"Saya terima nikah dan kawin nya Keisya.."
"Tunggu dulu! Pernikahan ini tidak bisa dilanjutkan." Ucap seorang wanita tua.
"Kenapa, Nek? Kenapa Tama tidak boleh melanjutkan pernikahan ini? Bukan kah awal nya nenek yang memaksa nya?"
"Gadis itu. Dia bukan anak keturunan keluarga Atmajaya. Dia tak jelas asal-usulnya."
"Apa?"
Terdengar suara tamu undangan dan saudara yang lain. Mereka semua juga begitu terkejut dengan berita yang disampaikan oleh Tetua di keluarga Hartawan.
"Nek, maksud nenek apa, ya? Keisya tak mengerti."
"Jangan panggil aku Nenek. Aku bukan Nenek mu. Dasar gadis ja-hat! Aku tidak menyangka selama ini kau tega membo-dohi kami semua."
Tangan dan tubuh Keisya bergetar. Berita apa yang ia terima di hari pernikahan nya ini. Ia sungguh sama sekali tidak tahu apa yang terjadi.
"Kei, apa benar apa yang dikatakan oleh Nenek ku?"
"Tama, aku sama sekali tidak mengerti dengan semua ini."
Tiba-tiba saja, Mama dan Papa nya Keisya sudah berada di sana. Mereka sedang mendorong kursi roda. Di atas kursi roda itu, ada seorang gadis muda yang saat ini terlihat begitu rapuh.
Pernikahan impian nya hari itu, malah gagal. Keisya saat ini, di buat tak mengerti dengan semua yang ada.
"Keisya, mulai saat ini. Kamu bukan lagi anak perempuan di keluarga Atmajaya. Kau bukan anak kandung kami."
Dhuar...
Bagai mendengar suara petir di siang bolong. Keisya malah mendengar kan hal yang begitu menyakit-kan.
"Ma, Pa, bagaimana mungkin Keisya bukan anak kalian? Bukan kah beberapa tahun yang lalu, kalian mengatakan Keisya adalah anak kalian yang hilang? Bahkan, Ibu Panti jadi saksi nya."
"Aku tidak mau lagi mendengar kan kau bicara. Kau, kau bahkan bersekongkol dengan Wanita itu untuk mengelabui kami. Harus nya, Karla yang saat itu pergi bersama kami. Bukan kau!"
Mata Keisya menatap ke arah gadis yang duduk di atas kursi roda. Ia pun menghampiri gadis itu dan mencoba untuk mendekat.
"Tidak. Jangan mendekat Kei. Aku mohon maafkan aku. Aku sudah berjanji untuk tidak mengatakan apapun. Tapi mereka, mereka.."
"Karla, apa maksud mu? Aku sama sekali tidak mengerti. Bukan kah kita tidak memiliki masalah di panti asuhan sejak dulu?"
Bukan nya menjawab, Karla malah berteriak seperti orang gi-la saat bertemu dengan Keisya.
Tubuh Keisya tiba-tiba di dorong kuat oleh seorang wanita yang tak lain adalah kakak nya.
Aaahhhhhh
"Kak Fenes, mengapa Kakak mendorong ku?"
"Itu belum seberapa. Kau sudah menyaki-ti adik ku hingga ia seperti ini. Jika saja kami tahu kau penipu, sudah lama kami jebloskan kau ke dalam penjara."
Keisya menatap satu persatu orang-orang yang hadir. Mereka semua mencemooh Keisya begitu saja. Tak ada satu pun orang yang membela nya.
Keisya tersudut. Ia tak tahu harus bagaimana. Ia berharap, semua itu hanya lah mimpi. Namun, pada kenyataan nya, mimpi itu begitu menyakit-kan.
"Ada apa ini? Mengapa tangan ku di bor-gol?" Tanya Keisya dengan tubuh bergetar. Lagi, sebuah kejutan mengejutkan membuat nya tak bisa bernafas dengan baik.
"Pake nanya lagi. Itu karena kau sudah menjadi kri-mi-nal. Kau sudah memalsukan dokumen mu. Dan kau juga sudah membuat adik ku menjadi seperti ini. Lihat lah wajah pucat nya. Kau benar-benar sangat ja-hat." Saudara laki-lakinya Keisya pun ikut menimpali.
Dalam sehari, mereka semua berubah menjadi orang asing. Padahal, mereka pernah hidup bersama selama beberapa tahun.
Hanya karena kesalahan yang sama sekali tidak pernah dilakukan oleh Keisya, mereka yang dulu begitu menyayangi dan mencintai nya, malah menganggap nya orang lain saat itu juga.
Puk,
Kepala Keisya di lempar dengan makanan yang ada di sana. Satu persatu, tamu undangan yang hadir melakukan hal itu.
Keisya benar-benar di permalukan hari itu. Dan tidak ada satu pun dari mereka yang membela nya.
Dengan tangan terborgol, ia di bawa pergi. Air mata, mengiringi langkah nya hari itu. Baju pengantin berwarna putih, kini sudah ternoda.
Tak ada lagi pernikahan mewah. Tak ada lagi keluarga yang menyayangi nya. Dan tak ada lagi calon suami yang selalu ada untuk nya.
Mereka semua, meninggalkan Keisya dalam kehinaan. Dari seorang Putri bungsu di keluarga Atmajaya, kini status Keisya turun menjadi tersang-ka.
"Ayo masuk! Lelet banget sih."
Petugas itu mendorong tubuh Keisya hingga ia terjatuh. Lutut nya terbentur aspal dan sedikit kerikil.
Aghhhhhhhh
"Sa-kit."
"Jangan manja dan cengeng! Di penjara nanti bahkan kau akan merasakan hal yang lebih menyakitkan dari ini."
Tangan Keisya langsung di tarik begitu saja. Ia pun di dorong untuk masuk ke dalam mobil.
Semua mata memandang ke arah nya. Dan para pemburu berita pun ada di sana. Wajah kuyu yang di penuhi dengan riasan luntur, membuat Keisya tampak menyedihkan.
"Jika kalian semua sudah tahu siapa aku, kenapa kalian malah diam dan membuat ku malu hari ini. Kalian benar-benar sangat ja-hat!" Ucap Keisya sambil menghapus air mata nya.
Mobil polisi pun membawa Keisya pergi dari gedung mewah itu. Kehidupan Keisya, akan berubah mulai hari itu.
Entah Keisya sanggup menerima semua kenyataan pahit, yang mulai menghampiri dirinya.
Keisya di masukkan ke dalam penjara saat itu juga. Ia bahkan tak tahu, apa yang sedang terjadi pada hidup nya.
Tadi malam, ia masih tidur di hotel yang megah. Dan saat ini, ia malah berada di dalam penjara.
Semua barang milik nya, bahkan tak sempat ia bawa. Ia hanya membawa tubuh dan pakaian pengantin yang melekat saat itu.
"Pak, apa boleh saya bertanya? Mengapa tiba-tiba saya ada di sini? Dan mengapa, Saya di fitnah telah melu-kai teman saya?"
Keisya mencoba mencari tahu dari seorang polisi yang membawa nya ke sana. Saat ini, Pria paruh baya itu masih lah ada di tempat itu.
"Kamu benar-benar wanita ular. Apa kau tak tahu, bertahun-tahun kau sudah mencuri identitas dari anak kandung keluarga Atmajaya."
"Tapi, saat itu aku masih kecil. Tiba-tiba saja Mama dan Papa langsung mengatakan aku adalah anak nya. Jadi, mengapa aku yang malah di salahkan?"
"Masih kecil? Saat kecil saja kau dulu bisa menjadi li-cik. Apalagi sekarang, bahkan dari bukti-bukti yang berhasil kami kumpulkan, kau menyik-sa anak kandung mereka selama bertahun-tahun."
"Apa? Tidak mungkin. Itu sama sekali tidak mungkin. Kami bahkan berteman baik."
"Ah, sudah lah. Sekarang semua orang di kota ini sudah tahu kalau kau sangat ja-hat dan ke-jam. Berita tentang mu juga sudah tersebar. Jadi, tak ada lagi yang akan mau menolong mu. Semua orang sangat membenci perbuatan ja-hat mu."
Keisya hanya bisa menangis sambil meremas gaun pengantin itu. Sedih sekali rasa nya di fitnah seperti itu.
Apalagi saat ini, semua orang sudah tahu. Jika ia bukan lah anak kandung keluarga Atmajaya. Dan ia, di fitnah sudah berbuat ja-hat pada anak kandung mereka .
Siapa lagi yang mau membela diri nya. Orang-orang pasti lebih percaya dengan apa yang dikatakan oleh keluarga itu, daripada diri nya saat ini.
"Pak, apa bisa saya menghubungi seseorang?"
"Menghubungi siapa? Semua komplotan mu dalam menyik-sa Nona Karla, sudah di tangkap. Mereka mengaku, kau yang telah menyuruh mereka selama beberapa tahun ini."
"Apa? Komplotan? Aku sama sekali tak tahu. Ya Allah, apa lagi ini?"
"Jangan bawa-bawa nama Allah. Kau tidak sebaik itu. Ah, sudah lah. Penjahat mana ada yang mau ngaku."
"Tapi, Pak. Saya mau menghubungi teman saya yang lain. Apa bisa?"
"Hmm,, baiklah. Saya juga penasaran, siapa yang masih mau berteman dengan penjahat seperti mu."
Karena penasaran, Keisya pun di izinkan untuk menghubungi salah satu teman nya. Wanita itu adalah sahabat baik nya Keisya selama ini.
"Halo. Siapa ini?"
"Cindi, ini Keisya. Kamu dimana? Apa kamu bisa membantu ku?"
"Kei? Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Aku juga nggak tahu. Semua terjadi begitu cepat. Aku sekarang ada di kantor polisi daerah. Tolong aku. Aku takut sekali berada di sini."
"Baiklah. Aku akan kesana sekarang juga."
Setelah panggilan berakhir, akhirnya Keisya bisa lega. Semoga saja teman nya Cindi mau menolong nya.
Cindi adalah satu-satunya sahabat yang sangat dekat dan di percayai oleh Keisya. Cindi dari keluarga yang kurang mampu, bisa mendapatkan beasiswa dari keluarga Keisya.
Walaupun kemampuan akademik Cindi di bawah rata-rata, Keisya selalu membantu sahabat nya itu supaya bisa sukses. Keisya yang selalu mengerjakan tugas Cindi. Dan Keisya juga yang selalu membantu nya ketika ujian.
Tidak lama kemudian, Cindi telah tiba di sana. Ia tidak membawa apa-apa padahal sedang menjenguk sahabat nya di penjara.
"Keisya?" Ucap Cindi sambil tertawa.
"Ini semua nggak lucu, Cindi."
"Menurut mu tak lucu. Tapi, lucu bagi ku. Seorang Keisya bisa masuk ke dalam penjara?"
Hahahahahhahaa
Cindi malah menertawakan Keisya yang berada di dalam penjara. Cindi sama sekali tidak merasa sedih dan khawatir pada teman nya itu.
"Cindi, kenapa kamu seperti itu?"
"Kenapa? Sudah lama aku ingin melihat kau menderita. Kau itu, sungguh sangat beruntung selama ini. Kau tak pernah susah. Jadi, wajar saja aku tertawa karena melihat mu berada di balik jeruji besi itu."
"Tapi, kok kamu tega menertawakan aku?"
"Loh, kenapa emang nya?"
"Bukan kah kita sahabat? kenapa bisa seorang sahabat malah tertawa di atas penderitaan sahabat nya."
"Sahabat? mimpi! Aku tak punya sahabat seperti mu. Sudah sejak lama aku muak. Aku muak dengan tingkah laku mu. Dan Keisya, selamat menikmati hari-hari mu di penjara. Aku bisa bawa in obat nyamuk, kok. Supaya kamu aman dari nyamuk." Ucap Cindi.
"Cindi. Aku tidak menyangka kau akan mengatakan hal itu. Kau sungguh tega. Kau adalah sahabat baik ku."
"Sudah lah Kei. Aku sudah muak. Dan, ya. Aku sangat senang melihat kau menderita. Sampai jumpa lagi. Oh ya, aku sudah menemukan teman baru. Nona Karla. Anak orang kaya yang sebenarnya."
Cindi pun pergi setelah mengatakan hal yang paling menya-kitkan itu. Tinggal lah Keisya di balik jeruji besi.
Bukan hanya Cindi. Pak Polisi yang tadi meminjamkan ponsel nya pun turut menertawakan diri nya.
Entah lah, saat ini Keisya hanya bisa pasrah dengan semua itu. Ia berharap, suatu saat nanti akan ada orang yang datang membela nya.
Tak apa jika ia tak tinggal lagi di keluarga Atmajaya. Tapi setidaknya, ia harus bisa keluar dari penjara itu terlebih dahulu.
"Ya Allah, hanya kepada mu aku memohon pertolongan. Tak ada siapapun lagi saat ini yang bisa menolong ku." Hiks.
*****
Karla Atmajaya. Entah bagaimana tiba-tiba saja keluarga Atmajaya bisa mengetahui fakta, jika selama ini Keisya bukan lah anak kandung keluarga itu.
Sudah beberapa Minggu mereka mengetahui fakta itu. Namun, selama menunggu hasil tes, mereka terlebih dahulu merahasiakan semua itu dari Keisya dan keluarga suami nya.
Hingga semua hasil tes itu keluar. Keluarga itu benar-benar merasa bersalah dengan Karla dan kondisi nya.
"Karla, cepat pulih ya, nak. Kami akan selalu mendukung mu. Kamu jangan takut lagi. Mama dan Papa akan selalu ada di sisi mu."
"Terima kasih, Ma. Pa. Karla tidak menyangka jika kalian adalah orang tua kandung Karla. Karla mengira, anak yang beruntung itu adlah Keisya."
"Shhhhtt,, sudah. Jangan sebut lagi nama perempuan ja-hat itu. Mama dan Papa akan memberikan ia hukuman yang setimpal. Bahkan, yang lebih parah dari apa yang kamu rasakan." Ucap Tuan Atmajaya.
"Karla, sekarang katakan pada Mama, apa saja lu-ka yang telah di torehkan oleh Keisya pada mu selama ini? Mama akan membalas nya berkali-kali lipat."
"Terima kasih, Ma. Mama memang sangat baik. Tapi, Karla tidak ingin begitu. Keisya adalah teman Karla."
"Kamu sungguh sangat baik. Dan Keisya tak pantas menjadi teman mu. Mama tenang saja. Papa akan mencari tahu tentang hal ini dari komplotan Keisya yang sudah tertangkap. Nanti, kita akan tahu apa saja yang telah dilakukan oleh perempuan li-cik itu pada anak kita."
Tuan Atmajaya dan Bu Ningsih, keluar dari kamar Karla dan pergi ke suatu tempat. Mereka mengerahkan orang-orang nya, untuk memberikan balasan yang lebih parah pada Keisya.
Entah seperti apa nasib Keisya nanti. Akan kah ia sanggup bertahan dari semua itu?
Saat ini, Keisya sudah berada di dalam sel tahanan. Banyak bukti dan saksi yang dihadirkan untuk memberatkan kasus nya.
Keisya bahkan sama sekali tidak tahu dengan saksi-saksi dan bukti-bukti itu. Entah siapa yang mencoba untuk memfitnah diri nya sedemikian rupa.
Bahkan, pengacara pun ia tak punya. Ia seperti seorang diri menghadapi semua nya. Semua tuduhan yang tak benar itu, terpaksa ia terima.
Karena semua bukti, mengarah pada nya. Entah bagaimana mereka yang memfitnah nya itu, merekayasa. Kini, Keisya berada di dalam penjara dan meratapi nasib nya di sana.
"Hay anak baru. Sini pijitin aku."
"Baik, Bos."
Wanita yang di panggil Bos adalah wanita yang sangat di takuti di dalam sana. Entah mengapa, tak pernah ada yang tahu apa kesalahan wanita itu.
Ia sudah berada di sana selama bertahun-tahun lamanya. Ia juga memiliki pengikut yang banyak di dalam sana.
Keisya pun mencoba memijit wanita itu dengan benar. Karena terakhir kali ia salah dalam melakukan nya, tubuh nya langsung di ten-dang dan ia kehilangan banyak da-rah.
Semua tahanan yang ada di sana, begitu ke-jam dalam memperlakukan Keisya. Bahkan, seminggu sekali akan ada tim khusus yang datang untuk menyik-sa nya.
Tim itu, adalah tim yang di datangkan oleh keluarga Atmajaya, untuk membalas rasa sa-kit yang telah di lakukan Keisya pada Karla.
"Bagaimana rasa nya, Karla?" Ucap Nyonya Atmajaya saat itu. Ia sedang menjenguk Keisya di tahanan.
Dengan kaki pincang, dan wajah yang bengkak, Keisya berusaha untuk menemui wanita yang sudah bertahun-tahun menjadi Mama nya.
"Ma, apa tak ada sedikit belas kasih padaku? Kita sudah bertahun-tahun bersama, tapi Mama sama sekali tak bisa melihat, apakah aku mungkin melakukan semua itu."
"Jangan panggil aku Mama. Anak bungsu ku hanya Karla. Kau adalah penipu. Andai saja aku dulu tidak begitu saja mempercayai hasil tes DNA itu. Pasti, aku tidak akan salah dalam mengenali kalian berdua."
"Ma, sudah lah. Karla sudah memaafkan segala nya." Ucap gadis itu. Kini, ia tampak lebih baik dan cantik dari sebelumnya.
Bahkan, ia tak tampak seperti pernah terlu-ka parah. Tidak seperti Keisya. Tubuh nya hancur lebur luar dalam.
"Karla, bukan kah kita berteman? Aku sama sekali tidak tahu tentang yang terjadi beberapa tahun yang lalu." Ucap Keisya.
"Keisya, apa kamu lupa? Dulu, kamu pernah meminta sehelai rambut ku."
"Untuk apa aku meminta sehelai rambut mu? Aku bisa menemukan rambut mu yang berserakan dimana-mana. Karena sejak dulu, kamu paling malas menjaga kesehatan rambut."
"Diam kamu! Masih berani nya kamu mengatakan hal itu pada anak kandung ku. Oh ya, hari ini aku datang untuk memberitahukan mu sesuatu."
"Apa itu?"
"Pertama. Jangan pernah panggil aku Mama. Kedua, Karla akan menggantikan mu menikah dengan Tama. Karena memang dari awal, dia lah anak keturunan kami. Dan ketiga, ini adalah terakhir kali nya kita bertemu. Setelah ini, silahkan nikmati hidup mu di dalam penjara."
"Bu Ratih, apa benar anda akan melupakan ku begitu saja?"
Keisya bangkit dari duduk nya secara perlahan. Dengan menahan rasa sa-kit di area wajah nya, ia tatap wajah Wanita yang pernah ia panggil Mama.
"Memang nya siapa kau? Tak ku bu-nuh saja kau harus bersyukur. Kau benar-benar ja-hat, Keisya. Kau ja-hat sekali."
"Aku tidak seperti itu. Semua nya fitnah. Aku di fitnah."
"Sudah lah! Ayo Karla, kita pergi. Mama muak lama-lama di sini. Habis ini, kita ke salon, ya. Trus makan dan belanja keperluan kamu."
"Iya, Ma. Terima kasih."
"Tak perlu berterima kasih. Kamu adalah anak Mama."
Mereka pergi setelah mengatakan hal itu di depan Keisya. Dan kini, Keisya pun kembali lagi ke dalam sel tahanan.
Semakin hari, lu-ka di tubuh dan wajah nya semakin banyak. Bahkan, ia sering tak makan dan di beri makanan basi.
Tak ada satu pun yang iba pada nya. Keisya hanya menunggu untuk ma-ti. Mungkin dengan jalan itu, ia bisa tenang di alam sana.
"Keisya! Ayo bangun. Waktu nya menerima hukuman mu." Ucap salah satu wanita berbadan tegap.
Wanita ini, sudah beberapa kali datang dan menyik-sa nya. Bahkan, tak ada satu pun yang tahu tentang sik-saan demi sik-saan yang di terima oleh Keisya.
Mereka biasa nya beraksi di malam hari. Supaya tak ada yang menjadi saksi mata. Jaga-jaga, jika Keisya mati. Maka tak ada yang akan melihat nya.
"Kali ini, hukuman apa yang akan aku terima?" Tanya Keisya dengan lemah. Ia sudah pasrah dan tak tahu harus apa.
Namun, ia masih bingung. Sebelum ia di datangi oleh wanita-wanita ini. Salah satu teman sekamar nya memberikan ia satu pil.
Ia tak tahu dan tak mau tahu apa fungsi pil itu. Yang ia tahu, wanita sekamar dengan nya membisikkan sesuatu.
"Makan lah pil ini. Ia akan membantu kamu keluar dari semua masalah yang ada. Ingat lah aku. Ingat lah nama ku. Aku yang memberi mu pil ini. Nama ku, Agnes."
Tanpa bertanya, Keisya langsung menelan pil itu. Tak ada yang terjadi. Semua baik-baik saja sampai wanita-wanita yang menyik-sa diri nya itu datang.
Dan di sana lah mereka saat ini. Di sebuah ruangan tertutup yang bau amis. Keisya sudah biasa mencium aroma itu.
"Keisya, kau sungguh tangguh. Sudah beberapa bulan kau di sini dan menerima hukuman ini. Tapi, kau sama sekali belum ma-ti juga."
"Jika tujuan kalian adalah membuat ku ma-ti, mengapa tidak kalian bu-nuh saja aku langsung."
"Ooh,, jika kau cepat ma-ti, kami akan menerima sedikit uang. Kami harus mengirim video saat kau di sik-sa pada Tuan. Supaya mereka puas. Semakin kau tersik-sa, semakin banyak uang kami."
"Apakah itu keluarga Atmajaya?"
"Tentu saja. Mereka semua bahkan tertawa bahagia saat melihat video penyik-saan mu. Bahkan, mantan calon suami mu. Laki-laki itu, bisa langsung akrab dengan Anak kandung yang baru di temukan."
"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Bukan kah kalian ingin uang?"
"Oh, tentu saja."
Mereka semua pun, mulai menyik-sa Keisya lagi. Kali ini, seluruh tubuh nya di si-ram oleh air panas. Rambut nya di gunduli. Tangan nya di patahkan.
Keisya benar-benar sudah tak sanggup lagi menahan seluruh sik-saan itu. Hingga tiba-tiba, nafas nya pun terhenti.
"Udah ma-ti dia." Ucap salah satu dari mereka.
"Ah, bagaimana ini? Dapat uang sedikit kita. Belum apa-apa juga. Masih ada ja-rum yang mau aku ma-sukkan ke dalam kuku nya."
"Iya. Aku pun sama. Nih, aku bawa si-let. Tapi, sekarang nggak guna. Jadi, kemana kita bawa mayat nya?"
"Bawa aja ke dapur umum. Katakan saja, ia ma-ti terkena minyak panas. Lagian pun, tak ada yang peduli dengan kematian wanita ini. Paling juga, mayat nya akan di buang begitu saja ke hutan."
Mayat Keisya pun di letakkan di dapur. Mereka membuat seolah-olah Keisya mati karena sesuatu yang ada di sana.
Dan benar saja, pihak kepolisian pun tak ada yang peduli dengan jasad wanita itu. Tak ada yang menyelidiki. Semua nya di anggap kecelakaan.
Kini, jasad Keisya terbaring di kamar mayat. Tak ada siapapun yang datang untuk membawa jasad itu.
Hingga tiba-tiba, seorang laki-laki datang dan membawa jasad nya. Entah siapa laki-laki itu. Sebelum ia membawa jasad itu, ia menangis sesenggukan dan begitu han-cur.
"Kei, jangan tinggal kan Aku. Aku mencintaimu."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!