NovelToon NovelToon

Marriage Without Love

Episode 1.

Author's pov.

Naura Fanya, gadis 23 tahun yang baru memulai karirnya sebagai seorang Sekretaris di sebuah perusahaan, dengan Ceo muda yang super dingin. Tapi, dibalik sikap dinginnya itu, Ceo muda bernama lengkap Sean Alarick Aldino memiliki kepribadian sebagai seorang badboy.

Berganti-ganti pasangan sudah biasa ia lakukan. Tapi, tidak seorang pun di antara pasangan seksnya yang mendapatkan hatinya. Hatinya begitu beku, seakan dikelilingi oleh tembok es yang sangat tebal dan keras.

Pernah kehilangan orang yang paling ia cintai, membuat hati Sean seakan tertutup rapat. Ia tidak ingin ada wanita yang masuk ke dalam hidupnya. Hubungannya dengan wanita hanya cukup sebagai pasangan one night stand saja. Ia tidak perlu cinta untuk melakukannya.

"Selamat pagi, pak Sean!" Ucap seorang gadis cantik yang menyapanya di depan pintu ruang kerjanya. Dialah sekretaris baru Sean yang baru mulai bekerja sejak dua bulan yang lalu.

"Selamat pagi." Jawab Sean datar dan dingin seperti biasanya. Ia berhenti sebentar dan menatap gadis itu. " Fany, tolong siapkan berkas yang kemarin kuberikan padamu. Aku memerlukannya siang nanti!" Ucapnya.

"Baik, pak." Jawab gadis itu dengan sopan. Gadis itu memiliki kepribadian yang sopan dan lemah lembut. Karena sikapnya itu, tidak sedikit pria di kantor itu yang berlomba-lomba untuk mendekatinya. Bahkan Sean sepertinya merasa cocok dengan jabatan yang ia berikan pada Naura Fanya.

Sean meninggalkan Fany ke dalam ruangannya. Tidak lama kemudian, seorang wanita dengan dandanan menor alias sedikit berlebihan, berpakaian seksi dengan pakaian kurang bahan berjalan melewati Fany dan masuk begitu saja ke dalam ruangan Sean tanpa permisi. Sebenarnya, Fany ingin menghentikan wanita itu dengan alasan kesopanan. Tapi, ia tidak melakukannya karena ia tahu Sean sama sekali tidak merasa terganggu dengan wanita-wanita yang datang menemui Sean dengan cara seperti itu hampir setiap harinya. Bukan hanya satu, bahkan setiap harinya, Sean selalu mendapatkan tamu wanita yang berbeda-beda dan mereka datang dengan cara yang sama. Cara yang tidak resmi seperti yang ada di dalam aturan jika menjadi tamu di perusahaan tempatnya bekerja.

"Fin, tolong buatkan minum buat tamu pribadi Pak Sean. Dia sudah datang dan ada di dalam." Ucap Fany meminta salah satu bagian staf di dapur untuk membuatkan minum untuk wanita penggoda Sean.

"Pak Sean selalu mendapatkan tamu yang berbeda-beda. Melihat dari dandanan mereka, aku jadi curiga bahwa pak Sean itu memanggil wanita sewaan setiap hari. Ih, ingin rasanya aku menambahkan bubuk racun tikus di minuman mereka." Ucap seseorang yang di panggil Fin oleh Fany. Dia Fina, staf bagian dapur yang selama ini dekat dengan Fany. Mereka berteman baik sejak saat Fany pertama kali masuk ke perusahaan itu.

"Hus.. Jangan sembarangan kalau bicara. Siapa tahu mereka masih family sama pak Sean." Ucap Fany tetap berfikir positif meskipun pendapat Fina mungkin ada benarnya juga.

"Fan,, mana mungkin family sebanyak itu dan semua perempuan yang beda-beda, datangnya hampir tiap hari pula." Ujar Fina tetap dalam pendapatnya.

"Keluarga pak Sean itu banyak, Fin." Ucap Fany.

"Iya, tahu. Tapi keluarga mana ada yang godain sampai ciuman segala?" Ujar Fina. Fany terdiam lalu tersenyum.

"Ya sudah, itu bukan urusan kita, yang penting sekarang buat minuman untuk tamu pak Sean. Langsung kamu antar saja ke ruangannya!" Ucap Fany.

"Iya, aku akan buatkan." Jawab Fina. Ia melirik seseorang yang ada di belakang fany lalu tersenyum jahil pada Fany.

"Kamu kenapa, Fin?" Tanya Fany bingung melihat ekspresi Fina.

Fany kembali ke meja kerjanya, mengerjakan tugas yang diberikan Sean kepadanya. Tapi, beri lima menit ia duduk dengan tenang, Fina datang dengan dua belas berisi minuman.

"Ya ampun, apa lagi, Fin?" Tanya Fany.

"Kamu saja yang antarin minuman ke ruang Ceo, aku takut." Ucap Fina.

"Ke ruang Ceo saja kayak ke kandang macan. Ya sudah sini biar aku yang antar." Kata Fany mengambil alih minuman yang dibawa Fina.

Fany sebenarnya juga merasa agak risih dengan tamu Sean saat ini. Jika dilihat dari penampilannya, tamu Sean sangat tidak sopan dengan penampilan seperti itu datang ke kantor.

Fany mengetuk pintu ruangan Ceo dengan pelan, kemudian terdengar suara Sean menyuruhnya masuk.

"Maaf, pak. Saya kesini hanya ingin mengantar minuman ini." Ucap Fany sopan agak menahan ketidak sukaannya melihat posisi wanita yang baru saja datang sebagai tamu itu. Wanita itu dengan tidak tahu malu duduk di pangkuan Sean.

"Kemana orang yang seharusnya mengerjakan tugas itu?" Tanya Sean tidak suka pekerjaan tidak bekerja dengan semestinya.

"Dia sedang tidak enak badan, pak. Jadi saya yang menggantikannya sebentar." Bohong Fany.

"Baiklah, letakkan saja di sana!" Tunjuk Sean pada meja kecil dimana biasa digunakan Sean untuk menerima tamu. Tidak disangka,Fany harus melihat itu semua, wanita itu bukan hanya duduk di pangkuan Sean, tapi juga menyentuh bagian - bagian yang tidak seharusnya wanita itu sentuh.

Karena tidak ingin melihat hal yang lebih memalukan lagi , Fany segera pergi meninggalkan ruangan Sean. Ia terengah-engah seperti habis lari maraton, ia sungguh tidak menyangka bahwa Sean hanya diam saja menerima perlakuan semacam itu dari wanita murahan seperti tamunya itu.

"Pantas saja, Fina selalu curiga padanya. Ternyata dia, oh Tuhan, aku sungguh tidak menyangka dia seperti itu." Gumam Fany sangat pelan. Ia kembali ke mejanya dan berusaha bekerja profesional.

...........

"Fan, Tunggu!" Terdengar suara Fina yang sedang berusaha memanggil Clara agar gadis itu berhenti melangkah menuju kantin kantor.

"Ada apa?" Tanya Fany setelah Fina berhasil membuatnya berhenti.

"Tungguin, udah sangat lapar ya? Makanya kamu jalannya kayak dikejar deadline." Tanya Fina.

"Tidak juga. Tapi, aku belum menyelesaikan tugas yang diberikan pak Sean padaku, dan aku harus mengumpulkannya setelah jam makan siang. Jadi aku harus cepat dan kembali bekerja. " Jawab Fany.

"Tentang pak Sean dan tamunya, apa yang kau lihat?" Tanya Fina sambil menggiring Fany ke meja kantin yang masih kosong. Fany terdiam, ia berfikir haruskah ia mengatakan yang sejujurnya? Apa tidak apa-apa jika ia membicarakan keburukan bosnya sendiri pada karyawan yang lainnya.

"Tidak ada apa-apa." Jawab Fany sambil mengambil sebotol air mineral di depannya.

"Tidak ada apa-apa? Mana mungkin bisa begitu?" Tanya Fina.

"Apanya yang mana mungkin bisa begitu? Memangnya kamu berharap aku melihat apa?" Tanya Fany , ia membuka tutup botol air mineralnya, lalu meminumnya.

"Pak Sean sedang ena-ena kali sama wanita itu." Jawab Fina.

"Uuhhuukk,, uuhhuukk." Fany tersedak mendengar jawaban Fina. Sungguh mengejutkan, tapi, melihat apa yang wanita tadi lakukan pada Sean, bukankah itu bisa memancing hal tabu itu terjadi?

"Pelan-pelan kali, Fan" Ujar Fina.

"Maaf, nggak sengaja." Jawab Fany. "Lagian kamu sih berprasangka buruk terus sama pak bos." Lanjutnya.

"Eh, prasangka buruk?" Fina bersedekap lalu menggeleng. "Karena kau masih tergolong sangat baru disini, maka aku akan memberitahumu sesuatu yang sangat penting." Lanjut Fina.

"Penting? Sepenting apa?" Tanya Fany.

"Beberapa pekerja lama pernah beberapa kali tidak sengaja melihat bos melakukannya dengan wanita yang berbeda-beda. Kau tahu kan, di samping meja kerja si bos ada sofa terlihat begitu nyaman itu, beberapa OB yang bertugas membersihkan ruangan si bos sering menemukan alat kontrasepsi bekas pakai di sofa itu. Masa iya tamu terhormat akan melakukan hal begituan di dalam ruang kerja Ceo dan meninggalkan bekas semacam itu." Ucap Fina.

"Kamu yakin itu kondom bekas pakai?" Tanya Fany.

"Tidak yakin juga. Tapi, "

"Ya ampun Fin. Jangan membicarakan hal yang tidak - tidak. Apa lagi dia itu bos kita. Memangnya kamu sudah siap kehilangan pekerjaan jika sampai bos tahu?" Ucap Fany memperingati.

"Aku belum siap kehilangan pekerjaan ini. Aku sangat butuh kerjaan ini. Kamu tahu kan kebutuhanku saat ini." Ucap Fina.

"Makanya, jangan macam-macam sama si bos." Ucap Fany.

"Iya deh." Jawab Fina. "Tapi, kamu harus tetep hati-hati loh Fan. Apa lagi kamu sekretarisnya. Bakalan banyak waktu yang kalian habisin berdua." Ucap Fina.

"Iya, udah deh jangan bahas itu melulu." Ucap Fani.

"Iya - iya. " Jawab Fina sambil terkekeh melihat Fany yang ternyata kesal karena ocehannya. Bukannya Fany tidak percaya dengan ucapan Fina, hanya saja ia tidak ingin mencari masalah dengan membicarakan hal buruk tentang bosnya sendiri.

.......

Bersambung.....

Episode 2.

Fany's Pov.

Tidak kusangka, ternyata apa yang Fina katakan benar-benar terjadi pada pak Sean. Bagaimana mungkin pria berpendidikan seperti Pak Sean bisa berbuat seperti itu, bahkan saat di kantor?

Jika melihat sifat pak Sean yang begitu keras dan dingin, sepertinya tidak mungkin bahwa pak Sean lah yang mengundang wanita - wanita itu ke kantornya. Tapi, pak Sean juga tidak merasa terganggu saat wanita itu berbuat tidak senonoh padanya.

Oh Tuhan, sebenarnya kenapa aku ini? Kenapa aku memikirkan masalah orang? Aku tahu ini semua bukan urusanku, hanya saja aku jadi merasa prihatin dengan pak Sean. Aku khawatir mengenai kondisi kesehatannya yang memiliki kebiasan buruk semacam itu.

Pak Sean bisa terjangkit penyakit kelamin yang sangat menjijikkan. Tapi, apa yang bisa kulakukan? Aku hanya sekretaris pak Sean, bukan ibu maupun keluarganya yang lainnya. Kalaupun aku menasehati pak Sean, dia pasti tidak akan mendengarkanku, bahkan yang lebih buruk lagi, dia pasti akan memecatku.

"Hai, Fan. Ngelamunin apa sih? Sampai segitunya." Tanya Dani, teman kerjaku, dia dari bagian Keuangan. Dia juga sangat suka menggangguku seperti saat ini.

"Enggak ngelamunin apa-apa, kamu nggak ada kerjaan ya selain mengganggu aku?" Tanyaku kesal sambil pura-pura sibuk merapikan beberapa lembar dokumen yang sudah selesai ku kerjakan sebelumnya.

"Nggak ada. Kayaknya ini hobi baru aku deh." Jawabnya.

"Sebaiknya buang kebiasaan buruk kamu itu. Aku sangat membenci orang-orang seperti itu. " Jawabku.

"Kalau aku bilang tidak bisa bagaimana?" Dia malah menyeringai dan semakin kurang ajar saja.

Telepon di meja ku tiba-tiba berdering, membuatku berhenti meladeni pria brengsek seperi Dani.

"Halo, ada yang bisa saya bantu?" Tanyaku dengan sopan.

"Fany, bawa laporan yang baru saja kau kerjakan ke ruangan ku sekarang!" Rupanya Pak Sean yang menelfon dan memintaku untuk ke ruangannya.

"Baik, pak." Jawabku, sambungan telefon terputus. Aku bergegas meninggalkan Dani yang masih berdiri sambil menyeringai seperti orang gila itu.

Sampai di depan ruangan pak Sean, seperti biasa aku selalu mengetuk pintu terlebih dulu.

"Masuk!" Suara dingin pak Sean menginterupsi dari dalam ruangan Ceo.

Aku membuka pintu kayu itu dan lekas masuk ke dalam ruangan itu dengan membawa map berisi dokumen yang pak bos minta.

"Ini dokumen yang Anda minta, pak." Ucapku sopan seakan aku tidak pernah mencurigai suatu hal yang menjijikan tentang pria di depanku saat ini.

"Letakkan di situ. Aku tunggu saat jam pulang nanti di parkiran kantor!" Ucapnya datar. Aku kamu? Kenapa pak Sean mengubah gaya bicaranya jadi non-formal seperti itu.

"Ba-baik, pak. Kalau begitu saya permisi dulu." Ucapku pamit dengan sopan.

"Ya, kembalilah bekerja!" Jawabnya.

Aku tidak tahu kenapa pak Sean akan menungguku saat jam pulang kantor nanti. Mengingat cerita Fina dan beberapa pegawai yang lain, aku jadi anak takut dengan pak Sean. Jangan-jangan pak Sean memiliki niat buruk terhadapku. Ya Tuhan, semoga saja tidak.

Aku kembali ke meja kerjaku, melanjutkan pekerjaanku yang sempat tergoda karena pak Sean memanggilku. Selama hampir dua jam aku terus berkutat di depan komputer, mataku agak sakit dan panas karena terus terpapar sinar monitor yang agak terang. Harusnya aku memakai kacamata untuk berurusan dengan benda menyebalkan sekaligus pintar ini.

.........

Jam sudah menunjukkan waktu berakhirnya pekerjaan, aku lihat pak Sean sudah pergi dari ruangannya. Aku harus segera menyusulnya atau di akan memarahiku atau yang lebih buruk lagi, mungkin di akan memecat ku. Aku tidak ingin kehilangan pekerjaan ini.

Bagaimana aku bisa membiayai hidupku sendiri jika aku harus berhenti bekerja?

Tidak ingin menerima kemungkinan paling buruk yang akan pak Sean berikan padamu, aku memutuskan untuk segera merapikan sisa-sisa pekerjaanku dan segera menyusul pak Sean ke parkiran kantor.

Selang limabelas menit, aku sampai di parkiran, tidak ada orang selain aku di tempat ini. Kurasa semua pegawai semua sudah pulang. Tapi, masih ada satu mobil yang masih terparkir di dalam gedung parkir kantor, dan aku yakin itu adalah mobil pak Sean. Aku sudah sering melihat pak Sean pulang dan pergi dengan menggunakan mobil sederhana itu. Tidak seperti Ceo muda lainnya, pak Sean tidak begitu mementingkan kemewahan, apalagi pamer kekayaan. Aish.. Kenapa aku jadi memujinya?

Aku melangkah menghampiri mobil pak Sean, kulihat dari balik kaca hitam mobil pak Sean, beliau sudah ada di dalam mobil dan yang dia sedang menungguku.

Saat aku mendekat, kaca samping kemudi itu pun turun, menampilkan wajah samping pak Sean yang terlihat sangat sempurna.

"Masuk!" Ucapnya datar seperti biasanya. Aku tidak berani menjawab tapi aku hanya mengangguk memberi respon akan ucapannya.

Aku membuka pintu belakang mobil pak Sean. Tapi, kelihatannya aku melakukan kesalahan setelah mendengar pria itu berdehem.

"Di depan!" Ucapnya datar.

Lagi, tanpa menjawabnya pun aku menurutinya. Lagipula apa aku bisa menolak perintahnya? Meskipun aku tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh pak Sean.

Setelah aku mendaratkan bokongku di kursi sebelah pak Sean dan menutup pintunya, tidak berselang waktu, pak Sean langsung menghidupkan mesinnya dan melajukan mobilnya meninggalkan kantor.

"Ehm. Maaf Pak, sebenarnya kita mau kemana ya?" Tanyaku hati-hati.

"Panggil aku Sean. Jangan ada embel-embel pak! Kita sedang di luar jam kerja. Kamu tidak perlu bersikap formal." Ucapnya. "Temani aku, menghadiri pesta pernikahan sepupuku." Lanjutnya.

Apa? Menghadiri pesta pernikahan? Bersama pak Sean? Em, maksudku Sean? Apa dia yakin mengajakku ke acara seperti itu?

"Apa anda yakin mau mengajak saya ke sana?" Tanyaku lagi.

"Sudah kubilang jangan formal jika kita diluar jam kerja! Lagipula aku sudah memutuskan untuk mengajakmu, aku tidak bisa merubah keputusanku." Jawab Sean lagi.

"Tapi,"

"Tenang saja, kita akan ke salon terlebih dulu, masalah pakaian dan make up, tidak perlu kau pikirkan. Ini tanggungjawab ku. " Seakan mengerti apa yang tengah kupikirkan, Sean mengatakan hal yang membuatku tidak memiliki alasan untuk khawatir tentang hal yang mungkin akan mempermalukan pria di sampingku ini. Tapi, dari sekian banyak wanita yang mengantri untuk dirinya, kenapa Sean malah mengajakku ke acara seperti itu?

Aih.. Sean memang susah ditebak.

Penampilannya tidak seperti dirinya yang sebenarnya. Bahkan aku baru tahu bahwa Sean ternyata tidak terlalu irit bicara seperti yang kupikirkan selama ini.

Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja, kemana Sean akan membawaku. Meskipun ia memintaku untuk tidak bersikap formal di luar jam kerja. Tapi tetap saja, pria ini yang mempekerjakan ku sekaligus menggajiku setiap bulannya. Jika aku melawan, maka habislah riwayat kerjaku di kantor yang memberikanku gaji lumayan besar itu.

Bersambung.....

Episode 3.

Sean's Pov.

Kalau bukan karena mom yang terus mendesak ku untuk bersedia dijodohkan dengan gadis yang sama sekali tidak kukenal, dan akan membatalkan niatnya jika aku berhasil membawa pacarku ke acara pernikahan kak Rafael, mungkin aku tidak akan datang bersama sekretaris ku.  Aku tidak punya pilihan lain selain mengajak Fany, karena hanya Fany yang terlintas di pikiranku seharian ini. Tidak mungkin juga aku membawa salah satu wanita malam yang silih berganti mendatangiku meskipun mereka akan dengan senang hati menerimanya.  Aku tidak ingin di pecat dari daftar keluarga Aldiano, tidak ingin. Sama sekali tidak ingin. Jadi, biarlah aku mengajak Fany bersamaku. Lagipula dia adalah sekretaris ku dan cukup bisa ku andalkan dalam segala pekerjaan. Kuharap mom tidak akan  menuntut ku untuk menerima perjodohan itu setelah melihat kehadiranku bersama Fany.

Aku sengaja tidak memberitahu tentang hari ini pada Fany jauh - jauh hari, karena aku tidak yakin jika Fany akan bersedia pergi denganku jika tidak kupaksa seperti saat ini.

Aku sengaja membawa Fany ke salon langganan mom untuk mandi dan mengganti penampilan Fany yang tidak mengikuti trend jaman sekarang ini, tapi berkat sentuhan tangan orang-orang salon, Fany yang berpenampilan biasa-biasa saja menjadi seperti seorang putri raja yang pasti akan dikagumi banyak pria di luar sana. Bahkan aku tidak percaya dengan perubahannya saat ini. Entah salonnya yang terlalu pandai, ataukah Fany yang memang sebenarnya sudah cantik. Gadis itu terlihat berbeda dari biasanya. Lebih cantik dan anggun.

"Sudah selesai, tuan. Apa tuan menyukai hasilnya?" Tanya pegawai salon mengagetkan ku dari lamunanku mengagumi kecantikanmu Fany saat ini.

"Ya, saya suka. Terimakasih! Pekerjaan kalian bagus." Ucapku memuji hasil kerja mereka.

"Terimakasih kembali, tuan. Senang anda puas dengan hasilnya." Ucapnya lagi.

Sementara Fany tampak berdiri malu-malu di depanku.

"Baiklah, kami permisi!  Sekali lagi terimakasih!" Ucapku lagi. Mereka mengangguk dan mengantar kami sampai ke depan pintu.

Sedari tadi Fany hanya diam seperti sedang memikirkan sesuatu. Dan hal itu tidak bagus jika mom sampai melihatnya, Fany tidak boleh terlihat seperti sedang berfikir keras saat sedang bersamaku di acara seperti itu. Atau mom akan mengira bahwa aku memaksa Fany pergi bersamaku.

"Ada apa?" Tanyaku pelan, berusaha bersikap lembut meskipun aku tidak pernah melakukannya pada semua wanitaku selama ini.

"Apa semua ini tidak terlalu berlebihan?  Anda bisa mengantarku pulang dan berganti pakaian sendiri." Ucapnya pelan.

"Tidak. Anggap saja semua ini adalah hadiah dariku karna kau sudah bersedia pergi denganku." Kataku. "Dan satu lagi, jangan bersikap formal padaku di luar jam kerja." Imbuhku.

"Baiklah, pak!" Ucapnya yang langsung mendapat tatapan peringatan dariku. "Ba-baik, Sean." Ucapnya mengkoreksi.

"Bagus." Ucapku.

Keheningan kembali melanda. Tapi, tidak apa-apa.  Aku lebih suka gadis pendiam daripada gadis cerewet yang banyak bicara. Tapi, bukan berarti aku mengatakan bahwa aku menyukai sekretarisku, aku hanya menyukai sikap dan juga wajah cantiknya. Hanya suka, ingat itu!

..........

Tidak kusangka, Fany akan semenarik itu di mata orang-orang di dalam gedung pernikahan sepupuku. Bagaimana mungkin dalam sekejab, Fany mampu menarik perhatian banyak orang, tidak hanya dari kaum pria, tapi juga wanita. Setiap pergerakan Fany menimbulkan Efek kagum dari beberapa wanita. Ada juga yang sampai ingin berfoto dengannya. Bahkan ada juga yang menyangka Fany sebagai artis papan atas yang kini sedang bersinar.

"Sean,  kau harus jelaskan siapa gadis di sampingmu itu!" Ujar seorang gadis yang aku sendiri tidak mengenalinya. Kenapa tiba-tiba gadis itu mengintrogasiku seperti ini?  Jika kuperhatikan, gadis itu memiliki tubuh yang seksi. Ditambah lagi dengan pakaian super minim yang menampakkan sebagian payudaranya yang menyembul ke atas, tentu saja penampilannya kini bisa mengundang hasrat seksual kaum pria yang melihatnya.

"Dia pacarku." Jawabku datar.

"Apa?  Tidak mungkin Sean. Keluargamu sudah menjodohkan kamu sama aku." Ujar gadis itu, aku tahu apa yang menjadi reaksi Fany saat ini. Pasti dia terkejut dan menyesal telah berada di dalam situasi seperti ini sekarang.

"Kau bisa bicarakan ulang hal ini dengan mom dan dad." Jawabku acuh,  menggandeng lengan Fany yang hanya menuruti keinginanku. Gadis ini akan terus menuruti apa perintahku meskipun kutahu, ia tidak menyukainya.

"Sean,  wah wah lihat, siapa gadis cantik ini?" Tanya Mom yang kini tengah menatap Fany dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Ini pacarku, mom. Namanya Fany, Naura Fanya." Jawabku memperkenalkan.

"Nama yang cantik seperti orangnya." Puji mom. "Kemari sayang!  Aku mom Sean. Kamu sangat anggun dengan gaun cantik ini.  Apa Sean yang memilihkannya untukmu?" Tanya mom pada Fany yang memasang senyum ramah di hadapan semua keluargaku yang kini tengah berkumpul. Termasuk kedua kakak kembarku dan istri-istri mereka.

"Terimakasih Tante, pilihan gaun Sean memang sangat bagus." Jawab Fany memuji.

"No, panggil aku mom. Sama seperti Sean memanggil mom! " Ucap mom.

"Ba-baik,  mom." Ucap Fany.

"Ayo, mom kenalkan pada semua anggota keluarga mom. Walau bagaimana pun kamu juga akan menjadi anggota keluarga kami." Ujar mommy menggiring Fany menjauhiku.

Dasar mommy.

Tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan saat ini. Tapi, Fany begitu mudah akrab dengan mom dan saudara-saudaraku. Ini tidak terlalu bagus. Bagaimana jika mereka benar-benar menyangka bahwa Fany adalah pacarku? Dan yang lebih buruk lagi kebohongan ini  bisa saja terbongkar jika suatu hari mereka bertemu dengan Fany dengan pacarnya. Sial, kenapa aku tidak memikirkan hal itu sebelumnya?

"Ehm, mom. Sudah cukup!  Ini sudah malam. Waktunya kami pulang.  Fany juga harus istirahat." Ucapku memecah keseruan mereka. Mom tampak memperhatikan jam tangan yang terpasang di lengan dad, kemudian ia tersenyum pada gadis yang dianggapnya sebagai calon menantunya itu.

"Benar, karena terlalu asik mengobrol, mom jadi lupa waktu.  Sebaiknya kalian pulang duluan dan cepat istirahat. Tidur larut malam tidak baik untuk kesehatanmu, terimakasih sudah mau datang ke acara keluarga kami. Mom tunggu kamu di rumah kami, ajak Sean untuk mengunjungi kami juga!" Ucap mom panjang lebar. Fany hanya mampu mengangguk menjawab sekian banyak kata-kata dari mom yang kuakui cukup cerewet dalam segala urusan. Dan yang membuatku heran adalah, tumben mom tidak memprotes gadis yang kubawa hari ini?

"Ya sudah, kalau begitu, kami pamit permisi mom, dad, dan kakak-kakakku! " Ucapku segera menggamit lengan Fany kemudian menggiring gadis itu keluar dari gedung resepsi pernikahan sepupuku.

"Ah,  lega." Ujarku, seakan baru saja melewati tantangan besar dalam hidupku. "Apa yang kalian bicarakan tadi?" Tanyaku pada Fany yang sibuk memasang sabuk pengaman di tubuhnya.

"Tidak ada.  Ibumu hanya memperkenalkanku pada keluargamu saja." Jawabnya.

"Tidak ada yang lain?" Tanyaku, entah mengapa aku jadi tertarik mendengar  mereka bicarakan tentang diriku.

"Kau memiliki cinta pertama, dan dia meninggalkanmu." Jawabnya. Kenapa mereka menceritakan hal itu juga?  Ok, ini bukan salahnya, tapi tetap saja apa yang kurasakan saat itu, tidak boleh diketahui oleh orang lain, apa lagi dia bukan dari bagian hidupku.

"Ok, aku akan mengantarmu pulang sekarang." Ucapku datar dan mulai mengemudi meninggalkan gedung resepsi sepupuku. Ini sudah cukup malam, aku akan memaklumi jika besok, Fany tidak pergi bekerja, ini karena aku juga yang secara tidak langsung telah menculik dan memaksanya pergi denganku.

.....

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!