NovelToon NovelToon

Menikahi Pria Urakan

Episode 1

Perkenalan

Tara! Selamat membaca

Semoga mendapatkan makna dari cerita ini.

Setelah membaca, berilah sepatah kata komen serta like

Aku sangat berterima kasih padamu.

Hello, namaku Berry Berianto, pemilik kantor konsultan  yang kuberi nama PT. Berrindo yang berkantor di ibu kota.

Aku berasal dari sebuah kota kecil yang sangat  jauh,  Keinginan terbesarku adalah mengubah takdir. Aku putra ayah yang nomer empat. Putra pertama ayah adalah abangku yang bernama Pane, lalu kakak perempuanku Samirah dan Intan. Ada dua lagi adik yang terlahir berjarak beberapa tahun yakni Hermansyah dan si bungsu kesayangan kami Anna Leanita.

Saat itu aku telah menjadi seorang guru honor dan telah menikah. Sangat sulit sekali mencukupi kebutuhan keluargaku. Apa lagi telah lahir dua anak laki-laki yang mewarnai keluarga kecilku. Penghasilan seorang guru honor sangat kecil. Hal ini memicu pertengkaran demi pertengkaran dengan istriku yang kesulitan membagi uang yang aku berikan untuknya. Aku sudah berusaha bekerja lembur, mengajar privat. Tapi penghasilan tetap tidak mencukupi.

Suatu hari kami bertengkar sangat hebat. Aku pergi untuk menghindari emosi yang mendidih dan tak terkendali. Setelah tengah malam aku pulang dan istriku tak membukakan pintu. Aku tidur di depan pintu kedinginan dan kelaparan. Kejadian itu membulatkan tekatku untuk meninggalkan istri, anak-anak, orang tua dan kota kecil itu.

Aku berjanji tak akan pulang sebelum berhasil dan sukses.

Priti seorang wanita dewasa berusia sekitar tiga puluh lima tahun. Ia bekerja sendirian membiayai empat anaknya.

Tahun demi tahun ia menjalani kehidupannya yang monoton. Subuh sudah bangun untuk membuat sarapan anak-anaknya. Menyiapkan pekerjaannya untuk dibawa ke kantor. Sebelum jam tujuh ia dan anak-anaknya sudah berangkat. Biasanya Priti mengantar satu-demi satu anaknya hingga depan sekolah.

Anak anaknya terlahir dengan jarak yang tidak terlalu berjauhan. Sehingga saat sudah remaja seperti sekarang. Ia sangat kewalahan membiayai mereka. Yang besar sekarang kelas tiga smu. Adiknya yang nomer dua kelas satu.. Sedang anak nomer tiga duduk di kelas tiga  smp. Sementara yang bungsu  baru masuk smp. Priti sudah membayangkan tahun depan  ia butuh banyak uang untuk biaya masuk perguruan tinggi si sulung. Bersamaan anaknya yang ketiga masuk smu. Terkadang Priti kewalahan saat menghadapi kebutuhan yang serba bersamaan. Namun Priti tak ingin anak anaknya putus sekolah. Mereka  harus sekolah setinggi mungkin. Dunia semakin ketat dan sulit. Hanya mereka yang memiliki ketrampilan dan pendidikkan tinggi saja yang kelak bisa bersaing di dunia kerja.

Masih tak cukup, perempuan itu juga mencari penghasilan sampingan yang tidak menggangu pekerjaannya di kantor. Aktivitas yang luar biasa sibuk adalah untuk membuat ke empat anaknya bisa bersekolah dan menikmati kehidupan yang baik. Tidak berlebihan. Semua kebutuhan mereka tercukupi. Selama ini tidak ada problem yang berarti. Lancar-lancar saja. Priti bisa membelikan sebuah motor untuk dipakai bersama. Handphone seharga tiga dan empat juta. Laptop, komputer dan perlengkapan belajar lainnya. Mereka juga memiliki sebuah mobil  yang sangat mendukung bisnis serta sesekali untuk pergi ke tempat rekreasi. Rumah meski tak mewah dan megah, lebih dari cukup untuk tempat tinggal yang nyaman dan sudah milik sendiri.

Satu saat, Priti bekerja sama dengan seorang teman. Ia mengelola sebuah bisnis dengan sistem bagi hasil. Namun berjalan beberapa tahun bisnisnya bangkrut. Namun ia harus mengembalikan uang yang dikelolanya sebesar seratus lima puluh juta. Priti tak menyangka  ia bisa terbelit hutang yang sangat besar. Nasi telah menjadi bubur, ia harus mengembalikan uang tersebut. Sang teman terus mendesak dan hanya memberi waktu tiga bulan padanya.

Dimulai dari bulan Juli hingga akhir September. Selama Priti belum membayar uang tersebut, mobilnya ditahan.

Priti sangat terkejut, karena mobil tersebut adalah kenderaan untuknya menjalankan bisnisnya. Dia sempat komplen dan sempat adu mulut. "Tapi kamu tau sendiri! aku perlu kenderaan untuk mencari uang untuk membayarmu! kalau mobilku kamu tahan, bagaimana aku bekerja?"

Benarlah pepatah mengatakan, 'Uang tak mengenal teman'

"Saya tak perduli, saya tahan mobilmu hingga uang saya kembali!"

"Oh, bilang saja kamu mau mengambil mobilku? ingat ya harga mobil, tidak sebanding dengan uang kerjasama itu, apa lagi kamu juga sudah mendapat keuntungan selama bertahun-tahun."

Mereka berargumen satu sama lain, hingga Priti nyaris memaki temannya dengan lintah darat!

Sang teman akhirnya membolehkan Priti membawa mobilnya di siang hari, dan mengembalikannya saat sore. Hingga uang kembali. Priti tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia menerima perjanjian itu.

Dalam keadaan terluka, bangkrut serta terdesak  untuk mengembalikan uang temannya, Priti bertemu denganku.

Dia terlihat oke, tidak bermasalah dengan kecantikannya. Manis dan lembut. Juga sangat santun dan menjaga dirinya dari pria-pria iseng. Dia seseorang yang menghargai dirinya, dan juga orang lain tentunya.

Sementara Aku?

Seorang pria yang haus akan cinta dan perhatian. Aku suka sekali memandangi perempuan cantik, bagian-bagian tubuh mereka yang menakjubkan. Aku tak akan melewatkan kesempatan untuk menyelusuri tubuh perempuan yang lewat atau sedang berada dekat denganku.

Aku bisa menilainya, ia perempuan baik-baik yang tak mudah goyah. Ketika pertama kali bertemu, tatapan matanya tajam menyelidikiku. Kalau saja aku tak berpengalaman dalam hal menaklukan perempuan, aku pasti kalah di pertemuan pertama. Pandangan matanya yang menelitiku, menilai serta sangat hati-hati adalah pertahanan dirinya.

Dengan pelan dan sangat halus aku mulai memperkenalkan diriku sebagai seorang pria sukses, sangat setia dan mencintai keluarga. Sesungguhnya bukan Priti yang butuh cinta dan perlindungan, tetapi aku.

Hingga ia pun meleleh olehku seorang pria urakan.

Tentu saja tak mudah, aku melewati banyak pengorbanan dan perjuangan.

So akhirnya ia mau menikahi pria urakkan ini.

Cikidot

jangan lupa like, komen dan vote ya

terima kasih.

Selamat Membaca.

Episode 2 Bertemu

Tara!

Selamat Membaca

Semoga mendapatkan makna

Like, komen dan Vote yaa.

Ketika Priti masuk kantor pagi itu, orang kantor memberitahu bahwa dokter Jeriko mencarinya. Priti bertanya apakah dokter Jeriko berpesan untuknya? mba Isti administrasi kantor menjawab tidak ada. Priti sangat perduli dan ia memutuskan akan ke klinik dokter Jeriko.  Pasti ada sesuatu yang diinginkan sehingga datang mencarinya. Ia mendorong motornya dan agak susah mengenderainya keluar dari parkir. Namun akhirnya Priti meluncur di jalan. Tak lama ia memasuki halaman parkir klinik. Priti mengucapkan salam dan menemui asisten dokter yakni mba Tria. Ia sudah sering bertemu mba Tria.

"Dokter Jeriko dari pagi ada rapat di dinas Bun."

Mba Tria memberitahu sembari tersenyum ramah.

"Oh, berarti di kantor dinas ya mba? ok deh saya ke sana sekarang."

Priti bergegas ke tempat parkir, dan tak lama meluncur ke kantor pusat. Priti pikir ia bisa sambil bertemu dengan ibu Pipit di kantor dinas. Beberapa bulan yang lalu ia dan bu Pipit sedang membicarakan kerja sama. Dan mereka belum lagi menemukan kesepakatan. Priti harap ia bisa sekalian bertemu ibu Pipit dan menanyakan keputusannya.

Setelah memarkir motornya di bawah sebatang pohon, Priti memasuki kantor tersebut. Tidak ada penjaga seperti biasanya. Priti langsung ke ruangan ibu Pipit. Ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Seorang perempuan muda  membukakan pintu. Priti menanyakan ibu Pipit. Perempuan muda itu bilang bahwa ibu Pipit sedang ada tugas luar. Dan tidak tau jam berapa kembalinya. Oh, hanya itu jawaban Priti. Ia lantas menanyakan dokter Jeriko dan dijawab mungkin ada di atas. Tadi ia lihat sedang ada rapat.

Priti kemudian minta ijin menunggu di ruang tamu. Perempuan muda tersebut mengangguk dan menyilahkannya.

Dokter Jeriko agaknya masih di lantai atas. Priti menunggu dan berharap dokter Jeriko turun menemuinya. Priti mengambil dan memilih tempat duduk yang menurutnya nyaman. Ia menselonjorkan kakinya sembari menghembuskan napas. Priti mencoba mencari posisi yang enak. Ia memejamkan mata sejenak. Lelah sekali rasanya. Ia baru saja melakukan perjalanan yang jauh dan panjang. Pulang ke kampung halaman. Sudah sepuluh tahun  sejak yang terakhir sekali. Priti mendapatkan musibah yang berat. Tidak ada yang bakal bisa menolongnya. Hingga ia teringat tanah peninggalan ayah. Priti terpaksa pulang untuk menjual tanah pusaka tersebut.

Priti menghabiskan banyak uang untuk ongkos pesawat, oleh-oleh, serta persedian selama ia di kampung. Hampir dua minggu dan tidak ada hasil. Sangat sulit mencari orang yang memiliki uang ratusan juta. Semua saudaranya sudah dihubungi dan menanyakan apakah mereka bisa membeli tanah tersebut. Dari pada jatuh ke tangan orang lain. Namun lagi lagi tidak ada yang sanggup. Sementara kantor sudah menelpun dan mengabari bahwa ia harus mengurus mengenai proyek sebuah akademi. Priti berjanji minggu depan segera kembali. Nyatanya hingga ia kembali ke kota kecilnya tanah tersebut belum terjual. Dan ia tak bisa menebus mobilnya. Beruntung seorang teman mau meminjaminya kenderaan yang lama tidak pernah dipakai. Priti harus membawanya ke bengkel untuk memperbaiki dan memeriksa keadaan motor tersebut.

Aku merasa sangat gerah  sejak pagi hingga siang seperti ini terus menerus berada di ruangan kantor. Kuputuskan keluar untuk menghirup udara segar. Aku berharap bisa mencuci mata juga. Dan aku melihat makhluk manis itu sedang bersandar di sofa ruang tamu. Hembusan dari bunga dan pohon-pohon agaknya begitu sejuk hingga ia seperti mengantuk.

Hello!

Tak pikir panjang aku menyapa dan membuatnya sedikit terkejut.

Aku melebarkan bibirku yang sangat ****,  bukan aku yang bilang. Tapi teman-teman kencanku yang mengatakannya. Mereka bilang bibirku tipis menggoda.

Aku berdiri di hadapannya yang serta merta memperbaiki duduknya. Saat ia bersandar tadi duduknya sudah bagus, sedikit merebahkan kepalanya saja. Sekarang ia  duduk tegak dan tersenyum membalasku.

Oh hello!

Aku yang sedang membawa berkas-berkas untuk diperiksa segera duduk di sebrangnya.

Mataku menelitinya. Hemmm dia emak-emak, sudah tidak terlalu muda, tapi juga tak terlihat tua. Raut wajahnya manis, dengan alis tebal serta bulu mata lentik. Tapi itu asli,  dia sama sekali tidak memakai bulu mata seperti kebanyakkan perempuan sekarang. Bibirnya tersaput samar warna merah muda, keseluruhan dia sederhana dan lugu. Itu pendapatku saat pertama melihatnya. Yang menarik ia memakai rok jins sepan, kemeja yang rapi dimasukkan dan hijab menjuntai yang menutupi dadanya. Sepatunya tidak terlalu tinggi, kelihatan dia sangat nyaman memakai sepatu tersebut. Kaki-kakinya terselubung kaos kaki. Begitulah mataku, aku langsung tahu dan melihat dengan cepat apa saja yang ada pada perempuan di dekatku. Bahkan aku bisa menebak ukuran pakaian dalamnya, ukuran tiga puluh enam. Aku mengigit pulpenku.

"Menunggu siapa ya mba?"

Aku menanyainya, melihat lebih jelas bentuk bibirnya, lebih tebal dari bibirku. Namun sangat sesuai dengan wajahnya. Terlihat manis, apa lagi saat dia tersenyum. Cantik juga.

"Menunggu dokter Jeriko, apakah ia ada di atas Dok?

Dok? pasti dia berpikir aku adalah teman dokter Jeriko.

"Dokter Jeriko? entah ya, saya tidak melihat seorang pun di lantai atas."

Jawabku, sembari menutup berkas-berkas yang kubawa.

"Katanya ada rapat di atas Dok, saya menunggu karena sebentar lagi jam istirahat."

"Oh, begitu ya. Mengenai apa ya kalau boleh tahu."

Dia mengangkat wajahnya dan menelitiku. Sorot matanya tajam, seperti mata seekor kucing.

Agaknya dia melihatku sebagai laki-laki yang bisa dipercaya, bibirnya kemudian bercerita bahwa ia baru saja pulang dari kampungnya. Ketika masuk kerja, orang di kantornya memberitahu bahwa dokter Jeriko datang mencarinya. Ia bilang bahwa dokter Jeriko telah mengambil program di perusahaan tempatnya bekerja.

Aku mengerti kalau ia seorang penasehat keuangan. Segera aku bilang bahwa aku juga sedang mencari program yang bagus,  lengkap tapi tidak terlalu mahal. Setelah tahu aku tertarik dengan program yang dimiliki dokter Jeriko ia berubah menjadi antusias dengan pertemuan itu. Ia menanyakan dataku. Katanya untuk dibuatkan ilustrasi. Aku bilang akan mengirimnya ke whatsapp.

"Ok, baiklah."

Dia mendiktekan nomer handphonenya. Dan tidak meminta nomerku. Matanya kembali bersorot tak bisa mempercayaiku. Hal yang membuatku berjanji bahwa aku akan benar-benar mengirim dataku, lihat saja nanti.

Karena dokter Jeriko tak juga muncul, perempuan itu lantas pamit.

"Saya pamit saja, sepertinya dokter Jeriko tak ada."

Dia berdiri dan dengan santun dan beranjak keluar. Aku ikut berdiri untuk melihatnya. Tubuhnya tinggi, sedikit  gemuk, namun masih terlihat bentuknya. Masih seperti gitar spanyol. Ia mengenderai motor, dan agak malu saat mengetahui aku masih berdiri meregangkan tubuhku di depan teras kantor.

Sejak pertemuan itu aku memikirkannya. Aku terus mengingat sosoknya, cara dia bergerak, tatapan tajam yang meneliti, dan terakhir senyum di bibirnya yang menghilangkan kegalakkannya.

Aku langsung mengecek nomer handphonenya, dan menyapanya dengan " Hei!"

Namun hingga sore dia tak membukanya. Sudah pasti dia menganggapku tak serius, karena tadi tak segera memberikan data.

Aku menunggu hingga malam, namun tetap tak ada jawaban. Akhinrya aku mengirimkan ktp anak-anakku dan ktp istriku. Tolong buatkan ya. Pintaku.

Jam sembilan malam, aku masih menunggu perempuan itu membuka handphonenya dan membalas pesanku.

Apa sih yang dia kerjakan hingga tak sempat membuka handphone? aku sangat penasaran pada perempuan itu.

Hingga aku kembali ke rumah dan akhirnya tertidur karena kelelahan tidak ada pesan yang masuk.

Belakangan ia menceritakan padaku, bahwa ia memang tak berharap padaku. Ia tau dengan jelas bahwa aku seorang play boy. Mataku yang jelalatan jelas tertangkap matanya. Makanya ia tidak buru-buru membuka telpun. Dan sama sekali tak mengingatku setelah pertemuan itu.

Saat pulang kantor, teman-temannya mengajaknya kumpul di sebuah cafe.

Ada beberapa berkas yang harus di ganti dan diperbaharui. Disela meeting Priti menyempatkan sholat magrib tiga rakaat, berdoa memohon jalan keluar dari permasalahan yang membelitnya. Selesai sholat ia lihat teman temannya sedang menikmati minuman dan makanan. Seniornya ibu Grace menyilahkannya untuk pesan minuman dan makanan yang ia inginkan. Temannya ibu Niken dan ibu Yulia juga menyilahkannya. Memang haus dan lapar sekali, Priti memanggil pelayan dan memesan juece buah naga dan nasi goreng teri medan.

Wanita wanita tangguh itu menikmati makanan dan melanjutkan meeting hingga menjelang jam delapan. Setelah itu barulah mereka pulang ke rumah masing masing.

Sedih sekali, Priti harus berjalan sangat jauh untuk mengambil motornya.

Sementara ibu Grace mengenderai mobil  nissan livina warna hitam yang berkilau. Ibu Niken juga baru saja mengganti mobil atosnya dengan daihatsu  sigra. Sempat terpuruk hampir lebih dua tahun, sedikit demi sedikit ibu Niken bisa bangkit kembali. Sekarang gilirannya. Priti  menggigit bibir. Ia terlena selama ini. Tidak menyangka perubahan terjadi.  Pergantian pemerintahan ternyata mengubah juga bisnis. Barang menumpuk dan meski dijual murah tidak bisa menutup semuanya.

Priti sekarang terpuruk bahkan tertimpa tangga.

Cikidot, Makasih sudah selesai baca

Bersambung

Episode 3 Kehidupan Priti

Jam delapan lebih Priti baru sampai di rumah. Si bungsu keluar menyambutnya. Menolong mendorong motor ke ruang tamu. Menutup pintu dan membawakan tasnya ke meja kerja.

"Terima kasih Dek, sudah makan?"

Bungsunya yang baik dan perhatian menjawab lembut, "Sudah, gimana dengan Mom?"

"Alhamdulillah Dek, tadi ditraktir ibu Grace."

Alhamdulillah, gumam anaknya.

Priti memang tak perlu cemas dalam hal masakkan dan makanan. Selain ia selalu mengisi lemari es dengan bahan bahan makanan. Seperti ungkep ayam goreng, ikan, teri medan, telur, tempe, tahu. Berbagai bahan bumbu hingga sayuran yang sudah bersih. Anak perempuannya tinggal memasak saja. Hari sabtu dan minggu biasanya mereka belanja keperluan makanan, membersihkannya dan menyusun di lemari pendingin.

"Mom, minum teh hangatnya."

Ternyata Lili  anaknya yang nomer tiga telah membuatkan teh panas untuknya.

"Wah! terima kasih kak, mom memang pengen minum teh panas."

Priti duduk di meja dan menghirup teh panas buatan putrinya.

Hampir jam sebelas malam ketika Priti mulai mengantuk. Sebelumnya ia memeriksa hangphone yang telah tercharger penuh. Priti mengerutkan kening saat membuka pesan whatsapp. Beruntun masuk pesan serta foto. Priti melihat profile yang ternyata adalah pria yang bertemu di kantor dinas. Priti agak terkejut. Karena ia menyangka pria itu hanya basa basi saja. Ternyata ia mengirim data seluruh kelurganya. Istri dan anak anaknya.

"Ini data data keluarga saya, tolong buatkan ilustrasi programnya ya."

Priti membuka beberapa foto ktp. Tiga orang anak perempuan dan satu wanita seumuran dirinya.

Priti segera membalas, " Terima kasih pak Dokter, besok saya coba buatkan ya. Maaf baru balas, tadi handphone lowbat."

"Ok, nggak apa apa."

Aku.

Hampir jam sebelas ketika aku terkejut oleh suara handphone yang tergeletak tak  jauh dari tubuhku.

Langsung saja kubalas. Priti membalas whatsapp begitu lama. Setelah aku balas, ia melihat dan kemudian menghilang. Perempuan itu mungkin sudah tidur. Sedikit sekali ia menulis pesan, hemmm.

Aku menunggu berharap ada pesan lagi, tapi agaknya perempuan itu sudah tidur.

Padahal aku mengirim pesan sejak siang dan perempuan itu baru membalasnya saat hari telah malam.  Aku menunggu sangat lama. Memeriksa Wa beberapa kali. Aku tak bisa tidur. Ia membuka lagi whatsapp dan melihat nama perempuan itu,  Priti P.

Ia sangat penasaran, dan akhirnya membuka facebook. Ia mencari nama yang sesuai dan menemukannya. Wajahnya sama dengan yang ia lihat tadi siang. Priti  Prisdiana, nama perempuan itu. Aku meminta pertemanan dan menunggu sangat lama hingga ia membuka facebooknya.

Keesokkannya perempuan itu menelpunku, katanya ilustrasinya sudah ready.

"Dok, saya sudah membuat ilustrasinya.  Apakah bisa bertemu untuk melihatnya."

Terdengar suara yang agak terburu buru, "Oh, bagaimana kalau sore setelah isya. Saya sedang meeting di kantor pemda."

"Habis isya, ok baiklah."

Priti menutup telpun. Aku tersenyum, mengirim pesan, "Aku belum mengirim ktpku ya?"

"Oh, iya belum ada ktp bapak."

Aku segera mengirim ktp ku.

Biar dia tahu namaku, dan tidak lagi memanggilku dokter.

Priti membacanya, Ir. Berry Berrianto

Priti  tentunya terkejut, ternyata aku bukan seorang dokter. Wanita itu pasti sedang  menekap mulutnya. Dia selalu memanggilku dengan dokter.

Priti menulis pesan, " Ok, maaf saya pikir dokter."

Aku membalas, "Nggak apa apa."

Priti bilang, ia akan pergi ke mall untuk menghabiskan waktu. Tak terasa senja telah tiba. Priti mengambil handphone untuk menelpunku. Padahal aku menulis pesan untuknya sejak jam dua. Aku melihat ia online jam empat dan menahan senyumku.

"Bisa bertemu di kafe Olivia? saya sekarang ada di sini."

Ketika Priti memeriksa pesan tersebut ternyata dikirim dua jam yang lalu. Segera Priti menulis pesan.

"Pak Berry masih di olivia?"

Langsung aku membalasnya,  "Oh, saya sudah keluar kota sekarang. Maaf ya besok siang saja di kantor dinas."

Lama baru perempuan itu membalas pesanku.

"Baiklah, sampai jumpa besok."

Kubalas dengan cepat, ok.

Aku membuat Priti agak frustasi. Ia mungkin segera   pulang ke rumah, atau ke suatu tempat untuk mencari uang.  Teringat sebentar lagi bulan September. Jika ia tak bisa mengembalikan uang kerjasama yang telah terpakai maka ia akan kehilangan mobilnya. Ia sangat tergantung dengan mobilnya tersebut. Tanpa mobil itu langkahnya terbatas. Priti menangis dalam doa doanya kepada Allah. Semua memang kesalahannya. Tak bisa mengembangkan bisnis yang dipercayakan padanya. Bisnis bangkrut dan ia harus mengembalikan uang kerjasama sebesar seratus lima puluh juta. Mobilnya memang adalah pemberian orang tua, berharga sekitar dua ratus jutaan. Mobil itu juga ia masukkan suratnya ke sebuah bank. Jadi kepalanya serasa ingin pecah memikirkan uang yang harus ia bayarkan pada teman juga pada bank. Beban itu ia pikul sendirian. Suaminya telah meninggal, ia bekerja dan hanya memikirkan anak anaknya.

Saat saat yang menegangkan bagi Priti, dua bulan lagi jatuh tempo perjanjiannya dengan teman itu. Priti sudah mananda tangani kesanggupan untuk membayar pada pertengahan bulan September. Jika tidak maka mobil kesayangannya akan menjadi milik temannya. Jelas sekali uang tidak mengenal saudara apa lagi hanya teman. Semua adalah kesalahannya. Ia menerima kebangkrutannya, menerima harus menganti uang yang dititipkan padanya. Juga harus membayar bank. Sementara ia juga menyekolahkan empat anak. Priti beberapa kali juga sudah mengirim pesan pada sepupunya di kampung. Ia sangat butuh uang penjualan tanah untuk menebus mobilnya. Sepupunya bilang masih terus berusaha.

Pagi pagi teman sekantornya menelpun, mereka harus pergi ke luar kota untuk mengurus proyek yang tertunda.

Priti sempat menimbang nimbang. Ia ada janji denganku. Tapi disisi lain ia sedang mengejar uang yang besar untuk menyelesaikan masalahnya. Ia memutuskan akan pergi dengan ibu Yulia. Urusan denganku  baru mulai, sedangkan urusan proyek dengan bu Yulia sudah mendekati finis. Priti memilih menghabiskan waktu dengan bu Yulia. Ia mengambil mobilnya untuk berusaha mencari uang. Di dalam perjanjian memang Priti boleh memakai mobilnya. Karena ia harus berusaha mencari uang. Bagaiman ia bisa mendapatkan uang sementara  mobil ditahan. itu sama saja dengan mengambil mobilnya. Alasan Priti cukup masuk akal, tetapi Priti harus mengembalikan mobil tersebut ketika sore. Terpaksa Priti menyanggupi perjanjian itu.

Sekitar satu setengah jam mengenderai mobil, akhirnya mereka sampai. Keduanya telah ditunggu untuk berbincang bincang mengenai kerjasama. Kesepakatan akhirnya ditanda tangani, apa apa yang menjadi hak dan kewajiban juga sudah mengerti. Awal bulan Agustus realisasi pembayaran telah dijadwalkan. Paling telat menurut direktur akhir bulan Agustus. Priti berdebar. Jika akhir Agustus mereka menerima pembayaran proyek, artinya mobil kesayangan selamat. Ya Allah, tolong mudahkan proyek ini. Priti berdoa dan memohon pada Rabbnya.

"Semoga proyek kita lancar ya Bu," Priti menatap bu Yulia.

Perempuan temannya itu tahu yang tengah menimpanya. Ia ikut prihatin, tapi tak bisa banyak membantu. Hanya terus menyemangati dan berusaha mendesak direktur untuk segera memulai kerjasama.

"Bu Priti sih terlalu lama di Medan. Kalau kemarin kemarin kita mengurus proyek ini pasti sudah cair."

Ibu Yulia menyalahkan Priti. Dan perempuan itu beralasan,  ia  takut jika proyek itu gagal. Ia bisa kehilangan mobilnya. Karena itu ia menyempatkan pulang untuk menjual tanah warisan dari ayahnya.

"Perjanjian dengan Lisa bulan September ya, mudah mudahan paling telat pembayaran akhir Agustus."

Keduanya saling menatap, Priti ingin menangis. Ia harus bersabar dua bulan lagi untuk memiliki seutuhnya mobil miliknya. Teringat betapa merananya setiap sore mengembalikan mobilnya ke rumah Lisa. Ia harus naik angkot pulang ke rumah. Kadang kehujanan dan kedinginan. Anak anak juga menderita. Biasanya diantar dan jemput ke sekolah. Saat ini mereka terpaksa naik angkot. Priti beberapa kali meminta maaf pada anak anaknya. Alhamdulillah anak anaknya sangat mengerti dan faham. Mereka tak masalah berangkat dan pulang dengan angkot.

Priti menaro mobilnya di gerasi Lisa kemudian pulang dengan naik motor. Bayangan akhir Agustus ia akan mendapatkan pembayaran proyek membuatnya tabah dan bersabar. Mudah mudahan tanah di kampung juga terjual. Priti terkembang harapannya. Sampai di rumah dan membersihkan diri, baru Priti bisa membuka handphone. Ada beberapa pesan di Whatsaap.

Aku mengiriminya  pesan bahwa aku menunggu ilustrsi. Priti membalas dan meminta maaf, karena ia ada pekerjaan di luar kota.

Dengan cepat aku membalas, "Ok, saya kembali ke kota ini minggu depan, Sore ini saya ke Jakarta."

"Ok, sampai ketemu minggu depan,"  balas Priti sembari mematikan handphone.

Aku menggeleng gelengkan kepala, dia tak selalu membuka hp.  Aku merasa ia sangat acuh  juga sangat sibuk. Ia tak terlalu mengejarku, seperti yang dilakukan yang lain. Membuatku penasaran saja.

Bersambung

Cikidot, terima kasih sudah membaca dan kasih like, komen dan vote

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!