NovelToon NovelToon

Love

Chapter 1 - Ameera

Ameera Maharany seorang gadis cantik dengan wajah yang begitu khas, berhidung mancung dengan kulit putih dimilikinya. Dengan telaten dia membereskan meja yang baru saja ditinggalkan pelanggannya. Menjadi pelayan adalah pekerjaan mudah baginya. Hampir setiap kafe di ibukota pernah dijejalinya. Pengalamannya dalam bidang ini tidak perlu dipertanyakan dan diragukan lagi.

Namun, kali ini nasibnya sungguh malang. Jika dulu dia masih beruntung, karena hasil kerja kerasnya bisa dia gunakan untuk menambah biaya kuliahnya, tapi tidak kali ini. Bernasib buruk karena beasiswanya dicabut belum lagi terjebak bekerja di kafe yang slalu menggajinya dengan bayaran rendah karena Meera terlilit hutang pada pemilik kafe itu.

Keterlibatan dia pada penyekapan sahabatnya yang bernama Alessya dulu. Begitu berdampak buruk pada kehidupannya saat ini. Padahal saat itu dia terpaksa melakukannya, karena sebuah ancaman bahkan kekerasan fisik dari kekasihnya Ben yang ternyata seorang ********.

Lucas yang sempat menyukai Alessya sebelum Alessya menikah dengan kakak Lucas ( Arselli Russel ) mengajukan pembatalan beasiswa ke universitas tempat Meera mengenyam perkuliahan.

Membeberkan semua perbuatannya hingga akhirnya beasiswanya dicabut. Belum lagi black list yang dia berikan ke beberapa kafe, sehingga akhirnya sulit baginya untuk mendapat pekerjaan sedangkan hanya pengalaman itu yang dia miliki. Setelah akhirnya dia dipecat dari kafe tempat dia dan Alessya bekerja dulu.

Tanpa ada yang menolong, perbuatan Lucas begitu tertutup dan apik dengan tangan beberapa orang bayaran sebagai perantaranya. Uang bermain kuat di belakangnya.

Dan disinilah gadis itu berada, di sebuah kafe murahan yang menawarkan gaji seadanya. Hanya cukup untuk menyewa kontrakan dan sekedar makan alakadarnya. Walaupun pedih, dia jalani kehidupan itu dengan lapang hati dan kerelaan diri tanpa meratapi sedikitpun nasib yang menimpanya kini.

Dengan lapang dada menerima realita, tatkala nasib buruk telah memilihnya, memporak porandakan hidup dan masa depannya.

Hanya saja ...

Makin lama pedih itu makin menyiksa. Apalagi akhir-akhir ini pemilik kafe itu slalu menagih hutang Meera yang sudah sangat menumpuk. Mengancam akan menjadikan Meera sebagai wanita malam bila tidak juga melunasi hutangnya .

***

Sudah hampir satu bulan ini Lucas rutin datang setiap satu Minggu sekali, menjadi pengunjung tetap di kafe tempat Meera bekerja. Berawal dari ketidaksengajaan, yang akhirnya malah berakhir menjadi sebuah kebiasaan bahkan seolah kebutuhan.

Melihat secara langsung hancurnya Meera karena perbuatannya sedikit mengganggu fikirannya. Bahkan ada sedikit rasa bersalah di hati dan fikirannya. Namun, apa daya semua telah terjadi, dua tahun sudah berlalu. Penderitaan berat terlampau dilewati.

Rasa bersalah itu kian menggerogoti jiwanya. Seperti saat ini, di hari ini. Saat menyaksikan gadis itu semakin jatuh dalam keterpurukan dan kala menyadari bahwa semua ini dirinyalah penyebab utamanya.

" Kau datang lagi ? " Dengan mata sembab Meera mendatangi meja Lucas, mengantarkan pesanan Lucas yang dia pesan sebelumnya kepada salah satu rekannya. Lucas hanya mengangguk saja, sembari mengambil gelas minuman yang disodorkan Meera.

Meera yang polos, samasekali tidak mengetahui bahwa pria yang sedang dia layani ini ternyata memiliki andil yang sangat besar atas semua derita dan nestapa yang dia alami selama ini.

Yang Meera tahu Lucas adalah teman dari Alessya, adik dari suami Alessya dan teman satu universitasnya dulu. Tidak mengenal satu sama lain samasekali apalagi berteman, hanya sekedar mengetahui saja.

Pertemuan dramatis terakhir mereka adalah saat Arselli dkk mendatangi kost-an Meera menolongnya dan menginterogasinya saat terjadinya penyekapan Alessya dulu. Dan setelah kejadian itu, Meera belum pernah sekalipun bertemu dengan mereka lagi maupun Alessya.

" Bagaimana kabar Alessya ? " Ini adalah kali pertama mereka bisa berinteraksi. Mengingat sebelumnya Meera slalu sibuk sekali, untuk sekedar berbasa-basi pada Lucas menanyakan kabar sahabatnya, Alessya.

" Baik. Kau tidak pernah bertemu dengannya sekalipun ? " Lucas balik bertanya, sebelum menyeruput minuman yang gelasnya sudah dia genggam.

" Sudah lama sekali kami tidak bertemu. Dia pasti akan meringis melihat nasib buruk yang menimpaku kini. " Jawaban Meera terdengar sarkastik. Berhasil membuat Lucas tersedak seketika.

Dan akulah penyebabnya ... fikir Lucas.

" Kau tidak ingin menghubunginya ? " Setelah beberapa lama setelah dia meredakan tersedaknya itu.

" Aku akan memberikan nomor ponselnya padamu. Jika kau menginginkannya ... " Tawar Lucas. Fikirnya dengan melakukan hal itu akan sedikit mengurangi rasa bersalahnya. Mungkin, Alessya bisa menolong keterpurukan Meera dengan bantuan Lucas tentunya.

" Tidak perlu ! " Tolak Meera tegas.

" Kenapa ? " Merasa aneh bukankah mereka berteman.

" Aku malu bertemu dengannya. Walaupun kejadian terakhir bukan seratus persen kesalahanku. Tapi ... aku sangat menyesalinya. " Jawab Meera jujur. Walaupun dia sangat merindukan sahabatnya itu, tapi dia sungguh malu.

Tidak dipungkiri, kadang Meera berniat untuk menemui Alessya untuk meminta tolong padanya, meminta bantuan padanya dari keterpurukannya. Mengingat Alessya sangat baik hati dan saat ini merupakan istri pengusaha kaya raya yang sudah pasti melimpah hartanya.

Sekedar menolong Meera pastilah hanya hal kecil baginya. Namun tidak bagi Meera, ini pantang baginya, dia tidak ingin dan tidak suka merepotkan orang lain apalagi menjadi beban sahabatnya itu.

" Kau yakin ? Maksudku ... tentang kesalahanmu itu ? " Tanya Lucas kemudian. Dia benar-benar ingin memastikan kebenarannya. Memastikan kesalahannya untuk memikirkan jalan keluarnya demi menebus kesalahannya.

" Kau fikir aku sengaja ? Kau bahkan tahu betapa babak belurnya aku saat itu. " Sembari tersenyum miris. Seolah luka yang dia alami dulu begitu tidak berarti.

" Kesalahanku hanya satu. " Dengan mata berkaca-kaca.

Lucas mengangkat alisnya seolah bertanya. ' Apa ? '

" Aku memilih melindungi nyawaku sendiri. " Karena mungkin dengan melakukan itu, setidaknya bisa mengulur waktu.

" Seharusnya aku rela mati demi melindungi sahabatku itu. Itu menurutmu bukan ? " Jawab Meera lirih. Sukses membuat Lucas semakin merasa bersalah.

Siapa juga yang enak berada dalam posisi Meera. Harus memilih antara nyawa dan sahabatnya. Tentu saja dua-duanya. Meera hanya berusaha mengulur waktu saja. Terbukti bukan ? Alessya bahkan langsung di selamatkan walaupun dengan adegan tragis dan dramatis di akhir ceritanya yang sukses membuat Meera merasa bersalah setelah mendengarnya hingga tidak berani sekedar menunjukkan batang hidungnya sekalipun.

Coba kalau Meera yang di posisi itu? Siapa yang akan menolongnya ? Mungkin ...... jasadnya akan berakhir di dalam got atau di kolong jembatan.

***

" Meera ... " Panggil Lucas lembut. Meera yang saat itu tengah mengobrol dengan temannya sembari menangis karena mendengar kabar yang tidak mengenakkan hati, menengokkan wajahnya ke arah Lucas.

" Kau akan pulang ? " Tanya Meera dengan nada seolah tidak rela. Sepertinya ada hal penting yang ingin dia bicarakan saat itu.

" Hmm. " Sembari mengeluarkan uang tips yang cukup besar dari dompetnya. Bibirnya mengapit sebatang rokok yang mengepul mengeluarkan asap ke sekitarnya.

Meera mengambil uang itu dengan senang hati tanpa ingin menampik uang itu sedikitpun. Hatinya sangat bersyukur, uang itu cukup besar untuk bekal satu bulannya.

" Terimakasih ... " Ungkapnya jujur, Meera sangat senang menerimanya. Apalagi Lucas merupakan pelanggan yang baik dan sopan.

" Dan ini. " Menyodorkan sebuah kartu nama.

" Jika kau membutuhkan sesuatu, hubungilah aku ... !! " Ucapnya terdengar begitu tulus. Berharap besar suatu saat Meera akan menghubunginya. Sehingga dia memiliki alasan untuk membantunya tanpa harus mengakui kesalahannya.

Meera tersenyum tidak menyangka akan mendengar ucapan itu. Ada rasa terharu di sana, di sorot matanya. Menerima kartu nama itu, karena jelas dia membutuhkannya saat itu.

" Bagaimana kalau kau juga menyimpan nomorku ? " Tersenyum nakal dan menggoda walaupun terlihat begitu terpaksa karena tidak biasa. Walaupun dengan mata sendu dan sembab senyum gadis itu terlihat begitu menawan. Cukup menggoda hati Lucas yang selama ini dilanda sepi.

Mungkinkah dewa cupid telah memanahkan panah cinta ke arahnya ? Sehingga asmara mulai menaungi mereka ...

Mungkinkah rasa bersalah yang besar bisa berubah menjadi cinta ...

Tunggu kelanjutannya ...

.

.

.

.

💫 Bersambung ... 💫

Jika ingin lebih paham dengan awal mula kisah ini, dapat dibaca dalam kisah cinta Arselli dan Alessya dalam novel yang berjudul " Menjadi Bintang di Hatimu "

Chapter 2 - Penyesalan

Penyesalan dan rasa bersalah tak berujung dapat menimbulkan benih-benih cinta yang begitu luar biasa, sensasinya bahkan lebih menakjubkan bila dibandingkan dengan cinta karena fisik semata, tahta ataupun alasan penting yang lainnya.

.

.

.

.

Lucas menikmati istirahatnya sembari berbaring di atas sofa di apartemennya. Menikmati suhu ruang kamar yang terasa begitu menyejukkan dikala panas melanda tubuhnya. Ketika sinar mentari mulai terik, bersinar ke penjuru kota.

Merebahkan badannya yang terasa lemas dan kepala yang pusing akibat begadang, setelah dia menghabiskan waktu hampir semalaman di Club malam favoritnya.

Bahkan bau alkohol masih semerbak tercium dari pakaian yang belum sempat dia ganti, dan sepatu yang juga belum sempat dia buka. Dia bahkan baru pulang tadi pagi.

Dia memang seorang member Club malam, menikmati dentuman musik di tengah hingar bingar pesta yang meriah. Menghangatkan suasana diantara sekumpulan teman pria dan wanita, walaupun sesungguhnya kebanyakan teman wanitanya yang berada di sana. Entah teman seperti apa, hanya dia dan Tuhan yang paling tahu.

Namun, tidak untuk beberapa malam ini. Jika biasanya dia mencari kesenangan dari sana , malam-malam ini berakhir dengan mabuknya dia demi menghapus segala kepenatan dan beban fikiran yang beberapa minggu ini sukses mengobrak abrik hati dan fikirannya.

Rasa bersalah yang teramat dalam yang terlanjur dia rasakan beberapa malam ini. Hanya penyesalan yang teramat sia-sia karena waktu tidak mungkin terulang kembali.

Fikirannya melayang mengingat kembali pertemuan dengan Meera terakhir kali yang terjadi beberapa malam lalu. Sukses besar, pertemuan itu berhasil membuatnya jungkir balik setengah mati. Bahkan, dia rela mati saat ini demi membayar rasa bersalah yang teramat dalam itu.

Bak palung hati dalamnya pun tak dapat di selami. Itulah hatinya saat ini, karena dirinyapun masih belum mengerti.

Kebingungan melanda, apa yang harus dilakukan olehnya. Kala mengingat kejadian yang begitu mengesankan, namun menimbulkan penyesalan terbesar dalam hidupnya. Dia sungguh tak menyangka dirinya ternyata sebejat ini.

" Bagaimana kalau kau juga menyimpan nomorku ? " Tersenyum nakal dan menggoda walaupun terlihat begitu terpaksa karena tidak biasa. Walaupun dengan mata sendu dan sembab, senyum gadis itu terlihat begitu menawan. Cukup menggoda hati Lucas yang selama ini kesepian.

Lucas hanya diam saja, tak menjawab apa-apa, apalagi Meera terlihat akan melanjutkan pembicaraannya. Jadi dia memilih untuk mendengarkan ucapan Meera terlebih dahulu.

" Hutangku .. semakin banyak dan menumpuk. " Ucapnya sedih dan terbata.

" Hmm .. " Terdengar Lucas merespon ucapan Meera, sedikit sesak mendengarnya. Menyadari dengan pasti yang terjadi pada Meera saat ini, dialah penyebabnya.

" Bosku bahkan akan menjualku demi melunasi hutangku. Sepertinya berganti profesi tidak bisa terelakkan lagi. " Ucap Meera terdengar begitu getir dan menyedihkan di telinga Lucas.

Hela nafas terdengar dari mulut Lucas ketika mendengar kabar pahit itu. Terdengar cukup kencang lalu menatap dalam mata Meera yang kini berdiri di hadapannya.

Mata Meera berkaca-kaca memendam luka yang teramat dalam. Meratapi nasib hidupnya yang semakin lama semakin menyedihkan.

" Bagaimana- kalau kau saja ... mhh .. maksudku- ... " Memalingkan wajahnya sementara , seolah sedang mengumpulkan kekuatan dari tempat lain.

Meera begitu ragu mengucapkannya. Menggigit bibir bawahnya ketika rasa malu dan ragu menggerogoti perasaannya. Sepertinya dengan melakukan itu dia mendapatkan suply tenaga juga.

Menelan ludahnya beberapa kali , kala tenggorokannya terasa begitu kering. Dengan terbata-bata dia melanjutkan ucapannya lagi.

" Bagaimana- ... jika kau saja yang- menjadi pelanggan pertamaku. " Ucapnya sangat lirih dan pelan hampir tidak terdengar, namun Lucas bisa mendengarnya dan sukses terkejut karenanya.

Lucas kaget mendengarnya. Tidak menyangka akan mendengar tawaran itu. Dari mulut Meera yang sedari awal terlihat begitu polos dan tertutup.

" A-aku masih perawan !! " Lanjutnya lagi dengan suara tercekat dengan bola mata yang lagi-lagi berkaca-kaca menahan suara tangis yang sudah berada tepat di kerongkongannya. Menunjukkan kegetiran dan kerasnya kehidupan yang telah menimpanya.

Dan tepat berakhirnya kalimat itu keluar dari bibir seksinya, meluncurlah air mata dari mata beningnya itu, membasahi pipi mulus putihnya yang terlihat merah merona. Air matanya sudah tak tertahankan lagi untuk dia bendung, karena saking sakit di hatinya dia rasa.

Jika ditanya siapa pria yang jantungnya berdebar kencang dan terdengar berantakan saat ini ? maka ... Lucaslah orangnya .

Mungkinkah panah asmara telah menancap tepat di jantung hatinya ?

Kita tunggu kelanjutannya ...

.

.

.

Beberapa hari kemudian ...

Di pagi hari yang cerah ...

Lucas membuka pintu apartemennya setelah sedari tadi bel berbunyi beberapa kali. Lucas yang baru keluar dari kamar mandi membukanya setelah mengetahui bahwa Meera yang sedang menunggunya di luar sana. Setelah mengintip dari lubang kecil pintu apartemennya.

Sedikit tercengang ketika mengetahui ternyata Meera yang memijit bel tadi.

" Kau datang ? "

Tanya Lucas seolah sedikit tidak mempercayainya. Memastikan lagi kedatangan Meera di sana.

Barangkali untuk menuntut sesuatu padanya ?

" Masuklah ! "

Ucap Lucas sedikit canggung ketika berhadapan dengan Meera yang dari tadi diam seribu bahasa dengan pipi merona, disaat akhirnya menyadari dirinya hanya memakai handuk saja saat itu.

Meera pun masuk dengan canggung, sembari menundukkan kepalanya. Ini kedua kalinya dia menginjakkan kakinya di apartemen ini, walaupun dengan misi yang berbeda.

Lucas mempersilahkan Meera untuk duduk. Sementara dia pergi ke kamarnya untuk berpakaian sekaligus menata detak jantungnya yang sedikit berantakan.

" Untuk berikutnya, aku akan memberikan kode pin apartemenku. Jadi kau bisa datang ke sini untuk mulai bekerja tanpa harus memijit bel terlebih dahulu. "

Lucas memulai pembicaraannya, setelah terlebih dahulu duduk di sofa tidak jauh dari Meera berada. Memilih dengan posisi berhadapan dengannya.

Menekankan kata bel dalam kalimatnya tadi. Mengasumsikan seolah bel yang berbunyi tadi cukup mengganggu dikala dia masih melakukan aktifitas pribadi yang tidak memungkinkan dia untuk membuka pintu.

Meera mengangguk kecil, mencoba tetap berinteraksi namun terlihat berusaha menghindar dari tatapan tajam pria yang kini duduk di hadapannya. Pria yang sudah membayarkan hutangnya kepada bos tempat dia bekerja terakhir kali, beberapa hari lalu. Karena mulai saat ini Meera bekerja pada Lucas, membantu Lucas membereskan apartemennya.

" Kau bisa datang ke sini lebih siang " ... agar saat itu aku sudah pergi.

" Dan kau bisa pulang lebih awal "... agar tidak bertemu saat pulang nanti. Lucas menjelaskan waktu kerjanya. Dan Meera hanya diam, sesekali mengangguk dengan tetap bertahan menundukkan kepala. Walaupun dia menatap ke depan, matanya tetap berusaha berpaling dari tatapan pria di hadapannya.

" Semua akan disesuaikan dengan jadwal kuliahku. Ponselmu harus stand by aktif, agar kita bisa tetap berkomunikasi. " Lucas melanjutkan lagi peraturan kerja yang ada di benaknya. Meera mengangguk mengerti.

" Dan jika aku tidak pergi keluar, maka kau bisa menikmati hari liburmu. " Lanjutnya lagi.

Sepertinya Lucas memilih untuk menghindari pertemuan dengan Meera.

" Upah kerjamu akan dibayar di muka kali ini, aku akan mentransfernya padamu. Kau bisa mengeceknya di rekeningmu nanti. Menurutku itu akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu dan melanjutkan kuliahmu. " Kalimat itu sukses membuat Meera terkejut. Menatap dalam mata Lucas kemudian, seolah bertanya ...

Sebesar itu ? Kenapa ?

" Dan kau bisa memakai ini untuk membeli semua kebutuhan di apartemen ini. Termasuk makanan dan yang lainnya. Kau bisa menggunakannya juga, jika kau kehabisan uang atau apapun itu ... " Ucapnya datar sembari memberikan sebuah kartu kredit unlimited pada Meera. Horang kaya mah bebas .. ibu-ibu ...

Meera menelan ludah beberapa kali memilih untuk terdiam seribu bahasa. Seolah bingung dengan situasi yang ada di depan mata. Perasaannya begitu berwarna seperti ada pelangi di sana. Merah karena marah, biru karena sendu, kuning karena bahagia dan ada bingung juga di sana, pokoknya nano-nano rasanya ... dan Meera tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Kenapa Lucas sebaik ini padanya.

.

.

.

💫 Bersambung ... 💫

Chapter 3 - Kehormatan

Karena bagi wanita kehormatan adalah harta yang paling berharga.

.

.

.

Pagi itu tatkala Ameera pulang dari apartemen Lucas setelah beberapa hari mulai bekerja di sana, wajah Ameera memerah. Mendengar para tetangga bergosip tentang wanita yang menjual dirinya membuat fikirannya kembali melayang mengingat kejadian beberapa malam lalu. Ini benar - benar hal yang paling memalukan yang pernah dia lakukan dalam hidupnya, aib terbesarnya. Namun sukses membuatnya pergi menjauh dari keterpurukan.

Malam itu ...

💫 Flash Back On .. 💫

Setelah beberapa lama berfikir dengan raut wajah yang serius dan runyam, akhirnya Lucas memutuskan ...

" Bagaimana kalau malam ini ? " Tanya Lucas tatkala mendengar penawaran menggiurkan dari gadis itu.

Walaupun Meera tidak termasuk kategori ' sangat cantik ' tapi Meera cukup cantik di mata Lucas. Dengan body menyegarkan pandangan mata. Ditunjang penampilan menarik dan pintar tentunya. Mengingat Meera termasuk siswa yang mendapat beasiswa prestasi di universitasnya dulu. Sama seperti Alessya sahabatnya juga.

" Emh ? " Meera terkesima. Tidak menyangka tawarannya langsung tokcer begitu saja. Apalagi Lucas merupakan salah satu pria yang paling tampan di kampusnya.

Dan ... playboy juga.

Sepertinya insting kucingnya tengah mendominasi, tatkala ikan asin disuguhkan di hadapannya, tidak mungkin dia menolaknya begitu saja. Ikan asinnya segar pula, baru diambil dari laut kemarin sore ...

Meera mengerjap beberapa kali. Bingung harus menjawab apa.

" Kita harus melakukannya malam ini. Jika menunggu besok, aku khawatir ... kau sudah tidak perawan lagi saat itu. " Jawab Lucas dengan begitu enteng sembari tersenyum getir. Sembari memasukkan sebatang rokok ke mulutnya untuk dia hisap, situasi seperti ini sedikit membuatnya stress sekaligus bingung secara bersamaan. Namun, dia harus membuat keputusan dengan cepat. Kalau tidak, semua akan terlambat dan penyesalan akan datang pada akhirnya.

Walaupun dengan sejuta ragu dan malu, Ameera mengangguk setuju. Lucas tersenyum melihatnya. Lalu melenggang pergi ke dalam kafe untuk menyelesaikan pembayaran ' transaksi ' itu. Yang berarti pelunasan utang piutang Ameera terhadap bosnya.

Di apartemen Lucas ...

Ameera terdiam kikuk duduk di sofa di apartemen Lucas. Kali pertama berkunjung ke apartemen seorang pria, justru dia harus menyerahkan hartanya yang begitu berharga. Sesak terasa kala menyadari dia sendiri yang menawarkan diri. Seolah tidak punya harga diri lagi.

" Kau sudah siap ... ? " Tanya Lucas setelah beberapa saat.

Ameera terdiam, terkesiap.

" A-aku ... Se-pertinya a-ku harus membersihkan diri dulu. " Ucap Ameera gugup. Bibirnya bahkan sedikit bergetar kala itu.

" Kau butuh mandi ? " Tanya Lucas kemudian. Yang langsung dibalas anggukan oleh Meera.

" Pergilah , kamar mandinya di sebelah sana. " Jawab Lucas sembari menunjuk ke arah kamar mandi dengan jarinya.

Menunggu Ameera menyelesaikan urusan di kamar mandinya itu, Lucas berdiri di depan jendela kaca besar di apartemennya. Lagi-lagi dengan sebatang rokok di jarinya, menemani kebimbangan hatinya.

Berfikir cukup lama, karena ternyata Ameera belum keluar juga dari ruangan berukuran sedang itu.

Fix !

Lucas sudah memutuskan dalam hati dengan pasti. Keputusan terbaik untuk Ameera dan dirinya. Berusaha menyadari bahwa hadirnya Lucas di sisi Meera adalah untuk menebus dosanya, bukan malah menambahnya.

" Kau masih lama ? Ada yang perlu kubicarakan denganmu. " Teriak Lucas dari luar, setelah mengetuk pintu kamar mandi itu terlebih dahulu.

Beberapa saat tanpa ada jawaban maupun suara apapun.

Ceklek

Pintu terbuka. Ameera keluar dengan hanya memakai bathrobe saja. Rambutnya terlihat basah menjuntai ke bawah dengan sedikit tetesan air yang masih tersisa. Kakinya yang bertelanjang tak beralas terlihat begitu mulus dan seksi. Sekilas saja sudah tampak begitu menggoda. Lucas bahkan sampai beberapa kali menelan ludahnya.

" Duduklah ! " Ucap Lucas setelah berusaha menenangkan diri.

Ameera duduk di depan Lucas. Dengan hanya seperti kondisi tadi. Sukses membuat jantung Lucas berdendang ria.

Lucas mengusap tengkuknya, sedikit merinding darahnya mulai berdesir dengan hawa panas yang mengalir.

" Sebenarnya ... aku tidak tertarik dengan tawaranmu tadi- , " Ucapannya terputus kala melihat reaksi Meera. Semburat merah mulai tampak di pipi gadis itu. Sepertinya rasa malu menderanya.

" Kau bisa menyimpannya untuk orang yang kau cintai nanti ... " Lucas terdengar begitu serius. Walaupun dia tergoda, berusaha dia tahan sekuat tenaga. Menyadari kesalahan Lucas begitu besar pada Meera, ditambah dengan merenggut kesuciannya ? Lucas mungkin akan diselimuti dosa seumur hidupnya, jika sampai melakukan hal itu.

Tak ada jawaban dari Meera. Sepertinya dia memilih untuk mendengarkan Lucas terlebih dahulu. Menuntaskan pembicaraannya.

" Uang yang aku gunakan untuk membayar utangmu tadi, anggaplah sebagai sebuah pinjaman semata. Kau bisa membayarnya jika kau sudah memiliki cukup uang. Sebenarnya .. jika kau mau, kau tidak perlu membayarnya juga, bagiku jumlah uang itu tidaklah seberapa. "

Ameera menghela nafas perlahan.

" Uang itu begitu besar, aku merasa tidak enak menggunakannya. Dan sepertinya akan sangat sulit untuk aku membayarnya suatu saat nanti. " Jawab Meera lirih, menyadari jumlah yang tadi begitu besar baginya berbanding dengan Lucas yang merasa jumlah itu tidaklah seberapa.

Lucas menggaruk kepalanya walaupun tidak gatal. Bingung harus dengan cara apa menjelaskannya. Dia ingin jujur saja bahwa uang itu sebagai penebus rasa bersalahnya selama ini, walaupun sangat tidak sebanding dengan penderitaan Meera dua tahun kemarin. Di depan matanya sendiri Ameera menjual dan mengobral kegadisannya. Beruntung gadis itu melakukan itu padanya, jika dilakukan pada pria lain sudah bisa ditebak jalan ceritanya nanti.

" Baiklah ! " Lucas mendapatkan ide. Menatap Meera dengan dalam lalu berjalan perlahan mendekatinya dan duduk di sampingnya.

Terdiam sesaat. Berusaha sekuat tenaga untuk tenang. Penampilan Ameera benar-benar menggoda imannya saat ini.

" Bagaimana kalau seperti ini ? " Mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu, membungkam bibirnya kemudian. Meraih tengkuk gadis itu, untuk mengunci dan memperdalam pagutannya.

Ciuman itu terjadi begitu lama dan dalam. Ciuman mahal yang bernilai ratusan juta. Meera yang menyadari hal itu dilakukan untuk melunasi hutangnya, merespon ciuman itu. Walaupun amatir namun terasa cukup hangat dan menyenangkan. Membuat hati Lucas berbunga-bunga dan jantungnya berdetak tak karuan.

Tangan Lucas mulai meraba kemana-mana, bergerilya disaat dia mulai terlena. Dan Meera hanya diam saja sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya.

Lucas akhirnya melepas pagutan itu, setelah sadar ini sudah lewat dari titik amannya. Bila dilanjutkan, dia tidak yakin bisa mundur lagi, menerjang milik Meera yang katanya masih perawan itu.

***

" Kau , berhentilah bekerja di kafe itu. " Ucap Lucas setelah Meera memakai bajunya mengganti bathrobenya tadi.

" Aku ... membutuhkan pekerjaan itu untuk memenuhi kebutuhanku. " Jawabnya jujur.

" Kalau begitu bekerjalah di sini. Aku membutuhkan seseorang untuk merawat apartemenku. " Pinta Lucas pada Meera. Fikirnya dengan cara ini setidaknya dia bisa membantu Meera bertahap keluar dari masalah yang tidak lain disebabkan olehnya. Merasa mendapat jalan menebus kesalahannya tanpa harus mengakui dosanya.

Ameera cukup tercengang mendengarnya. Membayangkan harus bekerja pada seseorang yang sudah mencuri ciuman pertamanya dengan begitu panas dan agresif, meraba-raba tubuhnya dengan sentuhan lembutnya , dan pernah dia tawari kehormatan dan kegadisannya. Sungguh ... dia sangat malu untuk membayangkannya.

💫 Flash Back Off ... 💫

.

.

.

.

💫 Bersambung ... 💫

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!