NovelToon NovelToon

Tuan, Nyonya Berulah Lagi

Bab 1

Perlahan mata Lisa terbuka, dan dia mengedarkan pandangan menyeluruh ke seluruh ruangan. Dia terlihat beberapa alat medis yang memahami sesuatu, dan dia merasa bahwa dia berada di rumah sakit.

"Bagaimana aku bisa disini?" tanya Lisa, dengan suara yang lembut dan penuh kebingungan.

Dia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, tapi ingatannya seperti kabur.

Lisa merasa bahwa dia tidak ingat apa-apa, dan dia hanya bisa berharap bahwa seseorang akan memberitahu dia apa yang terjadi.

Kemudian, Lisa memegang sudut kepalanya yang terasa berdenyut, sakit kepala seperti dihantam oleh sesuatu.

Dia merasakan sakit yang tajam dan menusuk, membuat dia ingin menangis. Lisa mencoba untuk mengingat kembali, tapi setiap kali dia mencoba, sakit kepala itu semakin parah.

Pintu terbuka mengalihkan perhatian Lisa, dan seorang pria tampan yang mengenakan jas berwarna krem berjalan menuju ke arahnya.

'Wah, siapa pria tampan ini?' batin Lisa menyanjung pria itu, sambil memandang wajah yang tampan dan elegan.

Tapi khayalannya pupus seketika saat pria itu melemparkan dokumen mengenai wajahnya.

"Hentikan trik kuno dan murahan mu itu, seberapa keras kau berusaha aku tidak akan tertarik!" ucap pria itu memberikan peringatan, dengan suara yang keras dan penuh kemarahan.

"Jangan membuang waktu berhargaku, cepat tanda tangani surat perceraian itu!" kecamnya dengan suara mengancam.

Lisa shock dan terkejut, menunjuk dirinya sendiri merasa heran. Ya, seingatnya dia belum menikah, apalagi jika kedua orang tuanya tahu akan hal ini, maka orang tuanya pasti menghabisinya.

"Cerai? Kapan kita menikah?" tanya Lisa polos, menatap pria yang sama sekali tidak dia kenal, dan tidak tahu namanya.

Pria itu terkejut dengan reaksi Lisa, dan untuk sejenak, dia terlihat bingung.

"Kamu tidak ingat?" tanya pria itu, dengan suara yang sedikit lebih lembut, tapi masih ada nada kemarahan di dalamnya.

Lisa menggelengkan kepala, masih merasa bingung dan tidak tahu apa yang sedang terjadi.

"Saya tidak tahu siapa kamu, dan saya tidak ingat pernah menikah denganmu," jawab Lisa, dengan suara yang jujur dan polos.

Pria itu memandang Lisa dengan mata yang tajam, seolah-olah dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Lisa.

Lisa melihat reaksi pria itu, tersenyum mengejeknya.

"Trik itu tidak akan berhasil," kata pria itu dengan suara yang penuh ejekan.

"Kamu tidak bisa membuatku percaya bahwa kita menikah, apalagi jika aku tidak ingat apa-apa."

Pria itu memandang Lisa dengan mata yang semakin marah, tapi Lisa tidak gentar.

"Tanda Tangan surat perceraian itu!" kata pria itu lagi, dengan suara yang semakin keras dan penuh tekanan.

Lisa hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.

"Tidak," jawab Lisa, dengan suara yang tegas dan penuh keyakinan.

"Saya tidak akan menandatangani apa pun yang saya tidak ingat," lanjutnya, sambil memandang pria itu dengan mata yang tajam dan penuh tantangan.

"Oh, ternyata benar, kau pura-pura tidak mengenalku," kata pria itu, dengan suara yang penuh keyakinan. "Untuk membuktikan, apa kamu sedang berbohong atau tidak," lanjutnya, sambil bergegas memanggil dokter.

Lisa merasa sedikit cemas, dan dia tidak bisa menghilangkan rasa tidak percaya dirinya.

'Apa yang dia lakukan?' pikir Lisa, sambil memandang pria itu dengan mata yang penuh kecurigaan.

Pria itu berbicara dengan dokter yang masuk ke ruangan, dan Lisa tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Tapi, dia bisa melihat ekspresi pria itu yang semakin serius, dan dia merasa bahwa situasi ini semakin tidak terkendali.

Dokter memeriksa Lisa dengan teliti dan juga cermat, dengan hasil yang sudah pasti bisa mendiagnosis pasiennya.

"Pasien mengalami amnesia, beberapa kali tes membuatnya hidup di kenangan umur 18 tahun," jelas dokter itu, sambil memandang Jonathan dengan serius.

Sontak Jonathan terkejut, dan dia tidak bisa mempercayai apa yang dikatakan dokter itu. Dia yakin bahwa Lisa tidak mungkin mengalami amnesia, tapi hasil tes yang dilakukan dokter itu membuatnya ragu-ragu.

"Tapi bagaimana mungkin?" tanya Jonathan, dengan suara yang penuh keraguan.

"Kecelakaan itu membuat kepala pasien terbentur dengan keras, yang membuatnya lupa akan kenangan umur di atas 18 tahun," jawab dokter itu, sambil menjelaskan hasil diagnosisnya.

Jonathan memandang Lisa dengan mata yang penuh keheranan, dan dia tidak bisa mempercayai bahwa Lisa benar-benar mengalami amnesia.

Dia merasa bahwa ini semua adalah trik Lisa untuk melepaskan diri dari pernikahan mereka. Tapi, hasil tes yang dilakukan dokter itu membuatnya semakin yakin bahwa Lisa benar-benar tidak ingat apa-apa.

Lisa menghela nafas jengah, melihat interaksi dari dua orang di hadapannya.

‘Jadi aku amnesia,’ gumam Lisa dalam hati, sambil memandang Jonathan dengan mata yang penuh kebingungan.

"Bagaimana aku bisa menikah dengan pria arogan ini?" gumam Lisa samar, untung saja tidak terdengar oleh Jonathan.

Lisa merasa bahwa ini semua sangat tidak masuk akal, dan dia tidak bisa mempercayai bahwa dia pernah menikah dengan pria seperti Jonathan.

Dia memandang Jonathan dengan mata yang penuh curiga, dan dia tidak bisa menghilangkan rasa tidak percaya dirinya.

"Apa yang membuatku menikah dengan pria seperti ini?" Lisa merasa seleranya menjadi sangat buruk, pria tampan yang arogan sedikit narsis membuatnya hampir muntah. Sambil memandang Jonathan dengan mata yang penuh keheranan, dan berpikir kalau dia buta.

Sementara itu, Jonathan masih memandang Lisa dengan mata yang penuh keheranan, dan dia tidak bisa mempercayai bahwa Lisa benar-benar mengalami amnesia.

Dia merasa bahwa ini semua adalah kesempatan baginya untuk membuat Lisa mengingat kembali pernikahan mereka, dan dia tidak akan melepaskan kesempatan itu.

‘Aku harus mendapatkan kembali ingatannya!’ kata Jonathan dalam hati, sambil memandang Lisa dengan mata yang penuh tekad.

Jonathan mulai berpikir tentang cara untuk membuat Lisa mengingat kembali pernikahan mereka.

Dia ingin menunjukkan kepada Lisa bahwa mereka memiliki hubungan yang sangat dekat, dan bahwa pernikahan mereka adalah sesuatu yang sangat penting.

‘Lalu aku menceraikannya!’ Jonathan sudah bersiap dengan langkah berikutnya menyingkirkan istrinya yang selalu mencari kesalahan.

Lisa tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh Jonathan. Dia hanya tahu bahwa dia harus berhati-hati dengan pria arogan ini, dan bahwa dia tidak bisa mempercayai apapun yang dikatakan oleh Jonathan.

Setelah kepergian dokter, di ruangan bangsal masih tersisa Lisa dan Jonathan yang terdiam beberapa saat. Lisa terkejut ketika pria itu kembali mengambil dokumen perpisahan dari tasnya dan meletakkannya di atas meja samping tempat tidur.

"Kita akan bercerai setelah kau pulih dari amnesia!" celetuk Jonathan dengan nada yang tegas, sambil memandang Lisa dengan mata yang tajam.

Lisa merasa tidak percaya dan marah dengan pernyataan Jonathan.

"Apa maksudmu?" tanya Lisa dengan suara yang keras, sambil memandang dokumen perpisahan dengan mata yang penuh kebencian.

"Kita tidak perlu lagi mempertahankan pernikahan yang sudah tidak berarti," jawab Jonathan dengan nada yang dingin, sambil memandang Lisa dengan mata yang tidak berkedip.

“Aku juga tidak peduli, lagi pula aku tidak mengenalmu!” sahut Lisa santai membuat Jonathan mengepalkan tangan.

Bab 2

Lisa menjadi takjub dengan pemandangan di hadapannya, sebuah bangunan mewah yang 10 kali lipat dari ukuran rumahnya.

Decak kagum berulang kali dirasakan Lisa, apalagi para pelayan berjejer rapi hanya untuk menyambutnya.

'Ah, ternyata pria arogan ini cukup kaya,' pikir Lisa, sambil memandang bangunan mewah itu dengan mata yang penuh kekaguman.

'Tidak rugi aku mempertahankan pernikahan, untuk sementara,' gumam Lisa yang licik, memanfaatkan situasi untuk hidup dengan fasilitas lengkap.

Lisa tersenyum dalam hati, memikirkan bagaimana dia bisa memanfaatkan kekayaan Jonathan untuk keuntungannya sendiri.

Dia tidak peduli dengan perasaan Jonathan, yang penting dia bisa hidup dengan nyaman dan mewah.

‘Selama ini ayah dan ibu selalu pelit, membatasiku dalam segi keuangan.’ Lisa berpikir, bagaimana ia memulainya.

Sementara itu, Jonathan memandang Lisa dengan mata yang penuh curiga, dia tidak percaya bahwa Lisa benar-benar terkesan dengan kekayaannya.

'Apa yang dia pikirkan?' tanya Jonathan dalam hati, sambil memandang Lisa dengan mata yang tajam.

Lisa semakin tersanjung dan bahagia, saat pria itu menunjukkan kamarnya yang dipenuhi pakaian mahal, kosmetik, sepatu, perhiasan lengkap yang ditafsir sangat mahal.

Matanya berbinar-binar melihat semua barang-barang mewah itu, dan dia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya.

Jonathan merasa tersinggung melihat Lisa yang lebih tertarik melihat semua barang-barang mewah di kamar itu, tidak menyangka jika amnesia dapat merubah kepribadian orang.

Dia berharap Lisa akan menunjukkan perasaan yang tulus kepadanya, bukan hanya terobsesi dengan kekayaan.

Lisa hampir melupakan Jonathan, kemudian menghamburkan pelukan manja dan memberikan sedikit perasaan.

"Apalah arti dari semua kekayaan ini, aku hanya menginginkanmu," ucap Lisa bersandiwara, sambil memeluk Jonathan dengan erat.

Jauh di lubuk hatinya, Lisa merasa mual memeluk pria arogan yang narsis.

Dia tidak bisa percaya bahwa dia harus berakting seperti ini hanya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

Tapi, Lisa tidak punya pilihan lain, karena dia harus memanfaatkan situasi ini untuk keuntungannya sendiri.

Sementara itu, Jonathan merasa bahagia dan puas melihat Lisa yang menunjukkan perasaan kepadanya. Dia tidak menyadari bahwa Lisa hanya berakting, dan bahwa dia memiliki motif tersembunyi di balik perbuatannya.

Senyum Lisa kembali ditarik ke atas, saat Jonathan mengeluarkan kartu hitam tanpa batas di dalam saku jas. Matanya berubah hijau melihat kartu yang hanya orang kaya memilikinya, tidak akan menolak kemurahan hati suami narsisnya.

"Ini untukmu, tapi kamu tidak boleh menghubungi aku ataupun menggangguku. Saat di luar aku bukanlah suami siapapun, aku oria bebas." Jonathan berusaha memberikan petuah pada istrinya, bersenang-senang diluar dengan cinta pertamanya.

Jonathan menyuap Lisa agar tidak mengganggunya, dia sendirilah yang ingin menjauh dari sang istri.

Lisa memahami niat Jonathan, tapi dia tetap berpura-pura mencintai Jonathan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Kau menyuap ku! Tapi baiklah, aku tidak akan mengganggumu," kata Lisa dengan suara yang lembut, sambil mengambil kartu hitam diiringi air mata buayanya.

Lisa tersenyum dalam hati, dia tahu bahwa kartu hitam itu akan memberinya kebebasan dan kemewahan yang dia inginkan. Sama sekali tidak peduli dengan perasaan Jonathan, yang penting dia bisa hidup dengan nyaman dan mewah.

"Kartu hitam ini akan menjadi tiketku untuk hidup yang lebih baik," monolog Lisa, sambil memandang kartu hitam dengan mata yang penuh harapan.

Lisa merasa kesal karena tidak mengingat bagaimana ia bisa menikahi pria seperti Jonathan, kemudian bergegas pergi untuk menemui sahabatnya, Anna.

"Apa? Kamu amnesia dan lupa bagaimana kamu menikahi Jonathan?" Anna terkejut tidak percaya, melihat sahabatnya yang acuh dengan sikap Jonathan, pria yang selalu dikejar oleh Lisa.

Anna kemudian tertawa sambil bertepuk tangan, hal ini membuat Lisa semakin kesal.

"Apa perlu aku buktikan laporan medisnya?!" kata Lisa dengan nada yang sedikit meninggi.

"Itu tidak perlu," jawab Anna, sambil memperhatikan Lisa dengan seksama.

Kemudian, Anna memeriksa suhu di kening sahabatnya itu dengan menempelkan punggung tangannya. Langsung Lisa menepis tangan Anna yang mengganggu, kemudian menatap sahabatnya intens.

"Aku tidak berbohong," kata Lisa dengan tegas. "Jelaskan padaku, bagaimana bisa aku menikahi tuan angkuh yang narsistik itu?" lanjutnya menggebu-gebu, sambil menatap Anna dengan mata yang penuh penasaran dan kesal.

Anna tersenyum kecil, lalu mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Lisa.

"Baiklah, aku akan ceritakan semuanya," kata Anna, sambil mempersiapkan diri untuk mengungkapkan rahasia yang mungkin akan membuat Lisa terkejut.

Anna menceritakan semua keburukan dan kebodohan sang sahabat dalam mengejar seorang pria sampai menjadi istri yang terabaikan, sengaja memancing Jonathan lalu menggodanya ke atas ranjang.

Sementara Lisa memegang kedua pipinya karena merasa cerita itu memalukan, kemudian meminta Anna agar berhenti berbicara.

“Stop, Anna. Aku tidak sanggup mendengarnya!”

Anna menghela santai. “Aku menceritakan faktanya.”

"Apa aku seburuk itu?" Lisa meminta pendapat sahabatnya, sambil menatap Anna dengan mata yang penuh keraguan.

Anna mengangguk sangat yakin. "Kau paling buruk sampai ke kerak bumi, kebodohan yang hakiki," ledek Anna dengan nada yang serius, sambil menahan senyum.

Lisa merasa malu dan kesal dengan dirinya sendiri. Dia tidak percaya bahwa dia bisa melakukan hal-hal yang begitu memalukan dan bodoh.

‘Bagaimana aku bisa begitu bodoh?’ tanya Lisa dalam hati, sambil menundukkan kepala karena malu.

Anna memperhatikan sahabatnya yang sedang merasa malu, lalu memberikan pelukan hangat.

"Jangan khawatir, aku akan selalu ada disampingmu," kata Anna, sambil membelai rambut Lisa dengan lembut.

"Yang terpenting kamu sudah sadar, kecelakaan itu berhasil menyadarkan mu dari bucin nya cinta," sambungnya tersenyum, sambil memperhatikan Lisa yang masih terlihat malu.

Lisa tersenyum kecil, merasa sedikit lega karena sudah mengetahui kebenarannya tentang dirinya sendiri.

"Ya, mungkin ini kesempatan bagi aku untuk memulai hidup yang lebih baik," kata Lisa, sambil memandang ke depan dengan harapan baru.

Anna mengangguk setuju, lalu memberikan motivasi kepada sahabatnya.

"Benar, sekarang kamu memiliki kesempatan untuk bangkit dan menjadi lebih kuat. Jangan biarkan pengalaman masa lalu menghantui mu," kata Anna, sambil memegang tangan Lisa dengan erat.

"Lupakan si angkuh itu, kita mulai dari ini?!" kata Lisa, sambil menunjukkan kartu hitam tanpa batas yang diberikan oleh Jonathan.

Anna terkejut melihat kartu itu, lalu memandang Lisa dengan mata yang penuh pertanyaan.

"Biasanya kau menolak uangnya," sindir Anna, sambil mengingat-ingat sikap Lisa yang selalu menolak bantuan finansial dari Jonathan.

Lisa tersenyum miring, lalu memamerkan kartu hitam itu. "Uang adalah segalanya, bisa membeli kebahagiaan," sahutnya merasa puas memiliki kartu itu.

"Benar juga!" kata Anna, sambil tersenyum setuju.

"Ayo, aku traktir!" seru Lisa, sambil menarik tangan Anna mengikuti langkahnya.

Keduanya kemudian berjalan dengan gembira, siap untuk menikmati kebebasan dan kemewahan yang diberikan oleh kartu hitam itu.

Sementara di ruang rapat, dentingan notifikasi di ponsel mengganggu konsentrasi Jonathan, hingga dia melihat di layar ponsel dan terkejut.

"Apa dia gila?" umpat Jonathan, berdiri dari duduknya disertai gebrakan meja yang keras, membuat semua orang di sana ikut terkejut.

Jonathan memandang layar ponselnya dengan mata yang penuh kemarahan, seolah-olah tidak percaya apa yang dia lihat.

Bab 3

"Dimana Lisa?" tanya Jonathan dengan nada yang tegas saat baru sampai di depan pintu rumah, bertanya pada pelayan yang sedang menunggu.

"Nyonya belum pulang, Tuan!" jawab pelayan dengan suara yang lembut, sedikit menundukkan tubuhnya sebagai tanda hormat.

Jonathan menghela nafas, merasa sedikit frustrasi. Dia melonggarkan dasi yang seakan mencekiknya, merasa tidak nyaman. Lalu, dia berjalan menuju ruang tamu untuk menunggu istrinya, berharap Lisa segera pulang.

Tapi, saat ini dia semakin marah karena notifikasi ponsel yang terus saja berdenting, membuatnya merasa sesak dan terganggu.

"Apa-apaan ini?" gumam Jonathan, sambil mematikan notifikasi ponselnya dan menunggu Lisa dengan sabar.

"Dia menghabiskan uang satu milyar? Dia sudah gila!" kata Jonathan dengan nada yang tidak percaya dan penuh dengan kekesalan, sambil menatap layar ponselnya dengan mata yang lebar.

Dia mengusap wajahnya dengan kasar, merasa tidak tahu harus berkata-kata atau bagaimana harus menghadapi situasi ini.

"Apa yang dia lakukan dengan uang sebanyak itu?" gumam Jonathan, sambil terus memandang layar ponselnya dengan wajah yang penuh dengan kekhawatiran dan kemarahan.

Lisa pulang dengan hati yang riang, membawa banyak sekali paperbag di tangannya yang berisi belanjaan mewah. Dia sangat puas dalam mengaup keuntungan dari suaminya yang kaya, merasa bahwa dia telah berhasil mendapatkan apa yang diinginkan.

"Apa yang tidak membahagiakan dari ini," ucap Lisa dengan terang-terangan, sambil tersenyum lebar dan menikmati kebahagiaan yang dia rasakan.

Dia merasa bahwa hidupnya sangat sempurna dengan memiliki suami yang kaya dan bisa memenuhi semua keinginannya.

Lisa masuk ke dalam rumah, merasa suasana sedikit mencekam dan horor.

"Apa aku salah alamat?" gumam Lisa menurunkan kacamata hitamnya, kemudian mengedarkan pandangannya dan tak sengaja melihat seorang pria yang menatapnya masam.

Pria itu adalah Jonathan, suaminya yang kaya dan tampan. Namun, wajahnya terlihat marah dan tidak bahagia.

"Oh syukurlah ternyata aku tidak salah alamat," monolog Lisa dengan hati yang damai, sambil memperhatikan reaksi suaminya yang terlihat marah.

"Kelihatannya kamu tidak bahagia, Sayang!” celetuk Lisa dengan nada yang manis, sambil mendekati suaminya.

Dia tidak tahu apa yang membuat suaminya marah, tapi dia siap untuk menenangkan dan memuaskan suaminya.

Tapi, sebelum Lisa bisa mendekati suaminya, Jonathan sudah membuka mulutnya dan mengeluarkan kata-kata yang membuat Lisa terkejut.

"Lisa, apa yang kamu lakukan dengan uang satu milyar?" tanya Jonathan dengan nada yang keras dan tidak sabar.

Dengan santai Lisa menunjukkan paperbag yang ada di tangannya,

"Oh, aku hanya membeli beberapa barang yang aku inginkan, Sayang.”

‘Aku juga menginvestasikan sebagian untuk hidupku di masa depan,’ batin Lisa tidak ingin mengatakannya pada pria itu.

Dia tersenyum manis, sambil memperhatikan reaksi suaminya yang terlihat marah.

"Kau bekerja, lalu aku menghabiskan uangmu. Itu harga yang pantas!" kata Lisa dengan nada yang manis dan menggoda, sambil tersenyum indah dan membenarkan dasi Jonathan yang longgar.

Dengan gerakan yang lembut dan sensual, Lisa membenarkan dasi Jonathan, sambil memperhatikan reaksi suaminya yang terlihat terpikat.

"Aku hanya ingin membuatmu bahagia, Sayang," tutur Lisa dengan lembut, sambil memandang suaminya dengan mata yang penuh dengan kasih sayang.

Tapi, di balik senyum manis dan gerakan sensualnya, Lisa memiliki tujuan yang lebih dalam. Dia ingin mempertahankan statusnya sebagai istri yang dihormati dan diistimewakan, serta memastikan bahwa dia tidak akan kehilangan hak-haknya sebagai istri.

Dengan cara yang halus dan elegan, Lisa memainkan perannya sebagai istri yang cantik dan menggemaskan, sambil mempertahankan kontrol atas kehidupannya.

Tapi, ada sesuatu yang tidak dia katakan secara langsung. Lisa memiliki rencana untuk bercerai dengan Jonathan dan hidup sendiri, dan dia ingin memiliki keuangan yang stabil untuk mendukung kehidupannya di masa depan.

‘Aku ingin menjadi kaya dan hidup bahagia tanpa harus bergantung padamu,’ kata Lisa dalam hati, sambil tersenyum manis dan menikmati kebahagiaan yang dia rasakan saat ini.

Jakun Jonathan naik dan turun dengan intensitas yang semakin meningkat, seolah-olah badai emosinya sedang bergulung-gulung di dalam dirinya.

Lisa tersenyum tipis, merasa bahwa godaannya berhasil membuat suaminya teralihkan, dan dia berharap bahwa senyum manisnya bisa menjadi penawar bagi kemarahan yang membara di hati Jonathan.

Dengan gerakan yang lembut dan penuh harap, Lisa melepaskan diri dari pelukan Jonathan dan menyodorkan tiga buah paperbag yang berisi hadiah-hadiah istimewa.

"Aku membeli beberapa hal yang mungkin kamu sukai, Sayang," ucap Lisa dengan nada yang manis dan penuh harap, sambil menyodorkan paperbag-paperbag itu kepada Jonathan dengan tangan yang bergetar sedikit karena antisipasinya terhadap reaksi suaminya.

Dia sengaja memberikan hadiah-hadiah itu sebagai upaya terakhir untuk menenangkan kemarahan Jonathan, berharap bahwa hadiah-hadiah itu bisa menjadi penawar bagi badai emosi yang sedang melanda suaminya.

"Mungkin ini bisa membuatmu bahagia, dan menghilangkan kemarahan yang telah membara di hatimu," kata Lisa dengan nada yang lembut dan penuh harap, sambil memperhatikan reaksi Jonathan yang sedang membuka paperbag-paperbag itu dengan tangan yang sedikit gemetar.

"Percayalah, aku berbelanja bukan untuk diriku sendiri," kata Lisa dengan nada yang tulus dan penuh keyakinan, sambil memandang Jonathan dengan mata yang berkilauan.

Tampaknya kata-kata manis Lisa dapat mempengaruhi Jonathan, dan pria itu mulai merasa bahwa mungkin dia telah salah paham tentang belanja Lisa.

Dengan gerakan yang cepat, Jonathan membuka aplikasi perbankan di ponselnya dan melakukan transfer sejumlah uang ke akun rekening Lisa.

"Sebagai imbalan karena sudah memberikan hadiah untukku," kata Jonathan dengan nada yang lebih lembut, sambil tersenyum kecil dan memandang Lisa dengan mata yang lebih rileks.

"Aku pikir kau hanya memikirkan diri sendiri!" lanjut Jonathan, sambil memuji Lisa dengan nada yang penuh dengan kasih sayang.

Lisa tersenyum lebar, merasa bahwa dia telah berhasil mencapai tujuannya dan mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Terima kasih, Sayang," sambut Lisa manis, sambil menerima notifikasi transfer uang di ponselnya dan merasa bahwa hidupnya semakin baik.

'Astaga, pria narsis ini gampang sekali dengan kata-kata manis. Aku akan diuntungkan!' gumam Lisa di dalam hati, sambil tersenyum tipis dan merasa puas dengan hasilnya.

Dia merasa bahwa dia telah menemukan cara yang efektif untuk menghadapi suaminya yang narsis, dan dia akan mempertahankan sikap manisnya untuk terus mendapatkan apa yang dia inginkan.

'Aku akan terus memanjakan egonya, dan dia akan terus memberiku apa yang aku inginkan,' monolog Lisa dalam hati, sambil merasa bahwa dia telah menemukan strategi yang tepat untuk mengendalikan situasi.

"Apa kau merindukan aku?" Lisa mengalungkan tangannya di leher pria itu, menggoda Jonathan.

Lisa memainkan jari-jarinya di dada Jonathan, sampai pria itu menahannya.

"Tidak perlu menggodaku, aku tidak akan tertarik menyentuhmu!" tolak Jonathan yang sangat berbeda dari reaksi tubuhnya, hal ini membuat Lisa tersenyum mengejek.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!