NovelToon NovelToon

RUMIT

Pertemuan Tak Terduga

Siang itu Zafira sedang berada di dalam ruangan dokter Gavin, Dokter bedah jantung yang berada di rumah sakit milik keluarga Alvaro.

mereka berdua saling memperbincangkan perkara permasalahan pada salah satu jantung pasien yang akan mereka bedah nanti sore "pasien mengalami gejala aritmia dok beberapa waktu yang lalu" ucap Zafira dan dokter Gavin saat ini sedang melihat gambar foto rontgen pasien tersebut di komputer nya.

dokter Gavin mengangguk mengerti dan mereka terus mencari letak permasalahan yang tepat agar tidak ada kesalahan sama sekali saat pembedahan nanti.

suara pintu terdengar terbuka dan Zafira secara otomatis menengokkan kepala untuk melihat siapa yang datang berkunjung, disana berdiri Devan dengan setelan celana jins dan kaos oblongnya sedang tersenyum nyengir kas Devan.

Zafira yang melihatnya menjadi menegang sedaat kemudian dia mengendalikan dirinya, sepertinya ada yang ingin saudara kembar itu perbincangkan hingga dia izin untuk keluar agar Devan dan Gavin saling mengobrol.

Zafira membungkukkan badan sopan dan berpamitan kepada Gavin untuk keuar dari ruangan tersebut, saat dirinya akan melangkah ke arah pintu suara Devan terdengar jelas di telinganya.

"loh mau kemana Zaf ?" Zafira tidak menanggapinya bagaikan angin lalu kemudian dia membuka pintu tersebut dan segera menutupnya kembali.

dipegangnya dadanya yang saat ini sangat bergemuruh, dia mulai mengatur pernafasannya agar tidak menjadi sesak akibat pertemuannya dengan Devan di dalam ruangan dokter Gavin.

disandarkanya tubuh itu di pintu tersebut tanpa dia sadari ada seorang wanita yang sedari tadi melihatnya keluar dari ruangan Gavin, perlahan wanita tersebut menghampiri Zafira dan menepuk pundak Zafira yang saat ini masih menutup mata untuk mengatur detak jatungnya.

"ya tuhan kenapa jantung ini berdetak sangat kencang seperti ini, saat melihatnya kembali sepertinya aku harus melakukan ECG ada yang tidak beres dengan jantungku" ucaonya dalam hati dan dia pun terlo jak kaget saat pundaknya ditepuk oleh seseorang wanita.

wanita tersebut adalah Cintia teman seprofesinya mereka masuk dan bekerja di rumah sakit tersebut secara bersamaan "kau kenapa ?" tanya Cintia dengan heran dan Zafira hanya menghela nafasnya.

dia berjalan menjauh dari pintu ruangan Gavin menuju ke meja perawat rumah sakit yang tak jauh dari sana, dirinya mengambil tempat duduk dan Cintia juga melakukan hal yang sama

"Sampai kapan kau akan seperti ini zaf ?" tanya seorang perempuan berpakaian rapih dan memegang papan dada, Zafira hanya menghela nafasnya lelah "entahlah, trauma itu masih ada" jawaban Zafira membuat Cintia mengerucutkan bibirnya.

"Kau tidak bisa selamanya seperti ini, kau harus bisa berdamai dengan masalalu Zaf" lanjut kembali Cintia sembari menulis sesuatu di atas kertas putih yang berada di papan dadanya.

pintu ruang dokter Gavin terdengar terbuka disana sedang berdiri seorang Devan dan Edwin saling berangkulan dan berjalan melewati Zafira serta Cintia, tepat saat mata Zafira beradu dengan kedua manik Devan getaran dan ketakutan itu terlihat jelas hingga Zafira menegang seketika.

namun Devan tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Zafira, mungkin bagi Devan kejadian 5 tahun yang lalu adalah bukan apa - apa bagi Devan namun berbeda bagi Zafira Lalita.

"Gimana aku bisa melupakan kejadian itu Cin, kejadian itu benar - benar menyakitkan bagiku namun tidak baginya" jawab Zafira sembari menatap punggung dua laki - laki tampan itu.

Trauma Masalalu

Devan yang saat ini sedang mengobrol dengan Edwin fikirannya berkelana memikirkan wanita yang baru saja berada satu ruangan dengan saudara kembarnya.

lima tahun sudah mereka tidak saling bertemu dan bertegur sapa, Devan fikir Zafira telah melupakan kejadian waktu itu namun sepertinya trauma itu masih sangat membekas di hatinya.

tanpa Devan sadari dirinya mulai mengingat kembali kejadian 5 tahun yang lalu membuatnya selalu memendam rasa bersalah yang paling dalam "kalian sudah baikan ?" tanya Edwin kepada Devan dan Devan mengerjapkan ke dua mata, merubah posisi duduknya berdehem sebelum menjawab.

"baikan ? siapa ?" tanya Devan seperti tak tau akan apa maksud dari Edwin "Zafira" jawab Edwin kembali membuat Devan diam seribu bahasa "apa Gavin tau dengan apa yang terjadi 5 tahun yang lalu ?" tanya Devan kepada Edwin dan dibalas gelengan kepala.

"tidak ada yang tau kecuali aku" jawab Edwin membuat Devan tersenyum kecut "kenapa kau bisa tau ?" Pertanyaan yang membuat Edwin tertawa seakan mengejek Devan.

"aku punya seribu mata dan salah satunya melihat kau dan Zafira" belum sempat Edwin memperjelas ucapannya, Devan menendang tulang kering Edwin dibawah meja hingga Edwin mengaduh kesakitan.

"Sial" ucap Edwin sembari mengusap tulang keringnya yang barusan ditendang oleh Devan, Devan tersenyum puas melihat Edwin kesakitan karena ulahnya, biarkan saja Edwin kesakitan pasalnya mulut lemesnya itu tidak melihat situasi bahwa sekarang mereka sedang berada di cafetaria rumah sakit.

sementara Zafira saat ini moodnya sangat buruk karena melihat Devan sudah kembali dari Belgia, dan yag pasti Devan akan sering mengunjungi saudara kembarnya itu saat bekerja.

sampai saat ini Zafira tidak mengetahui apa pekerjaan saudara kembar atasannya itu karena Devan terlihat santai selalu berkeliaran sesuka hatinya kesan kemari seperti pengangguran.

layar ponselnya berkedip dan suara deringan telfon terdengar menandakan ada seseorang yang tengah menelfonya, Zafira melihat nama penelfon dan tersenyum senang.

"Halo, iya sayang seperti biasanya kan ? okey. I love you too muach" setelah mendengar suara lelaki disebrang telfon membuat hati Zafira menghangat hingga moodnya kebali membaik.

sedangkan di belakang Zafira tanpa dia ketahui ada sepasang mata dan telinga mendengar perbincangannya melalui ponsel genggamnya, lelaki tersebut mengeryitkan dahinya tidak suka sedetik kemudian dia berjalan disamping Zafira tanpa menyapa Zafira.

"Aroma ini" Ucap batin Zafira dengan kembali mengingat seseorang tersebut yang membuatnya trauma hingga saat ini, tubuhnya menegang dan dia mengangkat kepalanya untuk melihat punggung seseorang yang tengah berjalan melewatinya.

"haaaa huuuuu" helaan nafas berat itu keluar dari mulut Zafira, moodnya sudah sedikit membaik jangan sampai menjadi buruk kembali karena seseorang yang barusan melewatinya.

dirinya harus terlihat fres dan fikirannya harus bagus karena sebentar lagi akan menemani Gavin berkutat dengan pasiennya diruang bedah operasi

"Apa kau siap ?" terdengar suara Gavin dari belakang punggung Zafira, Gavin sedang berjalan menghampiri Zafira dengan otomatis Zafira memutar posisi badannya untuk melihat Gavin.

"saya sudah siap dokter" jawabnya sambil mengangguk sembari tersenyum sopan sedangka Gavin mengangguk mengerti mereka berjalan bersama menenuju ruang bedah operasi.

sedangkan Devan saat ini benar - benar dibingungkan oleh permintaan mamanya dan perintah dari sang ayah "Iya pa aku sudah berbicara dengan Gavin" jawab Devan dengan ponsel di telinganya "Seperti tadi pagi respon Gavin tetap menolak pa" Devan sudah tidak ingin di repotkan oleh perjodohan saudara kembarnya itu mulai mengakhiri percakapan dengan ayahnya melalui ponsel.

Taman Kanak - Kanak

Matahari pagi mengintip di sela gorden cendela kamar Zafira membuat mata Zafira mengerjab beberapa saat dan terbuka perlahan, dilihatnya lelaki yang sedang tertidur disampingnya.

ditelusurinya wajah tampan seseorang yang saat ini sedang tertidur dengan lelap disampingnya dan kemudian paras tampan itu merasa terganggu dengan sentuhan jari - jari Zafira.

mualailah dia megerjabkan matanya lucu membuat Zafira tersenyum geli melihatnya "selamat pagi sayangku" ucap Zafira dan mencium keningnya "mama mengganggu tidurku" lelaki tampan yang tidur disamping Zafira adalah seorang anak kecil yang wajahnya sangat tampan perpaduan wajah asia dan eropa.

"Hey ini sudah pagi, ayo bangun kita bersiap okey" ucap sang mama kepada putra semata wayangnya tersebut, anak itu tidak menjawab haya mengerucutkan bibirnya pasalnya dirinya masih mengantuk "hari ini aku libur sekolah saja" ucapnya sembari kembali menutup matanya.

Zafira yang melihatnya menggelengkan kepala dan berdecak "tidak ada kata libur, ayo katanya kau ingin membangun rumah sakit untuk mamamu ini" ucapan Zafira membuat anak lelakinya tersebut seketika terbangun dari tidurnya dan mengucek - ngucek kedua matanya.

menguapa sedikit dan berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap berangkat sekolah, sementara Elvano bersiap dengan bajunya dan peralatan sekolah Zafira menuju dapur ingin membuatkan sarapan dan bekal untuk Vano bawa ke sekolahnya.

kaki Zafira seperti ada yang menabrak membuat Zafira menengokkan kepala untuk melihat siapa yang datang ke dapur "kakak sudah bangun ?" tanyanya kepada Elena yang saat ini tengah duduk dikursi roda, Ya Zafira tinggal di apartement dengan Kakak satu - satunya yang saat ini mengalami cacat permanen karena kecelakaan.

Elena hanya mengangguk dan tersenyum, kecelakaan yang merengut kedua orang tuanya dan membuat kaki Elena menjadi cacat membuatnya sangat trauma hingga mengalami selectiv mutism yang dimana kemampuan berbicaranya hanya di saat tertentu.

Elena bahkan tidak hanya mengalami cacat pada kakinya saja namun pada psikisnya karena sebelum kecelakaan itu terjadi, dia melihat seseorang mengalami pelecehan seksual membuatnya sangat trauma.

"kakak sudah mandi ?" Elena hanya tersenyum sambil mengangguk "wah kakak hebat sekali, sekarang kakak sudah lebih mandiri ya" ucap Zafira dan lagi - lagi hanya senyuman dan anggukkan yang dia terima dari kakaknya itu.

"mama mana sarapanku ?" terdengar suara Elvano yang berlari ke arah dapur, dirinya sudah rapih memakai seragam sekolah sendiri. didalam hati Zafira sangat bersyukur tuhan menitipkan Elvano kepada dirinya membuat hari - harinya semakin berwarnah membawa semangat dalam hidupnya setelah dia kehilangan kedua orang tuanya.

"ini sarapanmu dan harus kau habiskan okey !" titah sang mama membuat Elvano tersenyum dan tangan kecilnya berada di kening untuk berpose hormat "siap bos" jawaban Vano membuat Zafira tertawa, pagi yang indah untuk keluarga kecil ini.

Zafira melajukkan mobilnya menuju sebuah sekolah taman kanak - kanak di dekat rumah sakit tempat dia bekerja "ingat pesan mama bukan ?, nanti saat miss Grita menelfon mama untuk menjemputmu kau harus sudah menyiapkan barang2mu dan tunggu mama di taman depan sekolah seperti biasa" ucapan ini uang selalu Zafira katakan kepada Elvano setiap dia akan keluar dari mobil dan menuju ruang kelasnya.

"iya mama" setelah itu Zafira mencium seluruh wajah Vano dan Vano tertawa keras karena geli, Vano keluar dari mobil dan berlari menuju pagar sekolahnya disana sudah ada miss Grita uang akan membimbingnya menuju kelas seperti biasa.

tanpa Zafira sadari ada sepasang mata yang melihatnya dan ada sebuah mobil hitam tengah melewatinya dari arah berlawanan, lelaki tersebut melakukan senyum jahatnya dan mendial nomor seseorang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!