NovelToon NovelToon

LOVE IN SILENCE

Bab 1 Tragedi

Eropa pada saat musim gugur.

Clarissa Louise gadis berusia 15 tahun dan biasa disapa Rissa oleh ayah dan ibunya. Rissa adalah gadis riang yang selalu membuat orang tuanya tersenyum bahagia.

Ayah dan ibu Rissa adalah penjual kue, roti, dan beberapa makanan kering. Orang tua Rissa memiliki sebuah toko kecil di rumahnya. Keluarga Rissa hanyalah orang biasa mereka hidup di pinggiran kota Eropa.

Hingga suatu hari terjadi tragedi, sebuah kecelakaan menyebabkan orang tua Rissa meninggal dunia. Kecelakaan itu membuatnya menjadi yatim piatu, sejak itu dia menjadi pendiam dan selalu terlihat sedih. Rissa tidak memiliki siapa-siapa lagi hanya ada kakeknya yang sudah berusia 60 tahun.

Setelah kecelakaan Rissa tinggal bersama kakeknya di sebuah mansion. Gadis itu membantu kakeknya bekerja di mansion, pada tempat ini mereka menggantungkan hidup. Bahkan Rissa tidak melanjutkan kuliah setelah lulus SMA, karena ia tidak ingin merepotkan kakeknya.

Kakek Rissa bernama Adam Louise, beliau menjadi kepala pelayan di mansion keluarga Danny Richardson. Keluarga kaya di kota itu, dan mereka pun memiliki dua orang putra.

Putra pertama bernama Daniel Richardson, pria itu juga seorang milyuner yang kaya raya di kota itu. Seorang pria yang haus akan kekuasaan, dan terkenal memiliki banyak bisnis di dalam dan di luar negeri. Namun, Daniel adala tipe pria penyendiri dan juga dingin. Pria itu dijuluki 'Tuan tampan yang pendiam' oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.

Kemudian putra kedua keluarga itu bernama Darren Richardson, seorang pria playboy yang selalu bermasalah dan juga sering buat onar. Darren sendiri adalah seorang pembalap, pria itu pun jarang berada di mansion. Ia selalu berpergian, seisi mansion selalu memanggil nya 'Tuan tampan pembuat masalah'.

Keadaan mansion itu tampak sangat sepi, karena hanya sedikit orang saja yang tinggal di sana. Itu juga termasuk Daniel, Darren, dan beberapa orang pelayan yang selalu setia melayani mereka.

...*****...

 

Setelah lima tahun kemudian.

Waktu pun berlalu dengan sangat cepat, saat ini Rissa sudah berusia 21 tahun.

Rissa dibuat terkejut karena tadi siang menemukan kakeknya tidak sadarkan diri di taman mansion. Lalu tanpa pikir panjang gadis itu langsung membawa kakeknya itu ke rumah sakit. Sekarang Rissa hanya bisa menangis di depan pintu operasi, menunggu seseorang keluar dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di dalam.

Apa kakek Adam kelelahan? Apa yang sedang kakek Adam kerjakan tadi siang? batin Rissa. Pikiran gadis itu menerawang dan mengingat apa yang kakeknya sering kerjakan saat siang.

"Kakek, Kakek!" Rissa menangis sembari memanggil kakeknya dari luar ruang operasi, ia begitu sedih hingga menangis sesegukan tanpa sadar.

"Bagaimana ini? Apa yang terjadi dengan Kakek? kenapa operasinya lama sekali, apakah terjadi sesuatu di dalam?" Rissa meremas roknya dengan keras, ia memandang sedih di luar pintu operasi seorang diri berharap semua baik-baik saja setelah ini.

Apa yang harus aku lakukan? Sudah lima jam berlalu, tetapi kakek belum juga selesai dioperasi, batin Rissa.

Tidak lama kemudian pintu bergeser terbuks, dan seorang dokter pun keluar dan bertanya.

"Apa Anda keluarga dari pasien?" Dokter bertanya dan memandang Rissa, karena tidak ada orang lain lagi di sana.

"Ya, Dokter saya adalah cucunya." Rissa langsung mengusap air mata yang berjatuhan dipipinya. Rissa berdiri di depan dokter, ia merasa sangat khawatir dengan keadaan kakeknya.

"Beliau mengalami serangan jantung dan sekarang sedang dalam masa pemulihan setelah operasi," ucap dokter.

"Apa Kakekku akan baik-baik saja, Dokter?" tanya Rissa dengan cemas.

"Tenanglah, kami selaku tim dokter sudah mengupayakan yang terbaik untuk beliau. Kami sangat berharap beliau akan segera pulih." Dokter menjelaskan dengan sabar pada Rissa.

"Terima kasih, Dokter." Rissa merasa lebih baik setelah mendengar ucapan dokter.

"Setelah ini, suster akan membawanya ke ruang ICU untuk dirawat lebih lanjut. Untuk saat ini biarkan beliau istirahat dahulu, besok Anda baru bisa menjenguknya kembali." Dokter berusaha menjelaskan pada keluarga pasien.

Kemudian dokter itu pergi, dan meninggalkan Rissa sendiri di sana seorang diri. Dinginnya AC di rumah sakit sudah tidak dipedulikannya lagi, wajah Rissa terlihat pucat. Karena hanya memakai pakaian yang tipis, tubuh Rissa menjadi menggigil kedinginan.

Air mata pun sudah mengering dipipinya, tidak banyak yang dapat dilakukannya saat ini. Rissa sungguh tidak menyangka jika kakeknya akan terkena serangan jantung, mengingat tadi pagi kakeknya masih terlihat baik-baik saja.

Kakek akan baik-baik saja, aku yakin kakek akan segera sadar, batin Rissa dengan penuh harap.

Rissa mencoba untuk selalu berpikiran positif, ia sangat yakin semuanya akan baik-baik saja. Gadis itu lalu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan waktu sudah menunjukan pukul 18.00.

"Kakek aku pulang dahulu, nanti aku akan kembali lagi." Rissa memandang sedih ke arah kakeknya yang terbaring di ranjang ruang ICU.

Rissa kemudian berbalik, dan tanpa sengaja ia menabrak seorang pria yang bertubuh tinggi kekar. Tiba-tiba saja pria itu sudah berada tepat di belakangnya. Lalu hampir saja gadis itu terjatuh, tetapi tangan kuat sudah menariknya kembali.

"Tuan Daniel!" Rissa terkejut karena melihat Daniel sudah berdiri di depannya.

"Bagaimana keadaan Kakek Adam? kenapa kau tidak memberi tahu jika beliau masuk rumah sakit!" bentak Daniel.

"Maaf aku tidak tahu harus bagaimana, aku bingung. Aku juga tidak tahu cara menghubungimu, karena ponselku tertinggal di mansion. Aku tadi sudah mau pulang, tetapi tuan Daniel sudah datang." Rissa lalu menundukkan wajahnya karena takut pada Daniel.

"Apa kau tahu? Kakek Adam sudah aku anggap seperti kaluarga sendiri!" Daniel terlihat kesal.

"Maafkan aku," lirih Rissa.

"Ya sudah, aku mau menemui dokter dahulu untuk menanyakan keadaannya, kau tunggu di sini. Ingat jangan pergi kemana pun!" Suara Daniel terdengar sedikit meninggi.

Kemudian pria itu berjalan pergi ke ruang dokter yang menangani kakek Adam tanpa menoleh lagi pada Rissa. Di sebuah kursi Rissa menunggu Daniel, ia lalu duduk termenung. Gadis itu menyandarkan tubuhnya yang lelah ke dinding rumah sakit yang terasa sangat dingin.

"Kenapa Tuan Daniel lama sekali, dan kenapa di sini sangat dingin sekali?" Rissa merasakan tubuhnya sedikit menggigil.

Gadis itu lalu memeluk tubuhnya sendiri sambil menggosok-gosokan tangannya, dan tidak lama dilihatnya Daniel keluar dari ruang dokter. Daniel berjalan mendekat dengan langkah yang tegas, ia berniat untuk menghampiri Rissa.

"Apa kau kedinginan?" Daniel memperhatikan Rissa yang sedang memeluk tubuhnya sendiri.

"Ahh, tidak aku hanya .... "

Namun, sebelum Rissa selesai bicara Daniel sudah memakaikan jas padanya Rissa terlihat bingung.

"Ayo, pulang besok kita kesini lagi." Setelah berbicara Daniel lalu berjalan pergi, dan Rissa pun mengekorinya hingga masuk ke lift.

Tidak butuh waktu yang lama, tinngg ... bunyi pintu lift terbuka. Mereka kini berada di parkiran rumah sakit tempat kakek Adam dirawat.

"Tunggu di sini, aku akan segera kembali." Daniel pergi mencari mobilnya yang di parkirnya.

"Hhmmm, aroma maskulin jasnya sangat harum pasti ini merk yang sering ia beli jika ke Paris. Pria tampan, tetapi dingin dan juga sombong seperti Mr. Vampir." Rissa membayangkan film semalam yang sudah dilihatnya pada acara televisi, sembari terus mencium aroma pada jas Daniel.

Tiiin! Suara klakson mobil terdengar keras di parkiran itu, dan tentu saja suaranya mengagetkan Rissa yang sedang melamun.

"Cepat masuk!" teriak Daniel dari dalam dalam mobil.

Rissa pun bergegas mendekat pada mobil itu, ia berlari lalu masuk ke dalam mobil mewah keluaran terbaru milik Daniel itu.

"Maaf," ucap Rissa gugup sembari memasang seat belt.

Dari kejauhan sudah terlihat rumah yang besar dan megah kini waktu pun sudah menunjukkan pukul delapan malam. Sesampai nya di depan mansion pintu gerbang terbuka lebar, terlihat hamparan rumput yang hijau dan halaman yang luas.

Daniel memarkirkan mobil di pintu depan mansion itu, seorang pelayan membuka pintu untuknya dengan membungkuk hormat.

Mansion Daniel.

"Ayo, turunlah dan istirahatlah." Kemudian Daniel pergi meninggalkan Rissa di belakangnya.

Rumah ini terasa asing jika tidak ada kakek Adam disini, batin Rissa dan tidak terasa air mata Rissa mengalir di pipinya.

Bersambung.

...*****...

Halo semua ... salam kenal, saya adalah penulis baru, mohon bimbingannya ya 🙏🙏

semoga kalian suka dengan cerita ini.

Mohon maaf tulisan saya masih berantakan, maklum masih amatiran.

Bab 2 Menangis semalam

Rissa memasuki mansion dari pintu samping, ia melakukannya karena sudah terbiasa. Terlebih lagi ia tahu di mana posisinya, sebab ia hanyalah cucu dari seorang pelayan. Rasa lelah dan juga lapar yang saat ini ia rasakan, Rissa segera masuk ke dalam mansion.

"Sebaiknya aku membersihkan diri dulu," ucap Rissa lalu bergegas pergi menuju kamarnya yang terletak di belakang.

Setelah sampai di depan kamar, Rissa langsung berjalan menuju ke balkon kamarnya. Diraihnya handuk yang ia jemur di sana, kemudian Rissa pergi ke kamar mandi. Gadis itu membuka kran air, lalu ia berniat untuk mandi setelah melepas semua pakaiannya. Setelah mandi Rissa rebahan di kasur yang empuk dan besar, dengan kaki yang masih menyentuh lantai dan masih memakai handuk yang menutupi tubuh mulusnya.

Mansion itu memiliki banyak kamar yang luas dan juga besar. Walaupun Rissa di tempat itu hanyalah cucu dari seorang kepala pelayan, tetapi ia memiliki kamar yang cukup bagus. Pemilik mansion yang meng-istimewakan Rissa, karena ia cucu dari kakek Adam. Beliau adalah kepala pelayan yang sudah mengabdi di keluarga Danny Richardson selama 30 tahun.

Tidak terasa Rissa mulai mengantuk dan baru saja dia akan terlelap tiba-tiba terdengar suara pintunya terbuka.

Ceklek, lalu kemudian terdengar langkah seseorang masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu pun langsung bangun dari tidurnya, Rissa sangat terkejut ketika seorang pria sedang memandanginya.

"Apa kau baru saja tertidur? Hanya dengan memakai selembar handuk di tubuhmu!" tanya Daniel dengan heran.

"Aku tidak tidur, aku hanya sedikit lelah lalu berbaring sebentar!" seru Rissa. Gadis itu merasa sangat, ia lalu menyilangkan kedua tangan di depan dadanya yang sedikit terbuka.

"Cepat pakai bajumu, kita makan malam bersama!" seru Daniel sambil berlalu pergi.

"Ba-baiklah, Tuan Daniel." Suara Rissa terdengar terbata-bata dan juga pelan. Deg, deg, deg jantung Rissa masih saja berdegup sangat kencang walaupun pria itu sudah pergi.

Ahh, ini sangat memalukan! Kenapa pria itu tiba-tiba masuk kesini, apa dia tidak tahu kalau ini kamar seorang gadis? Bukannya dia sendiri yang menyuruhku untuk istirahat! Gadis itu merasa sangat malu dan langsung sembunyi di dalam selimutnya yang tebal.

"Bagaimana ini, aku sangat malu jika makan bersamanya?" ucap Rissa tidak semangat.

...*****...

Beberapa menit kemudian Rissa beranjak dari persembunyiannya, karena merasa tidak baik jika membuat Daniel menunggunya. Lalu ia memilih pakaian di lemari dan meraih kaos berwarna merah jambu yang lumayan besar. Untuk bawahannya Rissa memakai celana panjang berwarna hitam

"Wajahku terlihat sangat pucat." Rissa menatap cermin sembari merapihkan rambutnya, lalu gadis itu menyapukan sedikit bedak pada wajahnya supaya terlihat lebih segar.

Setelah dirasanya cukup kemudian Rissa keluar kamar, ia berniat pergi ke ruang makan. Kemudian saat ia sudah sampai di sana, dilihatnya Daniel sudah duduk menunggunya.

"Duduklah dan makanlah yang banyak, aku tidak mau kau sakit karena kelaparan. Aku menyuruh seorang supir untuk membeli makanan, saat ketika kita masih di rumah sakit!" Daniel berbicara sembari menatap wajah cantik Rissa.

Rissa hanya mengangguk pelan, lalu ia duduk di kursi yang kosong. Sejak siang ia memang belum makan apapun karena terlalu khawatir dengan keadaan kakeknya. Sekarang pun masih, walaupun terasa perutnya terasa lapar ia tidak ada nafsu untuk menikmati makanan.

Tampak banyak sekali jenis makanan sudah tersedia di atas meja dengan lezatnya. Berbagai macam makanan Eropa tersaji dengan sangat menggiurkan lidah, aromanya pun terasa sangat harum.

Perhatian sekali tuan Daniel hari ini, tidak seperti biasanya. Apa karena Kakek sedang sakit jadi dia memperlakukanku dengan baik? Jika dia terus seperti ini akan membuatku salah paham, batin Rissa.

Deng, deng,deng jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Suara jam klasik terdengar menggema di seluruh mansion.

Di meja makan hanya ada Rissa dan Daniel mereka duduk berhadapan, terlihat sekali mereka sangat canggung karena kejadian sebelumnya. Namun, sekilas Daniel terlihat tersenyum memandangi Rissa.

Kenapa dia tersenyum, apa ada yang salah dengan otaknya? Bukannya dia selalu bersikap dingin pada semua orang? Apa mungkin dia berpikir jika aku tadi di kamar aku sudah menggodanya? Hah, dasar pria aneh! Rissa mencuri-curi pandang pada Daniel.

"Berapa usiamu saat ini?" tanya Daniel sambil memotong daging steik di atas piringnya.

"Usiaku sudah 21 tahun, Tuan ...."

"Apa kau memiliki kekasih?"

"Umm, tidak ...."

"Apa kau tidak ingin melanjutkan sekolah?"

"Apa?" tanya Rissa merasa tidak yakin dengan pertanyaan Daniel.

Kenapa dia banyak sekali bertanya? Ini pertama kalinya Tuan Daniel bertanya panjang lebar padaku, batin Rissa.

Hening.

"Selamat malam semuanya!" Suara seseorang memecah keheningan.

Suara Darren mengejutkan Rissa dan Daniel, dengan seketika mereka berdua menoleh ke asal suara.

Bukannya Darren sedang berada di Spanyol? Rissa merasa sedikit bingung malam ini.

Rissa menatap Darren dengan banyak pertanyaan di dala pikirannya, kenapa pria itu tiba-tiba datang ke mansion. Rissa sendiri menganggap Darren seperti kakaknya, karena Darren pria yang baik dan juga selalu melindunginya.

"Pasti kalian bertanya-tanya kenapa aku pulang kan?" ucap Darren sambil meraih sebuah apel merah yang ada di atas meja makan. "Aku pulang karena mendengar kakek Adam dirawat di rumah sakit!" Darren berkata lagi sembari memakan apel yang berada di tangannya.

"Aku tahu jika kau akan pulang hari ini. Jadi tadi aku sudah meminta seseorang untuk membersihkan kamarmu," ucap Daniel.

"Terima kasih, Kakakku. Baiklah aku sangat lelah, aku mau ke kamar dahulu." Darren lalu pergi meninggalkan Rissa dan Daniel.

Sebenarnya Darren dan Daniel tidaklah terlalu akrab, walaupun mereka adalah kakak beradik satu ayah dan ibu. Sifat keduanya sungguh berjauh berbeda, dan mereka sangat bertolak belakang dalam mengambil keputusan.

Mansion itu sangat besar dan juga megah, tetapi terasa sangat sepi. Karena di mansion hanya di huni oleh enam orang, itu pun jika Darren pulang. Tidak banyak orang di mansion karena Daniel tidak suka dengan namanya keramaian. Hanya ada beberapa orang saja di mansion itu, dan salah satunya adalah Kakek Adam sebagai kepala pelayan yang selalu setia menemani Daniel. Lalu penjaga gerbang Pak Zoe berumur 40 tahun, Bu Fara berumur 45 tahun yang ditugaskan untuk memasak, dan Rissa yang membantu Bu Fara untuk mencuci pakaian.

Kemudian setelah mereka menyantap hidangan itu, Rissa merapihkan piring yang ada di atas meja dan membawanya ke tempat pencucian piring.

"Cepatlah tidur, besok pagi kita harus melihat kakekmu. Aku yang akan mangantarmu." Daniel pergi setelah mengatakan beberapa kata pada Rissa.

"Baik, Tuan Daniel. Terima kasih karena sudah perhatian pada kami," ucap Rissa sopan.

Daniel melangkah pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua, ia terlihat sedang menaiki anak tangga. Lalu Rissa segera mencuci dan merapihkan semua piring juga menatannya di dalam lemari dapur.

Setelah pekerjaannya selesai, Rissa pergi ke kamarnya yang terletak di belakang mansion dekat dengan taman. Gadis itu memasuki kamarnya dan langsung naik ke atas tempat tidur yang hangat.

Udaranya sudah terasa begitu dingin, padahal ini baru mau musim gugur. Oh, aku mengantuk sekali. Kemudian Rissa terlelap dalam mimpinya, hari ini begitu melelahkan hati dan juga pikirannya.

Kakek Adam adalah satu-satunya keluarga yang Rissa miliki, ia tidak akan sanggup jika sesuatu yang buruk terjadi pada kakeknya. Karena hingga kini kematian orang tuanya pun masih meninggalkan luka yang begitu dalam di hati Rissa.

...*****...

Keesokan harinya.

Risa sedang menata meja makan, ia menyajikan makanan untuk sarapan Daniel. Tidak lama terlihat Daniel sedang menuruni anak tangga sembari menerima panggilan diponselnya.

"Baiklah, hubungi aku lagi nanti jika ada masalah di kantor." Daniel berbicara dengan seseorang diponselnya, pria itu sekilas melirik ke arah Rissa.

"Selamat pagi, Tuan Daniel." Rissa menyapa Daniel sembari tersenyum.

Namun, wajah Rissa terlihat sedih dan matanya juga sembab seperti habis menangis semalaman.

"Ada apa denganmu ... kenapa matamu terlihat sembab?" tanya Daniel penasaran.

Pria itu terus memandangi wajah Rissa, wajah cantik yang mulai mengisi hari-harinya.

"Aku tidak apa-apa," ucap Rissa sedih.

"Tuan Daniel, sepertinya Rissa tertidur sambil menangis." Bu Fara berbisik di dekat Daniel.

Ingin sekali aku menceritakan semua mimpiku semalam padamu, tetapi ... batin Rissa merasa sangat sedih.

Haii..

Apa kalian menyukai ceritaku.

Semua yang ada disini hanya fiktif ya, maaf kalau ada persamaan nama, tokoh dan tempat kejadian ya.

Maaf 🙏🙏

TYPO dimana-mana dan EYD masih berantakan. Akyu masih pemula, butuh kritik dan saran.

Bab 3 First Love

Rissa menatap dalam mata Daniel, lalu di pandanginya wajah tampan itu. Mata Daniel yang terlihat tajam, hidung yang mancung dan tubuh yang kekar juga tinggi.

Ingin sekali aku memeluk dan berlindung padamu dari semua ketakutanku, lalu menceritakan semua mimpiku semalam padamu. Mimpi yang membuatku menangis tanpa sadar, tetapi untuk apa aku menceritakannya padamu, batin Rissa.

Flashback On.

5 tahun yang lalu.

Clarissa Louise jatuh cinta pada pertama kali di saat usianya menginjak 16 tahun. Cinta pertamalah yang membuatnya bertahan selama ini, di mansion itu adalah tempat cintanya tumbuh dan bersemi. Cinta pertamanya adalah pria berhati dingin, yaitu Daniel Richardson.

Daniel adalah putra pertama dari pasangan Danny Richardson dan Eva Richardson. Daniel juga kehilangan ibunya dalam kecelakan mobil tersebut. Kecelakaan mobil yang menyebabkan Eva Richardson dan juga orang tua Rissa meninggal dunia.

Saat kejadian hujan begitu deras ... seseorang memaksa mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk. Pengemudi itu membuat mobil hilang kendali, lalu mobil mereka masuk ke hutan dan terjun ke jurang. Korban dari kecekaan itu adalah Eva Richardson dan orang tua Rissa.

Begitu menyedihkan bagi keluarga korban, mereka tidak percaya dengan apa yang terjadi. Kecelakaan itu menimbulkan tanda tanya besar untuk Daniel kenapa hanya Rissa yang selamat dari mobil na'as tersebut? Apa yang sebenarnya terjadi hari itu? Begitu banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab olehnya.

Mendung masih menyelimuti bumi, di pemakaman hanya ada isak tangis yang menyertai mereka. Daniel begitu terpukul dengan kematian ibunya, begitu pun Rissa. Namun, Daniel menutup mata dan hatinya untuk Rissa, sehingga ia menyimpan rasa dendam pada Rissa.

Sebulan kemudian setelah kecelakaan Rissa dibawa oleh ayah Daniel ke mansion, untuk tinggal disana bersama dengan kakek Adam.

Pada suatu sore Daniel melihat gadis itu di taman sedang memandangi bunga.

Daniel mendatanginya, kemudian ia memetik dan memberinya sekuntum bunga mawar merah di taman belakang mansion.

Gadis yang polos dan lugu itu adalah Rissa. Sejak saat itu Rissa pun menyukai Daniel, dan ia juga memendam cinta kepada tuan muda pemilik mansion.

Rissa berpikir jika Daniel menyukainya, tetapi ternyata tidak dugaannya salah. Daniel sama sekali tidak menyukainya, dan bahkan Daniel selalu terlihat dingin bila di dekat Rissa. Sebenarnya pria itu pun memendam kebencian yang dalam kepada Rissa.

Daniel tidak tahu jika Rissa sudah memiliki rasa cinta padanya, hingga suatu hari tanpa sengaja Rissa memergoki Daniel. Pria itu sedang memeluk seorang gadis cantik di balkon kamar, dan mencumbunya. Seorang gadis yang sudah menyadarkan Rissa dari belenggu cintanya. Seorang gadis cantik yang berstatus kekasih Daniel, dan gadis itu pun sering menginap di mansion.

"Dasar pria berhati dingin!" Rissa berlari pergi dari sana, ia menuruni anak tangga sembari menangis.

Sejak saat itu Rissa pun menjauhi Daniel.

Flashback Off.

Di ruang makan.

Rissa masih terlihat sedih, Daniel mencuri-curi pandang pada gadis itu.

"Silahkan duduk, Tuan Daniel." Rissa berbicara tanpa melihat pada pria itu.

"Rissa, aku ingin secangkir kopi," pinta Daniel.

"Silahkan ini kopinya, Tuan." Rissa memberikan secangkir kopi pada Daniel, kemudian ia pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap ke rumah sakit.

"Aku yakin sekali jika Rissa menangis sepanjang malam!" Bu Fara memberitahu Daniel.

"Bu Fara, tolong perhatikan Rissa untukku." Daniel meminta pada Bu Fara.

"Baik, Tuan Daniel. Sebenarnya, tanpa Anda minta pun aku akan selalu memperhatikan gadis manis itu." Wanita paruh baya itu berbicara pada Daniel.

Setelah itu, tidak lama Rissa dan Daniel naik ke dalam mobil lalu pergi meninggalkan mansion. Namun, di jalanan terlihat sangat sepi karena ini masih terlalu pagi. Rissa dan Daniel tiba dengan cepat di rumah sakit, sesudah memarkirkan mobil mereka langsung pergi ke dalam.

"Rissa, pergilah melihat Kakek. Aku mau menemui dokternya dahulu." Daniel meminta Rissa untuk pergi ke dalam kamar kakeknya.

"Baiklah," Rissa mengangguk tanda setuju.

Kenapa sejak tadi pagi dia bicara santai padaku? Pria itu juga memakai bahasa aku dan kamu, biasanya Daniel selalu bicara kasar dan kaku, batin Rissa.

Di luar ruang ICU Rissa hanya bisa melihat Kakeknya terbaring lemah dari luar. Tubuh tua dan renta kakeknya masih terbaring di atas ranjang, kakek tua itu belum sadar karena pengaruh obat bius bekas operasi kemarin.

Suara monitor dari dalam ruangan terdengar, pip, pip, pip.

Ohh, kakek kenapa tubuhmu di pasangi banyak sekali alat? Rissa menahan tangis di dalam hatinya, lalu ia menyentuh kaca pembatas ruang.

Rissa memandang kakeknya dengan mata nanar, dari belakang seseorang memegang pundaknya dengan erat bermaksud menguatkan hatinya.

Rissa menoleh untuk melihat siapa yang ada di belakang tubuhnya. "Tuan Daniel, kenapa Anda di sini?" tanya Rissa sedikit kaku.

"Dokter yang merawat Kakek Adam belum datang," jawab Daniel singkat.

"Oh ...."

Rissa menggeser tubuhnya merasa tidak nyaman berada di dekat Daniel, tetapi Daniel malah semakin menghimpit tubuhnya.

"Tuan Daniel, dokter Sean Reynold sudah datang." Seorang suster tiba-tiba datang memberitahu mereka.

"Oh, baiklah. Ayo, kita kesana. Rissa, apa kau tahu? Dokter yang mengoperasi dan merawat kakek Adam adalah sahbatku, dokter itu bernama Sean Reynold!" Daniel bercerita tentang temannya.

Rissa menganggukan kepala dan mendengarkan Daniel, lalu mereka berdua menuju ruangan tempat dokter itu berada. Ceklek ... Daniel membuka pintu dan langsung masuk tanpa mengetuk pintu terdahulu.

"Maaf, Dokter. Kami sudah tidak sopan, kami masuk tiba-tiba tanpa mengetuk pintu dahulu." Rissa merasa tidak enak pada dokter yang tengah duduk di kursinya.

"Oh, tidak apa-apa. Silakan duduk, perkenalkan namaku Sean Reynold!" Sapa Dokter Sean dengan ramah sembari menyodorkan tangannya pada Rissa.

"Aku Clarissa Louise, cucu dari kakek Adam." Dengan sopan Rissa membalas jabat tangan dokter muda itu.

"Aku baru saja dari kantormu, tetapi kau tidak ada di sini!"

"Maaf, aku bangun sedikit kesiangan. Jadi terlambat datang ke rumah sakit." Sean menatapa Daniel sekilas, lalu ia berpaling. "Nona Rissa, kenapa Anda terlihat cantik sekali pagi ini?" Dokter Sean tersenyum manis pada Rissa.

Ada sedikit rasa cemburu dalam hati Daniel, ketika melihat Dokter Sean menggoda Rissa.

"Dokter Sean Reynold tolong jaga sikap Anda!" Daniel merasa sedikit kesal.

"Ha-ha-ha, tenanglah aku cuma bercanda!" Dokter Sean tertawa tanpa mempedulikan Daniel.

Rissa menatap dokter muda dan Daniel bergantian, ia merasa bingung dengan tingkah keduanya.

"Semalam aku dan tim dokter lainnya melakukan tindakan operasi pada kakekmu, itu karena tersumbatnya pembuluh darah yang mengakibatkan serangan jantung." Dokter Sean menjelaskan dengan serius pada Rissa.

"Apakah Kakek akan baik-baik saja?" tanya Rissa dengan cemas.

"Untuk sekarang biarkan beliau di ruang ICU dahulu. Satu atau dua hari, dan setelah itu kita lihat perkembangan selanjutnya." Dokter Sean berbicara dengan sangat pelan, ia tidak ingin keluarga pasien khawatir.

"Baiklah. Terima kasih, Dokter." Rissa mengangguk pelan.

"Tidak perlu mengucapkan terima kasih, ini sudah jadi tanggung jawab seorang Dokter!" Dokter Sean tersenyum hangat pada Rissa.

"Baiklah kalau begitu kami pergi dahulu. Jika terjadi sesuatu dengan kakek Adam tolong kau hubungi aku," pinta Daniel.

"Baiklah, aku mengerti." Dokter Sean mengiyakan.

Kemudian mereka berdua keluar dari ruangan Dokter Sean, lalu di lorong rumah sakit Rissa dan Daniel berdiri.

"Tuan Daniel, bolehkah aku disini menjaga Kakekku?" Rissa bertanya dengan hati-hati.

"Baiklah saat ini kau boleh di sini, tetapi nanti malam kau harus pulang ke mansion. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Daniel menatap Rissa lekat-lekat.

Apa yang ingin di bicarakannya? Daniel terlihat begitu serius, batin Rissa.

Bersambung.

Haii, apakah kalian menyukai cerita ini?

Maaf TYPO dimana-mana & EYD masih berantakan, masih dalam tahap belajar 🙏🙏

Jangan lupa dukung aku terus ya!!!

Terima kasih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!