam saja atau aku juga akan mengusirmu dari sini" ucap Bu Wardah, sementara kakek hanya bisa terdiam lantaran memang dia hanyalah suami kedua Bu Wardah dan tak punya hak di rumah itu

" Kemas pakaian kalian sekarang dan tinggalkan rumah ini" teriak Bu wardah membuat tari menuntun kedua anaknya segera berkemas

Tak lama setelah mereka selesai berkemas, mereka pun keluar dari kamar

" Tari, maafkan bapak, bapak tak bisa membantumu, sebab kamu juga tau sendiri bapak gak bisa berbuat apa apa" ucap pak azis merasa sedih

" Iya pak gak apa apa saya juga ngerti kok, kalo begitu saya dan anak anak pamit pak" ucap tari mencium tangan pak azis

" Aku akan mengantarkan kalian, apa kalian sudah memiliki tempat tinggal? " tanya wawan

" Mas, jangan sekali kali kamu berani membantu mereka" teriak ningsih

" Mas terima kasih, gak usah repot repot kami bisa pergi sendiri" ucap tari berjalan lebih dulu

Mereka lihat tatapan para tetangga ada yang merasa iba, ada pula yang biasa saja namun tak ada satu pun dari mereka yang menawarkan bantuan pada tari dan kedua anaknya

*******

Tiga bulan pun berlalu

" Bu, aku berangkat sekolah ya" pamitku mencium tangan ibu

" Aku juga ya bu" susul adikku hasan

" Iya nak, kalian hati hati ya, belajar yang benar ya nak" ucap ibuku mengantar kami hingga ke depan gang rumah kontrakan yang menjadi tempat tinggal kami sekarang

" Kak, aku duluan " ucap hasan mencium tanganku

" Iya dek, nanti langsung pulang ya bantuin ibu" jawabku sebelum hasan memasuki halaman sekolah sementara aku kembali melanjutkan berjalan kaki ku menuju sekolah

Jika mengingat kejadian saat kami di usir oleh nenek membuatku sedikit sakit hati, saat itu kami tak punya tempat bernaung, untung saja aku masih punya uang yang di berikan oleh ayah malam itu, mungkin ayah sudah firasat jika dia akan meninggalkan kami selamanya

Dan yang paling membuatku kecewa adalah di saat seorang pria mendatangiku di sekolah dan mengatakan jika ayahku memiliki utang padanya sebanyak sepuluh juta

Aku sangat terkejut dan tak tau menahu soal uang itu namun pria itu berkata jika uangnya telah di gunakan oleh nenek dan nenek sendirilah yang meminta pria itu mendatangiku di sekolah dan mengharuskan aku dan ibuku mengembalikan uang sebanyak itu

*****

" Bu, sebaiknya ibu istirahat hari sudah malam, aku gak mau ibu sakit " ucapku

" Tidak apa apa nak, sebaiknya kamu saja yang beristirahat ibu belum ngantuk"

" Bu, aku mau minta izin boleh? "

" minta izin untuk apa? "

" Sepulang sekolah aku boleh kerja gak bu di toko sembako teman aku, cuma sampai jam tujuh malam kok bu" ucapku

" Tidak nak, ibu gak akan mengizinkan mu"

" Tapi bu aku juga mau membantu ibu untuk mengumpulkan uang"

" Kamu dan hasan cukup belajar yang baik saja itu sudah membantu ibu nak"

" Tapi bu-"

" Naurah, soal uang itu kewajiban ibu, belum saatnya kamu mencari uang, sebaiknya kamu belajar yang giat agar nantinya kamu dan hasan bisa menjadi orang sukses"

"Baiklah bu, maafkan aku"

" Ibu tak mau ayahmu bersedih di sana jika melihat ibu membiarkan mu bekerja saat ini"

" Iya bu aku mengerti"

" Sekarang masuklah beristirahat"

" Ibu juga masuklah, di luar udara sangat dingin" ucapku sebelum masuk dan ibu hanya mengangguk

*******

Tak terasa dua tahun pun berlalu dan akhirnya aku lulus dari sekolah elit ini dengan nilai tertinggi, membuat ibuku sangat bangga apalagi ketika aku memberitahu bahwa aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah di salah satu universitas ternama di kota jakarta

" Alhamdulillah nak, akhirnya kamu kembali mendapatkan beasiswa" ucap ibuku

" Iya bu, tapi aku berencana untuk menolaknya bu"

" Kenapa nak? "

" Aku gak mau jauh dari ibu"

" Naurah, kesempatan tidak akan datang dua kali, kapan lagi kamu bisa melanjutkan belajarmu di universitas ternama nak, ibu mau kamu meraih cita citamu, di sana pasti kamu akan mendapat ilmu yang lebih bermanfaat nak"

" Tapi ibu gimana? "

" Ibu kan ada hasan, dan kami akan baik baik saja jadi sebaiknya kamu fokus aja belajar "

" Tapi kita gak punya uang bu"

" Nanti ibu usahakan nak "

" Oiya aku lupa kan semua gratis bu, kata kepala sekolah juga nanti aku di sana tinggal di asrama secara gratis"

" Benarkah? Syukur lah tapi setidaknya kamu juga harus punya pegangan nak"

" Iya bu, terima kasih ya bu " ucapnya memeluk ibunya

Tok... Tok... Tok...

" Kak naurah" ucap ayu anak tante ningsih begitu aku membuka pintu

" Ayu? " ucapku terkejut melihat kedatangannya

" Assalamu'alaikum " ucap paman

" Paman wawan, ayo silakan masuk paman " ucapku

" Tunggu sebentar ya paman" ucapku masuk memanggil ibu dan membuatkan kopi untuk paman

" Mas wawan? Ada apa ya kok datang ke tempat kami? " tanya ibu

" Gak ada apa apa, maaf jika kedatangan kamu mengejutkan kalian"

" Gak apa apa mas"

" Ini loh ayu tadi nangis katanya kangen sama kak naurah dan hasan " ucap nya lagi

" Ya ampun ayu maafkan kak naurah ya, soalnya kak naurah sedang sibuk di sekolah jadi gak ada waktu untuk ke rumah ayu" ucap naurah

" Lalu dimana kak hasan? Aku pernah bertemu dengan kak hasan tapi mamah melarang aku untuk bermain dengan kak hasan kata mama aku gak boleh bermain dengan anak pungut, emang anak pungut itu apa kak? " tanya ayu yang masih terlalu kecil

Suasana di rumah saat itu sangat hening setelah pertanyaan itu keluar dari mulut anak yang masih berusia lima tahun itu

" Maafkan ayu ya mbak tari"

" Iya mas gak apa apa, dia masih kecil jadi belum mengerti"

" Kak naurah, kak hasan dimana? "

" Masih di sekolah dek"

" Oiya mas gimana kabar ibu dan bapak? "

" Alhamdulillah mereka baik baik saja"

" Syukurlah "

Tak seberapa lama setelah mendapat sebuah panggilan telepon, paman pun berpamitan

" Tapi pah aku mau bermain dengan kak hasan" ucap ayu yang memang saat masih di rumah nenek hanya hasan yang menemaninya bermain

" Lain kali lagi ya sayang" ucap paman terlihat cemas atau mungkin dia takut jika tante ningsih mengetahui kedatangannya ke sini

" Tante, kak naurah aku pulang ya"

" Iya nak ayu hati hati ya"

" Bye kak naurah" ucapnya melambaikan tangan padaku begitu masuk ke dalan mobil

" Bu, apa aku harus pamit pada nenek sebelum aku berangkat ke jakarta? "

" Sebaiknya begitu nak, dia juga tetap nenek kamu"

" Tapi gimana kalo nenek gak peduli bu? "

" Yang penting kamu sudah pamit, mau peduli atau tidak yang penting kamu ke sana nak"

" Baiklah bu aku akan ke sana" jawabku

*******

" Assalamu'alaikum " ucapku begitu sampai di rumah nenek

" Naurah? Ayo masuk nak, dimana ibu dan adikmu? " tanya kakek yang terlihat bahagia menghampiri ku

" Ibu di rumah kek, dan hasan masih di sekolah"

" Nenek" ucapku ingin mencium tangannya

" Siapa yang mengizinkanmu menginjak rumahku? " tanya nenek

" Tidak usah cari muka, ngapain kamu ke sini? Mau minta duit? " ucap tante ningsih

" Gak kok tante, aku ke sini karena ingin pamit pada kalian semua, aku akan ke jakarta untuk melanjutkan pendidikan ku"

" Darimana kalian mendapatkan uang untuk melanjutkan sekolahmu? "

" Aku dapat beasiswa nek"

" Lalu apa urusannya dengan kami? Kamu pikir dengan begitu kami bisa bangga padamu? " ucap ningsih

" Aku hanya ingin pamit tante"

" Ya sudah pulang sana, emang kita pikirin kamu mau kemana" ucapnya lagi sebelum masuk bersama nenek

" Naurah, maafkan nenek dan tante mu ya nak"

" Iya kek gak apa apa, aku juga mau pamit sama kakek "

" Tunggu sebentar ya nak" ucap kakek berlalu masuk ke kamar

Tak seberapa lama kakek pun kembali

" Naurah" panggil kakek begitu kembali

" Ambil lah ini nak, maaf kakek tak bisa banyak membantumu" ucap kakek meletakkan sebuah amplop di tanganku

" Apa ini kek? "

" Itu uang pegangan untukmu di sana, mungkin tidak seberapa"

" Uang? Gak usah kek" ucapku mencoba mengembalikan pada kakek

" Terimalah, anggap saja itu uang jajan dari kakek, semasa hidup ayahmu sering memberi kakek uang namun kakek hanya menyimpannya selama ini"

" Benarkah kek? "

" Iya, terimalah dan sampaikan salam kakek pada ibu dan adikmu, jaga diri baik baik begitu kamu di jakarta"

" Baiklah, terima kasih banyak kek" ucapku kemudian mencium kembali tangan kakek dan segera pulang

3.

Di tempat lain

Sreeek...!!

" Rangga bangun" ucap seorang pria tampan menyibak gorden yang menutupi cahaya mentari masuk ke dalam kamar yang gelap itu

" Bang, biarkan aku istirahat sepuluh menit lagi" ucapnya menutup wajahnya dengan bantal

" Tidak,, kamu harus bangun sekarang sudah waktunya kamu kembali ke kampus" ucap pria itu mematikan ac berharap adiknya segera bangkit

" Bang tolonglah aku masih ngantuk" bujuk nya

" Maaf rangga aku sudah berjanji pada mama dan papa untuk membuatmu kembali ke kampus hari ini, coba kamu lihat jam berapa sekarang? "

" Ck, dasar menyebalkan gak bisa di ajak bekerja sama" ucapnya segera bangkit dan masuk ke kamar mandi

Setelah rangga selesai, dengan penampilan yang sangat keren, dia pun segera ke kampus dengan menggunakan motor sport nya

" Rangga" teriak seorang memanggil namanya sembari melambaikan tangan

" Darimana aja loh baru nongol? " tanya gani teman sekelas rangga

" Biasalah" jawabnya santai

" Lo tau gak mahasiswi baru di kampus kita cantik cantik "

" Lalu? " Ucap rangga

" Bisalah cari buat cadangan"

" Cari aja sendiri, gw mau pergi "

" Mau kemana lo? "

" Mau ke kelas"

" Tungguin gw " teriak Gani segera menyusul langkah rangga

*******

Di jakarta naurah kini menjalani perannya sebagai seorang mahasiswi desain lantaran cita citanya ingin menjadi arsitek sama seperti ayahnya

" Woi.. Mikirin apa lo? " tanya reva teman sekamar naurah

" Astaga bikin kaget aja kamu"

" Abisnya dari tadi gw lihat ngelamun aja lo"

" Aku gak apa apa kok"

" Ya udah kalo gitu, berangkat sekarang aja ntar telat mau lo? "

" Gak mau lah " jawab naurah dan segera bergegas

Naurah tak memilik teman di kampus selain reva, gadis cantik dan baik bahkan menjadi orang yang pertama kali mengajak naurah ngobrol dan juga seorang pria tampan yang bernama Ilham

Setelah mereka berjalan kaki beberapa menit akhirnya mereka pun sampai di kampus dan berpisah lantaran kelas dan jurusan mereka berbeda

Naurah berjalan seorang diri dengan menundukkan sedikit kepalanya

Bruuk...

" Auuuwww" rintih naurah sedikit kesakitan memegang kepalanya

" Astaga, kalo jalan tuh lihat ke depan, memangnya uangmu jatuh sampai berjalan tertunduk seperti itu" ucap pria tampan, tinggi dan berkulit putih yang tak lain adalah rangga

" Maafkan aku" ucap naurah mengambil bukunya yang terjatuh namun pria itu segera berlalu tanpa memperdulikan naurah

*******

" Rangga, antarin aku pulang ya" ucap mita seorang mahasiswa baru juga

" Lo bisa pulang sendiri kan? "

" Tapi aku maunya sama kamu"

" Gak bisa, gw lagi ada urusan " jawab rangga melajukan motornya

" Dasar Rangga sialan" ucapnya cemberut

" Mita, lu kenal sama kak rangga? " ucap beberapa mahasiswa baru

" Iya, kenapa? "

" Lu gak tau kalo kak rangga itu cowok tertampan di kampus kita? "

" Tertampan? Biasa aja sih menurut gw"

" Wahh... Sepertinya lu harus pergi ke dokter mata deh"

" Gantengan juga Ilham" ucap mita tersenyum

" Ck, ck, ck, sepertinya mata lu benar benar udah rusak"

" Mata lu tuh yang rusak, rabun" ucap mita kesal dan berlalu meninggalkan tempat itu

******

Siang itu Naurah sedang berjalan seorang diri kembali ke asrama, dan tak sengaja menemukan secarik kertas yang memerlukan karyawan, dengan langkah cepat naurah menuju asrama dan ingin segera menghubungi nomor yang tertera di kertas

" Naurah, baru balik lu? " tanya reva yang sedang berbaring di kasurnya

" Iya" jawabnya singkat

" Kertas apa itu? "

" Lowongan pekerjaan "

" Mana coba sini gw lihat" ucapnya mengambil kertas dari meja belajar naurah

" Garden Resto" ucap reva

" lu mau melamar pekerjaan di resto ini? " Tanya reva

" Iya, semoga aja bisa dari pada waktu aku terbuang dengan santai

di asrama"

" Lu yakin? "

" Iya reva, aku ingin mencari pekerjaan sampingan agar ibuku tak perlu mengirim uang lagi, aku gak mau menyusahkan ibuku di kampung"

" Ya sudah kalo begitu, coba lu hubungi nomor ini " ucapnya mengembalikan kertas itu ke tempatnya

" Gak di jawab "

" Mending lu langsung ke sana aja deh"

" Gak apa apa emang? "

" Gak apa apa, usaha aja dulu "

" Iya deh, nanti aku akan coba ke sana" ucapnya

" Oiya siapa cowok tadi yang nabrak lo di kampus? "

" Cowok yang mana? "

" Yang tadi itu loh, gw gak sengaja lihat lo tadi"

" Ohhh yang itu, aku gak tau siapa"

" Ganteng gak? "

" Iya ganteng sih"

" Lu gak ngajak kenalan? "

" Ck, emangnya aku ini kayak kamu"

" Hehehe.. Kan bisa aja"

" Gak akan" ucap naurah berbaring

********

" Ohh jadi kamu di sini mas? Ngapain kamu di sini? Apa janda sialan ini menggodamu?" ucap ningsih mendapati suaminya dan putrinya sedang berada di teras rumah tari

" Mama ngomong apa sih? Aku ke sini hanya untuk mengantarkan ayu dia kangen sama hasan "

" Alaaah alasan aja kamu, dimana janda itu?" Tanya Ningsih

" Tari... Tari... Keluar kamu " teriak ningsih

" Ningsih, ada apa ya? " tanya tari

" Ada apa? Ada apa katamu? Kamu kan yang meminta suamiku untuk datang ke sini? Dasar janda gatel"

" Maksud kamu apa ningsih? "

" Gak usah mengelak kamu tari, emang gak ada pria lain yang bisa kamu goda? Kenapa harus suamiku? Aku sudah tau sedari dulu kamu memang menyukai suamiku, dan setelah bang usman meninggal kamu jadi sering meminta mas wawan untuk kesini, dengan alasan membawa nama ayu kan? " Ucap Ningsih

" Mah, bukan seperti itu, papa juga ke sinj karena permintaan ayu" tutur wawan

" Mas, gak usah kamu belain janda ini, atau mungkin kamu sudah terkena peletnya? "

" Astagfirullahaladzim " ucap tari

" Dasar munafik, ayo mas kita pulang, ayu sini ikut mama" ucap ningsih menarik tangan ayu

" Mbak tari maafkan ucapan istri saya" ucap wawan segera menyusul istri dan anaknya

Hhhmmmm...

Tari membuang nafas dan mengelus dadanya

******

Naurah berjalan memasuki halaman kampus dengan sedikit sibuk membalas pesan teks adiknya

Beepp.....!!!

Suara klakson sangat mengejutkannya dan menghentikan langkahnya

" Astagfirullahaladzim " ucapnya segera menyingkir dari jalan

" Astaga gadis itu lagi" gumam rangga

" Maafkan aku" ucap naurah sedikit menunduk

" Dasar gadis aneh " ucap rangga melajukan motornya ke parkiran

Siang itu Naurah reva dan juga ilham sedang menikmati makan siang nya di kantin, sembari tertawa karena sesuatu yang lucu, namun tak lama reva harus segera kembali ke kelasnya dan meninggalkan kedua sahabatnya

" Hai, boleh aku duduk di sini? " tanya mita duduk di kursi reva

" boleh, silahkan saja" ucap ilham

Mita menatap naurah bergantian dengan menatap ilham

" Maaf, ak- aku duluan ya ilham" ucap naurah kembali berjalan menunduk sebab naurah sedikit malu lantaran sebagian orang di kantin memandang nya karena dirinya berteman dengan salah satu cowok tampan di kampus

Kring... Kring...

Suara dering ponsel naurah terdengar

" Ibu" ucapnya segera menjawab panggilan ibunya

" Assalamu'alaikum bu" sapanya dengan tersenyum namun tak berapa lama wajah naurah berubah sedih setelah ibunya mengakhiri panggilannya

Dengan terburu buru naurah segera berlari dan keluar dari kantin untuk kembali ke kelas nya

Bruukk...

" Auwww" rintih naurah terduduk di lantai setelah tak sengaja bertabrakan lagi dengan rangga

" Naurah" ucap ilham segera menghampirinya dan meninggalkan mita seorang diri

" Astagaaa... Kamu lagi? Berapa kali aku katakan kalo berjalan tuh lihat ke depan, ngerti gak sih kamu" ucap rangga sedikit kesal

" Ma-maafkan aku" ucap naurah terbata

" Kamu gak apa apa? Ayo kita kembali ke kelas" ucap ilham membantu naurah bangkit

" Dasar gadis ceroboh " ucap rangga melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan mita yang memanggilnya

*******

Naurah dan ilham sedang duduk di bawah pohon yang dekat dari parkiran setelah jam kuliah mereka telah usai, tak lama setelah mereka ngobrol akhirnya ilham pulang terlebih dahulu dan tersisa naurah seorang diri

Triiing..

Sebuah pesan teks terkiri ke whatsapp naurah

{ Kak, nenek wati meninggal } isi pesan teks adiknya membuat naurah menitikkan airmata dan terisak sebab tak dapat melihat nenek dari pihak ibunya untuk terakhir kali

Sementata tak jauh dari tempat naurah menangis, rangga memperhatikan dan segera menghampiri nya

" Astaga... Hanya karena pria tadi pergi dan memutuskan mu hingga kamu menangis seperti ini? " ucap rangga salah paham

" Sudah jangan menangis dasar cewek lemah, ini gunakan sapu tanganku untuk menghapus airmatamu, apa kamu tidak malu itu ingusmu terlihat olehku" ucapnya

" Oiya sapu tangan gw gak usah di balikin dan gak usah kamu tangisi kepergian kekasihmu, masih banyak pria lain yang kebih baik darinya" ucap rangga berlalu membuat naurah sedikit bingung dengan maksud ucapan rangga

Selang beberapa hari, rangga kembali melihat naurah sedang tertawa bersama ilham dan juga reva

" Ck, ck, ck, dasar cewek bodoh" gumamnya menggelengkan kepalanya

" Hei kamu" ucap rangga membuat naurah dan reva menghentikan langkahnya sementara Ilham telah berlalu lebih dulu

" Gw? " ucap reva menunjuk dirinya

" Bukan lo tapi dia" tunjuknya pada naurah

" Aku? " tanya naurah

" Iya siapa lagi"

" Ada apa? " Tanya naurah

" Gw pinjam teman lu bentar" ucapnya pada reva dan menarik tanga naurah

" Lepasin aku, mau di bawah kemana aku? " tanya naurah berontak

" Mana sapu tangan gw? "

" Bukannya kamu sendiri yang bilang gak usah di balikin? "

" Gak, gw gak pernah ngomong kayak gitu"

" Udah aku buang"

" Apa? Kenapa kamu buang? "

" Karena aku pikir kamu gak membutuhkannya lagi"

" Astaga, itu sapu tangan mahal tau gak? "

" Maaf, nanti aku cari lagi "

" Baiklah, besok pagi aku tunggu di tempat parkir"

" Iya " jawab naurah berlalu

" Dimana sopan santunnya gadis itu? " ucapnya kesal karena naurah langsung meninggalkan nya padahal dia belum selesai

*******

Naurah sedang berbaring sembari saling membalas pesan dengan hasan adiknya

" Ra, lu kenal dengan kak rangga? " tanya reva penasaran

" Kak rangga? Siapa dia? " tanya kembali

" Lu gak tau siapa kak rangga? Jadi lu gak tau cowok tampan yang tadi bersama lu di kampus?"

" Iya aku gak kenal"

" Astaga naurah lu bego atau apa sih? Cowok yang tadi bersama kita tuh kak rangga, cowok tampan di kampus kita"

" Lalu? "

" Lu gak merasa bangga gitu? Banyak cewek cewek di kampus yang ingin dekat dengannya atau sekedar ngobrol dengannya"

" Biasa aja lah reva, jangan bilang kamu juga kayak mereka? "

" Iya sih, tapi gak terlalu hehehe"

" Trus apa yang kalian bicarakan tadi? "

" Dia minta sapu tangannya di balikin, padahal dia sendiri yang bilang gak usah di balikin"

" Mungkin dia naksir lu kali "

" Ck, ada ada aja kamu, udah ah aku mau kerjain tugas"

" Oiya besok lu ikut gw ya? "

" Kemana? "

" Ikut aja"

" Oke deh" jawabnya mengambil buku tugas nya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!