Benua langit Biru adalah dunia kultivator, dunia yang penuh dengan persaingan dan pertentangan, dimana semua orang berlomba-lomba untuk menjadi kuat, baik untuk merebut kekuasaan maupun mencari jalan keabadian.
Benua Langit Biru terbagi dalam empat wilayah besar yaitu wilayah Timur, Barat, Utara dan Selatan dengan berdirinya tujuh kekaisaran utama.
Di wilayah timur terdapat dua kekaisaran yaitu ke kaisaran Feng [Kekaisaran Angin] dan Kekaisaran Huo [Kekaisaran Api], di wilayah Barat ada Kekaisaran Yun [Kekaisaran Awan] dan kekaisaran Dalu [Kekaisaran Daratan], di wilayah utara ada Kekaisaran Bing [Kekaisaran es] dan di wilayah Selatan ada kekaisaran Huangye [Kekaisaran gurun] dan kekaisaran Shan [Kekaisaran Gunung].
Selain tujuh kekaisaran utama, ada juga kerajaan-kerajaan kecil serta sekte-sekte yang menjadi tempat para murid untuk berlatih beladiri, serta berbagai praktik kultivasi lainnya.
Di benua langit biru, tingkatan kultivasi dikelompokan kedalam sembilan tingkatan, yaitu tingkat prajurit, tingkat jenderal, tingkat raja, tingkat kaisar, tingkat bumi, tingkat langit, tingkat Suci dan tingkat dewa. Semua tingkatan itu terbagi dalam tiga tingkatan kecil lainnya, yaitu tingkat dasar, tingkat menengah dan tingkat puncak.
Selain itu, benua langit biru juga di tempati oleh tiga ras utama yaitu, ras Nanren [Ras manusia], Ras Dongwu atau [Ras Hewan] dan ras Mogui atau [Ras iblis].
Pertentangan dapat terjadi dimana saja, terutama pada tiga kelompok ras utama, bahkan antar sesama ras, sehingga kedamaian adalah sesuatu yang sangat berharga. Walaupun demikian, dalam masa lima ratus tahun ini, kedamaian itu masih terjaga, sehingga kedamaian di seluruh wilayah dalam benua tersebut masih dapat di jumpai.
Di wilayah barat benua langit biru, tepatnya di ibu kota kekaisaran Dalu, tiba-tiba semua orang di dalam istana dikejutkan dengan ditemukannya sang putri dalam keadaan tidak sadarkan diri di dalam kamarnya, sehingga menyebabkan kepanikan semua orang.
Dengan tergesa-gesa sang Kaisar dan sang permaisuri keluar dari ruangannya lalu menuju istana sang putri.
"Maaf Yang Mulia permaisuri, Yang Mulia Kaisar anda berdua dilarang masuk, karena para tabib sedang berusaha melakukan yang terbaik untuk memberikan pertolongan kepada sang putri." ucap Sang Jenderal menahan kedua wajah yang terlihat panik itu.
"Jenderal Shilin, jelaskan padaku apa yang terjadi?"
"Yang Mulia Kaisar, kami juga tidak tahu dengan pasti, karena tiba-tiba saja dayang yang biasa mengurus keperluan Sang Putri tiba-tiba saja berteriak dan menemukan putri Jia Li dalam keadaan tidak sadarkan diri, tetapi aku telah memanggil tabib utama istana untuk datang segera di tempat ini," ucap Jenderal Shilin memberi laporan.
Tidak lama kemudian, tabib tua datang dengan tergesa-gesa lalu memasuki kamar yang dijaga oleh beberapa prajurit.
Di depan pintu kamar, berdiri beberapa anggota keluarga ke kaisaran lainnya dengan wajah cemas dan khawatir.
Mereka semua terdiam menunggu hasil pemeriksaan dan berharap semuanya akan baik-baik saja.
Tidak berapa lama kemudian, Tabib itu keluar dengan menggelengkan kepalanya.
" Semuanya sudah terlambat," ucapnya lirih.
Ledakan tangisan pecah, sang permaisuri tidak dapat lagi menahan kesedihan hatinya lalu memasuki kamar yang diikuti oleh sang Kaisar.
"Tabib, apakah dia benar-benar tidak dapat diselamatkan lagi?" tanya jenderal.
Sang tabib menggelengkan kepalanya, "Semuanya sudah terlambat, andai saja aku datang beberapa waktu yang lalu, mungkin dia masih bisa diselamatkan. Mengapa bisa itu terjadi dan mengapa kalian terlambat menghubungiku?" tanya sang tabib.
Jenderal itu lalu terdiam. Tatapanya yang tegas menyiratkan rasa bersalah yang mendalam.
Sang tabib yang tidak ingin berlama-lama di tempat itu segera pergi dan berlalu.
***
Di dalam kamar, permaisuri memeluk tubuh gadis cantik itu sambil menangis dengan keras. Disisinya, Kaisar hanya bisa terdiam tetapi air mata menetes di wajahnya yang tegas.
"Li er, bangun nak, jangan tinggalkan ibu," ucapnya sambil terus terisak-isak menyebut nama putrinya.
Di sisi lain, Kaisar Hongli tampak kebingungan, "Apa yang harus aku lakukan?" batin batinya sambil menatap putrinya yang telah terbujur.
Sebagai seorang kaisar, Dia memiliki segalanya, dan Dia dapat melakukan apa saja, tetapi untuk menghidupkan kembali putrinya itu adalah diluar kekuasaannya.
"Apakah ini akhir dari ke kaisaran Dalu," ucapnya sambil mendesah.
Putri tunggalnya yang diharapkan untuk menjadi penerus kekaisaran tersebut, kini telah mati dan yang menjadi pertanyaannya, mengapa tiba-tiba Putri jatuh sakit bahkan tanpa adanya gejala sama sekali.
"Permaisuri, aku akan keluar sebentar," ucapnya pada sang permaisuri lalu meninggalkan ruangan itu.
Kaisar itu lalu memanggil para jenderalnya.
Di dalam ruangan aula istana, di hadapa para jenderal.
"Jaga berita ini, jangan sampai keluar dan temukan pelakunya. Aku akan menunda pemakamannya hingga kasus ini dituntaskan." ucapnya tegas memerintahkan para jenderal untuk mengusut peristiwa ganjil tersebut.
Para Jenderal yang telah mendapat tugas dari Kaisar, lalu bergerak untuk melakukan penyelidikan terhadap kasus kematian sang Putri.
***
Wilayah selatan istana kekaisaran, seorang pria tua dengan wajah ceria mengelus-elus jenggotnya yang telah memutih
"Ini adalah awal dari rencana, aku harap semuanya berjalan dengan lancar," ucapnya sambil tertawa keras.
Tiba-tiba seorang Prajurit memasuki istana tersebut
" Perdana menteri Taolie, Anda dipanggil oleh yang mulia Kaisar Hongli untuk menghadap segera."
Wajah cerahnya berubah muram.
"Baik, aku akan menghadap," jawabnya dengan tegas.
Dengan gontai lelaki tua itu melangkahkan kakinya lalu menuju istana utama kekaisaran.
***
Di dalam kamar, permaisuri masih terduduk di sisi putrinya yang telah membujur kaku. Wajahnya cantiknya hilang berganti dengan muram dan air mata yang terus mengalir di pipinya.
"Apakah ini hukuman yang diberikan oleh Dewa padaku. Apakah ini karena dosaku, Oh dewa, mengapa kau berikan cobaan begitu berat padaku," ucapnya sambil merutuk diri.
Para dayang istana yang berada tidak jauh dari sudut ruangan hanya bisa terdiam, mereka hanya bisa menyaksikan peristiwa yang terjadi di hadapannya tanpa bisa berbuat apa-apa.
Tidak lama kemudian masuk seorang pelayan dengan tenang lalu menghampiri permaisuri.
"Ratuku, aku punya solusi, tapi ini adalah cara terlarang."
Sang permaisuri menatap pelayan tersebut dengan tajam.
"Apakah kau yakin?"
"Ratuku, Aku tidak dapat memastikannya, tapi kita patut mencoba."
Permaisuri itu terdiam lalu menatap pelayan tersebut sekali lagi.
"Panggil Kaisar, aku ingin membicarakannya terlebih dahulu," ucapnya.
"Baik."
Sang pelayan lalu bergegas meninggalkan ruangan itu menuju Aula istana kekaisaran.
Di dalam istana, Kaisar Hongli duduk di atas tahtanya sambil mengitari pandangannya pada semua benda yang ada di dalam ruangan itu dengan terdiam.
"Yang mulia Kaisar, Anda dipanggil permaisuri Jiao."
Wajahnya yang muram seketika berubah saat suara itu membuyarkan lanaunannya, "Baik," jawabnya lalu pergi bersama pelayan tersebut.
Selang beberapa waktu kepergian Kaisar, Perdana Menteri Taolie tiba di aula istana.
Kehadirannya disambut oleh jenderal yang sedang berjaga.
"Perdana menteri Taolie, Yang Mulia Kaisar Hongli baru saja pergi. Mohon untuk menunggu beberapa saat," ucap sang Jenderal memberi penjelasan dan mempersilahkannya untuk duduk.
***
Kamar putri.
Permaisuri Jiao terliat gelisah. Pikirannya dan perasannya benar-benar telah dikacaukan oleh banyak hal.
Tidak lama kemudian, pelayan yang telah diutusnya kembali dengan membawa Kaisar yang terlihat tergesa-gesa.
"Yang mulia," ucap permaisuri Jiao menyambut kedatangan Kaisar Hongli sambil berdiri.
CATATAN:
ISTILAH DALAM PRAKTIK KULTIVASI.
Kultivasi adalah tingkatan kekuatan Qi yang dimiliki oleh seorang praktisi atau kultivator/pendekar.
Kultivator adalah praktisi/pendekar yang berlatih seni bela diri yang mistis agar menjadi kuat.
Qi adalah kekuatan hidup atau kekuatan spiritual atau juga di disebut sebagai energi vital.
Dantian adalah tempat terkonsentrasinya Qi di dalam tubuh terdapat terletak 2-3 cm di bawah pusat.
Meridian adalah jaringan pembuluh atau saluran dalam tubuh yang di aliri atau dilewati oleh Qi.
"Permaisuri, jelaskan padaku apa yang akan kita lakukan padanya?" tanya Kaisar dengan penasaran.
Permaisuri Jiao lalu menjelaskan pada Kaisar, bahwa dirinya akan melakukan ritual terlarang untuk menghidupkan kembali Sang Putri.
"Dayang," ucapnya lalu mengarahkan pandangannya pada sang pelayan.
"Yang mulia Kaisar, hamba Jingmi. Hamba berasal dari klan Tiantang yang berasal dari wilayah perbatasan utara. Di klan, aku akan meminta para tetua untuk melakukan ritual memanggil dewa langit, tetapi ini memerlukan proses yang lama, jika Yang Mulia Kaisar mempercayakannya padaku, maka aku akan segera membawanya pergi dari tempat ini dan merawatnya di sana."
Wajah muram Kaisar Hongli sedikit bersinar walaupun dirinya tidak meyakini cara seperti itu, tetapi di dalam dunia kultivator ini, hal seperti itu mungkin saja dapat dilakukan.
"Jika demikian, bergegaslah." ucapnya lalu memanggil Jenderal kepercayaannya.
"Jenderal Shilin, Aku ingin kamu mendampingi permaisuri Jiao dan rombongan pergi ke Klan Tiantang."
"Baik Yang mulia," jawab Jenderal Shilin dengan hormat.
Saat rombongan itu hendak bersiap-siap untuk meninggalkan istana kekaisaran, tiba-tiba dari arah timur dan selatan terlihat asap mengepul sebagai tanda adanya bahaya.
Seorang komandan tiba-tiba memasuki ruangan dan melaporkan bahwa telah terjadi penyerangan terhadap ibu kota kekasaran.
"Yang Mulia, kita telah diserang."
"Panggil senua jenderal dan mentri untuk datang ke istana!"
Kaisar Hongli lalu memerintahkan Jenderal Shilin untuk segera meninggalkan ibukota ke kaisaran serta membawa seluruh kerabat ke kaisaran yang berada di dalam ruangan itu.
Sambil membawa tubuh sang Putri, dengan tergesa-gesa permaisuri Jiao beserta rombongannya segera meninggalkan istana.
"Gunakan jalan rahasia!" ucap sang Kaisar sambil berlalu meninggalkan ruangan.
***
Kedatangan Kaisar Hongli disambut dengan tatapan panik para Jenderal dan para menteri yang sudah berada di dalam Aula Istana.
"Yang Mulia Kaisar, kita telah diserang oleh kaisaran Huo dan kekaiasaran Shan, apa yang harus kita lakukan?"
"Tentu saja kita berperang. Panggil semua Jenderal dan perintahkan untuk menggerakkan pasukan pada kedua wilayah tersebut."
Kaisar Hongli lalu membagi dua puluh lima ribu pasukannya yang tersisa di istana ke dalam tiga kelompok.
"Sepuluh ribu pasukan bergerak ke arah timur, sepuluh ribu pasukan ke selatan dan lima ribu prajurit tetap berada di dalam istana."
Dengan segera para Jenderal yang telah diperintahkan lalu bergerak meninggalkan ruangan itu.
Tidak lama kemudian, seorang Komandan pasukan melaporkan jalannya pertempuran di wilayah utara.
"Yang Mulia Kaisar, saat ini pasukan kekaisaran Huo sedang merangsek masuk ke dalam benteng pertahanan ibu kota."
Tidak lama berselang, seorang Komandan tiba dan melaporkan bahwa pasukan ke kaisaran Shan juga telah memasuki benteng kota.
Kaisar Hongli menatap para Jenderal dan komandan yang tersisa.
"Kita benar-benar kekurangan prajurit, apa yang harus kita lakukan?"
Jika saja pasukan kekaisaran tidak melaksanakan ekspedisi ke wilayah utara, mungkin kekaisaran memiliki harapan.
Kaisar tampak bingung karena tidak menyangka bahwa dua ke kaisaran akan menyerangnya secara bersamaan terlebih lagi ke kaisaran tersebut merupakan sekutu yang selama ini tidak memiliki masalah apapun.
Melihat kebingungan Kaisar tersebut, dengan segera Perdana Menteri Taolie lalu mengutarakan pendapat nya.
"Yang Mulia Kaisar, bagaimana jika kita menggunakan suku gunung untuk membantu."
"Tapi apakah itu tidak berbahaya?"
"Yang mulia Kaisar, akan lebih berbahaya lagi jika kedua pasukan itu merangsek masuk ke dalam istana benteng istana, Jika mereka sudah tiba, kita tidak akan bisa melakukan apa-apa lagi." sanggahnya cepat.
Kaisar Hongli menatap para menteri yang berada di dalam ruangnan itu, "Apa pendapat kalian?"
Para menteri juga terlihat bingung karena mereka benar-benar tidak memiliki pilihan, jika mereka mengandalkan diri sendiri sudah pasti mereka akan dikalahkan tetapi jika mereka menggunakan orang-orang gunung itu, maka akan sangat berbahaya, karena orang-orang gunung adalah pasukan barbar yang tidak mengenal sekutu atau lawan.
"Yang Mulia Kaisar, cepat ambil keputusan jika tidak kita akan benar-benar kesulitan," ucap Perdana Menteri Taolie dengan wajah khawatir.
Semua orang di dalam ruangan itu terdiam, lalu mengarahkan pandangannya pada Kaisar.
"Segera panggil pasukan gunung!" ucapnya memberi perintah.
Dengan segera seorang jenderal keluar dari istana dan menembakkan panah api ke arah timur sebanyak tiga kali
***
Wilayah timur ke kaisaran Dalu, di sebuah rantai pegunungan panjang yang merupakan batas kekaisaran Dalu dengan kekaisaran Shan dan kekaisaran Yun. Ribuan pasukan barbar sedang menunggu perintah untuk brrgerak.
Pemimpin pasukan yang berada di lembah gunung itu melihat tiga buah panah melesat ke arah gunung dengan mata berseri-seri
"Waktunya untuk bergerak dan kita akan menguasai kekaisaran Dalu." suaranya lantang dengan tertawa yang keras lalu menggerakkan pasukannya dengan cepat
***
Istana kekaisaran
"Perdana Menteri, Apakah tidak terlambat jika kita memanggil mereka sekarang?" ucap sang Kaisar Hongli terlihat ragu dan khawatir.
"Walaupun terlambat, tetapi kita masih memiliki bantuan. Aku harap mereka segera tiba tepat waktu. Selain itu aku juga berharap semoga pasukannya tersisa dapat mempertahankan benteng istana" ucap Perdana mentri Taolie dengan wajah serius.
"Jika demikian, semuanya bersiap-siaplah." ucap Kaisar Hongli lalu meninggalkan aula istana dan memasuki ruangannya.
Di depan pintu kamar, telah berdiri dua Jenderal kepercayaan menatap kedatangannya dengan hormat
"Yang mulia Kaisar, apa yang harus kita lakukan?" tanya Jenderal tersebut.
"Jenderal Huanran, Jenderal Yongsheng, tentu saja kita akan berperang." ucapnya lalu membawa kedua jenderal tersebut memasuki ruangannya, dan meminta mereka untuk memasang zirahnya.
Setelah memasangkan zirah, serta perlengkapan perang lainnya, Kaisar Hongli beserta kedua jenderal kepercayaannya keluar dari istana menuju barisan prajurit yang telah berdiri menunggu komando.
"Kita harus bersiap-siap!" ucapnya.
"Kita telah diserang oleh dua kekaisaran tanpa sebab, aku yakin Dewa akan menyertai kita. Kuatkan tekad kalian untuk menyelamatkan kota ini!" Ucapnya menyemangati prajurit yang tersisa untuk berperang.
Kata-kata kaisar Hongli disambut dengan bunyi gemuruh hantakan tombak.
Dari arah selatan ke kaisaran, Perdana Menteri muncul bersama sepuluh ribu pasukannya mendekati pasukan Kaisar yang akan bergerak.
Kaisar tampak bingung, bagaimana tiba-tiba Seorang perdana menteri memiliki pasukan yang begitu banyak. Walaupun demikian, Kaisar Hongli menepis pikiran buruk dari kepalanya.
"Perdana menteri," ucap Kaisar dengan kata-kata tertahan saat tiba-tiba pasukan yang datang tersebut, menyerang pasukannya yang tersisa.
"Ini pemberontakan!" ucap jenderal Yogsheng sambil melakukan perlawanan.
"Yang mulia Kaisar, kita harus segera pergi dari tempat ini!" ucap jenderal Huanran sambil membawa paksa kaisar Hongli yang enggan untuk pergi.
Kedua jenderal tersebut bahu membahu menahan serangan musuh yang berusaha mendekati kaisar. Sebagai pendekar tingkat raja, tentu saja mereka berdua dengan mudah melumpuhkan lawan-lawannya yang rata-rata adalah para para pendekar prajurit tingkat puncak, hingga pendekar jenderal tingkat menengah. Yang menjadi permasalahan mereka sekarang adalah bagaimana cara melindungi Kaisar yang hanya seorang pendekar prajurit tingkat tinggi.
Perdana Menteri Taolie menatap kaisar Hongli yang pergi dengan tertawa terbahak-bahak.
"Hongli, Aku akan menjadi Kaisar." teriaknya lantang sambil memerintah prajuritnya untuk terus menggempur pasukan kaisar Hongli yang tersisa.
"Perdana Menteri, tunggu saja pembalasan dari langit atas kejahatan mu ini!" ucap Kaisar Hongli mengumpat sambil meninggalkan pertempuran tersebut.
Pikirannya berkecamuk. Belum usai kesedihannya, kini datang masalah baru yang lebih berat. Sebelumnya, Dia meraung dalam hatinya, karena kematian sang putri. Kali ini, dia juga meraung, meratapi segala sesuatu yang memilikinya kini hilang dalam sekejab.
Putrinya, kekuasaannya, bahkan mungkin nyawanya yang saat ini sedang dikejar oleh pasukan perdana menteri Taolie.
Bersama sisa pasukannya yang masih setia, Kaisar Hongli terus meninggal wilayah istana ke kaisaran Dalu dengan memacu kudanya secepat mungkin.
Jenderal Huanran dan Jenderal Yingsheng lalu mengarahkan pasukan itu menuju jalan rahasia ke kaisaran yaitu sebuah terowongan yang diapit oleh dua gunung batu.
"Terus bergerak!" ucapnya sambil terus memacu kuda dengan kecepatan tinggi. Pada saat memasuki wilayah jalan rahasia, kelompok tersebut tiba-tiba dihujani dengan ratusan panah.
"Lindungi kaisar!" teriak Jenderal Huanran memerintahkan prajurit untuk menahan serangan panah itu dengan menggunakan perisai mereka.
Dengan segera prajurit merapat dan melindungi kaisar.
"Cepat! cepat, sebentar lagi kita akan tiba di pintu terowongan," ucapkan Jenderal Yongsheng mengarahkan prajurit untuk tetap bergerak.
Mendekati pintu terowongan, malang nasib Kaisar, karena tiba-tiba salah satu anak panah menancap di punggungnya hingga hampir membuatnya terjatuh dari kuda.
Dengan segera Jenderal Huanran menopang tubuh Kaisar agar tidak terjatuh dari atas kudanya. "Terus bergerak." sambil menangkis serangan panah yang terus-menerus diarahkan pada mereka.
Jenderal Yongsheng memacu kudanya dengan cepat lalu membuka kunci gerbang terowongan itu.
Setelah kaisar dan rombongan memasuki terowongan, Jenderal Yongsheng lalu mengunci gerbang terowongan tersebut dari dalam, sehingga mereka dapat pergi dengan tenang.
Di dalam terowongan.
Yongshen dan Huanran menatap prajurit yang tersisa dengan sedih.
"Yang mulia Kaisar, Kemana tujuan kita sekarang?" Tanya jenderal Huanran.
"Kita akan pergi ke klan Tiantang untuk menyusul permaisuri dan putriku disana," ucapnya ragu, karena mungkin saja permaisuri dan kelompoknya juga telah diserang, setidaknya mereka memiliki tujuan untuk pergi.
"Baik."
Jenderal Huanran lalu membawa pasukan tersebut ke arah Utara.
***
Istana kekaisaran
Perdana Menteri Taolie dengan wajah bahagia duduk di tahta kerajaan sambil menatap semua yang ada di dalam ruangan itu dengan bangga dan senyum kemenangan.
Di hadapannya telah hadir beberapa menteri dan para Jenderal yang telah ditangkap, sedangkan sisanya adalah utusan dari dua ke kaisaran yang telah menyerang sebelumnya.
Tidak lama kemudian, utusan dari pasukan gunung tiba bersama pemimpin mereka dengan wajah gembira
"Saudaraku Taolie, Selamat! hari ini kita telah memiliki kerajaan Dalu yang luar biasa ini." ucapnya dengan gembira.
Perdana Menteri Taolie tertawa dengan bangga, "Saudaraku Tiung, kali ini kita telah memiliki rumah, aku minta saudara secara khusus melindunginya."
Para menteri dan Jenderal kerajaan Dalu yang telah tertangkap menatap kearah perdana menteri Taolie dengan sangat marah, bahkan kemarahan yang membakar jiwa. Mereka tidak pernah menyangka bahwa Seorang perdana menteri yang merupakan orang kepercayaan Kaisar melakukan pemberontakan.
Yang membuat mereka semakin sakit hati adalah, ternyata Taolie adalah orang gunung yang telah menyusup kedalam lingkungan kekaisaran.
Perdana menteri Taolie mengarahkan pandangannya pada para tawanan yang ada dihadapannya.
"Aku memberikan kalian dua pilihan, jika kalian ingin hidup, bersumpah Setialah padaku, jika tidak maka pilihannya adalah mati."
Para menteri yang setia kepada kaisar Hongli tanpa ragu lalu menusukkan diri dengan pisau yang ada di tangannya, Sedangkan para menteri yang tidak setia mereka justru tertawa sambil menangkupkan tangannya dengan hormat, "Selamat yang mulia Taolie, anda telah menjadi Kaisar Dalu."
Tidak hanya itu, banyak Jenderal dan komandan juga melakukan hal demikian, yaitu dengan memberi ucapan selamat pada perdana menteri Taolie.
Walaupun demikian, tidak semua Jenderal itu mengaku dan setia dengan sepenuh hati, tetapi lebih kepada sikap berpura-pura. Di dalam hati, mereka tetap setia pada Kaisar Hongli.
"Baiklah, terima kasih semuanya. Mulai hari ini aku menjadi kaisar kerajaan Dalu. Aku akan merombak semua struktural pemerintahan, aku menunjuk saudaraku Tiung sebagai perdana menteri dan
Jenderal pertahanan," ucap Taolie dengan lantang.
"Jenderal Congheng, aku perintahkan untuk mengundang lima kerajaan bawahan untuk datang segera, karena aku ingin mendengarkan kesetiaan mereka!" ucapnya memberi perintah pada Jenderal Congheng yang merupakan orang kepercayaanya.
"Baik."
Dengan segera Jenderal Congheng lalu meninggalkan ruangan itu.
***
Dua hari kemudian berita tentang pemberontakan tersebut telah tersebar di berbagai wilayah termasuk di beberapa kekaisaran lainnya.
Mereka tidak pernah menyangka bahwa, Perdana Menteri Taolie adalah orang dari suku gunung yang telah memasuki kekaisaran Dalu dalam waktu yang sangat lama, bahkan mampu menipu pihak ke kaisaran, hingga menjadi orang penting istana.
Banyak yang mengutuk tindakan tersebut, tetapi banyak juga yang merasa senang terutama musuh dari kerajaan lainnya.
Ibukota kekaisaran Dalu mengalami pergolakan. Rakyat yang setia kepada kaisar Hongli melakukan pemberontakan, karena kurangnya pengalaman dalam berperang, dengan mudah pemberontakan itu dapat dipadamkan.
Dengan adanya pemberontakan tersebut suasana menjadi semakin tegang, karena setiap hari pasukan ke kaisaran yang baru selalu melakukan pengawasan secara ketat dan mereka akan menangkap siapa saja yang dianggap mencurigakan, dan tanpa ragu membunuh mereka yang melawan.
Kedamaian di ibu kota kekaisaran benar-benar telah hilang, kini hanya ada penderitaan dan kesengsaraan, sehingga rakyat secara perlahan mulai meninggalkan ibu kota.
***
Tiga hari kemudian.
Di desa Nongye.
Kaisar Hongli beserta sisa pasukannya tiba disebuah gubuk sederhana.
"Kita akan beristirahat untuk beberapa hari di tempat Ini, sebelum melanjutkan perjalanan," ucap Jenderal Huanran sambil memerintahkan beberapa prajurit untuk mencari informasi di desa.
"Yang Mulia," ucapnya sambil memapah tubuh Kaisar Hongli memasuki gubuk.
"Di sudut saja!" ucap kaisar sambil menunjuk tumpukan jerami.
Kedua Jenderal tersebut Lalu mendudukkan Kaisar Hongli yang sudah melemah pada tumpukan jerami tersebut, lalu mematahkan panah masih masih menempel di punggung kanannya yang kini mulai membiru.
Wajahnya meringis menahan rasa sakit sambil menatap muram pada kesepuluh prajurit yang terlihat letih. Setelah melakukan sedikit pengobatan pada luka tersebut, kedua jenderal lalu duduk di hadapannya menjaganya dengan tenang.
Kaisar Hongli tidak pernah membayangkan hal seperti itu akan terjadi. Yang membingungkan dirinya adalah, Mengapa seorang perdana menteri yang sangat dipercayai tega melakukan hal seperti itu padanya.
Jenderal Yongsheng dan Jenderal Huanran juga terlihat sedang berpikir keras, "Apakah kematian sang putri merupakan ulah dari Taolie?" batinnya.
Tidak lama kemudian seorang Prajurit memasuki tempat itu dengan wajah khawatir melapor, " Yang Mulia Kaisar, saat ini telah tersebar berita untuk menargetkan kita dengan bayaran yang sangat mahal."
"Itu artinya kita talah menjadi buronan. Jenderal Huanran, Jenderal Yongsheng, apa yang harus kita lakukan?"
"Kita harus segera pergi dari tempat ini, bagaimanapun caranya." jawab Huanran cepat.
"Tetapi bagaimana caranya?" tanya salah satu prajurit dengan bingung.
"Kita harus menyamar," ucapnya sambil memerintahkan pada seorang prajurit untuk membeli perlengkapan yang ada di desa itu dan mengganti pakaian mereka dengan pakaian biasa.
Jenderal Huanran lalu jelaskan rencananya untuk pergi dari tempat itu dengan rinci.
"Tetapi apakah tidak berlebihan jika seorang rakyat biasa memiliki kuda yang begitu banyak?" tanya seorang prajurit.
"Sebenarnya kita akan menjual kuda-kuda ini sebagai biaya perjalanan kita," ucap Huanran lalu memerintahkan prajurit itu untuk segera menjual kuda-kuda tersebut. Selain itu, Jenderal Huanran juga menugaskan kepada prajurit tersebut untuk membeli perlengkapan yang dibutuhkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!