"Rubby, cepat! pergerakan kamu tuh bagai siput. Ini belum kamu rapikan, sedangkan para tamu akan segera hadir," Hardik seorang wanita setengah baya. Ia masih terlihat cantik. Namun ia terdengar kejam.
"Maaf Bi, Rubby kan sedang menyiapkan hidangan di dapur!" ucap seorang gadis sembari menunduk. Gadis itu RUBBY! Tepatnya RUBBY HANIA. Ia berparas cantik dan menarik, usianya 19 tahun.
Dari usia 5 tahun, orang tuanya sudah tiada. kecelakaan kapal laut dan hingga kini jasad mereka tak pernah di ketemukan.
Awal nya ia di asuh sang Nenek, namun Sang Nenek pun meninggal ketika Rubby berusia 11 tahun. Tepat nya kala itu ia kelas 5 SD. Sang paman yang menyayangi nya, ia putuskan untuk mengasuh nya.
Namun siapa sangka sang Bibi malah bersikap kejam, Rubby pun bak Asisten rumah tangga di rumah nya. Bangun pukul 4 pagi untuk berbenah rumah, mencuci dan memasak. Barulah ia dapat berangkat ke sekolah. Dengan waktu makan yang Bibi nya tentukan, dua kali dalam satu hari, pagi dan sore. Uang jajan yang di pangkas hanya cukup untuk ongkos ke sekolah.
Tak jarang Rubby menahan lapar! beruntung Rubby di pertemukan dengan sahabat- sahabat yang baik yang selalu menolong nya.
Saat ini Rubby sedang berkuliah di salah satu Universitas Negeri, karena Beasiswa yang ia dapat. Ia mengambil jurusan Administrasi Negara.
Untuk biaya kuliah ia bekerja di salah satu toko pakaian yang berada di salah satu pasar tradisional, saat setelah pulang kuliah. Pemilik toko pakaian itu termasuk baik, karena mengizinkan Rubby kerja setengah hari saja.
"Kamu tuh apa-apa nyahut saja!" Bentak Kairis. Yaitu Bibi dari Rubby.
"Maaf Bi, Rubby akan cepat mengerjakannya," ucap Rubby merunduk.
Sang paman sedang keluar kota saat ini, karena ada pekerjaan. Anak sang paman Bima, sebetulnya baik. Namun ia takut terhadap Ibunya. Maka dari itu ia lebih memilih diam mencari aman.
Rubby menyiapkan hidangan, tempat jamuan untuk menyambut para tamu arisan, teman-teman sosialita dari Bibi nya. sedari pagi Rubby mengerjakan segalanya seorang diri.
**
Siang hari pun tiba. Acara Arisan pun sudah di mulai. Rubby tidak di perkenankan berada di hadapan para tamu, maka Rubby di Kurung di kamar belakang.
Karena kelelahan, Rubby tertidur di atas tikar dengan satu buah bantal yang sudah tak mengembang.
Saat Rubby terlelap tiba-tiba satu guyuran air dari ember kecil sukses membanjiri wajah dan tubuh nya bagian atas.
"Bangun! enak betul yah, tidur nyenyak. Sana rapihkan semua nya. kamu punya waktu 1 jam untuk merapikan semua nya," ucap sinis sang Bibi.
"I-iya Bi," Rubby gelagapan karena terkejut. Setelah Bibinya beranjak Rubby terisak.
"Mama, Ayah, Nenek! Rubby ingin ikut kalian! Astagfirullah," ucap Rubby.
"Rubbyyy, waktu mu berkurang!" teriak sang Bibi.
"Mama, apa sih teriak-teriak! Bima baru tidur juga," protes Bima, karena merasa terganggu oleh teriakan sang ibu.
"Diam kamu ya. Mama sedang meneriaki anak yatim piatu itu! agar secepatnya merapikan tempat ini," ucap kairis ketus lalu ia beranjak ke kamar nya.
Rubby pun mengerjakan apa yang Bibinya perintahkan tanpa mengeluh. Hampir waktu Maghrib, pekerjaan Rubby selesai. Ia kembali ke kamar nya, setelah mandi ia bersiap sholat Maghrib.
Setelah selesai Sholat Rubby membaca Doa untuk kedua orang tua:
Allohummaghfirli Waliwaalidayya War Hamhumaa Kama Robbayaanii Shaghiira
"Artinya : Wahai Tuhanku(Ya Allah), ampunilah saya dan kedua orang tua saya serta sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi saya diwaktu kecil"
Lalu ia lanjutakan dengan Doa sapujagat atau Doa mohon perlindungan Dunia dan Akhirat.
Rabbana Aatina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina 'adzabannar.
Artinya: Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.
---
Setelah selesai sholat Maghrib, Rubby beranjak ke dapur. Ia merasa lapar, karena ia hanya makan pada pukul 10 siang tadi. Namun di dapur tidak ada apapun.
"Ya Allah, aku lapar sekali. Lalu aku makan apa? tidak ada apapun di sini!" ucap Rubby. Bagi Rubby makanan sisaan Bibi nya pun tidak masalah. Namun saat ini makanan sisa pun tidak ada.
"Hmm, ya sudahlah! malam ini aku harus menahan perut karena lapar. Keluar pun pasti Bibi akan marah," gumam Rubby.
Sebetulnya di kulkas banyak makanan. Namun Rubby tidak berani mengambil jika tak seizin sang Bibi. Rubby pun punya sedikit uang yang paman nya beri kemarin secara sembunyi-sembunyi, karena takut sang Bibi tahu.
Namun jika ia keluar untuk membeli makanan maka bukan tidak mungkin Bibinya akan tambah murka.
"Sedang apa Kak Rubby?" suara Bima mengejutkan Rubby.
"Oh tidak Dek. Kak Rubby hendak tidur, namun periksa dapur dulu, takut masih ada pekerjaan yang tertinggal.
"Jangan bohong kak! Bima tahu kakak sedang mencari makanan kan?" tanya Bima.
Rubby hanya merunduk. Lalu Bima mengeluarkan dua bungkus Roti isi sosis dari dalam kulkas. "Makanlah Kak! ini jatah Bima. Tidak apa-apa Bima masih kenyang, lagi pula Bima bisa koq beli nasgor nanti."
"Tapi Dek!" ucap Rubby dengan ragu.
"Cepat Ambil Kak, makan lah di loteng tempat menjemur pakaian agar Mama tak tahu. Jangan lupa bawa minum, Maaf kak! Bima tak dapat berbuat lebih," ucap Bima iba.
"Tidak apa Dek, kak Rubby faham! Terimakasih," ucap Rubby tersenyum. Lalu ia pergi ke loteng tempat jemuran.
Baru satu gigit Rubby memakan roti pemberian Bima, tiba-tiba seekor kucing menghampiri nya. Seperti nya kucing itu kelaparan.
Meoong, meoong!!
"Pus, kamu lapar ya? ya sudah sosis nya untuk kamu dan rotinya untuk ku," ucap Rubby.
Kucing itu memakan sosis pemberian Rubby dengan lahap. Sedangkan Rubby hanya memakan roti nya saja. Namun ia tetap bersyukur karena malam ini tidak harus mengikat kuat-kuat perut nya dengan kain karena menahan lapar.
Setelah kembali ke kamarnya, Rubby melaksanakan sholat Isya. Rubby pun tertidur di atas kasur lipat yang sudah sangat tipis sekali.
***
Keesokan paginya seperti biasa, Rubby bangun pada pukul 3 melaksanakan sholat Tahajud. setelah itu dia langsung berbenah rumah, mencuci dan memasak namun sebelum memasak ia, terlebih dahulu melaksanakan sholat Subuh karena sudah masuk waktunya sholat subuh.
Pukul 07.00 semua pekerjaan Rubby sudah selesai, makanan sudah terhidang di atas meja. pagi ini ia sudah bersiap-siap hendak bekerja di toko pakaian. Karena kuliahnya baru ada kelas nanti siang setelah Dzuhur.
"Sudah makan Nak? tanya pamannya ramah.
"Paman, kapan kembali?" pekik Rubby senang, saat melihat paman yang berada di ambang pintu.
"Semalam! namun ketika Paman ingin melihat mu. Kamu sudah tidur sepertinya." ucap lirih sang Paman
"Oh seperti itu," ucap Rubby.
"Ya sudah, Paman tunggu di ruang makan. Cepat ya nanti Bibi mu ngamuk lagi, jika lama menunggu," ujar paman Rubby.
"Iya Paman segera!" tukas Rubby.
Paman Rubby bukan tidak tahu kelakuan Bibi nya. Namun Ia pun kalah dengan Bibi nya, maka dari itu paman nya memilih diam seperti Bima.
Namun di belakang Bibi nya, pamannya selalu melindungi Rubby. sebetulnya saudara kandung dari orang tuanya Rubby itu adalah Bibinya. Bukan Paman nya! Paman nya hanyalah ipar untuk orang tuanya. Tidak ada pertalian darah dengan Rubby, namun yang lebih sayang justru paman nya.
"Rubbyy, cepat! atau kamu tidak dapat jatah makan!" teriak sang Bibi dari arah meja makan.
**
Bantu Like sebagai bentuk dukungan dan jika berkenan, sertakan dengan komen dan kritikan yang membangun! Terimakasih banyak sudah bersedia membaca 🤗
Setelah makan pagi, Rubby pun berpamitan pada Paman dan Bibi nya. Lalu ia beranjak keluar rumah. Namun paman nya mengikuti ia dari belakang.
"Hati-hati ya Nak! Maafkan Paman, selama ini belum menjadi Paman yang baik," ucap Paman Rubby. Dan itu membuat langkah Rubby terhenti, lalu berbalik. Ia lihat paman nya sedang berdiri.
"Terimakasih Paman. Mengapa Paman bicara seperti itu? Paman sudah menyayangi Rubby. Paman menyekolahkan Rubby! tidak ada cela bagi paman. Terimakasih Paman," ucap Rubby, menghampiri Paman nya.
Pama nya tersenyum, terlihat wajahnya sendu. "Boleh, Paman memelukmu Nak?"
"Tentu saja Paman, mengapa tidak!" ucap Rubby. Air matanya menggenang, ia tidak mengerti ada apa dengan Paman nya. koq tiba-tiba terlihat aneh.
Setelah diizinkan. Paman Rubby memeluknya, ia mengecup keningnya. "Jaga dirimu Nak, mungkin paman akan pergi jauh dan tak dapat menjaga serta melindungimu lagi." Paman Rubby berkata seolah olah ini adalah pertemuan terakhir nya bersama Rubby.
"Maksud paman apa? Pergi jauh ke mana?" tanya Rubby tak mengerti.
"Sudahlah! nanti Rubby akan tahu. Pergilah Nak! sebelum Bibi mu melihat, apa yang Paman lakukan. Nanti dia marah," ucap paman nya mengekeh. kala itu Bibi nya sedang di dalam.
"Baiklah Paman," ucap Rubby penuh tanda tanya. "Sampai jumpa nanti, Assalamu'alaikum!" pamit Rubby. Setelah mencium tangan kanan Pamannya ia pun pergi.
"Wa'alaikum salam," Paman Rubby, menatap kepergian Rubby dengan wajah sayu.
***
Di toko pakaian, Rubby merasa tidak baik dengan perasaan nya. Hatinya bergetar. Namun entah apa yang membuatnya seperti itu. "Rubby, Kamu kenapa? kamu sakit, dari tadi diam saja!" tanya Vivi. teman sesama penjaga toko.
"Tidak tahu Vi. Perasaan ku tidak enak, hatiku bergetar dan tubuh ku, rasa nya lemas," jawab Rubby.
"Kamu pulang saja! mungkin kamu sakit."
"Tidak perlu Vi. Aku merasa tak enak, kemarin sudah izin libur! lagi pula ini bukan tubuh ku yang sakit Vi, perasaan saja tidak enak begini," ucap Rubby.
"Ya sudah! semoga tidak ada apa-apa ya Rub," ucap Vivi.
"Semoga, Aamiin!"
**
Siang hari di rumah Pamannya Rubby,
"Pah, bangun Pah!" panggil Bibi Rubby pada Paman nya, Selepas Dzuhur tadi ia tertidur dan Bibi Rubby hendak mengajak nya ke Mall untuk berbelanja bulanan.
"Pah bangun! katanya mau antar Mama belanja," ucap Bibi Rubby.
Namun setelah beberapa kali di bangun kan, Paman Rubby tidak juga bangun. Jangan kan bangun bergerak pun tidak.
"Pah! Pah!" teriak Kairis panik. Lalu ia goyang goyang kan tubuh Paman Rubby dan membalikkan nya dari posisi miring kanan. Namun Paman Rubby diam saja.
"Bima, Bim. Tolong Mama!" teriak Kairis pada Bima yang saat itu berada di kamar nya.
"Ada apa sih Mah? kebiasaan teriak-teriak begitu!" seru Bima di ambang pintu.
"Papa mu tidak bergerak Bim. tolong lihat!" ucap Kairis.
Bima pun bergegas ke kamar orang tua nya. Lalu ia panggil Papa nya, Namun nihil. Papa nya tetap Diam. Bima meraih pergelangan tangan Papa nya.
"Innalillahi wainnailaihi Rodjiun. Papa telah tiada Mah!" ucap Bima sesaat setelah memeriksa denyut nadi Papa nya.
"Tidak Bim, tidak! Papa mengapa pergi begitu cepat dan begitu saja. Bangun Pah! bangun." teriak histeris Kairis.
"Pah!" gumam Bima.
Bima masih syok. Ia pun ikut menagis, setelah itu para tetangga mulai berdatangan untuk melihat apa yang terjadi. Ketua RT setempat yang mendapat laporan adanya warga yang meninggal mendadak. Ia pun berusaha menelpon dokter.
"Hmmm, Nampak nya Bapak ini sudah tiada dari beberapa waktu yang lalu. Namun penyebab kematian nya, saya tidak dapat memastikan. Selain saya perkirakan serangan jantung akibat kelelahan." ucap dokter.
"Tolong suami saya Dok." ucap Kairis.
"Maaf Bu! suami Ibu sudah tiada. Ikhlaskan saja," ucap dokter . Lalu ia pun pamit, karena memang sudah tidak dapat berbuat apapun lagi.
Jenazah Paman Rubby telah berada di ruang depan, sudah siap di mandikan. Pelayat memenuhi pekarangan dan juga di dalam rumah Paman Rubby.
Rubby baru saja sampai di jalan Gang besar yang menghubungkan ke arah rumah Paman nya. Ia melihat bendera Kuning di tiang listrik yang berada di muka Gang tersebut.
"Siapa yang meninggal ya?" Batin Rubby. Namun tanpa banyak berpikir. Ia pun bergegas menuju rumah Paman nya, ia takut pulang terlambat. Nanti kena marah Bibi nya kembali.
Betapa terkejutnya Rubby saat sampai di depan rumah Pamannya. Beberapa warga pelayat masih memadati rumah Pamannya.
"Maaf Pak, Bu! ada apa ya? koq ramai-ramai begini," tanya Rubby.
"Loh, Nak Rubby belum tahu? paman Nak Rubby baru saja meninggal," ucap salah seorang ibu, tetangga nya yang kebetulan mengenal Rubby.
"A_Pah? Inn_na lillahi wainnailaihi Rodjiun," ucap Rubby terbata. Seketika tubuhnya lunglai. "Tapi kenapa Bu?" tanya Rubby kembali. Ia merasa terkejut tidak percaya, tadi pagi Pamannya memeluknya dengan hangat.
"Meninggal mendadak Nak! kata dokter serangan jantung," ucap Ibu itu kembali.
"Tidak! Paman, Paman mengapa meninggalkan Rubby? Paman!" gumam Rubby, setelah ia sampai di depan jenazah pamannya. Rubby bersimpuh dan menangis di sana.
Beberapa orang menenangkan Rubby. "Berwudhu lah Nak. Mengaji lah! iringi kepergian paman mu dengan ayat-ayat suci Al-Qur'an," ucap seorang Ustadz.
"Insya Allah Ustadz," ujar Rubby. Dengan gontai, Rubby melangkah ke arah belakang. Ia mengambil air wudhu dan mengambil Al-Qur'an. Rubby kembali ke hadapan jenazah Paman nya. Ia membaca surah Yaasin dan Al Mulk.
Terlihat Bibi nya hanya menangis. Bima pun sama, ia menangis sembari membaca surah Yaasin.
"Paman Maafkan Rubby. Istirahat yang tenang Paman," ucap Rubby, Ia membuka penutup wajah Paman nya. Lalu ia mengecup kening pamannya.
---
Waktu pun berlalu. Dengan tanpa halangan dan rintangan apapun. Jenazah Paman Rubby telah di mandikan lalu di bungkus kain kafan serta di sholat kan. Menjelang Maghrib, jenazah Paman nya Rubby sudah dikebumikan. Karena orang tua paman nya Rubby tidak jauh dari kawasan tersebut, maka tidak ada keluarga yang perlu di tunggu.
***
Malam hari selepas tahlil. para tamu, sudah meninggalkan rumah Paman Rubby.
"Bibi, bersabarlah! iklaskan Paman, ia sudah tenang di sana," ucap Rubby ketika ia melihat Bibi nya masih saja menangis meratapi kepergian Paman nya.
"Tahu apa Kamu, tentang perasaan saya? pergi kamu dari hadapan saya! Paman mu sudah tiada. Dia yang dulu menyayangimu. yang menginginkan mu tinggal di rumah ini, tidak dengan saya!" teriak Bibi nya Rubby.
"Mah sudah lah Mah! kenapa harus teriak-teriaki Kak Rubby. Dia tidak salah apapun, Kak Rubby hanya berusaha menghibur Mama. Harus nya di saat begini Mama ber temakasih, karena kak Rubby ada disamping kita," ucap Bima.
"Diam kamu Bima! Hei Kamu gadis pembawa sial. Pergi kamu dari sini, aku tak sudi melihat mu!" ucap Bibi nya Rubby. Lalu dia menarik tangan Rubby dengan kasar, mendorongnya di depan pintu.
"Pergi kamu! jangan pernah kembali."
"Bi, tolong .... jangan usir Rubby. setidak nya untuk malam ini. Biarkan Rubby di sini, besok Rubby akan pergi." Suara permohonan Rubby terdengar bergetar di balik pintu.
"Namun Bibi nya Rubby, tidak menggubrisnya. Ia menutup rapat-rapat pintu, lalu ia masuk ke dalam.
"Pergilah Nak! hampir 10 tahun, Aku tidak bisa berbuat apapun karena kebencian ku terhadap Ayahmu. kamu hanya pelampiasan dari kebencian ku Nak! Lebih baik kamu pergi, Mama do'akan kamu mendapatkan kehidupan yang baik di luar sana. Jika bukan karena pamanmu, Mama sudah mengusirmu sejak lama," gumam kairis
(Tap ... tap .... tap .... hah! Anak? apa maksudnya?" Kita lihat saja nanti okeh Readers 😁 ada rahasia apakah?🤭Read read more okeh? Readers gemez).
"Mungkin aku orang yang kejam. Namun Ayah mu lebih kejam. Dia meninggalkan ku begitu saja setelah kejadian malam itu tanpa kembali. Setelah dia berjanji menikahi ku secara legal di atas kertas dan agar orang tua kami tahu! ternyata dia tidak mau bertemu Mama lagi! setelah membuat Mama hamil dia juga membuat Mama sengsara. Dia menjual ku pada pria hidung belang dan dia hampir saja membunuhku. untung paman mu yang menolong Mama. Dan orang tuamu yang bersedia mengurus mu," gumam kairis bersimpuh di balik pintu.
***
Setelah upayanya menggedor pintu gagal, dengan berat hati, Rubby pun pergi meninggalkan rumah Pamannya. tanpa pakaian ganti, tanpa uang sepeser pun. Tanpa ponsel atau alat pengenal apapun.
"Mama, Ayah, Nenek, Paman! Rubby harus ke mana saat ini?" gumam Rubby. Iya berjalan terseok-seok, ia sedang menangis, di bawah gerimis.Tubuh nya gemetar dan lemas.
Saat ia menyebrang, ia tidak fokus. Mati! Mungkin harapan nya saat ini.
Sreeeegggh, ngiiiikk. terdengar suara decitan rem mendadak. Rubby yang menyadarinya, Ia pun berbalik ke arah mobil tersebut Lalu menutupi wajahnya dengan 2 tangannya, dan beteriak.
"Astagfirullah .... Tidaaaakk!" teriak Rubby. Mobil pun tepat berhenti di ujung lututnya. sekitar 3 atau 4 senti lagi, Rubby hampir tertabrak mobil itu. Namun ia masih beruntung.
"Oh Shit. Hai gembel, Mau mati kau ya? kalau mau mati jangan libatkan saya! menyebrang lah di rel kereta api. Jangan Mati di jalan raya," umpat seorang pria dari dalam mobil, yang sedikit membuka kacanya.
Rubby pun masih dapat mendengar umpatan pria tersebut. "Maaf" ucapan lemah dari mulut Rubby.
Next👉
Rubby masih terpaku di tempatnya. Tanpa menggubris teriakan si pria pengemudi mobil.
Akhirnya si pria pengemudi mobil tersebut, membelokan sedikit setir mobilnya. Lalu ia melewati Ruby yang masih berdiri mematung.
Sambil memperlambat laju mobilnya ia memandang Rubby. "Hmm, gelandangan yang tidak buruk!" gumam nya.
Lalu ia meninggalkan Rubby, begitu saja. hingga ia tersadar oleh teriakan anak kecil. "Stop! Dad. Please kembali, seperti nya ia bukan gelandangan."
"No! Boy. She's just a tramp, a beggar. Maybe She's a thief (dia hanya gelandangan, pengemis, Mungkin seorang pencuri). Bisa saja ia pura-pura ter tabrak, lalu ia meminta kompensasi besar atau malah akan merampok kita nantinya," ucap pria tersebut.
"Dad, please," ternyata itu adalah putra, dari si pria tersebut. Ia memohon pada Ayah nya dengan wajah yang sangat amat memelas.
"Kamu sudah siap ambil resiko Son?" tanya pria tersebut.
"Yes! Why not?" jawab si Anak, penuh keyakinan.
"Oke, Kamu tanggung akibatnya! Jika ia bukan wanita baik-baik," ucap pria tersebut,penuh penekanan.
"Fine, Dad! cepatlah Dad. Ini sudah mulai turun hujan," pekik Anak itu. ia melihat dari kaca spion ada beberapa mobil yang melintasi Rubby. Dan hampir menabrak nya, beberapa terkejut dengan membunyikan klakson kencang.
Rubby masih berdiri mematung. "Oh No! Dad, kalau kita tidak cepat. Bisa saja ia mati karena tertabrak. Cepat Dad!" teriakan panik anak tersebut.
"Oke Son! Second minut," (sebentar).
Hujan mulai turun. Mobil si pria itu sudah berada di samping Rubby. "Hai Nona, Naiklah!" ucap si pria tersebut.
Rubby tak menggubris nya. Anak si pria itu ke luar dari mobil. Lalu ia raih tangan Rubby. "Nona ikutlah bersama ku, tenang! kamu aman bersama ku."
"Ta-ta-pii,Dek!" ucap Rubby. Kepala nya terasa pusing. Rubby masih syok sehingga agak linglung.
"Sudah lah, Nanti hujan nya tambah lebat!" Anak tersebut menarik Rubby dengan paksa. Hujan mulai turun, kaos yang Rubby gunakan sudah sedikit basah, karena sebelumnya sudah terkena gerimis. Membuat kaos itu melekat erat menonjolkan lekukan tubuhnya yang terbilang bagus.
Tubuh Rubby mungil berisi, tinggi 157 cm, perut datar, ramping berlekuk. Walaupun tak seindah gitar spanyol, namun cukup menarik di mata yang melihat.
Wajah oval sempurna, kulit yang tidak begitu putih namun bersih, pipi mulus dan sedikit tirus. banyak yang tidak berkedip jika sudah memandang Rubby. Ia tidak begitu cantik namun menarik.
Rambut tergerai Sepinggang, lurus agak bergelombang. Bokong bulat sedang, dan bagian dada yang tidak besar namun terlihat cukup menggoda untuk seukuran wanita.
Rubby yang sedikit linglung pun tak dapat berfikir jernih. Ia ikuti anak itu dan Anak itu membawa Rubby duduk di samping Ayah nya. Sedangkan Ia duduk santai di bangku belakang.
"Hai Boy! Jangan mulai." ucap Ayah nya.
"Jalan Dad. Lihat Nona ini cantik! Ia pas duduk di depan. Dan Aku pas duduk di belakang sebagai anak," celetuk cuek dari anak usia 6 tahun, namun dari cara bicaranya terlihat seperti orang dewasa.
"Son!" protes ayah nya.
"Sorry Dad. aku tindak ingin ia kabur, jika dia ku buat duduk di belakang seorang diri," ucap anak itu kembali.
"Huff, it's ok!" akhirnya sang Ayah pun mengalah.
Pria tersebut hendak memasang kan safety belt, Rubby baru tersadar saat lengan kekar pria itu melewati perut nya. agak sedikit menindih perut nya.
"Astagfirullah. Tuan hendak berbuat apa?" tanya Rubby, terkejut.
"Maaf, hanya ingin memasang kan Safety belt!" ucap gugup si pria tersebut.
"Tenang saja Nona. Ada aku yang mengawasi! ku pastikan Ayah ku tidak akan berbuat apapun terhadap mu! kalau tidak habislah dia."
"Val, Please! perbaiki cara bicara mu. I'am your Dad," ucap sang Ayah
"Oooppss sorry Dad!" ucap Val. Ia Avallon di sapa Val.
"It's Ok," ucap sang Ayah.
Rubby menepis tangan si pria tersebut agak kasar. Si pria hanya menghela nafas. "Pakailah safety belt nya."
Rubby tak bicara, ia hanya memandang kilas si pria tersebut. Rubby berfikir untuk kabur, namun ia ingat perkataan Val. Lagi pula ia tidak tahu akan pergi ke mana malam ini, tanpa uang sepeser pun.
Rubby mencoba tenang dan berfikir positif terhadap mereka. Malam ini ia akan mengikuti takdir, untuk esok ia akan fikirkan nanti. Lagi pula kedua orang ini seperti nya orang baik.
"Saya dapat mengenakan nya sendiri Tuan!" ucap Rubby, lalu ia kenakan safety belt itu dan mobil sudah melaju.
Suara lirih Rubby terdengar menyejukkan di telinga Ayah dan Anak itu. mereka saling pandang dari kaca spion, lalu sama-sama tersenyum.
Mungkin sekitar 35 menit kini mereka telah sampai di perumahan Elit. Gaya rumah minimalis kekinian. jika terlihat dari tingginya rumah itu seperti nya lebih dari dua lantai.
"Hai Nona, mari masuk!" ajak Val. Terlihat keraguan dari wajah Rubby. Sedangkan si pria sudah membuka pintu, dan seorang perempuan setengah baya menyambut kehadiran nya.
"Maaf Dek, sebaiknya saya pergi dari sini. Saya tidak ingin merepotkan Adik dan Ayah adik!" ucap Rubby.
"Val, Vallon! itu Nama saya Nona. Lalu Nama mu siapa?" tanya Valon memperkenalkan diri.
"Nama saya Rubby!" ucap Rubby
"Wao..Nama yang keren," pekik Valon.
"Ok, come on Nona! welcome to my home. (Selamat datang di rumah ku) Ayo masuk tak perlu sungkan!" ajak vallon.
Rubby masih berdiri bingung. "Brian Avallon! jika tidak segera masuk, tidur lah di luar!" teriakan sang Ayah dari dalam.
"Yes Dad! five minut!" (Sebentar) balik teriak Valon. "Ayo Nona, Mr. Marco sudah mengeluarkan taring nya," bujuk Valon.
"Siapa Mr. Marco?" Rubby malah balik bertanya.
"Mr. Marco itu Ayahku, yang tadi mengemudikan mobil," ucap Valon.
"Oh itu Ayah mu Dek! tapi dia Mr. galak seperti nya, Saya takut Vallon."
"Hahahaha. Dia baik Nona, hanya memang gayanya seperti bongkaha es batu dari kutub, jika kena panas dia akan mencair koq!" seru Valon mengekeh. Ia menarik Rubby menunju ke dalam, lalu ia menutup pintu.
Marco terlihat sedang duduk di sofa. "Val, berapa lama perempuan itu akan berada di sini?" tanya Marco terdengar sinis.
"Come on Dad! aku ingin ia tinggal di sini. Lihat Dad ia seperti nya sedang tertekan," ucap Valon.
"Tapi kita tidak mengenal nya Val," ucap Marco kembali. Kali ini ia menatap tajam wajah Rubby.
Rubby yang mendapat tatapan tajam seperti itu, ia merunduk takut! tubuhnya sedikit bergetar, Pria itu berdiri menghadap nya.
Tubuh nya tinggi, tegap. wajah bule yang tampan, tegas maskulin. otot pria itu begitu kekar. Saat ini ia sudah membuka jacket nya, dari kaos putih tipis itu nampak jelas otot-otot nya.
"Hai Nona, Katakan! Anda butuh berapa banyak dari saya? Saya yakin, Anda ini penipu ber modus pura-pura ter tabrak lalu minta kompensasi dan memeras si penabrak," ucap Marco, tatapan nya makin tajam mengintimidasi Rubby. Ia berjalan menghampiri Rubby.
Rubby merasa makin ketakutan, karena tatapan dan tubuh si pria yang makin mendekat.
"Stop Dad! dia Rubby, kita akan mengenal nya secara perlahan. Dad please jangan sakiti Rubby!" teriak Avalon.
"What? Rubby?"
"Yes Dad, She's Name Rubby!"
"Oh My God. Impossible!" ucap Marco pelan. Seketika tubuhnya lunglai.
Next 👉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!