NovelToon NovelToon

Istri Pajangan

BAB 1. Pada Malam itu

Pada Malam itu

POV KANIA

Malam itu adalah malam paling buruk dalam sejarah kehidupan ku. Bagaimana tidak, hotel Sharon bintang lima adalah tempat dimana aku terjerat dalam hubungan yang seharusnya tidak pernah terjadi. Hubungan yang salah antara aku dan calon kakak iparku.

Namaku Kania, Kania mayang kusuma. Aku adalah anak angkat dari keluarga bapak Kusuma. Mereka mengangkat ku saat aku berumur empat tahun. Aku adalah korban anak hilang saat tragedi tsunami di daerah xx.

Keluarga bapak Kusuma sangat baik padaku, mereka menganggap ku sebagai anak kandungnya. Memberiku kehangatan dan kasih sayang. Bapak angkat ku adalah seorang polisi. Dan ibu angkat ku, Mayang adalah guru sma negeri di Bandung. Aku juga punya kakak angkat yang bernama Najira mayang Kusuma.

Najira adalah anak pertama dari keluarga kusuma. Dia yang parasnya cantik, bermata coklat dan rambut ombak bergelombang, ditambah tubuhnya yang jenjang dan langsing mampu membuat semua pria di desa kami jatuh hati pada kakakku.

Kak Jira memang sangat populer. Ia punya paras yang cantik dan kemampuan otaknya juga tidak bisa diragukan lagi, Kak Jira adalah bunga desa dan anak yang selalu di bangga bangga kan oleh keluarga Kusuma.

Kak Jira mempunyai seorang kekasih bernama Adam Rahardian. Mas Adam mengaku kalau dia hanyalah seorang guru honor di sma swasta Bandung.

Pemuda tampan dan tinggi, serta berdada bidang itu, Seharusnya menjadi kakak iparku. Tapi kejadian pada malam itu, membuat kami terpaksa mengikat janji pernikahan di altar gereja. Di hadapan orang tua angkatku, di hadapan semua kerabat, bahkan di hadapan kakak angkatku Najira.

Aku sangat paham bagaimana perasaan kak Jira saat itu. Dia harus melihat calon suaminya menikah dengan adiknya, di depan matanya sendiri.

Malam itu tidak akan pernah bisa ku hapus dari ingatan ku. Malam dimana aku melakukan kesatuan tubuh bersama orang yang salah, bersama calon kakak iparku.

Aku tidak bisa menyebut itu sebagai pemerkosaan, dan aku juga tidak terima jika di sebut sebagai wanita gatal yang bermalam dengan calon kakak iparnya. Sebab, pada malam itu entah mengapa aku merasa ada yang aneh pada diriku, aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri.

Tubuhku terasa panas dan sakit. Seperti ada hasrat dan dorongan yang kuat ingin keluar dari dalam tubuhku. Yang pasti pada malam itu aku kehilangan kontrol pada diriku.

Aku sangat ingat malam itu, tepatnya hari itu adalah ulang tahun kak Jira yang ke 25 tahun. Kami mengadakan pesta ulang tahun kak Jira di hotel bintang lima, hotel Sharon.

Yah.. tentunya semua dana pesta ulang tahun kak Jira di biayain sama keluarganya mas Adam, soalnya kalau kami mengandalkan uang kami untuk membuat pesta mewah itu, kami gak akan sanggup mengeluarkan biaya sebanyak itu.

Malam itu adalah pesta ulang tahun yang sangat spesial bagi kak Jira. Bagaimana tidak, pada malam itu ia dan mas Adam mengumumkan pernikahan mereka di depan semua tamu undangan.

Terpancar jelas rasa bahagia dari raut wajah kak Jira dan mas Adam saat itu. Rasa sukacita menyeruak di hati mereka saat mereka mengabarkan pernikahan mereka sebulan lagi, yaitu bulan depan tepatnya bulan desember tanggal 31 bulan itu di akhir tahun.

Malam itu semakin larut, dan pesta sudah sampai pada penghujung acara. Para tamu undangan sudah hampir semua meninggalkan tempat itu.

Saat itu aku sedang mengobrol dengan sahabatku dari sma, yaitu Merlin. Kami sudah berteman saat sma, dan hubungan kami sangat dekat bahkan sudah bagaikan saudara.

Sedangkan bapak dan ibu angkatku sedang mengobrol dengan besannya, yaitu orang tua mas Adam. Kak Jira gak usah di tanya, sudah pasti dia sedang pacaran dengan mas Adam.

Aku dan Merlin sedang mengobrol di meja warna putih dekat kolam renang hotel itu. Malam yang larut dan lampu lampu hotel yang gemerlap, membuat suasana menjadi tambah menyenangkan bagi kami untuk ngerumpi.

Saat itu Merlin terlihat sedang melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Ke kamar yuk, aku udah ngantuk. Lalu itu yang diucapkan Merlin kepadaku setelah melihat arlojinya.

"Yuk lah, kita kamarnya bareng ya" Ucapku sambil menghabiskan minuman ku dalam sekali teguk

Aku dan Merlin beranjak dari tempat duduk kami dan pergi menuju kamar kami di hotel mewah itu. Di koridor hotel, Merlin tiba tiba menghentikan langkahnya dan menatapku dengan wajah pucat dan terkejut.

Lo kenapa Mer, ucapku kepadanya. Merlin tetap menatapku dengan ekspresi wajah seperti itu. Hanphone gue... hanphone gue ketinggalan Nia. Ucap Merlin sambil mengguncang guncang tubuhku.

"Is.. lo ini ceroboh banget sih, ketinggalan di mana?" Ucapku sambil menghentikan tangan Merlin yang mengguncang tubuhku

"Kayaknya di meja depan tadi. Lo duluan ke kamar ya, kamar kita nomor 1265, ini nih kartu kamarnya" Ucap Merlin sembari memberi kartu itu kepadaku

"Ingat... kamar no 1265, lo jangan salah kamar ya nyet" Ucap Merlin sambil berlari meninggalkanku di koridor hotel itu

"Lo aja yang monyet, gue sih manusia" Ujarku dengan lidah terjulur ke arah Merlin yang berlari semakin jauh meninggalkan ku sendiri di koridor itu.

Akupun melangkahkan kakiku ke kamar no 1265. Saat itu, hanya aku yang ada di sepanjang koridor itu, tidak ada pelayanan, maupun tamu hotel lainnya.

Kok sepi ya... perasaanku gak enak, Apa memang koridor hotel sudah sepi pada jam jam begini

Perasaan tidak enak tiba tiba muncul dalam hatiku. Tapi aku memilih tidak terlalu memikirkannya, aku tetap melangkahkan kakiku menuju kamarku dan kamar Merlin.

Aku pun sampai di kamar itu, aku membuka pintu kamar menggunakan kartu yang tadi di berikan Merlin kepadaku.

Ku tatap kamar itu dari sudut ke sudut, ku sapu ruangan itu dengan mataku

WAAH! Apa benar ini kamarnya...

Widih.. ini mah lebih mirip kamar vvip, Batinku. Dan aku melangkahkan kakiku memasuki kamar no 1265 itu.

Aku meletakkan tas ku di atas ranjang kamar itu. Dan aku berkeliling mengagumi keindahan kamar yang bernuansa warna hitam yang membuat kamar itu tampak elegan

Aku melihat lihat lukisan yang menempel di dinding kamar itu. Tiba tiba, aku merasa diriku sangat panas dan itu membuatku kesakitan. Aku terjatuh dan tersungkur di lantai. Napasku menggebu dan tidak beraturan

Apa.. apa yang terjadi dengan diriku. pa.. panas, sakit. Aku gak ta.. tahan, perasaan apa ini

Tiba tiba pintu terbuka, dan masuklah seseorang ke kamar itu

Lho.. siapa itu?, Bukankah kartu kamar ada padaku, kenapa orang itu bisa masuk

Lampu kamar yang agak redup membuatku tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang itu. Dia berjalan ke arah ku, berjongkok dan memelukku dari belakang.

"Sayang.. kok kamu ada di kamarku, terus pakek acara dudukan di lantai lagi.. hemm kamu kenapa" Ucap orang itu tepat di telingaku dan menempelkan wajahnya di leherku

Ini kan... suara mas Adam, kok dia di sini.. kan pestanya belum selesai

Tapi aku yang sudah di butakan oleh nafsu mulai kehilangan akal sehatku. Aku mebalikkan badanku menghadap pria yang sedang memeluk ku dari belakang tadi.

Kulingkarkan tanganku di pundaknya, dan kubenamkan wajahku ke dadanya yang bidang.

"Hei.. Sayang, kamu kenapa..nafasmu kok menggebu, kamu sakit" Ucap mas Adam dan membelai rambutku

Ouu tidak, sepertinya aku salah masuk kamar.. ini kamarnya mas Adam, aku gak boleh seperti ini terus, ini salah, ini gak benar

Tapi aku yang sudah di selimuti oleh nafsu, tepatnya efek dari obat perangsang membuatku kehilangan akal sehat ku. Aku mendongakkan kepalaku, dan kutatap wajah mas Adam yang tidak terlalu jelas itu karena lampu kamar yang agak redup dan tidak terang. Mataku fokus ke bibirnya, dan segera ku cium bibir calon kakak iparku itu

"Kamu ini nakal ya sayang" Ucap mas Adam dan membalas ciumanku. Karena lampu kamar yang remang remang, membuat mas Adam tidak bisa melihat dengan jelas siapa wanita yang ada di depannya ini. Mungkin malam itu mas Adam menganggapku adalah kak Jira sehingga ia tak segan segan membalas ciumanku

Ciuman kami lama dan panas. Di bawah pengaruh obat, aku menikmati ciuman dari calon kakak iparku itu. Ia ******* bibirku dengan brutal dan kasar, ia menelusuri rongga mulutku dengan lidahnya dan mengabsen setiap isi dalam mulutku. Mas Adam pun melepaskan ciumannya ketika aku mulai tersengal.

"Udah malam sayang, kamu kembali ke kamarmu ya" Ucap mas Adam dan mencium keningku

Tapi malam itu sungguh nafsuku sangat tinggi, aku tidak bisa mengontrol diriku. Aku membuka kancing kemeja putih mas Adam hingga terlihat dada bidang dan otot otot kekar. Aku mencium dada mas Adam dan meninggalkan bekas merah di sana

"Najira.. jangan main api, nanti aku gak bisa menahan diri bahaya lho, pernikahan kita sebulan lagi, aku gak mau merusakmu sayang" Ucap mas Adam dan membelai pipiku lembut

Dari kata katanya barusan, terlihat jelas kalau ia mencintai kak Jira dengan tulus. Dia tidak mau merusak kak Jira sebelum mereka sah dalam tali pernikahan.

Entah siapa orang yang tega menaruh obat dalam minumanku, tapi sungguh malam itu aku kehilangan kontrol terhadap diri ku. Aku tetap mencium dada dan melucuti pakaian calon kakak iparku itu. Banyak tanda merah yang kutinggalkan di dada dan leher mas Adam, yah.. namanya juga dia laki laki normal, kalau di buat seperti itu jelas dia akan terpancing. Apa lagi kalau ia mengira ia melakukan itu dengan orang yang ia cinta pasti ia tidak akan bisa menahan diri lebih lama

"Najira.. apa kamu yakin mau melakukan ini sekarang. Kalau kamu tidak mau juga tidak apa, cepatlah kembali ke kamar mu, sebelum aku benar benar tidak bisa menahan diri lagi"

Sungguh aku sudah gila malam itu, aku menjawab pertanyaan calon kakak iparku dengan ciuman. Aku menyambar bibir mas Adam dan menciumnya dengan rakus, dia pun sama, ia membalas ciumanku. Aku melingkarkan tanganku di lehernya, dan dia memeluk tubuhku.

Mas Adam melepaskan ciuman panas itu ketika aku mulai tersengkal. "Kamu yakin" Bisiknya di telinga ku. Aku menatap wajahnya yang tidak terlihat jelas itu, dan aku membuat keputusan yang salah dengan menganggukkan kepalaku

Mas Adam pun segera menggendong tubuhku, dan meletakkannya dengan lembut ke atas ranjang. Ia menaikkan ke dua kakinya dan menindihiku dengan tubuhnya

"Kamu yakin nih" Ucapnya lagi memastikan. Dan aku sekali lagi mengangguk

Mas Adam pun segera melucuti pakaianku, dan melepas pengkait bra milikku. Matanya membulat melihat gundukan kencang milikku, ia ********** dan meremasnya dengan rakus.

Ia mencium ku dan meninggalkan bekas merah yang menyebar di leher dan payudara ku. Kami berdua tidak bisa menahan diri, dan malam itu tidak bisa di elakkan.

Mas Adam melakukannya dalam sekali hentakan. Aku menutup mataku dan mencengkeram sprei menahan sakit yang kurasakan akibat permainan mas Adam begitu brutal di atasku.

Lama kami memuaskan nafsu birahi, hingga akhirnya mas Adam ambruk di samping ku. Napas kami yang kejar kejaran menandakan pertempuran malam ini telah selesai.

Mas Adam mendekat dan memeluk tubuhku. Ia menarik selimut sampai ke dadaku, dan mendekatkan wajahnya ke wajahku.

"Terima kasih sayang, aku cinta kamu Najira" Ucap mas Adam dan tertidur pulas sambil memeluk erat tubuhku.

Najira.. dia menyebutkan nama kakak, uhhgg... apa yang sudah ku lakukan ini, ini salah, mengapa aku bisa melakukannya bersama mas Adam, yang bukan lain adalah calon kakak iparku.

Seharusnya aku tidak masuk ke kamar itu pada malam itu. Keputusan ku masuk ke kamar itu akan membawa diriku dalam masalah yang ternyata sudah di siapkan.

Siapa dalang dari jerat pada malam itu...

Bersambung...

BAB 2. Ketahuan

POV AUTHOR

Paginya, kania membuka matanya perlahan. Dia menggeliat kecil di bawah pelukan tangan besar itu, Kania mengucek matanya mengumpulkan nyawa yang masih berlarian.

"Sayang... kamu udah bangun" Ucap seseorang tepat di telinga kania dengan suara serak ciri khas orang baru bangun tidur

Deg... Kania terkejut, wajahnya memucat dan seketika tubuhnya menjadi kaku sankin ketakutannya. kejadian semalam terlintas lagi di pikiran nya, kejadian dimana dia dan calon kakak iparnya melakukan hubungan yang seharusnya tidak pernah terjadi

Mungkin saat ini Adam belum membuka matanya. Jadi, dia tidak menyadari siapa yang tidur di pelukannya.

"Sayang, badanmu pasti sakit dan pegal yah.. kamu bobok aja, biar aku yang pesan makanan buat sarapan kita" Ucap Adam sambil mempererat pelukannya

Kania tidak menjawab, lebih tepatnya dia tidak berani mengeluarkan suara. Karena kalau dia berbicara pasti Adam akan tau siapa wanita yang ada di bawah tubuhnya semalam.

"Kamu suka pasta ya kan, gimana kalau pagi ini kita makan pasta, Semalam kan ulang tahun mu... jadi hari ini kamu yang jadi ratunya baby" Ucap Adam lembut sambil membenamkan wajahnya di leher dan rambut Kania

Uhhgg, gimana caranya aku lari nih...

Aku mau pergi dari kamar ini sekarang

Tuhan, ku tau bahwa Engkau yang maha tau, Kau tau kan kalau aku tidak bersalah, Kumohon lepaskan aku dari masalah ini Tuhan. Kania berdoa dalam hati, yahh.. saat itu memang hanya berdoa yang terlintas di pikirannya saat ini.

"Sayang, kok kamu gak jawab?" Adam melepaskan pelukannya, tangannya beralih menggeser rambut yang menutupi wajah Kania

Mati aku, sekarang ini aku gak bisa lari lagi.

Oh orang terpintar di dunia, jika saat ini kau yang ada di posisiku sekarang apa yang akan kau lakukan untuk melarikan diri

Adam menggeser helai helai rambut yang menyembunyikan wajah Kania, hingga wajahnya pun akhirnya kelihatan. Mata Adam membulat, ia terkejut melihat siapa yang ada di sampingnya saat ini.

"KANIA! " Ucap Adam sambil membalikkan tubuh Kania secara paksa, ia mundur dan menjauh ke bibir ranjang

"Mas, ini tidak seperti apa yang mas pikirkan, Nia di jebak mas, ada yang naruh obat di minuman Nia" Itu yang Kania ucapkan, untuk membela diri, ya karena memang saat ini dia bisa dibilang tidak bersalah

Adam menatap kania tidak berkedip, dari wajahnya terpancar kalau ia tidak percaya pada apa yang ia alami pagi ini. Ia melirik ke bawah dimana tubuhnya terlihat telanjang bulat tanpa sehelai kainpun yang menutupi. Adam mendekat dan menarik paksa selimut yang menutupi tubuh kania

Wajah Adam terlihat syok ketika melihat tubuh Kania juga telanjang dan dipenuhi dengan tanda merah, ****** akibat ulah dari Adam membekas di dada sampai ke lehernya

"Ja.. jadi.. ja..jadi yang, yang semalam itu bukan Najira, melainkan.. " Ucap Adam terbata, matanya menatap tajam ke arah gadis itu

Ia menendang tubuh kania hingga jatuh ke lantai, tangan Kania memegang perutnya yang terasa sakit akibat tendangan Adam yang lumayan kuat. Seketika sesak menjalar dalam dadanya

Kania menekuk kakinya ke belakang untuk menahan rasa sakit, tapi tiba tiba dia juga merasakan sakit dan nyeri di sekitar ************ pahanya

Adam turun dari ranjang, ia berjalan dan memungut pakaiannya dan memakainya. Setelah ia memakai pakaiannya, ia berjalan ke arah di mana Kania duduk tersungkur

Kania menyeret tubunya mundur hingga terbentur dengan dinding, dia melirik ke belakang yang ada hanya dinding yang membuatnya tidak bisa bergeser ke manapun lagi. Kini Adam sudah berdiri tepat di depannya, Kania melayangkan matanya menatap wajah Adam, yang terlihat hanya kemarahan dan tatapan membunuh yang siap merobek tubuh gadis itu kapanpun juga

"Ma.. mas, mas Ada.. awww" Ringisnya karena Adam menginjak kuat tulang kering Kania. Kania menarik mundur kakinya yang tadi di injak oleh Adam, dia mengelus dimana bagian yang sakit.

Adam berjongkok dan mencengkeram kuat dagu kanja, krek dia merasa ada gigi geraham yang sepertinya patah akibat cengkraman Adam yang begitu kuat

Aku tidak pernah melihat mas Adam semenakutkan ini, hari ini dia terlihat seperti orang lain.

Hari itu Adam terlihat bukan seperti dirinya yang biasa, biasanya ia terlihat hangat dan lembut. Tapi kali ini beda, ia lebih terlihat seperti setan yang siap memakan gadis yang ada didepannya dalam sekejap. Tangannya turun mencekik leher Kania

Urhh apakah aku akan mati sekarang

"Aku tidak menyangka kau akan melakukan ini pada kakakmu. Dia yang selalu memujimu dan mengatakan hal hal baik tentang mu tapi kau malah membalasnya dengan cara seperti ini" Ucapnya masih dengan tangan yang mencekik

"Kau sangat hebat Kania, kau tau semalam adalah ulang tahun Najira, dan kau memberikan hadiah yang pasti akan ia ingat sampai tua. Kau sangat menjijikkan Kania"

Saat itu Kania juga tidak bisa menyalahkan Adam, karena dia memang tidak bersalah. Kania mulai membelalakkan matanya, napasnya sudah sampai pada batasnya, Adam melepas cekikan nya saat ia melihat Kania yang mulai kehabisan oksigen

"Ohok...ohok.. " Kania terbatuk karena sesak akibat cekikan Adam

Adam mengambil sapu tangan dan mengelap tangannya yang tadi menyentuh kania. Ia melempar asal sapu tangan itu, ia mengacak rambutnya dan menendang dinding ranjang dengan kakinya

Arggghhhhh.... Teriaknya sambil tetap menendang dinding ranjang itu. Ia kembali menatap ke arah kania, dan berjalan cepat ke tempat dimana kania terduduk di lantai kamar itu

"Kenapa kau sangat kejam pada kakakmu hah!, Kenapa untuk memuaskan rasa gatal mu, kau malah memakai ku. Aku ini calon kakak iparmu Kania... Apa kau tidak memikirkan perasaan Najira" Ucap Adam sambil mengguncang guncang tubuh Kania

" Hiks.. bukan begitu mass.., Nia juga gak tau, ada yang menaruh obat dalam minuman Nia masss" Kini ada air yang mengalir dari matanya, lama lama air itu beranak sungai hingga membasahi pipinya

Sungguh kacau saat itu perasaan kania. Dia tidak tau dia harus menyalahkan siapa hari itu, Dia juga adalah korban dalam kasus itu, dia juga dijebak. Tapi, anehnya malah dia yang dianggap sebagai wanita gatal, dihina dan disakiti secara fisik. Keperawanan nya juga sudah hilang, Kania benar tidak ada harganya lagi.

Tidak ada lagi alasannya untuk hidup. Kalaulah orang tuanya juga tau akan masalah ini, pasti tidak ada lagi tempat nya untuk pulang.

Mengapa semua ini bisa terjadi padanya, bukankah apa yang kita tanam itu juga yang kita tuai... tapi mengapa Kania menuai Pil pahit ini, padahal dia tidak pernah menanamnya sama sekali.

Perasaannya campur aduk, dia tidak bisa berpikir secara jernih. Yang terlintas di pikiran ku saat nya adalah MATI MATI MATI.

Dia mendengar itu di telinganya, Kata mati terngiang iang memenuhi kepalanya

Tok.. tok.. tok. suara ketukan pintu kamar

"Morning sayanggggg.... ayo jangan ngebo, udah siang baby... " Terdengar suara Najira dari balik pintu yang tertutup

Deg Kania dan Adam seketika melihat ke arah pintu itu. Wajah mereka memucat, mereka tidak berani membayangkan bagaimana ekspresi dan reaksi Najira jika melihat mereka dalam keadaan seperti ini.

Bersambung...

BAB 3. Apa Alasannya

Apa Alasannya

POV KANIA

Keringat dingin sudah membasahi setiap lekuk tubuhku saat itu. Mas Adam juga, ia terlihat gemetaran, tubuhnya berdiri kaku menatap ke arah pintu, keringat mengalir deras membasahi tubuh mas Adam.

Apa kalian tanya apa aku tidak takut?. Takut, aku sangat takut. Aku takut kak Jira tau, aku takut bapak dan ibu ku tau. Walau sebenarnya aku di jebak, tapi rasa takut itu nyata di hatiku. Berkali kali mataku menatap ke arah pintu, aku tidak tau kemana aku harus lari. Yang pasti aku belum siap bertemu kak Jira saat itu.

"Baby... cepetan buka. Kartu yang kamu kasih ke aku hilang, jadi aku gak bisa masuk nih" Ucap kak Jira dari balik pintu yang tertutup, sesekali terdengar lagi suara ketukan dari pintu itu

Mas Adam segera berlari kecil ke arah nakas, ia meraih air putih yang ada di atas meja kecil itu. Mas Adam menghabiskan minuman itu dalam sekali teguk, ia mencoba mengembalikan rasa fokus pada dirinya. Setelah itu, Mas Adam memungut pakaianku yang tercampak dan berserakan di lantai. Ia melempar pakaian itu ke arah ku, mengenai wajahku. Kau bersembunyi di kamar mandi, ucap mas Adam dingin, ia berbicara tanpa melihat ke arah ku.

Aku memeluk pakaian itu di dadaku, dengan kaki yang gemetaran aku berusaha berdiri. Aku memegang dinding sebagai tumpuan, rasa sakit di bagian ************ pahaku membuatku menjadi susah untuk berjalan. Dengan perlahan aku berjalan menuju kamar mandi, tapi tiba tiba mas Adam mencengkeram tangan ku dan menarik ku dengan paksa. Ia menghempaskan tubuhku hingga tersungkur ke lantai kamar mandi. Dari tatapan mata mas Adam yang dingin saat melihatku, jelas sekali kalau pria yang berdiri di depan ku ini sangat membenci ku

"Kau sengaja jalan lama lama ya kan, supaya Najira keburu tau ya kan" Ucap mas Adam dingin sambil mencengkeram kuat bahu ku. Aku meringis, ada air yang ingin keluar dari mataku, tapi dengan sekuat tenaga aku berusaha membendung air itu agar tidak lolos dan membasahi pipiku.

Tiba tiba rasa sakit di area perut ku semakin menjadi jadi, rasa sakit akibat tendangan dari mas Adam terasa seperti menyayat-nyayat organ dalam perutku. Aku merintih kesakitan, tapi laki laki di depanku ini seperti setan yang tidak punya hati. Saat Najira datang, kau jangan berani beraninya keluar dari kamar mandi ini, itu yang di ucapkan mas Adam sebelum menghilang dari balik pintu kamar mandi yang tertutup.

Mas Adam berjalan ke arah pintu. Ia menarik napasnya dalam, dan tangannya menggenggam ganggang pintu. Krekk Perlahan pintu itu terbuka. "Lama banget sih bukanya" Ucap kak Jira manja sambil memeluk tubuh laki laki itu.

Maaf kan aku sayang. Batin mas Adam, tangannya ragu ragu membalas pelukan dari kekasihnya

"Kok kamu bau parfum wanita sih" Ujar kak Jira tiba tiba setelah mendongak kan kepalanya dari dada mas Adam. Seketika wajah mas Adam berubah pias

"Jawab Adam! " Kini kak Jira terlihat emosi, ia mencengkram kerah baju mas Adam

"Kamu Mikir apa sih Jira. Mungkin ini hanya bau parfum para pengunjung pesta semalam. Semalam itu aku langsung tidur. Mataku ngantuk banget, jadi aku gak sempat mandi baby" Ucap mas Adam mencoba meyakinkan, ia membelai lembut rambut kak Jira

"Ku kira kamu mengkhianati aku, aku takut. Kamu jangan berani bohong sama aku ya, awas lho" Ucap kak Jira lembut, ia sekali lagi membenamkan wajahnya di dada bidang mas Adam

Tangan mas Adam terlihat menggantung di belakang punggung kak Jira. Ia ragu, ia ragu membalas pelukan dari pacarnya. Mas Adam sangat merasa bersalah pada kak Jira, dan ia merasa malu pada dirinya sendiri. Bisa bisanya ia beradu desahan pada wanita lain, wanita yang bukan lain adalah adik dari Najira sendiri

"Kamu kok aneh banget sih. Meluk aku aja kamu gak mau, apa ada yang kamu sembunyikan dariku" Kak Jira mulai curiga

"Gak ada baby. Udah yuk, kita cari sarapan di luar" Ucap mas Adam sambil mencium kening kak Jira. Tangannya menggenggam tangan kak Jira, dan mereka melangkah keluar dari kamar. Tapi betulkan gak ada yang kamu tutuppi dari aku, ujar kak Jira sambil memberhentikan langkahnya. Betul sayang, aku gak bohong, ucap mas Adam sekali lagi berusaha meyakinkan, ia memberi tatapan lembut pada kak Jira.

Maaf kan aku Najira, aku tidak punya keberanian untuk memberi tahu masalah ini padamu. Nanti pasti akan ku beri tau, tapi bukan sekarang. Apakah saat kamu tau tentang masalah ini, kamu masih mau menerima diriku. Batin mas Adam, setelah itu mereka berjalan semakin jauh hingga keluar dari hotel bintang lima itu

Di kamar mandi

Setelah mas Adam pergi, aku merangkak ke

dekat dinding, ku sandarkan punggung ku ke dinding kamar mandi itu. Aku memejamkan mataku, menarik nafas dalam. Ku hembuskan nafas itu dengan kasar, air yang sedari tadi berusaha ku bendung kini mulai pecah. Air itu lolos dari pelupuk mataku, mengalir deras membasahi pipi ku. Aku menutup mulut ku dengan kedua telapak tangan ku, agar isak tangis ku tidak sampai kedengaran oleh orang lain. Rasa sesak menyeruak dan memenuhi dadaku, sungguh kacau saat itu perasaan ku. Aku benci hidup ku, aku tidak suka tubuh ku. Aku merasa jijik dengan tubuh ku ini, tubuh yang kotor, tubuh yang sudah berhubungan terlarang dengan orang yang salah.

Lama aku menangis, dan akhirnya mataku seakan kering sankin banyaknya air yang berlinang dari pelupuk mataku. Aku mengatur deru napas ku yang terasa sesak, dan aku menyeka air mataku. Aku berusaha berdiri dengan memegang dinding sebagai tumpuan. Perlahan ku langkah kan kaki ku menuju bak mandi. Aku mengisi bak mandi dengan air dingin, segera ku tenggelam kan tubuhku ke dalam air itu.

Ku sandarkan kepalaku ke bibir bak mandi, aku memejamkan mata ku. Pikiranku berlarian entah kemana, aku tidak punya keberanian untuk menghadapi masalah ini.

Siapa orang yang telah memberiku obat, apa alasan dan tujuannya. Aku tidak punya musuh, bersinggungan dengan orang lain saja aku tidak pernah. Jadi siapa dalang dari masalah ini. Pikiran Ku saat itu benar benar kacau. Aku tidak tau siapa dalang dari masalah ini, apa alasan dan tujuan nya pun aku tidak tau.

Lama aku berendam, membiarkan air itu menenangkan pikiran ku walau sedikit. Setelah itu aku bangkit dan keluar dari kamar mandi, aku meraih pakaianku dan segera memakainya. Lalu aku berjalan keluar dari kamar mandi, berjalan menuju tas ku yang tergeletak di lantai. Aku menenteng tas itu, dan berjalan menuju pintu.

Aku mengeluarkan kartu yang semalam di berikan Merlin padaku, ku buka pintu itu dengan kartu yang ada di tanganku. Setelah pintu terbuka, aku melangkah keluar. Aku melayangkan mataku menatap nomor kamar yang ada di depanku

1265, Aku gak salah kamar kok. Jelas jelas semalam Merlin bilang kalau kamar kami itu nomor 1265, aku inget banget itu. Masa sih, Merlin yang menjebak ku. Kalau iya pun, apa alasan nya cobak

Aku menatap lekat nomor kamar itu, pikiranku berlarian menerka ke mana mana. Ku balikkan tubuhku tiba tiba dan berjalan menjauhi kamar itu. Aku melangkah dengan cepat, tanpa melirik ke belakang lagi hingga aku keluar dari hotel itu

Aku lunglai berjalan menuju jalan besar. Pikiranku kosong, aku menyeret kaki ku untuk melangkah. Kejadian semalam terlintas lagi di pikiran ku, mencambuk habis hatiku.

Argggggggg, kau sangat bodoh kaniaaaaa kau gak guna, gak guna , gak guna, gak guna. Aku saat itu hanya bisa mengutuki diriku, tidak ada cara yang bisa ku pikirkan untuk keluar dari masalah ini tanpa menyakiti perasaan orang lain.

Aku teringat lagi pada Merlin, aku merogoh tasku dan mengambil hanphone milikku dari dalamnya. Aku menghubungi nomor yang tersimpan di kontak ponsel ku, dan ku arahkan ponsel itu ke depan telingaku. Dengan sedikit harapan aku mencoba menghubungi Merlin, semoga aku bisa meluruskan benang kusut ini, dengan menanyakan beberapa pertanyaan padanya

Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi. Setelah menunggu beberapa saat, hanya itu yang terdengar oleh telingaku.

Aku menelepon Merlin berkali kali, tapi tetap jawaban yang sama yang kudapat. Merlin berada di luar jangkauan. Sejak hari itu, Merlin menghilang. Ia seakan akan lenyap dari bumi. Nomornya tidak bisa di hubungi, yang jelas aku lost kontak dengan Merlin

Apa Merlin tau sesuatu, kartu ini dia yang beri. Jadi pasti dia tau sesuatu, tapi masa sih dia yang menjebak ku. Apa alasannya coba...

Mataku menatap ke ujung jalan, tanganku terjulur ke depan untuk menghentikan taxi yang melintas. Saat mobil itu berhenti, aku segera naik dan duduk di kursi belakang. Setelah itu, pak supir menjalankan mobilnya perlahan membelah jalanan yang semakin siang semakin ramai.

Aku menyandarkan kepalaku ke sandaran kursi, mataku menatap ke arah luar jendela mobil. Ku sapu semua dengan mataku, ku pandang apa yang bisa ku pandang

"Ke jalan xx ya pak" Ucap ku memberi tahu alamat rumahku. Setelah itu mataku terpejam. Akibat terlalu banyak nangis, mataku terasa berat dan enggan untuk terbuka. Aku mengantuk, sepertinya aku mulai tenggelam ke dalam mimpi.

Lebih baik aku tidur, karena rasa bersalah itu tidak akan menghantui ku sampai ke alam mimpi.

Selamat tidur Kania, kuatkan diri mu. Ke depannya akan muncul banyak fakta dan kejadian yang akan membuat mu terkejut.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!