NovelToon NovelToon

Cinta Yuma

EPS 1

Yuma, itulah namanya, bulan ini usianya  25thn. Dia lahir dari keluarga Zhao yang memandang anak perempuan  dengan sebelah mata.

Ayahnya bernama Zhao Wei  dan ibunya bernama Shuwan. Zhao Wei adalah putra terakhir dari keluarga Zhao dan menikah pun seperti itu.

Kehidupan Yuma tidak semulus yang orang bayangkan di luar sana, mereka pikir orang berada seperti dirinya memiliki hidup yang bahagia tanpa tahu bagaimana keadaan yang sebenarnya.

Yuma bukanlah orang yang pandai mengekspresikan sesuatu menyangkut kehidupan pribadinya sendiri, hal seperti itulah yang membuat mereka berfikir jika hidup Yuma sangat beruntung.

Yuma satu-satu nya anak perempuan dari keluarga Zhao, entah takdir atau bagaimana, tapi kedua pamannya tidak memilik seorang putri dan karena itu, keluarga paman nya tidak pernah di kucilkan oleh kakek.

Semuanya membuat Yuma bingung dengan peraturan keluarga besar. Dibandingkan memilih  Yuma, kakek nya sendiri memerintahkan ayahnya dan juga ibu nya untuk mengadopsi anak laki-laki.

Kakek  tahu jika ibunya tidak dapat mengandung kembali, itu di sebabkan beberapa masalah dalam kantung rahimnya dan itu berakibat pada susah nya untuk mengandung.

Kakek Yuma begitu kejam kepadanya, Yuma akan teguh jika orangtuanya mempertahankan perasaan nya tapi itu  tidak terjadi samasekali. Tidak ada pembelaan dari orang tuanya saat sang kakek mengucapkan lebih baik memiliki anak laki-laki  walaupun hasil adopsi dari pada memiliki anak kandung seorang perempuan, hatinya begitu sakit  tersayat-sayat saat orang tuanya tak sedikitpun menatap Yuma kala itu.

Entahlah dari mana pemikiran seperti itu, apa dia tidak berfikir jika istri nya pun seorang perempuan dan menantunya pun seorang perempuan ? bagaimana dia bisa menghina perempuan sedemikian rupa ?! pikirnya bingung.

Yuma telah menyelesaikan studi nya di salah satu universitas bergengsi di Negara itu, di usia yang terbilang muda, dia telah meraih beberapa penghargaan dari keahlian yang di milikinya.

Yuma tidak ada niatan untuk memberitahu keluarganya tentang penghargaan yang dia terima di waktu lalu, karena itu hanyalah hal yang akan sia-sia.

...**...

" Yum, ada apa dengan mu, apa ada masalah ?!"

Tanya Kirei mengagetkan Yuma yang tengah asyik dengan lamunannya sehingga tubuh Yuma terperanjat kaget.

" Kau ini kebiasaan ! Kika  bicara itu dari depan bukan dari belakang, Kirei !". Protes Yuma sedikit kesal dan reflek menonyor kepala dari teman nya itu.

Kirei adalah satu-satunya teman yang Yuma miliki dan mungkin Yuma telah menganggap nya sebagai seorang saudara.

" Aku baik-baik saja ! Hanya saja aku sedang memikirkan bagaimana dapat memberi kejutan dari kembalinya dia dari luar negeri ". Ujar Yuma sedikit berbohong, tapi hal itu memang sedang Yuma pikir kan juga sebenarnya.

Axel Yu, kekasih Yuma dari awal sekolah menengah sampai sekarang. Yuma, Kirei dan juga Axel selalu bersama kemanapun pergi, menurut Axel tidak baik jika pergi hanya berdua saja dan  Yuma dengan lapangan ya membetulkan semuanya, karena kenyataan hidup seorang wanita lajang dan seorang pria lajang jika pergi berdua terlihat tidak baik.

Menurut Yuma, semua orang memiliki pandangan nya masing-masing dan Yuma akan menghormati itu, selama itu baik, untuk apa di permasalahkan.

" Apa sedari tadi kau tidak menerima panggilan dari nya Yum ? dia baru saja menghubungiku dan bertanya mengapa kau tidak bisa dihubungi ! ". Ucap Kirei merangkul pundak Yuma dan duduk di samping nya sembari mengistirahatkan tubuh lelah mereka.

" Aku sengaja tidak berbicara dengan nya, aku masih bingung apa yang harus aku berikan ?! apa makan malam bersama sudah cukup ?!".

Tanya Yuma sembari berpikir, Yuma tidak pandai dalam hal seperti ini, jadi setiap akan mengadakan kejutan, Yuma selalu saja meminta ide dari Kirei.

" Eeumm, makan malam romantis ? Waah, dia suka hal seperti itu !". Seru Kirei seakan tahu apa kesukaan dari Axel.

Yuma menoleh ke arah Kirei dan menatap curiga, tapi Yuma menepis semua dugaan nya, dia berpikir mana mungkin Kirei mengkhianatinya.

Yuma lama menatap Kirei sampai dimana Kirei pun merasa jika Yuma sedang memperhatikan nya, Kirei menolehkan kepalanya dan tiba-tiba menatap canggung mata Yuma.

" Kenapa kau bisa tahu ?". Tanya Yuma mencari jawaban dari mata teman nya itu. Kirei membuang pandangnya seolah takut menatap mata Yuma dan dia  terus saja menatap ke segala arah.

" Tidak ! Aku tidak tahu, tapi dia pernah mengatakan nya kepadaku ! ". Ucap Kirei seraya berdiri memegang tangan Yuma dan menghadapkan tubuh nya ke arah Yuma sembari tersenyum.

" Aku akan pastikan jika ini hanya dugaan ku  saja Kirei ! ". Gumam Yuma di dalam hati.

" Bagaimana pekerjaan mu, apa semuanya lancar ?". Tanya Yuma mengalihkan pembicaraan.

Mereka beranjak berdiri melangkah kan kakinya bersama sembari bergandeng tangan menuju ruangan latihan beladiri.

" Baik, semuanya lancar Yum !". Jawab Kirei tetap memandang lurus ke depan, Yuma melirik nya sembari menyunggingkan senyum.

" Yaak, kenapa ekspresi mu seperti itu ?!  sepertinya ucapan mu itu tidak sesuai dengan kenyataan nya ! apa ada masalah di perusahaan mu ? ". Ucap Yuma seraya menghentikan langkahnya yang otomatis Kirei pun berhenti karena tangan mereka masih bergandengan.

" Kau memang pintar, aku tidak bisa berbohong kepadamu hahaha ". Tawa Kirei seolah tengah menyembunyikan ketidak nyamanan dan kegelisahan nya sesaat setelah dirinya hampir berbicara lebih dalam.

" kenapa ? apa ada masalah ?!". Tanya Yuma kembali.

" Di tempat kerja ku begitu keras dan juga ketat, kau pun tahu aku orangnya  bagaimana kan Yum ?!  Gajinya memanglah terbilang menjanjikan tapi aku sangat lelah Yum ! Tapi jika aku berhenti  bekerja pun  bagaimana dengan ibu dan adik ku ?!". Keluh Kirei menunduk dan menghentak-hentak kan kaki nya ke tanah.

" Keras dan ketat ? apa maksudmu Ki ? yang aku tahu semua perusahaan sama tidak ada bedanya, walaupun nanti kau berhenti dan mencari pekerjaan lain pun akan sama, semua perusahaan memiliki peraturan nya masing-masing dan yang aku tahu tidak ada perusahaan yang dalam kerja nya bisa santai, Kirei !!". Ucap Yuma mengusap-usap pundak teman nya itu sembari memberi penjelasan, namun sedikit mengejek dalam nada bicara nya.

...**...

Di lain tempat, di salah satu tempat transportasi udara, seorang pria berperawakan tinggi, kira-kira 185cm tengah melepas kepergian gadis yang sepertinya usia nya tidak begitu jauh tengah melambai dengan senyum lepas di kedua sudut bibir nya.

" Kak aku pergi, jangan merindukan aku, ok ! ". Lambaian tangan Erina membuat Daniel tidak ingin melepaskan adik tercintanya saat ini.

Erina hendak kembali ke Singapura untuk melanjutkan studi di sana dan hari ini hari tepat di mana hari keberangkatan nya.

" Pergilah ". Seru Daniel ikut melambaikan tangan.

" Maaf tuan, kita harus segera pergi ! ". Ucap Asisten nya sesaat setelah mengecek jam di tangan nya.

Daniel tidak menyahuti, dia langsung berbalik dan berjalan mendahului asisten nya itu tanpa bersuara.

" Hufffh ". Hela nafas sang asisten yang setiap hari di suguhkan dengan kedinginan majikan nya. Untung dia telah terbiasa, mungkin jika yang baru saja bertemu akan kesal dan geram kepadanya.

" Sabar, sabar ". Ucapnya mengusap-usap dada sembari mengikuti langkah tuan nya.

EPS 2

Hari-hari berlalu dengan cepat, Yuma memilih untuk tinggal sendiri jauh dari keluarga.

Tidak, Yuma tidak menyesali keputusannya akan hal ini, dari awal pun mereka baik-baik saja tanpa komentar akan apa yang dilakukan oleh Yuma, untuk itu kenapa dia harus menyesali nya saat mereka sama sekali tidak menganggap keberadaan nya.

Keluarga ? dia tak mengerti apa itu keluarga. Ayah ? Ibu ? tidak, Yuma tak merasa memiliki mereka berdua saat ibi. Tapi dia sangat berterima kasih karena mereka dengan ikhlas telah mengurusnya dengan baik.

...**...

Hari ini kepulangan kekasih nya- Axel Yu, dia sangat senang dan menantikan hari ini tiba. Seharusnya minggu yang lalu Axel melakukan penerbangan, tapi adanya beberapa kendala membuat kekasihnya mengurungkan kepulangannya.

Hari ini pun Yuma berinisiatif menjemputnya ke bandara, tapi dia berpikir lagi, bagaimana caranya untuk memberi kejutan kepada kekasih nya itu dan akhirnya Yuma akhirnya memutuskan untuk menghubunginya kembali dan memberitahu jika dia badan nya demam dan tidak dapat menjemputnya di bandara.

" Semalam kau baik-baik saja Yum ! ". Seru Kirei terduduk di tepi ranjang tanpa mengecek keadaan Yuma.

" Sepertinya aku tidak bisa menjemput kekasih ku Ki, tubuhku tiba-tiba panas !". Ucap Yuma kepada Kirei yang baru saja tiba di apartemen milik nya.

" Baiklah istirahat yang cukup ! jangan terlalu memaksakan dirimu jika tidak bisa, Axel tidak akan marah kepadamu, percayalah ! ". Tutur Kirei menyediakan obat dan juga air minum untuk Yuma dan dia simpan di atas nakas.

"Eum, baiklah ! terimakasih ". Ucap Yuma singkat.

" Istirahatlah, aku pamit pulang ya ! Jika ada yang perlu aku bantu kau tinggal hubungi aku, ok !". Pamit nya kepada Yuma, dia terlihat begitu anggun dari hari ke hari tak seperti biasanya.

" Hati-hati, jangan terlalu kencang melajukan mobilnya ". Seru Yuma membuatnya menoleh tersenyum menenteng tas kecil hitam milik nya.

Dia pun pergi dan tak terlihat lagi bayangan tubuhnya itu. Yuma beranjak bangun dari tempat tidur dan langsung bersiap-siap mengganti bajunya.

Jam pada dinding menunjukkan pukul 14.00 dan perkiraan kekasih nya akan sampai di bandara jam 15.30 jadi Yuma tidak terburu-buru untuk bersiap.

Handphone Yuma terdengar berbunyi tapi entah di mana dia menyimpan nya, Yuma mencarinya ke setiap sudut kamar dan akhirnya dia temukan, tapi saat tangan Yuma meraih handphone itu, terlihat barang itu bukan lah miliknya.

Panggilan terus masuk, pada layar bening tertera nama love di sana.

" Love ?". Gumam Yuma tanpa menggeser Ikon berwana hijau dan membiarkannya terus berdering.

" Tch tch tch, apa dia kekasih Kirei ? jika benar awas saja kau !". Ujar Yuma memasukkan handphone nya ke dalam tas dan ternyata handphone miliknya masih tersimpan di dalam tas yang kemarin dia pakai untuk bekerja.

Yuma pun berangkat dengan mobil hasil jerih payah nya selama bekerja, awal nya Yuma ingin mampir terlebih dahulu ke rumah Kirei karena mungkin dia sedang mencari-cari handphone nya, tapi Yuma mengurungkan nya karena takut telat menjemput kekasih nya.

Semua orang menatap Yuma begitu intens setelah dirinya menginjakkan kaki di bandara, apa ada yang salah dengan pakaian nya ?. Yuma mengecek semua yang dia pakai, termasuk riasan wajah, sampai dia menanggalkan terlebih dahulu topi yang di kenakan. Riuh pengunjung semakin berbisik-bisik tentang dirinya membuat suasana menjadi tidak nyaman untuk Yuma.

" Kenapa dia belum muncul juga ?". Gumam Yuma yang tak luput terus mengecek jam yang melingkar di tangannya. Yuma terus menunggunya sampai 2 jam lebih di sana tapi hasilnya nihil, kekasih nya itu tidak kunjung terlihat.

" Apa dia sudah pulang ?". Gumam Yuma kembali.

" Baiklah, ayo kita ke rumah nya !". Seru Yuma semangat.

...**...

Di sinilah Yuma, di depan rumah yang begitu megah dengan warna putih mendominasi semua dinding nya.

" Ada yang bisa saya bantu non ?". Tanya penjaga menghampiri Yuma.

" Maaf pak, apa Axel sudah pulang ke rumah ?". Ucap Yuma bertanya dengan senyum dan juga sopan santun nya.

" Sudah non, sore tadi tuan muda sudah sampai di rumah ! ". Jawab nya.

" Apa boleh saya bertemu dengan nya ? oh iya, apa ibu dan ayah nya ada di rumah ?!". Tanya Yuma.

" Tidak ada non, tuan dan nyonya besar masih berada di luar kota ! silahkan nona masuk terlebih dahulu, biarkan saya yang memarkirkan mobilnya ! ". Ucap nya begitu sopan.

" Oh tidak perlu pak, saya hanya sebentar di sini ! jika begitu saya masuk terlebih dahulu, terimakasih ". Pamit Yuma seraya berterima kasih pada penjaga itu.

Sudah lama dari semenjak kekasih nya itu pergi keluar negeri, Yuma tidak menginjakkan kaki nya lagi ke rumah ini dan juga jarang menemui ayah dan ibu dari kekasih nya itu.

Kaki Yuma melangkah dengan sangat semangat, pelayan rumah begitu sopan menyapa tapi raut wajah dan juga tatapan mereka penuh keterkejutan, ada sekitar tiga orang pelayan yang Yuma temui di sana.

Penglihatan Yuma mengedar sembari senyumnya terus terlukis dari bibir . " Apa kabar semuanya ? sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana kabar kalian ?". Ya, Yuma mengenal mereka begitupun sebalik nya.

" Kami baik nona ! Sudah lama kami tidak bertemu dengan anda !". Seru mereka satu persatu, Yuma tak segan untuk memeluk mereka.

" kalian kenapa ?". Tanya Yuma polos karena merasa tubuh mereka serasa bergetar.

" Tidak, kami baik-baik saja non ! Jika begitu kami permisi ". Pamit nya.

" Baiklah, saya juga ingin menemui tuan muda kalian ! saya juga permisi ". Langkah Yuma terhenti saat mereka mencegah nya.

" Ada apa ?".Tanya Yuma kembali.

" Eum ? tidak tidak ! ". Ujaran mereka membuat Yuma penasaran apa yang sebenarnya hendak mereka katakan.

" Baiklah jika begitu saya permisi ke atas terlebih dahulu ". Lanjut Yuma melangkahkan kaki menyusuri setiap anak tangga menuju kamar kekasih nya itu.

Tangan Yuma hendak mengetuk pintu tapi saat ketukan pertama, telinga Yuma seolah mendengar sesuatu, samar-samar terdengar suara aneh, Yuma menajamkan pendengarannya dan juga melanjutkan mengetuk pintu kamar Axel.

Ada celah di sana tanda pintu tidak tertutup rapat, Yuma mendorong perlahan pintu.

Perlahan tapi pasti, Yuma membuka pintu kamar Axel dan suara aneh itu semakin terdengar di telinganya. Berjalan terus berjalan ke dalam, Ada dua ruangan yang tersekat di kamar Axel dan ruangan pertama di tata untuk menjadi ruang santai dan juga bersebelahan dengan kamar mandi.

Ruangan kedua adalah tempat istirahat , dimana di sana terletak kasur king size yang selalu dia tempati, Yuma terus menyusuri sampai akhirnya dinding tebal yang membatasi antar ruangan seolah menjadi transparan, Yuma mendapati kekasih nya sendiri sedang bersetubuh dengan wanita lain, wanita itu berada di bawah kungkungan kekasihnya saat ini.

...**...

" Daniel, ajak asisten mu makan, lihatlah dia juga kelelahan ! jangan terlalu kejam kepadanya ". Seru nyonya Ella menatap sayang kepada putra semata wayang nya.

" Sejak kapan aku melarang dia untuk makan bersama, nyonya Ella yang begitu cantik ?! ". Ujar Daniel mendorong kaki kursi untuk dia duduki dengan kaki nya, suara geseran pun terdengar ngilu.

" Duduklah, jangan hiraukan dia ! ". Ucap papa Chen, menoleh pada Shen seraya sedikit menengadah penuh kasihan.

" Dengan senang hati tuan ! ". Senang nya asisten itu lalu beringsut hendak duduk dengan semangat.

" Tuan ? panggil aku papa, apa kepala mu begitu tebal dengan pukulan ku ?! ". Kesal Tuan Chen sampai hendak memukul Shen, namun sayang, Shen terlebih dahulu menghalangi kepalanya dengan kedua tangan.

Mama Ella dan juga Daniel menatap puas pada Shen, " Padahal pukul saja pa !."

Shen membulatkan mata nya sembari bibir mencebik kesal.

" Maaf papa ". Ujar Shen cengengesan.

" Ya ampun kenapa keluarga ini begitu suka memukul kepalaku ? bagaimana jika nanti aku jadi idiot, bagaimana jika nanti aku jadi anak bodoh ?! Tch tch tch, takdir apa yang menimpaku ini ?! ". Racau nya sembari mengambil lauk pauk dan menyimpan nya ke dalam piring.

Saat dia akan memulai suapan nya, suasana begitu hening. Shen merasa ada yang menatap nya horor, perlahan Shen sedikit mengangkat kepalanya dan mengedarkan pandangan nya pada mama, papa dan juga Daniel.

" Katakan sekali lagi !". Tekan Daniel telah bersiap memegang sendok nya begitupun kedua orang tuanya.

" hehehehe, mulutku terpeleset kakak ! ". Polos nya dengan tawa tak bersalah.

" Selicin apa mulutmu itu anak nakal ?! ". Tajam mata Nyonya Ella dengan bibir membuka kecil.

" Sudah sudah makanlah, kau pasti lapar Shen ! ". Ujar Papa Chen kembali mencairkan suasana.

" Kau memang terbaik pa ! ". Puji Shen memberi acungan jempol.

" Hanya papa saja ?! " . Sindir Nyonya Ella.

" Salah lagi ". Batin Shen, dia melanjutkan makan nya tanpa ingin melihat orang-orang sakit di sekitar nya.

Shen adalah seorang anak dari supir pribadi tuan Chen dan dia telah di anggap anak oleh mereka, usianya lebih muda dari Daniel. Ayah Shen telah tiada akibat kecelakaan saat akan menjemput Tuan Chen ke bandara dan ibu nya pun telah tiada saat melahirkan nya.

EPS 3

...**...

" Kenapa aku tidak asing dengan wajah itu ?". Gumam Yuma menautkan kedua alis menatap selidik. Yuma menajamkan pendengarannya agar apa yang mereka bicarakan terdengar.

" Yuma ? tch, aku sudah tidak menginginkan nya lagi Ki, kau lebih nikmat dari nya ! Opss, memegang tangan nya pun aku tidak pernah, karena dia terlalu menjaga jarak untuk itu !". Jelas Axel.

Air mata Yuma mulai turun tak lagi bisa di bendung saat kata demi kata yang di ucapkan oleh Axel-kekasih nya itu.

" Tch tch, dia memang begitu lugu dan polos ! tapi itu bagus, aku dapat memanfaatkan nya dengan leluasa ". Ujar Kirei di sela aktifitasnya.

" Kau memang pintar sayang ". Seru Axel memuji.

Telinga Yuma mulai memanas begitupun matanya yang tidak berhenti mengeluarkan air mata.

Tubuh Yuma bergetar sampai berdiri pun tak mampu lagi, dia menetralkan perasaannya agar tetap tenang dalam kondisi apapun.

Siapa yang tahan melihat kekasih dan juga teman nya seperti itu, ingin rasanya Yuma melempar semua pot bunga yang berada di hadapannya itu tapi tidak di lakukan. Kenapa ? itu bukan gaya nya, melampiaskan kemarahan memanglah epik jika langsung pada orang nya, tapi hati dan kepalanya tak sejalan saat ini, Yuma lebih memilih untuk pergi dari ruangan terkutuk itu.

Lemas ? tidak, Yuma kembali berjalan dengan tegap, namun tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Dia terus berjalan dengan menahan sedikit senyum di bibir nya, menunjukkan jika dirinya baik-baik saja.

" Bi, aku pulang ya !". Pamit Yuma, reaksi mereka saat mendengar suaranya begitu terhiasi ketegangan dan penuh keterkejutan.

" Baik non, hati-hati di jalan ". Sahut nya memandu Yuma keluar dari rumah sesekali melirik gadis yang entah dia hancur ataukah dia baik-baik saja. Pikiran kepala pelayan itu seakan mencari kebenaran di sela memandu Yuma ke pelataran rumah.

Yuma memutar balikkan badan nya, karena dia merasa jika kepala pelayan itu terus memandangi nya dengan khawatir " Tidak apa bi, aku baik-baik saja !". Ujar Yuma dengan tenang seraya mengulas senyum. Hati kepala pelayan itu tertegun dan terenyuh akan senyum dari Yuma

" Maaf non, maafkan bibi ".

Yuma menghela nafas, menetralkan semua nya agar air mata Yuma tak kembali keluar.

" Kenapa bibi minta maaf padaku ? Tidak apa, aku baik, lihatlah ! ". Seru Yuma memeluk kepala pelayan itu sejenak dan kemudian menjauhkan tubuh dari pandangan pelayan itu, Yuma merentangkan tangan seolah menunjukkan jika dia benar baik-baik saja saat ini.

" Ini hampir malam, aku permisi ya bi ! oh iya bi, titip handphone ini untuk teman wanita Axel yang sekarang ada di kamarnya, tadi ketinggalan di apartemen ku ! maaf merepotkan bibi !".

Yuma berlalu dari sana, melajukan mobil miliknya membelah kota yang masih tampak ramai. Hirup pikuk kota membuat Yuma mencari tempat yang lebih tenang.

" Ada apa dengan hidup ku ini ? kenapa tak semulus seperti yang aku harapkan ?! ". Yuma menengadahkan kepalanya meminta jawaban pada yang maha kuasa atas semua pertanyaan nya, hatinya sakit, lebih sakit dari apapun.

Jika sudah seperti ini, siapa yang akan menjadi sandaran untuknya jika mereka pun mengkhianati dirinya.

" hiks,,hikss,hikss,, ". Deru nafas Yuma semakin sesak tercekat di tenggorokan. Tangisnya tak bersuara keras membuat Yuma merasa pengap. Wajahnya dia sembunyikan di antara lutut yang di lipat dan tangan sebagai bantalannya.

Tersedu Yuma di malam hari yang senyap, angin semilir pun semakin berani menelusup masuk ke dalam pakaiannya, sekarang ini hanya air mata yang menemani Yuma di sini.

...**...

"Aku tebak, seperti nya wanita itu baru putus dari kekasih nya." Ucap asal Shen yang tengah terduduk di bawah jembatan, dimana di sana telah menjadi taman kota.

Daniel mengikuti tatapan Shen dan sekilas memukul punggung Shen. " Bukankah kau pandai dalam menenangkan wanita Shen ?! ". Ujar Daniel menunjuk Yuma dengan dagunya.

" Tidak ! Jangan jerumuskan aku dengan hal-hal semacam ini ". Berdiri Shen menjauhi Daniel.

" Maka diam lah ! ". Tajam Daniel. " Jika kau peduli kepada nya maka pergilah." Lanjut nya acuh.

"Kejam sekali kau ini tuan ! Sudahlah, pekerjaan ku sudah selesai bukan ? jika begitu saya pamit undur diri ". Seru Shen terdengar ketus.

"Pergilah sana ! tapi jangan protes jika gaji mu aku potong ". Ancam Daniel.

"Uuh ? Tidak bisa, jangan potong gaji ku ! ok ok, aku tetap di sini ". Panik Shen, Daniel mengatupkan bibirnya. Dia tidak ingin tertawa di hadapan Shen, karena itu akan menimbulkan ejekan pada akhirnya.

...**...

"Sayang aku lapar, apa kau tidak akan memberiku sedikit saja energi hmm ?!". Manja Kirei menyandarkan kepalanya pada dada bidang milik Axel, tubuh polos mereka masih terekspos tanpa ditutupi oleh selimut.

"Ada apa ?". Tanya Kirei memperhatikan Axel yang sibuk mengutak-atik handphone nya.

"Tidak ada, hanya saja Yuma tidak bisa ku hubungi ". Gelisah nya terlihat jelas dari Wajah Axel.

"Kenapa kau masih saja mengkhawatirkan dia ? ada aku di sini yang bisa memuaskan mu sayang !". Geram Kirei tidak suka jika Axel masih saja mengkhawatirkan Yuma.

" Tchh, kau pencemburu juga ya sayang!".

Axel kembali membenamkan bibirnya di atas bibir Kirei dan Kirei pun menerima nya dengan sangat senang.

" Ayo tidur, besok kau bekerja bukan ?!". Seru Axel mengakhiri aktifitas nya dan akhirnya mereka terlelap dalam tidur.

...**...

Pagi pun menjemput, Yuma tak gentar dengan rasa lukanya yang semalam menyeruak merusak setiap organ dalam tubuhnya. Seperti biasa, Yuma bersiap untuk pergi ke kantor dengan stelan formal, tapi tetap terlihat casual membalut di tubuh nya.

Yuma berpikir, untuk apa merusak diri sendiri hanya karena kekasih dan sahabat yang tengah mengkhianatinya, bukan kah itu tidak berguna sama sekali ?.

Ya, hati Yuma memang keras jika di hadapkan dengan hal yang berbau kemunafikan dan inilah salah satu yang tidak dapat di rubah.

Apa mengalah untuk zaman yang keras ini masih berlaku ? ya tentu masih berlaku, tapi mungkin kita harus melihat dari sudut pandang yang berbeda jika untuk hal seperti ini.

" Semangat Yuma, tunggulah hari menyenangkan mu akan segera tiba !". Semangatnya pada diri sendiri.

" Selamat pagi semua !". Sapa Yuma pada setiap karyawan yang berlomba masuk ke dalam perusahaan dan terlihat banyak sekali yang mengantri di depan lift, Yuma memilih memakai tangga darurat untuk naik ke kantornya.

" Pagi kak yuma !". Sapa mereka dan Yuma membalas nya sopan.

Hoshh,,hoshh,hoss huffhh.

Yuma mengatur dan menetralkan kembali nafasnya sesaat setelah akhirnya dia sampai di kantor.

" Yow,, ada angin apa kau sudah duduk manis di sana ?!". Ledek Yuma pada partner kerjanya.

Kantor Yuma berisikan mereka yang memiliki ahli dalam bidang nya masing-masing dan itu sangat terhitung, ada sekitar lima orang di dalam departemen itu termasuk Yuma di dalam nya.

" Yak yak !". Kesal Levon.

Mereka semua terpandang dingin pada semua departemen yang berada di perusahaan itu, hampir semua karyawan dari departemen lain menganggap Yuma dan rekan nya itu gila kerja. Padahal fakta nya tidak seperti itu, yang ada mereka semua orang-orang konyol.

" Aku bicara sesuai fakta, benar bukan Fan ?!". Seru Yuma polos dengan wajah tanpa dosa. Yuma bertos ria dengan Wu Fan.

" Selamat pagi rekan-rekan ku yang sangat aku cintai ". Teriak Jingyi sembari menenteng minuman dan juga makanan di tangan nya.

" Ayo sarapan dahulu -! Baik bukan aku ini ?!". Jingyi selalu semangat setiap harinya, membuat mereka saling melengkapi atas kelebihan dan juga kekurangan, walaupun Yuma terbilang baru di sana, tapi suasana seperti ini membuat Yuma senang.

" Terimakasih nona, kau memang yang terbaik !". Ujar Yuma meraih roti panas dan juga susu coklat kesukaannya.

" Yak !". Protes Lao Da saat Yuma mengatakan hal itu.

" Iya iya iya, kalian semua terbaik !". Ralat Yuma sebelum mata mereka keluar dari wadahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!