Namaku DAMAYANTI PUTRI, biasa di panggil Danti sudah 10 tahun ayahku pergi meninggalkan keluarga tanpa kabar berita, hingga ibuku harus bekerja keras manfkahiku dan ketiga adikku DARRIL (14 tahun) Dan DELLA (10 tahun) , sebagai anak pertama aku memiliki tanggung Jawab yang cukup besar bagi adik-adikku, itu alasan mengapa aku harus memiliki laki - laki kaya raaya, demi membantu perekonomian keluargaku. Untunglah aku memiliki tubuh yang sempurna, kulit putih bersih, wajah cantik, dan rambut yang panjang.
Aku tinggal di sebuah perkampungan di belakang perumahan dengan kawasan cukup elite, sejak kecil aku sangat menyukai hujan, ada ketenangan setiap aku merasakan tetesan demi tetesan yang menyentuh pipiku, aku selalu berlari kegirangan ketika hujan turun dengan lebat, hujan pula yang memepertemukan aku dengan sahabatku KENZI.
kami bersahabat dari kecil, Kenzi tinggal di perumahan yang tak jauh dari rumahku,aku bertemu dengannya ketika aku bermain hujan hingga ke perumahan Dimana kenzi tinggal, aku melihat seorang anak laki laki sedang termenung menatapi hujan yang turun begitu deras.
"Hai, ayo main !" ajakku Kala itu sambil melambaikan tangan.
Anak laki laki itu hanya menatapku, kemudian menghilang di balik tirai rumahnya.
Aku kembali bermain hujan, jika di tanya mengapa aku bermain sendiri? yahh karena keluarga kami yang selalu bermasalah, aku jarang memiliki teman, disekolahpun aku selalu sendiri, namun itu tak jadi masalah untukku.
"Hai !" teriak anak laki laki itu sambil membawa payung kearahku
aku tertawa begitu geli, melihatnya memakai payung padahalkan dia anak laki laki.
"Hahahahaha buang payunya, ayo kita main" suara deras hujan membuat aku harus teriak lebih kencang.
"Jangan, nanti mamiku marah kalau aku mandi hujan, " jawabnya membuat aku semakin tertawa mendengarnya.
"Kok kamu keluar? " tanyaku dengan volume suara yang tinggi karena hujan semakin deras.
"Aku ingin bermain, disini tidak ada yang mengajak ku" teriaknya
tak lama seorang wanita paruh baya menghampiri kami
"Aduhhhh dek Kenzi, ayo pulang kalau mami tau nanti bisa marah, " ucap wanita paruh baya itu sambil menarik tangan Kenzi.
"Gak mau bi, aku mau main sama dia, " Jawab anak laki-laki itu sambil menunjuk kearahku.
"Aduh dek Kenzi, tolong pulang nanti di marahin, " paksa wanita paruh baya itu.
"Aku gak mau bi ! aku mau mandi hujan sama dia, " jawabnya kukuh.
"Dek Kenzi, jangan begitu ayo nanti adek sakit, " paksa wanuta paruh baya itu.
Aku hanya memandangi wanita paruh baya itu yang begitu ketakutan, ketika melihat kenzi keluar rumah.
"Ya sudah ! aku mau masuk tapi sama dia, " Kenzi menunjukku yang masih berdiri memandangi mereka.
"Aduhh adek ! bibi kan gak tau siapa dia, nanti kalau mami tau gimana?" Yahh seperti biasa aku selalu di tolak oleh mereka, tanpa ambil pusing aku kembali menikmati air hujan yang begitu deras.
"Heiii tunggu!" teriak Kenzi, iapun berlari mengejarku tanpa menggunakan payung.
"Aduhh dekkk !jangan begitu." Wanita paruh baya itu bergegas mengejar Kenzi dan menarik nya pulang, namun Kenzi dengan nada kesal menolak, akhirnya ia mengalah untuk menuruti keinginan Kenzi membawaku kerumahnya.
Dari situlah aku sering bermain kerumahnya, atau Kenzi yang bermain kerumah ku,ketika kami menginjak SMP kami memutuskan untuk Satu sekolah, aku yang memiliki IQ dibawah rata rata berusaha keras untuk mendapatkan nilai tinggi, agar bisa satu sekolah bersama Kenzi.
syukurlah Kenzi banyak membantuku, akhirnya kami bisa satu sekolah sampai sekarang kami duduk di SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA).
Banyak orang Akan berjalalan masuk Dan keluar Dari hidupku Akan terapi hanya teman - teman sejati yang meninggalkan jejak langkah di dalam hatimu
-Eleano Roosevelt-
Pagi ini rumah terasa begitu ramai, semua disibukan dengan urusannya masing masing
ibu menyiapkan sarapan untukku, dan kedua adikku, aku sendiri sibuk menyiapkan peralatan sekolah yang harus kubawa.
"Ibu! topi Della dimana ya? "
"Ibu!kaos kaki Darrel kok cuman sebelah"
Kata-kata itu yang selalu aku dengar setiap pagi, dan akhirnya ibu akan berkata, "minta tolong sama kakakmu dulu, ibu lagi masak"
Akhirnya aku juga yang harus membantu mereka mencarikan semua keperluannya.
"Tin....Tin...Tin...." Terdengar bunyi klakson mobil Kenzi, setiap hari Kenzi akan menjemputku dan mengantar adik-adikku terlebih dahulu, karena jarak sekolah mereka tidak jauh dari sekolah kami.
" Ayo cepat sarapannya! kak Kenzi sudah jemput, " teriak ibu
"Iya ! bu." Kami segera bergegas menuju mobil Kenzi yang berhenti di depan rumah, tidak lupa pamit pada ibu sebelumnya.
"Hati-hati ya!" Pesan ibu sambil melambaikan tangan.
******
Aku, dan Kenzi duduk di kelas 12 di sebuah Sekolah Menengah Atas Negeri favorite.
Hari ini kelas begitu ricuh, setelah jam olah raga pak Robi (guru matematika) menyerahkan beberapa tugas yang harus kami kerjakan,ia meminta izin tidak bisa mengajar, kebayangkan murid murid kalau lagi tak gda guru?
"Danti! " panggil Maya teman sekelasku yang sedang berkumpul dengan Kenzi, Upi, Danu dan Leo di bangku yang berada di paling depan, aku sendiri saat itu sedang asik membaca novel favoriteku di bangkuku yang berada di belakang.
"Iya !" jawabku
"Sini!" seru Maya sambil melambaikan tangannya, mengajakku bergabung dengan teman lainnya.
Aku segera menutup novel dan bergabung bersama mereka.
Di kelas, kami memang selalu main berenam, aku, Kenzi, Upi, Danu, Maya, dan Leo.
"Dan, setelah ujian berakhir rencananya kita akan kepantai, " ucap Kenzi, sambil merangkul pundakku.
"Ohh ya! ide bagus tuh! " ucapku.
"Enaknya kepantai mana ya? " tanya Maya.
"Gak usah yang jauh-jauh, biar gampang izinnya, " sahut Danu
"Gimana kalau kita ke anyer aja?pamanku punya penginapan disana, tempatnya juga gak jauh dari pantai, suasananya bagus banget, " tambah Leo
"Boleh juga, " sahut Kenzi sambil menganggukan kepalanya.
"Terus transportasi kesana naik apa? " tanya Upi
"Tenang cinta, kan ada mobil Leo atau Kenzi" ledek Danu, Danu memang sangat menyukai Upi sejak mereka menginjak kelas 11 namun Upi sendiri belum memberikan jawaban, dengan alasan bersahabat itu lebih nyaman.
"Boleh,boleh nanti bisa pakai mobilku" ucap Leo
"Ok! jadi fix ya kita ke anyer " ucap Kenzi
" sip, kita ke anyer !" teriak Maya, begitu bersemangat.
Setelah dirasa semua setuju dengan rencana yang sudah di diskusikan, kami kembali ke meja masing-masing, aku selalu duduk bersama Kenzi dan itu sangat membuatku nyaman, selain tampan Kenzi juga anak yang pintar, dia selalu berusaha mengajariku, maklum IQ ku hanya rata - rata, dia selalu memastikan aku bisa mengisi semua soal- soal ujian dengan baik, alasannya agar kami tetap berada di kelas yang sama, benar saja dari SMP kita selalu bersama, walau kadang berbeda tempat duduk namun kita selalu satu kelas hingga saat ini kami tetap masih satu kelas, setelah lulus SMA aku dan Kenzi berencana kuliah di Universitas ternama di Yogyakarta, awalnya aku pesimis namun Kenzi selalu meyakinkanku, entahlah dia itu bukan hanya sahabat bagiku, dia bisa dibilang separuh hidupku, Kenzi selalu rela melakukan apapun untukku, pernah sewaktu waktu ia babak belur hanya Karna membelaku dari kakak kelas yang genit, Kenzi selalu mengawasi jika aku sedang berhubungan dengan seorang laki laki, dia akan mencari tahu laki laki itu baik atau tidak untukku. Kadang aku juga merasa kesal ketika dia dekat dengan wanita lain, padahal hubungan kita hanya sahabat, jika di tanya mengapa tidak pacaran saja? bagiku sahabat lebih dari pacar aku terlalu sayang pada Kenzi hingga aku benar benar tak ingin kehilangan dia, jika kami pacaran aku takut akan ada perpisahan setelahnya.
"Bahasa Persahabatan bukanlah dalam ucapan, melainkan dalam makna. "
****
Tidak terasa, ujian tinggal menghitung hari, semua siswa sibuk belajar dengan keras tidak terkecuali aku dan Kenzi, ia selalu datang kerumahku hanya untuk mengajariku, meski terkadang aku malas tapi Kenzi selalu memberiku semangat.
"Ayo! ingat tujuan kita, Jogja, " teriaknya penuh semangat, aku sendiri masih tidak yakin, bukan hanya masalah nilai tapi biaya, ibuku hanya penjaga toko, dan masih ada adik adikku yang butuh biaya untuk sekolah, alangkah baiknya setelah lulus aku bekerja saja, agar bisa membantu ibu membiayai adik adikku, tapi lagi lagi Kenzi selalu memberi semangat padaku.
"Kamu bisa kuliah sambil kerja disana, urusan Kamar kos dan makan biar aku yang tanggung, hasil dari kerjamu, kamu berikan pada ibu untuk membantu membiayai sekolah Della dan Darrel," ucapnya, aku hanya mengangguk mengiyakan apa yang ia ucapkan, untuk kedepannya kita lihatlah nanti.
Seperti biasa aku bangun pagi dengan penuh perjuangan, musim hujan yang dingin membuatku sulit mengumpulkan kesadaran. Dengan tersaruk saruk aku berjalan ke Kamar mandi, kesadaranku mulai pulih ketika air mulai membasahi wajahku, tersa begitu menyegarkan.
"Kakak cepet! Della kebelet," teriak Della sambil mengetuk pintu Kamar mandi.
Rasanya belum puas aku menyegarkan tubuhku saat itu.
"Tunggu! kakak baru masuk, " sahutku, sambil terus melanjutkan mandi.
"akak cepetan udah siang!" lagi lagi Della terus berteriak sambil mengetuk pintu, maau tidak mau aku mempercepat mandiku dan bergegas keluar.
"Lama! " ucap Della kesal ketika melihatku keluar dari Kamar mandi.
"yee...makanya bangunnya duluan, " balasku tak kalah kesal.
Hari ini hari pertama aku melaksanakan Ujian Akhir di sekolah, aku segera menyiapkan apa yang harus aku bawa, papan Jalan, pensil, penghapus, Pulpen dan yang tak boleh tertinggal nomer ujian, setelah memastikan semua sudah masuk kedalam tas, aku bergegas ke meja makan, ibu sudah menyiapkan beberapa makanan untuk sarapan aku, Della, dan Darrel.
"Pagi bu!" aku mencium kening ibu, yang sedang sibuk menata piring di meja.
"pagi sayang! " jawabnya, bagiku ibu adalah wanita super, ia kerja keras untukku dan adik adikku tanpa pernah mengeluh, meski ia pekerja ia tak pernah melupakan tugasnya sebagai ibu, memasak dan memastikan makanan selalu tersedia di rumah selama ia bekerja.
"Adik adikmu belum selesai? " tanya ibu
"Darrel, Della sarapan!" teriakku
"Iya! " sahut Darrel dari dalam kamar yang tak jauh dari meja makan.
Tak lama Darrel dan Della keluar dari Kamar dengan pakaian seragam rapih.
"Hari ini kamu ujian? " tanya ibu sambil menuangkan nasi ke piring Darrel dan Della.
"Iya bu, doain ya Danti bisa dengan mudah mengisi soal, " pintaku.
"Pasti nak, kamu juga sudah belajar dengan keras, pasti nilai mu bagus...," ucap ibu tersenyum,
"Ohh ya kamu jadi daftar kuliah di Jogya bersama Kenzi? " Tiba tiba ibu menanyakan hal itu, padahal selama ini ibu jarang sekali menanyakan tentang sekolah ku, yang ibu tau aku selalu mendapatkan peringkat berkat Kenzi.
"Entahlah bu! aku masih fikirin itu, " jawabku sambil melanjutkan sarapan.
"Ibu hanya berpesan, apapun cita-citamu kejarlah nak, ibu hanya bisa bantu doa, untuk biaya ibu akan bantu sebisa ibu. " Perkataan ibu membuat aku semakin bimbang, di satu sisi aku ingin kuliah, disisi lain tak mungkin aku meninggalkan ibu yang harus bekerja sendiri.
"Sebisa mungkin aku akan berusaha membuat keluarga kita lebih baik" ucapku.
Ibu tersenyum haru, aku segera memeluk ibu, di susul Darrel dan Della, kami berpelukan di suasana hujan saat itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!