Akbar Giandra Bratajaya ( 36 Tahun)
Kirana Purwa Cakrawangsa ( 31 Tahun )
Athaya Giandra Bratajaya ( 5 Tahun )
Raga Fatah Lesmana
Bagas Gerald
Dita Ayudia Niswara
Kania Mia Pangestu
Arima Nila Kusuma
Note: semua gambar di atas bukan milikku dan hak cipta kembali ke pemiliknya, gambar akan diturunkan /di hapus jika diminta sang pemilik atau ada yang keberatan.
"Mama!"
Kirana menarik kedua sudut bibirnya dengan sempurna. Kemudian merentangkan tangan. Tapi bocah lelaki yang berlari ke arahnya justru melewati Kirana.
"Atha gak mau di peluk Mama!"
Kirana menautkan kedua alisnya kemudian bertanya, "Kenapa?"
"Kata Melati, cowok sama cewek itu harus jaga jarak." Bocah berusia lima tahun itu melangkah cool dengan satu tangan di saku celana.
Kirana menggelengkan kepala sembari tertawa. Mengikuti sang putra yang masuk ke mobil. Wanita itu menatap Athaya yang berusaha memasang seltbelt nya sendiri.
"Jangan Ma, Atha udah dewasa." Bocah itu menolak bantuan Kirana.
"Udah sini, Mama bantuin!" Kirana berucap dengan gemas. Athaya memanyunkan bibirnya saat sang Mama sudah berhasil memasang selbelt miliknya.
"Denger yaa Atha. Bener kata Melati kalau cowok sama cewek harus jaga jarak. Tapi dalam hubungan keluarga. Gak apa-apa."
Bibir yang semula memanyun gemas itu jadi tersenyum sumringah. "Beneran Ma? Jadi Atha boleh peluk Mama?"
"Iya dong!" Kirana tertawa sembari mencium gemas pipi gembul bocah itu.
"Tapi ... kalau sama Melati gak boleh yaa!" Kirana berucap dengan nada peringatan.
"Kenapa?" tanya bocah itu dengan polos. Ia masih tak mengerti mengapa harus ada batasan antara wanita dan lelaki.
"Nanti, tanyain aja Papa," sahut Kirana. Ia mulai menginjak pedal gas sembari melirik sejenak putranya.
"Besok Minggu, jadi 'kan kita jalan Maa?"
Pertanyaan dari Athaya membuat Kirana bungkam seketika. Wanita itu bingung bagaimana cara menjelaskan pada sang putra. Bahwa Akbar ada pekerjaan mendadak dan tak bisa di tunda.
"Ehm, Papa lagi sibuk Sayang, sama Mama aja yaa?"
Mata Athaya langsung menyorot kecewa. Bocah manis itu tiba-tiba diam sembari memanyunkan bibirnya.
Kirana menghela napas. Akbar memang sibuk bekerja. Karena memang lelaki itu baru saja membangun perusahaan sendiri. Tanpa bantuan dari Ayah ataupun Abi.
Akbar bekerja keras. Tapi sayangnya, duplikat sang suami dalam tubuh berusia lima tahun sangat susah di bujuk dan dibuat mengerti. Bagaimana lagi? Athaya sama seperti anak pada umumnya. Ingin menghabiskan waktu bersama kedua orang tua di hari liburnya.
"Mau es krim?" tanya Kirana dengan nada menggoda. Ia tak tega melihat sang putra memasang raut wajah kecewa.
"Dua ya Ma?" Athaya mengajukan persyaratan. Kirana mau tak mau akhirnya menganggukkan kepala.
Mobil berbelok menuju cafe es krim di pinggiran kota. Tempat paling terkenal yang menyajikan es krim dengan berbagai rasa.
Saat sudah sampai, Kirana turun dengan Athaya. Hingga ucapan dari sang putra membuat Kirana terkesima.
"Itu Papa."
Kirana menatap arah telunjuk mungil putranya. Seorang lelaki dan wanita serta satu balita di gendongan lelaki itu.
"Papa!" teriak Athaya dengan girang.
Lelaki yang sudah enam tahun bersama Kirana itu nampak membeku. Manik hitam Akbar dan manik mata kecokelatan Kirana menyatu dalam satu garis lurus.
Jarak yang terpaut jauh. Namun mampu membuat Kirana menitikkan air mata. Melihat lelaki itu bersama seorang wanita dan terlihat mesra. Wanita yang wajahnya tak dapat Kirana lihat. Tapi menggenggam tangan suaminya dengan erat.
Tangan yang sering menghapus air mata dan juga menggenggam tangannya. Tangan yang menjabat penghulu dan bersaksi bahwa akan menjadi suaminya dalam suka maupun duka. Tangan dari seorang lelaki yang berkata mencintainya dan akan setia.
Detik itu pula Kirana merasa dunianya sirna.
Kirana membuka mata, kedua manik kecokelatannya juga membola.
"Kenapa Dek?"
Di sebelahnya, Akbar terlihat mengerjapkan mata kemudian menatap Kirana. Ia menopang kepala di satu tangan sembari berbaring ke kanan.
"Abangg ...." Kirana memeluk sang suami dengan derai air mata. Wanita itu sesenggukan dengan isakan pelan. Akbar terkesima.
"Kenapa dek? mimpi buruk ya?" Akbar mengusap lembut punggung sang istri. Lalu mengecup singkat di dahi.
"Udah, itu cuma mimpi, ayo bobo lagi." Akbar mengusap lembut punggung Kirana sembari memejamkan mata.
Wanita yang ada di dekapannya hanya diam. Mata cantik itu terbuka. Menatap sang suami yang sudah memejamkan mata lagi.
"Gak! itu cuma mimpi!"
Kirana ketakutan. Satu mimpi yang terus menghantui karena drama korea yang ia tonton. Kisah perselingkuhan sang suami hingga keduanya bercerai. Berjudul The World Of Married.
"Mimpi apa sih?"
Kirana tersentak. Ternyata sang suami belum tertidur kembali. Ia menarik kedua sudut bibirnya hingga sempurna sembari menggelengkan kepala.
"Gak papa."
Dua kata andalan yang bahkan di akui sebagai pembohongan terbesar di seluruh dunia.
Tak apa.
Aku baik-baik saja.
***
Dini hari.
Akbar terbangun lebih dulu. Menatap Kirana dengan sorot mata penuh cinta. Lelaki itu terkesima saat melihat dahi sang istri yang berkerut dalam. Tangannya terangkat, mengusap lembut dahi Kirana dan memberi kecupan di sana.
Kecupan di kening, mata, hingga bibir. Melumattt dengan gemas karena sang istri masih tertidur pulas. Akbar lalu menyembunyikan wajahnya di dada Kirana.
"Abangg ish!" Kirana mengomel sembari menjauhkan wajah sang suami dari dadanya. Ia terbangun karena terganggu.
Wanita itu mengerjapkan mata sembari menatap jam dinding di sana. Lagi, helaan napas sang suami yang terasa di lehernya menggugah jiwa liar Kirana.
"Abaaangg!" Kirana berucap gemas dan nada manja. Akbar terkekeh sembari menatap Kirana.
"Dingin Dek," ucap Akbar sembari merapatkan tubuhnya pada Kirana. Lelaki itu memejamkan mata tapi tangannya terus bergerilya kemana-mana.
"Iya dingin," sahut Kirana sembari menaikkan satu alisnya. Menggoda suaminya.
Akbar menatapnya dengan senyuman sempurna. Lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Kirana. Melumatt bibir itu dengan penuh perasaan dan cinta. Lembut seolah takut bibir Kirana terluka. Memanjakan indera dan membuai rasa.
Akbar melepaskan tautan kemudian menindih sang istri tapi tetap bertumpu pada tangannya. Kali ini, keduanya saling bersitatap lama. Lelaki itu tak menyangka bahwa hidupnya akan semenyenangkan ini saat bersama seseorang yang dicintai.
Dulu, Abi ingin ia segera menikah pasti karena hal ini. Agar Akbar memiliki semangat dalam menjalani hidup. Terlebih dalam keadaan wajahnya yang rusak.
Akbar tak memungkiri, dulu ia teramat bosan dengan hidupnya. Sangat bosan hingga kehadiran Kirana Purwa Cakrawangsa yang datang ke kehidupan seorang Akbar Giandra Bratajaya.
Mereka menikah karena terpaksa. Tapi ... berakhir dengan saling jatuh cinta.
"Bang ...."
Akbar tersentak dari lamunannya dan menatap Kirana. Wanita itu menatapnya dengan sorot mata sayu.
Akbar terkekeh. Menggoda Kirana dengan mengecup beberapa kali bibir seksi istrinya. Kirana menautkan alis tak suka.
Namun, tak beberapa lama. Akbar langsung melakukan hal yang di sukai dirinya dan juga istrinya.
Bercinta. Dalam ikatan suci yang di sebut pernikahan. Terasa amat menyenangkan.
***
Kirana menghela napas gusar sembari mengusap dada Akbar. Lelaki itu memejamkan mata setelah percintaan mereka. Sementara Kirana menatap sang suami dalam dan lama.
Seorang suami yang dulu bahkan mengambil resiko kematian hanya untuk pantas berada di sisinya. Melakukan transplantasi wajah dan harus ketergantungan pada obat imun untuk menekan kekekalan tubuh suaminya.
Tiga tahun yang lalu sang suami kembali ke Perancis untuk kontrol wajahnya. Kirana pun ikut ke sana. Wanita itu tak menyangka, bahwa beberapa pasien meninggal pasca operasi. Beragam sebab mengapa bisa pasien-pasien itu meninggal dan hal itu semakin membuat Kirana ketakutan.
"Bang ...."
Akbar berdehem sebagai jawaban. Kirana menghela napas kasar. Belum sempat berujar. Ucapan sang suami membuatnya terdiam.
"Udah deh, jangan bahas itu lagi," ucap Akbar lembut tapi penuh dengan peringatan. Ia tau, saat Kirana suka termenung lama. Biasanya langsung membahas tentang Transplantasi wajah yang ia lakukan.
Kirana mengira, bahwa Akbar melakukan transplantasi karena dirinya. Memang Kirana adalah alasan utama. Tapi ada alasan lainnya.
Berapa banyak manusia yang mampu menjalani hidup dengan wajah yang rusak?
Hanya sedikit. Sangat sedikit.
Akbar juga melakukan itu untuk dirinya. Terlebih untuk anak-anak mereka. Sekarang baru satu. Athaya.
"Papa! Mama!"
Gedoran di pintu serta suara melengking khas anak 5 tahun. Akbar mendengus kesal.
"Anak kamu tuh. Nyebelin banget." Keluhan dari Akbar. Lelaki itu berdiri setelah memakai boxernya. Melangkah menuju kamar mandi.
Kirana terkekeh. Lalu menarik tangan Akbar saat ingin masuk ke kamar mandi.
"Kayak itu anak aku sendiri aja!" balasnya. Lalu mengecup lagi bibir Akbar dengan cepat.
Akbar memanyunkan bibirnya. Menggemaskan. Kirana sangat mencintai suaminya. Segala tingkah lelaki itu membuatnya merasa bahagia. Di sayang dan dimanja.
Suaminya tersayang. Akbar Giandra Bratajaya
***
Jangan lupa like nya yaa❤
Bantu vote juga biar semangat up! ^-^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!