NovelToon NovelToon

Penghujung Hati

Episode 1

“Jika kamu bukanlah yang disiapkan Tuhan di ujung jalanku

aku akan ikhlas untuk melepasmu, selalu ku doakan kebahagianmu

Semoga kau pun begitu, selalu mendoakan yang terbaik untukku

Terima kasih pernah memberiku kesempatan untuk membuatmu menjadi bagian dari hidupku”

dariku yang pernah mengisi hidupmu, Ari putra wongso

.

.

.

Ari melihat datar berita televisi yang menyiarkan rapat pemegang saham Adinata group, hari itu sahabatnya Arya kembali ke perusahaan milik ayahnya setelah 22 tahun terbuang.

Peristiwa itu terasa membahagiakan baginya karena Arya sudah kembali ke tempatnya semestinya. Sekaligus menyisakan sesak di dadanya, karena Arya sudah berpindah ke kapal lain setelah bertahun-tahun mengembangkan kapal yang sama bernama perusahaan 3A Sahabat.

“kenapa Ri? kamu sedih Arya tidak akan di perusahaan kalian lagi” suara bu Dini, ibunya Ari mengagetkannya.

Ari melihat wajah sang ibu yang memandang sendu melihat wajah kusamnya.

“nggak bu, Arya sudah dari bulan lalu tidak di perusahaan lagi”

Bu Dini menatap putranya dengan pikiran bingung, beberapa bulan belakangan ini Ari tampak tak bersemangat sama sekali, ia menduga itu karena Arya yang pergi meninggalkannya, namun Ari mengelak dari dugaannya itu.

“lalu kenapa nak?” tanya bu Dini, “jika kamu merasa kehilangan Arya di perusahaanmu, biarkan Arbi saja disana, ayahmu juga sudah mempersiapkanmu untuk melanjutkan bisnis keluarga kita”

“mungkin dengan suasana baru di perusahaan keluarga kita akan membuatmu melupakan Arya dan fokus dengan pekerjaan barumu”

Ari menggeleng, ia mengambil remote tv dan mematikannya, hari itu ia memang memilih tidak ke kantor karena pikirannya terasa semakin suntuk.

“Ari ke kamar dulu ya bu, badan Ari pegal-pegal rasanya, kayaknya perlu mendaki lagi deh” gumam Ari.

Ari menaiki tangga menuju kamarnya di lantai 2, Bu Dini melihat sikap Ari dengan menggelengkan kepalanya, pegal-pegal kok dibawa mendaki?’ batinnya keheranan dengan perubahan sikap Ari.

“kayaknya perlu ku cariin jodoh biar tenang dia, pasti ia suntuk karena teman mendakinya Arya sama Tomy sudah menikah, udah nggak bisa mendaki rutin lagi kayak dulu” duga bu Dini lagi.

Sejenak perempuan paruh baya itu berpikir, Apa anaknya itu tidak punya pacar sama sekali? dulu waktu kuliah Ari sering dikatakan cowok playboy sama Arya. Arya memang cukup sering ke rumah Ari sebelum menikah dengan Mila.

*

4 Bulan sebelumnya,

Ari berjalan pelan menuju ruangan dokter Karina, ia baru saja kembali memeriksa beberapa projeknya di luar daerah. Sebuah kebimbangan ia bawa, selama hampir seminggu ia memikirkan itu semua, dan hari itu ia sudah memutuskan, sebuah keputusan berat dan menyakitkan dalam hidupnya.

Melepas orang yang ia cintai, sekalipun hatinya tak ikhlas untuk itu. Ari mengetuk pintu ruangan dokter Karina, ia kemudian membukanya dan masuk ke dalam. Dokter berkaca mata itu hanya menyambut kehadiran dengan wajah datar.

“kamu sudah pulang Ri?” tanya dokter Karina dengan tetap fokus melihat laporan pemeriksaan pasiennya.

Ari mendekat dan duduk di kursi di depan dokter Karina, ia tersenyum getir kepada gadis yang sangat ia cintai itu. Namun naasnya, cinta tulusnya yang ia pupuk selama 3 tahun mereka berpacaran, ternyata hanya bertepuk sebelah tangan. Cinta dari sang dokter cantik tidak pernah ada untuknya.

“kamu sibuk sekali Karina” ucap Ari berbasa basi.

“iya nih Ri” gumam Karina dengan pelan.

Ari menarik nafas dalam, memberanikan diri untuk membicarakan masalah mereka yang telah lama ia pendam. Ia melihat wajah Karina yang sibuk bekerja sebelum memulai kalimatnya.

“Karina,” gumamnya, Karina mengangkat kepala dan menghentikan pekerjaannya. Suara Ari terdengar serius memanggil namanya.

“kenapa? apa ada masalah Ri?” tanya Karina

“kemarin aku bilang kalau aku akan melamarmu” ucap Ari mulai menjelaskan, “apa menurutmu rumah tangga kita akan bahagia setelah kita menikah nanti?”

Karina menatap wajah Ari dengan penuh selidik, ada maksud aneh dari pertanyaan itu ia rasakan.

“maksudmu apa Ri?”

“aku rasa kamu tidak mencintaiku Karina” Ari berbicara pelan, “3 tahun ini aku sama sekali tidak merasakan ada cinta darimu untukku, aku harap ini hanya penilaianku yang salah terhadapmu”

Helaan nafas kasar terdengar dari dokter Karina, ia masih menatap Ari dengan penuh selidik.

“jangan banyak bicara Ri, langsung saja katakan apa tujuanmu” ucap Karina yang berusaha mengelak dari tuduhan Ari.

Ari mengigit bibirnya, tak siap mengatakan itu, tapi ia harus ikhlas demi kebahagiaan Karina.

“aku tak ingin memaksamu Karina, jika kamu tidak mau denganku, aku ikhlas mengakhiri ini semua demi kebahagianmu” ucap Ari dengan pasrah.

Dokter Karina membuka kacamatanya, ia menaruh kacamatanya di meja dan mengusap matanya dengan pelan, mencoba menenangkan hatinya agar tetap tenang menghadapi ucapan Ari yang cukup mengagetkannya.

“kemarin kamu bilang akan melamarku setelah Tomy menikah, sekarang apa? kenapa jadi begini?” tanya Karina dengan datar.

“Cinta Karina, kamu tidak mencintaiku, bagaimana bisa kamu bahagia denganku sementara cinta itu tidak pernah ada untukku” ucap Ari dengan emosional menahan sesak di dadanya.

Karina masih bersikap tenang menghadapi sikap Ari yang sudah terbawa perasaan,

“pergilah Ri, jika kamu tidak punya niat tulus dan serius denganku, lebih baik tak usah mengangguku lagi”

Deg, hati Ari tersentak mendengar ucapan Karina, perih, amat perih ia rasakan. Serendah itukah cintanya di mata Karina? gadis itu bahkan tidak menghargai pengorbanan yang ia lakukan.

Karina masih bersikap tenang, ia kembali memakai kacamatanya dan melanjutkan kerjanya. Sikap yang membuat dunia Ari terasa runtuh seketika, ternyata 3 tahun hubungan mereka, ia tidak pernah ada di hati gadis itu.

“ternyata benar aku cuma mainanmu Karina, bahkan hatiku sama sekali tidak bernilai di matamu”

Ari kemudian berdiri, dan pergi meninggalkan Karina. Matanya memerah menahan sedih.

Sementara Karina menutupi wajah dengan kedua tangannya setelah Ari menutup pintu, kenapa ia bisa sekejam itu kepada Ari yang tulus kepadanya? Apa masih ada rasa itu untuk Arya di hatinya? Padahal ia sudah berusaha mengikhlaskan sosok laki-laki yang berhasil meruntuhkan pertahan di hatinya.

“maaf Ri, aku yang tidak bisa merubah sikapku kepadamu” ucap Karina dengan pelan.

****

Ari melihat taman rumahnya dari jendela kamar, bayangan hari itu masih ada diingatannya. Tak pernah ia mengira Karina akan setega itu kepadanya. Matanya berkaca-kaca, siapa sosok laki-laki yang membuat Karina tidak pernah bisa mencintainya?,

Gadis itu tampak abu-abu di matanya, tak pernah mengakui bahwa ia memang tidak mencintainya. Namun di sisi lain menantang dirinya untuk melamar langsung Karina kepada ke dua orang tua gadis itu.

“ahh, ini benar-benar membuatku gila” Ari memukul jendela kamarnya dengan kesal.

Bukanlah hal yang sulit baginya untuk melamar gadis itu, ia berani, bahkan sangat berani untuk itu. Namun di dalam pikirannya, pernikahan yang bahagia seakan mustahil jika Karina masih bersikap seperti itu.

.

.

.

.

note : sangat disarankan untuk membaca karyaku Menikah Karena Janji dan Menjemput Masa Lalu terlebih dahulu, agar dapat mengetahui konflik hubungan Ari dan Karina serta sosok Vanessa. Maaf juga buat ceritaku yang masih on going jarang ku update.

Episode 2

Airil Karina Yatri, seorang dokter di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta. Pertama kali ia mengenal Ari adalah saat laki-laki itu mengunjungi seorang pasiennya bernama Tomy. Namun dari awal ia sudah tertarik dengan saudara tiri Tomy yang bernama Arya.

Sejak perkenalan mereka, Ari sudah tertarik dengan Karina. Hingga laki-laki itu memintanya sebagai dokter khusus yang memeriksa karyawannya setiap tahun. 2 kali dalam setahun, Karina dan beberapa dokter lain di rumah sakit itu akan mengunjungi 3A Sahabat untuk mengambil sampel karyawan dan diperiksa di laboratorium rumah Sakit mereka.

Tak disangka cinta Ari itu berdampak positif bagi perusahaannya. Kerja sama yang didasari keinginannya lebih dalam berinteraksi dengan Karina malah membuat perusahaannya bisa mengetahui karyawan dengan kesehatan yang buruk, hingga pemakai obat-obat terlarang.

Karina tengah duduk di ruangannya, pagi itu ia harus memeriksa beberapa pasien dalam pengawasannya. Ia menikmati segela teh hangat yang sudah disediakan di ruangannya oleh perawat di rumah sakit.

Mata Karina membaca beberapa berita bisnis tentang Arya yang telah kembali ke Adinata group. Kehidupan laki-laki itu sepertinya sudah sangat bahagia, memiliki istri cantik dan sholeha, sebentar lagi mereka juga akan dihadiahi anak yang lucu.

Karina sudah mengikhlaskan perasaannya yang tak pernah bersambut itu, tapi Ari yang ia harapkan sebagai pelampiasannya malah mundur. ahh, mungkin ini semua salahku, aku terlalu mengabaikannya dulu’ batin Karina.

Pintu ruangan Karina terbuka, temannya sesama dokter masuk ke dalam, perempuan itu membawa 2 potong Roti untuk Karina dan dirinya.

“sibuk nih?” sapa dokter tersebut kepada Karina.

“tumben belum pulang, bukannya kemarin kamu jaga malam di UGD?” balas Karina.

Dian masuk ke dalam dan duduk di kursi di depan Karina.

“nih aku kasih roti, penambah sarapanmu tadi di rumah” Dian memberikan Karina sebungkus roti, “lagi mikirin apa Rin, belakangan ini aku lihat kamu kurang semangat”

Karina membuka bungkus roti yang diberikan Dian, teman yang cukup dekat dengannya di rumah sakit itu.

“Ari lagi?” gumam Dian yang sedang mengunyah rotinya.

Tangan Karina yang tengah membuka bungkus roti seketika terhenti. 4 bulan ini kehidupannya terasa jauh berbeda. Tidak ada lagi yang membaca chat curhatan kerjanya seperti dulu. Biasanya ia akan ceritakan semua pekerjaannya kepada Ari.

Laki-laki selalu bertanya bagaimana pekerjaanmu hari ini? pertanyaan yang dulu selalu dijawab Karina sebelum tidur. Pertanyaan yang menjadi pembukaan curhatan panjangnya jika ada masalah di rumah sakit.

Sekarang tidak ada lagi yang menanyakan itu setiap malam, bahkan sebelum tidur, ia selalu merindukan pertanyaan itu, apa lagi saat ia mengalami banyak masalah di rumah sakit.

Padahal dulu ia membalas chat Ari karena terpaksa, merasa tak enak dengan laki-laki yang berstatus pacarnya itu.

“jangan bahas lagi Yan, dia udah mundur duluan” ucap dokter Karina dengan tatapan mata kosong, ia tak yakin perasaan yang ia miliki saat ini adalah cinta, mungkin karena ia belum terbiasa tanpa ada Ari mengisi hidupnya.

‘tapi ini udah 4 bulan, kenapa aku masih seperti ini sih?’ batinnya.

Dian memperhatikan wajah Karina yang tampak tak bersemangat, perubahan yang jelas ia lihat setelah Ari mengakhiri semuanya dengan Karina.

“tapi kamu jauh berubah sekarang Rin” gumam Dian dengan pelan.

“udah lah Yan” jawab Karina, “aku nggak butuh laki-laki seperti dia”

Karina orangnya memang keras kepala dan sedikit egois, terkadang sikapnya itu malah membuat dirinya sendiri tidak nyaman. Dian sudah paham betul sikap temannya itu. Di balik kata-kata Karina, ia dapat menilai kekecewaan temannya itu kepada Ari.

Sementara Karina berusaha mengelak dari kenyataan, bahwa ialah yang selama ini mengacuhkan Ari. Baginya sikapnya sudah sewajarnya kepada Ari, agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang menjurus ke arah kemaksiatan.

“kamu butuh penggantinya Rin, gimana dengan dokter Rangga?” ucap Dian mencoba memberikan warna baru dalam hidup sahabatnya itu.

“Rangga?” tanya Karina.

“kamu harus mencoba buka hati dulu Rin, lagi pula emang kamu nggak nyadar kalau Rangga suka sama kamu”

Karina mengusap dahinya yang mengernyit, sesaat kemudian ia mulai memakan roti yang tadi diberikan Dian kepadanya.

“kalau dia serius, suruh saja ia datang ke rumahku untuk taaruf sama aku dan keluargaku” jawab Karina dengan tegas.

“ini masalahnya Rin, kamu terlalu kaku, Rangga bukan tipikal laki-laki seperi itu” jawab Dian, “kamu jalan dulu sama dia, makan siang bareng kek, atau ke mall bareng kek”

Karina mendesiskan bibirnya, dulu saja ia menolak Ari untuk itu, Bagaimana mungkin ia melakukan itu sekarang dengan laki-laki lain.

Hembusan nafas panjang terdengar dari dokter Karina setelah ia menelan roti

yang ia kunyah.

“aku harus mengecek pasienku dulu yan, kamu aku tinggal dulu ya, cepat pulang, istirahat entar siang udah harus masuk lagikan” ucap Karina, ia memegang bungkus roti dan membawa tas yang berisi alat pemeriksaanya serta data-data pasiennya.

Karina kemudian keluar dengan masih memakan sisa rotinya, sementara Dian ikut berdiri dan keluar, ia hanya bisa tersenyum melihat sikap Karina. Temannya itu sangat lemah untuk masalah percintaan.

****

Jam makan siang akan menjelang, Karina ingin segera menjelang, Karina sudah memeriksa beberapa pasien. Ia juga sudah menangani beberapa pasien baru yang masuk.

Dokter Karina berjalan pelan menuju ruangannya, ia sedang memikirkan untuk membuka praktek sendiri di rumahnya. Sebuah keinginannya untuk mengabdikan

illmu dan kemampuannya untuk masyarakat.

“Karina", Sesayup suara laki-laki memanggil Karina.

Karina memutar badannya, sosok yang dibicarakan Dian tadi pagi berjalan cepat kepadanya. “ini pasti Dian lagi” gumamnya melihat Rangga berjalan cepat mendekat ke arah Karina.

“eh mas Rangga, ada apa?” tanya Karina berbasa basi, ia sudah dapat merasakan maksud laki-laki itu menghampirinya.

“aku mau mengajakmu makan siang” ajak Rangga, “gimana kalau kita makan di restoran dekat perempatan rumah sakit ini”

Karina tersenyum tipis, dugaannya benar. Apa sekarang ia harus membuka hati untuk sosok yang dari dulu sering mencuri pandang kepadanya. Ahh, rasanya munafik sekali bagi Karina, dulu ia selalu menolak Ari. Jika sekarang menerima ajakan Rangga akan membuat dirinya benar-benar merasa munafik sekali.

“maaf mas, aku nggak enak makan berduaan” tolak Karina dengan halus.

“ya udah, nanti kita makan bertiga dengan Dian gimana?” tawar Rangga.

Karina memejamkan matanya sejenak sembari terus berjalan menuju ruangannya, Rangga juga ikut mengikuti langkah Karina. Kali ini ia sulit menolak ajakan Rangga. Nggak enak juga ia kepada Rangga yang lebih senior darinya di rumah sakit itu.

“boleh mas, nanti ku ajak Dian juga ya” gumam Karina.

Rangga tersenyum, Karina kemudian membuka pintu ruangannya, Rangga ikut masuk. Namun mereka berdua dikejutkan dengan kehadiran sosok laki-laki yang tengah duduk di kursi di dalam ruangan itu.

“Ari” gumam Karina yang tak percaya dengan kehadiran sosok Ari disana.

Sementara Ari hanya tersenyum getir melihat Karina masuk ke dalam ruangan itu bersama laki-laki lain.

Episode 3

Ari sedang memeriksa beberapa data klien yang diberikan sekretarisnya, ia sudah berdiri dari kursi kerjanya untuk kemudian segera turun menuju lobi. Sesaat ia melihat salah satu alamat restoran tempat pertemuannya dengan salah satu klien. Restoran itu berada di dekat rumah sakit tempat Karina bekerja.

Ari menghela nafas panjang, keraguan itu masih ia rasakan. Apa ia harus ajak Karina untuk bicara baik-baik lagi? hatinya masih sangat menginginkan gadis itu. Jika ia bersikap egois, mungkin jalannya dengan Karina sudah jauh sekarang.

Tapi ia juga tak sampai hati membuat gadis itu merasa tersiksa hidup dengan laki-laki yang tidak Karina cintai. Ia ingin lari dari kenyataan pahitnya perasaan itu, tapi kemana? Arya dan Tomy sahabatnya sudah menikah, tidak bisa diajak ke gunung dengan mendadak seperti dulu. Apa lagi istri Arya sedang hamil sekarang.

Ari melihat jam tangannya, sudah hampir jam makan siang. Mungkin ia bisa mengunjungi Karina sebentar. Untuk sekedar bicara melepas rasa rindunya.

'nanti aku malah terlihat seperti pria lemah di mata Karina’ batin Ari, ia mengusap kasar rambutnya, ‘tapi aku benar-benar ingin menemui Karina’ batinnya lagi.

“persetan dengan itu semua, aku ingin melihatnya saja sebentar” gumam Ari.

Ari segera keluar dari ruangannya, turun menuju parkir dan segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat Karina bekerja. Ia akan menemui kliennya saat jam makan siang, sesuai jadwal yang di atur sekretarisnya.

Ari mengarahkan mobilnya menuju rumah sakit, ia segera menuju ruangan Karina. Ruangan masih kosong saat Ari masuk ke ruang kerja Karina, dokter cantik itu masih sedang bekerja. Ari memilih duduk di kursi di depan kursi kerja Karina. Ia lihat lagi jam tangannya. Sebentar lagi karina akan segera kembali, ia sudah hafal betul jam istirahat Karina.

Betul saja dugaanya, belum sampai 5 menit ia duduk disana, pintu ruangan itu terbuka. Ari tersenyum menyambut kedatangan Karina. Namun senyuman itu berubah menjadi kegetiran saat melihat sosok dokter laki-laki mengekor masuk di belakang Karina.

“Ari” gumam Karina dengan pelan.

Ari melepas nafas singkat, mencoba menenangkan hatinya yang terasa tertusuk sembilu tajam. Selama ini Karina selalu menolaknya, jangan untuk makan bersama. Untuk jalan di lorong rumah sakit saja, dokter itu sering risih dengannya.

Senyuman coba dikembangkan Ari, ia tidak ingin tampak lemah disana. “Hai Karina” ucap Ari dengan tersenyum santai.

“kamu kenapa disini Ri?” tanya Karina.

Karina menelan salivanya, sadar kehadiran Rangga membuat Ari tampak tidak nyaman.

Sementara Rangga bersikap santai melihat Ari. Ia tidak tahu siapa Ari, karena selama ini Karina selalu bisa menyimpan sosok Ari yang menjadi pacarnya, tidak ada satu pun yang tahu tentang Ari, kecuali Dian teman dekatnya disana.

Orang yang melihat Ari pun hanya menganggap Ari sebagai rekan kerja Karina yang memang memiliki kontrak kerja dengan 3A Sahabat.

“aku,” ucap Ari kebingungan.

Ia tidak tahu harus memberi alasan apa sekarang. Jika tidak ada Rangga, ia akan terbuka mengatakan ingin melihat Karina karena merindukan gadis itu. Selama ini ia selalu menghormati Karina yang menyimpan status mereka. Semuanya semata-mata demi kenyamanan Karina yang tidak pernah berpacaran sebelumnya.

“itu,,” gumam Ari yang masih kebingungan. ‘ahh sial’ batin Ari yang terasa otaknya buntu seketika.

“maaf, ini sudah jam istirahat, jika anda mau membahas masalah pekerjaan perusahaan anda dengan Karina, anda bisa membahasnya nanti” ucap Rangga memperingatkan Ari.

Ari melihat ke arah jam tangannya lagi, “oh ya, sudah mau jam istirahat, seharusnya saya mengabari Karina dulu tadi” ucap Ari dengan pelan.

“kalau begitu saya pamit dulu, mungkin nanti-nanti saja kita bahas Karina” gumam Ari dengan sikap datar, seolah tidak ada masalah diantara mereka.

Karina hanya diam, ada perasaan tak rela disana ia rasakan. Saat Ari melangkah keluar dari ruangannya, Karina merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya. ‘Ri, aku mohon jangan pergi lagi’ batinnya.

Namun sayangnya rasa ego itu masih lebih besar di hati Karina, ia hanya bisa bersikap datar melihat kepergian Ari.

Ari segera menuju mobilnya, tujuannya kali restoran di perempatan jalan di dekat rumah sakit itu. Jadwal pertemuan dengan kliennya akan dilaksanakan disana. Sesampainya di restoran yang cukup mewah itu, Ari masuk ke ruangan vip yang sudah direservasi oleh sekretarisnya.

Dengan ditemani segelas kopi dingin, Ari menunggu kliennya. Pikirannya menerawang jauh pada sosok Karina. Kenapa laki-laki tadi bersama Karina? apa dia laki-laki yang disukai Karina? tapi selama ini tidak ada laki-laki yang dekat dengan Karina, apa mungkin orang suruhanku yang salah? mereka tidak menyelediki itu semua? pikirannya bekerja keras memikirkan Karina dan Rangga.

Kegalauan dan kegamangan hatinya semakin terasa. Rasa cinta itu masih ia rasakan, bahkan masih teramat dalam untuk Karina.

Ari menunggu kliennya hampir 30 menit, hingga sosok kliennya yang sudah paruh baya datang dengan sosok laki-laki yang sudah sangat mengenal dirinya.

Ari segera memberi hormat kepada kliennya dan juga sosok laki-laki yang bernama Basri Arizal Wongso, ayah Ari sendiri.

“selamat siang om, yah” sapa Ari dengan menyalami kliennya dan mencium tangan ayahnya.

“selamat siang Ri” sambut klien Ari. Klien Ari kemudian menyentuh lengan Ayahnya Ari. “putramu benar-benar luar biasa Bas”

Ayah Ari tersenyum senang dengan pujian itu, Ari sudah cukup membanggakannya dengan berhasil mengembangkan 3A Sahabat menjadi kontraktor besar dalam waktu yang relatif singkat bagi sebuah bisnis kontraktor.

Apa lagi saat 3A Sahabat memenangkan sayembara Bian corp. Nama perusahaan itu menjadi pembahasan berbagai media bisnis.

“dia memang luar biasa” puji ayah Ari, “tapi ia masih keras kepala dan tidak mau membantuku di perusahaanku” sindir ayah Ari dengan polos dan tanpa basa basi.

Ari hanya tersenyum, pujian itu terasa berlebihan baginya, sementara sindiran seperti ayahnya sudah menjadi makanan selama ini. Ia sadar betul jika ayahnya yang paling banyak berperan saat awal-awal 3A Sahabat berdiri. Ayahnya lah sosok yang memperkenalkan 3A Sahabat ke banyak rekan bisnisnya. Terutama bisnis property yang menjadi pendapatan terbesar keluarganya Ari.

“tapi aku masih perlu banyak belajar om, kemampuanku belum seberapa” ucap Ari dengan merendah.

Mereka kemudian duduk untuk makan siang, membahas projek baru perusahaan klien Ari dimana ayahnya Ari akan ikut berinvestasi disana.

Pertemuan mereka berlangsung tidak terlalu

lama, Ari lebih banyak diam, membiarkan 2 orang seniornya itu untuk bicara. Ia hanya sesekali menimpali, baginya pembicaraan ayahnya dengan kliennya itu adalah gudang ilmu untuk menyerap berbagai cara mereka dalam menyusun strategi bisnis.

Setelah selesai membahas projek mereka, Ari bersama ayah dan kliennya keluar dari ruangan VIP.

“om harap projek ini dapat berjalan lancar Ri” ucap klien Ari.

Ari menunduk memberi hormat, “saya akan melakukan yang terbaik untuk projek ini om” ucapnya.

Ayah Ari tertawa tipis, bangga dengan anaknya itu, Ia memukul pelan lengan Ari.

“anak saya ini tidak ada akan mengecewakan kita untuk projek ini” ucapnya tersenyum bangga kepada Ari.

Ari tetap menunduk, tidak mau jumawa dengan pujian itu.

Mereka berpisah di depan ruangan VIP itu, karena ayahnya Ari dan si klien berjalan menuju parkir mobil mereka di belakang restoran. Sementara Ari menuju bagian depan restoran tempat ia memarkir mobil tadi.

Baru berjalan beberapa langkah, mata Ari bertemu dengan mata Karina yang tengah duduk berdua dengan Rangga. Ari tersenyum getir melihat Karina, ternyata benar, ia hanya mainan bagi gadis yang ia cintai itu.

Dulu mulutnya sampai berbusa mengajak Karina makan bersama, dan gadis itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan, termasuk karena takut akan dosa. Tapi sekarang ia melihat gadis itu makan berduaan dengan laki-laki lain.

Ari memutar badannya, mencari jalan lain menuju mobilnya yang terpakir di depan restoran. Sementara Karina hanya berwajah datar melihat Ari pergi dari restoran itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!