Pengantin Pilihan
Part 1
Alex baru saja sampai di kantor. Tak lama seorang wanita mengikutinya di belakang ketika Alex sudah masuk ke dalam ruangannya.
Wanita itu bernama Bianca, wanita seksi, cantik dan selalu membuat Alex bergairah jika sedang bersamanya. Salah satu wanita favorit Alex saat bercinta.
Alex terkejut saat Bianca kini sedang bersama dirinya.
Alex Ferguson
Bianca, kau ada di sini? Sejak kapan?
*sambil mengerutkan keningnya
Wanita itu tak menjawab, ia hanya tersenyum manis menanggapi ucapan Alex kemudian memilih duduk di sofa sambil menyilangkan kaki kirinya membuat paha putih terekspos oleh netra coklat milik Alex.
Alex yang tadinya ingin duduk di kursi direktur kini malah berjalan mendekati Bianca. Alex berdiri tepat di depan Bianca sambil matanya berkedip nakal.
Bianca tersenyum saat melirik sesuatu di balik resleting celana warna coklat milik alex.
Miliknya nampak tegang, sama-sama tak ingin menunggu terlalu lama, Bianca langsung menurunkan resleting Alex, dengan bantuan Alex membuka zippernya. Kini milik Alex terpampang jelas di depan kedua pasang mata Bianca. Wanita seksi itu menelan salivanya.
Bianca
Kamu memang mudah tergoda Lex, tapi aku suka caramu itu. Nggak naif, jujur. Apa aku boleh memulainya sekarang?
*sambil berkedip nakal
Alex Ferguson
Tentu, ini milikmu. Dan kamu boleh mengeksplornya
Alex Ferguson
Ah ... sayang, kamu memang pintar membuatku melayang terbang menikmati semua sentuhanmu *racaunya
netranya merem melek menikmati sentuhan dan belaian ketika seorang wanita seksi berjongkok di bawahnya.
Wanita itu sedang memainkan milik Alex yang menegang. Bak boneka Barbie yang imut dan menggemaskan bagi wanita cantik itu. Iya terus mencium, membelai lembut dan meng*l*mnya kedalam mulutnya.
Alex Ferguson
Ah ... ah ... terus Yang, bagus aku menyukaimu
*terus mengerang dalam kenikmatan
Wanita cantik itu tersenyum memandang wajah Alex memerah karena gairah. Dada Alex naik turun.
Meninggalkan pasangan yang kini sedang menikmati sarapan dipagi hari dengan saling bertukar Saliva. Diluar ruangan nampak gaduh.
Ibu Merry tak lain adalah Mama Alex kini sedang berada di luar pintu ruangan Alex. Sang asisten yakni John ketar ketir melihat Ibu Merry hendak masuk.
John //Asisten
Maaf nyonya! Anda tidak boleh masuk ke dalam ruangan Pak Alex!
Merry //Mama
Kenapa? *penasaran
John //Asisten
I_itu, tuan sedang ada rapat dengan orang penting.
Tolong Nyonya Merry tunggu di ruangan saya saja. Nanti kalau rapatnya selesai akan saya panggil
*berbohong
Merry //Mama
Kamu sedang tidak berbohong kan, John?
John //Asisten
Benar nyonya, memang Pak Alex sedang meeting di ruangannya. Saya disuruh tuan Alex agar tidak ada satupun orang yang mengganggu meetingnya pagi ini
Lagi-lagi John menutupi kelakukan Alex pagi itu. ' meeting dengan wanitanya, Nyonya,' ingin sekali John berkata seperti itu, namun ia hanya berkata dalam hatinya saja.
Merry //Mama
Ya sudah, aku akan menunggunya di ruangan
John bernafas lega karena Merry mempercayainya. Kemudian John mengantarkan Mery ke ruangannya.
Setelah berada didalam ruangan John, Merry memilih duduk disofa.
John //Asisten
Maaf nyonya, saya tidak bisa menemani nyonya. Banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan. Kalau anda butuh sesuatu panggil saya dengan intercom itu
*sambil ekor matanya menatap intercom yang ada diatas meja kerjanya.
Merry //Mama
Kamu mau kemana? Bukanya ini ruangannya? Dan seharusnya kamu bekerja di sini?
John //Asisten
Saya ingin rapat dengan seluruh anggota divisi di ruangan rapat. Maaf nyonya, saya sedang ditunggu yang lain
Tak ingin Merry terlalu mencurigainya, John akhirnya pamit keluar meninggalkan Merry sendiri di ruangannya.
Hampir 1 jam Merry berada diruangan John. Bahkan ia sudah menghabiskan 2 cangkir teh yang dibawakan oleh OВ.
Merasa dirinya diabaikan oleh John, akhirnya Merry memutuskan untuk kembali keruangan Alex.
Merry //Mama
Aku harus segera ke ruangan Alex
*sambil berdiri dari duduknya
Kemudian ia melangkah pergi meninggalkan ruangan John.
Kini Merry sudah berada didepan pintu direktur yang tak lain adalah ruangan Alex.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, Merry langsung membuka pintu tersebut.
Betapa terkejutnya Merry ketika pintu itu terbuka. Pemandangan yang tak pantas untuk dipertontonkan.
Merry //Mama
Alex ...!
*serunya ketika melihat Alex sedang berciuman dengan Bianca
Alex dan Bianca tersentak
Alex Ferguson
Mama...!"
*langsung berdiri, mendorong tubuh Bianca yang tadinya duduk dipangkuan Alex
Merry menggelengkan kepalanya mendapati kelakuan anaknya yang tak pernah mau berubah.
Merry //Mama
Sampai kapan kamu akan terus seperti ini? Apa kamu ingin cepat cepat melihat mama mu ini mati perlahan Alex?
Bianca merapikan rambutnya, ia merasa malu sehingga tanpa menyapa atau pun berkata pada Merry dan Alex, Bianca menyambar tasnya di meja kemudian ia keluar begitu saja dari ruangan Alex.
Alex Ferguson
Mama, Kok nggak bilang mau ke sini!
Merry //Mama
Tidak usah mengalihkan pertanyaan Mama. Mama tidak ingin lagi memergoki kamu berhubungan dengan wanita tanpa pernikahan
Merry //Mama
Jika dalam waktu 1 bulan ini kamu tidak bisa membawa calon istri ke hadapan Mama, Mama sendiri yang akan mencari wanita buat kamu nikahi *tegas
Alex Ferguson
Ma, Alex belum siap *rengeknya
Merry //Mama
Mama nggak peduli, pokoknya kamu harus segera menikah, Alex. Kamu harus memiliki keturunan. Hidup kamu sekarang sudah nggak sehat
Merry //Mama
Kamu harus menikah dan memiliki keturunan dari gadis yang baik-baik. Bukan wanita seperti tadi
Merry //Mama
Mau Mama Carikan atau kamu memilih sendiri wanita yang akan kamu nikahi?
Alex terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Alex tak mampu menatap ke arah Merry yang kini nampak kecewa kepadanya. Setelah lama dalam keadaan hening, akhirnya Merry keluar dari ruangan Alex meninggalkannya sendiri.
Alex Ferguson
Menikah??? Oh Tuhan, membayangkannya saja aku tak pernah. Kini aku harus dibuat pusing mengatur hidupku sendiri
Alex mengacak-acak rambutnya, frustasi. Ia benar-benar tidak pernah siap untuk menikah. buat apa menikah jika kepuasan batin telah ia dapat dari teman wanitanya seperti Bianca dan yang lainnya? Alex sangat kebingungan.
Alex duduk disofa sambil menyenderkan kepalanya ketika John masuk kedalam ruangannya.
John //Asisten
Ada apa Tuan? Apa ada masalah?
*sambil berdiri menatap wajah Alex yang kacau
Alex Ferguson
Carikan aku gadis yang mau menikah denganku, John! Aku ingin segera sebelum 1 bulan, kau sudah membawa gadis itu didepan ku
John //Asisten
Apa Tuan? Seorang gadis?
John //Asisten
Hahaha... Tuan sendiri memiliki banyak kenalan wanita, kenapa Tuan Alex tidak menikah saja dengan salah satu nya?
*sambil tertawa
Alex Ferguson
Kau mau ku pecat John?
John //Asisten
Tidak Tuan, saya masih ingin bekerja. A...maaf tuan
Alex Ferguson
Aku tidak mau tahu, Carikan gadis baik-baik dan bawa dia kehadapanku?
Kemudian ia langsung mengusir John dari ruangannya. Setelahny John pun pergi meninggalkan ruangan Alex.
Saat John melangkah ke ruangan Bosnya, ia baru teringat jika kedatangannya tadi ke ruangan Alex untuk membicarakan rencana pembelian restauran AB yang belum mendapat kesepakatan dari Alex.
Dengan langkah berat John akhirnya kembali ke ruangan Alex, ia tak peduli jika Alex nanti akan memarahinya.
Pintu ruangan Alex masih terbuka sehingga John tak perlu mengetuk pintu terlebih dulu, ia langsung masuk ke dalam.
John //Asisten
Maaf Tuan Alex, tadi saya ingin membicarakan soal pembelian restauran AB milik Alan. Bagaimana Tuan, apa Tuan Alex jadi membelinya?
Alex Ferguson
Iya, kamu urus saja semuanya
John //Asisten
Baik Tuan, segera akan saya urus
Alex Ferguson
Jangan lupa, pesanku tadi. Sebelum satu bulan
John //Asisten
Sebelum satu bulan saya akan mendapatkan gadis baik-baik untuk anda, Tuan!
Alex Ferguson
Bagus, kerja yang baik John. Kamu tidak akan saya pecat
Alex berdiri lalu menepuk nepuk kasar bahu John dengan sangat keras membuat John menahan ringisanya.
Part 2
Pertemuan John dan Alan kali ini menghasilkan sebuah kesepakatan bersama.
Restoran milik Alan telah dibeli dengan harga $200.000 oleh pengusaha kaya nomor 3 di kotanya yakni Alex Ferguson.
Setelah menemui Alan, John kembali ke perusahaan. Ia sudah tak sabar ingin memberitahu berita ini pada Alex.
Tak lama John telah sampai di kantor dan langsung menuju ruang Alex.
Ketika sudah berada didepan pintu, John mendengar suara suara manja seorang wanita dari dalam.
Kelakuan Boss nya itu tidak pernah berubah. Hampir setiap pagi sarapan dengan menikmati tubuh wanita yang ia kencani bukan menyantap makanan.
John memberanikan diri mengetuk pintu ruangan Alex. Ia tak peduli jika Alex akan marah nanti.
Suara ketukan pintu membuyarkan cumbuan kedua insang yang sedang dimabuk nafsu gairah diantara keduanya.
Alex Ferguson
F*nksh*t.... Siapa yang berani mengganggu sarapanku *kesal
Ia memakai lagi celana nya. Beruntung Alex masih memakai jas nya. Hanya telanjang bagian bawah saja.
Sedangkan wanita itu tak lain adalah Bianca merapikan rambutnya saja. Masih berpakaian lengkap.
Alex Ferguson
Keluarlah. Nanti aku transfer sejumlah uang buatmu Baby!
*sambil mengecup singkat bibir sexy Bianca
Alex Ferguson
Iya, tapi dengan syarat. Nanti malam datanglah ke hotel biasa kita menginap. Sebagai ganti pagi ini mengerti!
Ia sangat paham perkataan Alex. Kini wanita itu sudah pergi meninggalkan ruangan Alex dan John sudah berada di dalam. Berdiri sambil menundukkan kepala. Ia Mengakui kesalahannya pagi ini, itu sebabnya ia takut memandang wajah Erik yang dingin dan sinis sedang menatap tajam ke arahnya.
John //Asisten
Maaf... Tuan, saya salah
*menundukkan pandangannya
Alex Ferguson
Apa kamu tidak tahu kalau
Alex Ferguson
Aku tadi sedang berduaan dengan Bianca tadi, Hah?
John //Asisten
Maaf... Tuan. Saya benar tidak tahu jika Tuan sedang bersama nona Bianca *berbohong
Alex Ferguson
Ya sudah, aku harap kamu bawa kabar baik sebagai ganti kamu sudah mengganggu kesenanganku
John //Asisten
Kabar baiknya saya sudah berhasil meyakinkan Alan untuk menjual Restoran pada kita, Tuan
John //Asisten
Sedangkan harga dijauh prediksi anda. $200.000 menjadi kesepakatan kami
John terkejut mendengarnya. Ia pikir Alex akan sangat senang mendengarnya, tapi, malah sebaliknya.
Alex Ferguson
Nanti siang aku ingin berkunjung ke sana
John //Asisten
Baik Tuan. Kalau masalah karyawan bagaimana Tuan. Alan berpesan pada saya agar tetap memakai karyawannya
Alex Ferguson
Kita lihat saja nanti. Enak saja dia mau mengaturku, restoran itu sudah kubeli
Tuan muda Alex sangat gesit dalam mengelola usahanya.
Alex Ferguson
Bagaimana dengan wanita yang aku pesan, John?
John //Asisten
Be_belum ada tuan
Alex Ferguson
Apa kamu bilang? Tinggal 3 Minggu lagi. Kamu mau ku pecat John...?
John //Asisten
Tidak Tuan. Kenapa Tuan tidak mencari sendiri. Kenapa tidak menikah saja dengan Nona Bianca?
Alex Ferguson
Bianca bukan wanita yang ku inginkan. Memang kamu dengan lelaki mana saja yang sudah ia kencani?
John //Asisten
Tidak tahu Tuan. Saya hanya khawatir jika pilihan saya tidak sama dengan Tuan Alex
Alex Ferguson
Apa kamu sudah menemukannya? *menyelidiki
John //Asisten
Sebenarnya tadi saya bertemu dengan seorang wanita sederhana di restoran Alan, Tuan
John //Asisten
Dia sangat ramah, dia salah satu karyawan Alan. Kalau Tuan tertarik nanti sekalian Tuan bisa menemuinya
Alex Ferguson
Baiklah ...! Setuju
Mobil sport mewah telah sampai di restoran A. Krasak krusuk seisi restoran sedang berbincang masalah restoran yang kini sudah berpindah kepemilikan. Siang ini restoran ditutup sesuai perintah Alan.
Sebab akan ada pengenalan dengan pemilik restoran terbaru.
Semua karyawan berkumpul. Alan nampak
Tersenyum lalu berjalan menuju arah dua orang dengan pakaian mahal. Alan menjadi pusat perhatian karyawannya.
Jihan Prameswari
Itu ... mungkin pemilik restoran ini. Kita harus memberi salam hormat padanya
Seorang pria tampan nan gagah dengan alis tebal, bibir tipis, wajah dingin dan tegas melangkah pasti lalu berhenti di depan semua karyawan di ikuti John, dan Alan dibelakang nya.
Jihan Prameswari
Selamat siang Tuan ....!
*membusungkan dadanya sebagai tanda hormat pada Alex dan menginterupsi semua temannya
Semua pun mengikuti arahan Jihan. Alex tersenyum tipis melihatnya.
Sorot mata John terus menatap pada wanita bermata bulat dan selalu memakai kacamata besar. Bisa dipastikan jika wanita itu memang memiliki masalah pada matanya, terlihat dari kacamata cekung yang dipakainya.
Alex menoleh pada Alan, mengisyaratkan agar dia berbicara terlebih dulu. Alan yang paham langsung memperkenalkan Alex pada semua karyawan. Dan setelahnya ia pamit, ada rasa tak rela dari sebagian karyawannya kenapa restoran ini harus dijual?
Setelah kepergian Alan, Alex memperkenalkan dirinya dan peraturan baru yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan.
Alex Ferguson
Siapa diantara kalian yang selama ini menjadi leader di sini? *tegas
Jihan Prameswari
*menunduk + mengacungkan tangan
Saya, Tuan!
Alex memicing menatapnya dari ujung kepala hingga sepatu yang dipakai jihan
Baru pertama ini ia melihat pemandangan bikin matanya sakit. Ya ... semua wanita yang dilihat selalu sedap dipandang seksi, cantik dan selalu harum. Tidak seperti leader di depannya itu.
Alex Ferguson
Selain kamu, ada lagi?
Jihan Prameswari
*Menggeleng
Tidak ada Tuan. Dulu ada tapi sudah risent, setelahnya saya yang menggantikan sampai sekarang
Alex Ferguson
Ok... sekarang kalian bersiap siaplah. Restoran harus buka lagi hari ini dan tutup di jam seperti biasanya. Paham!
Semua membubarkan diri masing masing menuju tugas masing-masing.
Ketika Jihan hendak melangkah pergi Alex menegurnya.
Alex Ferguson
Tunggu! Kecuali kamu harus tetap di sini!
Jihan yang merasa kebingungan itu menoleh kekanan dan Kiri lalu melirik sebentar pada Alex kemudian menunduk lagi.
Jihan Prameswari
Tuan bicara dengan saya?
Alex Ferguson
Iya, kamu tidak sedang tuli 'kan? Karena saya tidak menerima cacat fisik bekerja di sini *sinis
Jihan Prameswari
Tidak Tuan, saya tidak tuli. Tuan tidak manggil nama saya, itu sebabnya saya hanya memastikan saja kalau Tuan memang mengajak saya bicara
Alex Ferguson
Ow iya, siapa namamu?
Jihan Prameswari
Nama saja Jihan, Tuan
Alex Ferguson
Namanya indah, tapi tak seindah orang nya *dingin
Bagi Jihan tidaklah penting dibilang tak menarik oleh Alex, toh dia hanya ingin bekerja tidak ingin terlihat cantik.
Jihan Prameswari
Saya harus panggil Tuan siapa?
Alex Ferguson
Kamu lupa atau pura pura lupa. Kamu dengar tidak tadi Alan berkata apa? *kesal
Jihan Prameswari
Maaf Tuan, iya ... saya baru ingat kalau nama anda Alex. Maaf Tuan Alex, saya permisi
Jihan ingin segera pergi namun, lagi lagi Alex tak membiarkannya pergi begitu saja.
Alex Ferguson
Siapa suruh kamu pergi! Berani membantahku aku pecat kamu sekarang juga
*menatap tajam
Part 3
Jihan Prameswari
Jangan Tuan! Jangan pecat saya. Saya rela kerja lembur selama sebulan tapi jangan pecat saya
*memelas sambil menangkupkan kedua tangannya memohon
John //Asisten
Tuan... kita tidak bisa berlama lama di sini, kita harus kembali ke akntir jam 3 ada pertemuan dengan Tuan Park pemilik perusahaan software
Alex mengangguk. Ia kembali menatap pada Jihan.
Alex Ferguson
Sementara ini kami masih dipercaya menjadi leader disini
Alex Ferguson
Saya ingin tahu sejauh mana skill mu dalam bertanggung jawab. Besok siang saya akan kembali ke sini. Paham!
Jihan Prameswari
Paham, Tuan!
*sambil membungkuk
Tak ingin berlama lagi, akhirnya Alex pun pergi dari restoran menuju kantornya.
Setelah kepergian Alex wanita polos itu bisa bernafas lega melihat kepergiannya. Sungguh si Boss yang menjengkelkan.
Vanya
Eh Jihan, Tuan Alex besok akan kesini lagi tidak?
Jihan Prameswari
Iya, memang kenapa Va?
Vanya
Duh ... kamu pake nanya lagi. Ya siap siap ketemu gorila lagi dong. Aku lebih senang yang jadi bos kita itu Tuan Alan saja dari pada si gorila itu *kesal
Jihan Prameswari
*Tertawa terbahak mendengarnya
Ada ide dari mana kamu sebut dia Gorilla? Hahaha ... tapi seru juga. Tuan Gorilla
Vanya
Hus... jangan keras keras. Apa kamu mau dipecat? Kalau yang lain dengar lalu diaduin pada Tuan Alex, bisa habis kita *bisiknya
Sejenak ia membayangkan wajah Alex yang berubah seperti seekor Gorila yang menyeramkan. Baginya pantas juga disebut Gorilla karena sikapnya yang selalu marah marah itu.
Pukul 11 malam restoran sudah mulai tutup. Vanya dan Jihan segera pulang. Kebetulan hari ini Jihan tidak membawa motornya karena sedang diperbaiki di bengkel Dan kebetulan juga Vanya diantar oleh pacarnya mereka sedang berada di pinggir jalan.
Vanya
Han, kamu pulang pake apa? Jam segini memang ada ojek?
Jihan Prameswari
Apes banget hidup ku, nggak pernah punya pacar kayak kamu
Vanya
Eh... aku tanya apa kamu jawab apa, Gak nyambung Han
Jihan Prameswari
Aku juga bingung mau naik apa nih
Vanya
Ya sudah, aku anterin kamu pulang dulu baru setelah itu aku balik lagi kesini jemput cowok aku. Gimana?
Jihan Prameswari
Ok... jika kamu tidak keberatan
Jihan Prameswari
Tapi bayarnya dua kali lipat nggak nih?
Vanya
Yaelah... Jihan, masak aku sama temen sendiri perhitungan. aku ikhlas...
Jihan Prameswari
Hehe .... Bercanda Vanya
Jihan Prameswari
Besok kamu bawa motor ya, jemput aku. Besok siang anterin aku ambil motor di bengkel
Sebuah mobil yang tak jauh dari tempat Jihan dan Vanya berada nampak mendekat ke arah mereka dan berhenti disana.
Seorang pria yang sangat Jihan dan Vanya kenal. Bersamaan dengan kedatangan Pacar Vanya.
Pria
Hai Jihan, Vanya!
*tersenyum manis ke arah mereka
Jihan Prameswari
Hai Tuan Alan...!
Alan
Kalian sedang menunggu siapa?
Lalu ia mengikuti arah pandang Vanya. Sosok pria yang Alan kenal. Ya pria itu pacar Vanya yang sering menjemput wanita itu.
Vanya berjalan ke arah sang Pacar meninggalkan Jihan dan Alan.
Jihan Prameswari
Tuan Alan sedang apa di sini?
Alan
Ow... kebetulan tadi lewat sini saja. Ayo.. ku antar pulang. Kamu tidak bawa motor 'kan?
Jihan Prameswari
*Menggeleng
Saya diantar Vanya, Tuan
Alan
Apa muat duduk bertiga di motor?
Jihan Prameswari
*menggeleng
Alan
Ya sudah, saya antar, ya .... !
Jihan Prameswari
Tapi Tuan, nanti saya merepotkan
Alan
Kali ini saja, Jihan. Saya bukan Bos kamu lagi
Alan
Anggap saja kita berteman dan jangan panggil saya Tuan lagi, panggil Alan saja
Tak lama Vanya menghampiri mereka lagi. Ia baru saja meminta izin pada pacarnya jika akan mengantar Jihan pulang lebih dulu dan pacarnya tidak keberatan.
Jihan terdiam sejenak. Memikirkan jika Vanya pulang balik mengantar dirinya kasihan pacarnya menunggu lama.
Setelah menimbang nimbang barulah Jihan memutuskan diantara Alan saja.
Jihan Prameswari
Vanya, aku pulang sama Tuan Alan saja
Alan
Iya, Vanya, biar aku yang antar Jihan pulang
Vanya
Ow... begitu ya. Yaudah aku balik ya
*berpamitan pada Jihan dan Alan
Jihan dan Alan segera masuk dalam mobil. Mereka sudah dalam perjalanan pulang. Tak ada obrolan namun, tak lama Alan bertanya sesuatu pada Jihan.
Alan
Jihan, apa kamu sudah memiliki pacar? *penasaran
Jihan Prameswari
Mana ada lelaki yang mau sama saya, Pak. Saya bukan wanita yang menarik. Hehe ....
*tersenyum
Alan
Siapa bilang kamu tidak menarik
Alan
Kalau boleh kasih masukan ya, kamu ini sebenarnya sangat cantik jika kamu sedikit berdandan dan lepas kacamatamu itu
Ia sendiri sangat penasaran jika melihat penampilan Jihan tanpa kaca mata. Selama ini Alan sangat menyukai mata bulat nan indah dibalik kacamata besar yaitu dipakai Jihan. Dan juga rambut yang selalu Jihan kepang, rambut pirang bergelombang jika diurai pasti akan terlihat sangat cantik.
Jihan Prameswari
Tapi saya lebih suka apa adanya, Tuan
Alan
Jangan panggil Tuan lagi. Panggil Alan *protesnya
Alan
Ok, saya paham maksud kamu
Alan
Sebagai lelaki aku tidak munafik ingin melihat keindahan setiap ciptaan tuhan termasuk manusia
Alan
Tidak ada salahnya Jihan sekali kali merubah penampilan demi diri sendiri bukan
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!