Pada Malam itu
Malam itu adalah malam paling buruk dalam sejarah kehidupan kania. Bagaimana tidak, hotel Sharon bintang lima adalah tempat dimana dia terjerat dalam hubungan yang seharusnya tidak pernah terjadi. Hubungan yang salah antara dia dan calon kakak iparnya
Kania, Kania mayang kusuma. adalah anak angkat dari keluarga bapak Kusuma. Mereka mengangkat gadis itu saat berumur empat tahun. Dia adalah korban anak hilang saat tragedi tsunami di daerah xx
Keluarga bapak Kusuma sangat baik padanya, mereka menganggap Kania sebagai anak kandungnya. Memberi kehangatan dan kasih sayang. Bapak angkat Kania adalah seorang polisi. Dan ibu angkatnya, Mayang adalah guru sma negeri di Bandung. Kania juga punya kakak angkat yang bernama Najira mayang Kusuma.
Najira adalah anak pertama dari keluarga kusuma. Dia yang parasnya cantik, bermata coklat dan rambut ombak bergelombang, ditambah tubuhnya yang jenjang dan langsing mampu membuat semua pria di desa jatuh hati pada wanita itu
Kak Jira mempunyai seorang kekasih bernama Adam Rahardian. Mas Adam mengaku kalau dia hanyalah seorang guru honor di sma swasta Bandung.
Pemuda tampan dan tinggi, serta berdada bidang itu, Seharusnya menjadi kakak ipar Kania. Tapi kejadian pada malam itu, membuat Adam dan Kania terpaksa mengikat janji pernikahan. Di hadapan orang tua dan keluarga, di hadapan semua kerabat, bahkan di hadapan Najira.
Kania sangat paham bagaimana perasaan kak Jira saat itu. Dia harus melihat calon suaminya menikah dengan adiknya, di depan matanya sendiri.
Malam itu tidak akan pernah bisa di hapus dari ingatan Kania. Malam dimana Kania melakukan kesatuan tubuh bersama orang yang salah, bersama calon kakak iparnya
Kania tidak bisa menyebut itu sebagai pemerkosaan, dan dia juga tidak terima jika di sebut sebagai wanita gatal yang bermalam dengan calon kakak iparnya. Sebab, pada malam itu entah mengapa dia merasa ada yang aneh pada dirinya, dan kehilangan kontrol pada diri.
Kania sangat ingat malam itu, tepatnya hari itu adalah ulang tahun kak Jira yang ke 25 tahun. Diadakan pesta ulang tahun kak Jira di hotel bintang lima, hotel Sharon.
Malam itu adalah pesta ulang tahun yang sangat spesial bagi kak Jira. Bagaimana tidak, pada malam itu ia dan mas Adam mengumumkan pernikahan mereka di depan semua tamu undangan.
Terpancar jelas rasa bahagia dari raut wajah kak Jira dan mas Adam saat itu. Rasa sukacita menyeruak di hati mereka saat mereka mengabarkan pernikahan mereka sebulan lagi, yaitu bulan depan tepatnya bulan desember tanggal 31 bulan itu di akhir tahun.
Malam itu semakin larut, dan pesta sudah sampai pada penghujung acara. Para tamu undangan satu persatu meninggalkan tempat.
Kania dan Merlin sedang mengobrol di meja warna putih dekat kolam renang hotel. Malam yang larut dan lampu lampu hotel yang gemerlap, membuat suasana menjadi tambah menyenangkan bagi kami untuk ngerumpi.
Saat itu Merlin terlihat sedang melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Ke kamar yuk, aku udah ngantuk". Lalu itu yang diucapkan Merlin kepada Kania setelah melihat arlojinya.
"Yuk lah, kita kamarnya bareng kan?" Kania menghabiskan minuman ku dalam sekali teguk
Kania dan Merlin beranjak dari tempat duduk dan pergi menuju kamar mereka. Di koridor hotel, Merlin tiba tiba menghentikan langkahnya dan menatap Kania dengan wajah pucat dan terkejut.
"Kamu kenapa Mer", Taya Kania. Merlin tetap menatap dengan ekspresi wajah pias.
"Hanphone Aku... hanphone aku ketinggalan Nia. Ucap Merlin sambil mengguncang guncang tubuh Kania.
"Is.. Kamu ini ceroboh banget sih, ketinggalan di mana?"
"Kayaknya di meja depan tadi. Kamu duluan ke kamar ya, kamar kita nomor 1265, ini nih kartu kamarnya" Merlin memberi kartu kamar pada Kania.
"Ingat... kamar no 1265, Kamu jangan salah kamar ya nyet" Ucap Merlin sambil berlari meninggalkan Kania di koridor hotel.
"Kamu tuh yang monyet!" Sebal kania, lalu menjulurkan lidah.
Malam itu, hanya Kania yang ada di sepanjang koridor, tidak ada pelayanan, maupun tamu hotel lainnya.
Kok sepi ya... perasaanku gak enak, Apa memang koridor hotel sudah sepi pada jam-jam begini?
Kania pun sampai di kamar itu, membuka pintu kamar menggunakan kartu yang tadi di berikan Merlin
Kania menatap kamar itu dari sudut ke sudut, Menyapu ruangan itu dengan matanya
WAAH! Apa benar ini kamarnya...
Widih.. ini mah lebih mirip kamar vvip,
Kania berjalan letih memasuki kamar. Meletakkan asal tasnya, membuka sepatu hak tinggi yang melukai kaki itu. Pengen langsung mandi lalu bobok ahhh..
Tapi, Tiba tiba, Kania merasa dirinya sangat panas dan itu membuatnya kesakitan. Kania terjatuh dan tersungkur di lantai. Napasnya menggebu dan tidak beraturan
Apa.. apa yang terjadi dengan diriku. pa.. panas, sakit. Aku gak ta.. tahan, perasaan apa ini
Tiba tiba pintu terbuka, dan masuklah seseorang ke kamar itu
Lho.. siapa itu?, Bukankah kartu kamar ada padaku, kenapa orang itu bisa masuk
Lampu kamar yang agak redup membuat Kania tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang itu. Dia berjalan ke arah Kania, berjongkok dan memeluk dari belakang.
"Sayang.?" Ucap orang itu tepat di telinga Kania dan menempelkan wajahnya di leher gadis itu. Suaranya berat, deru nafasnya menggebu.
Ini kan... suara mas Adam, kok dia di sini.. kan pestanya belum selesai
Tapi Kania yang sudah di butakan oleh nafsu mulai kehilangan akal sehat. Gawat sepertinya ada yang memberikannya obat. Kania membalikkan badan menghadap pria yang sedang memeluk dari belakang tadi. Melingkarkan tangan di pundaknya, dan membenamkan wajah ke dadanya yang bidang.
Pria itu juga memeluknya semakin erat. Panas menjalar dikedua tubuh dua anak manusia itu. Adam kehilangan akal sehat, sama seperti Kania yang juga kehilangan atas kontrol dirinya.
Jemari kekar Adam menyelusup dibalik leher Kania, diremasnya lembut leher wanita itu, membuat Kania mendongak. Mata mereka saling menatap, keduanya dibawah pengaruh obat, didetik selanjutnya bibir mereka bertemu dan saling melahap. Seperti orang kehausan, Sama sama hilang akal.
Entah sejak kapan jemari Adam telah meloloskan pakaian dan pakaian dalam kania, sekarang wanita itu polos di hadapannya. Matanya menggelap, menelan salivanya, dan di detik berikutnya mengendong tubuh Kania dan di jatuhkan ke atas ranjang.
Kania menggeliat, panas tubuhnya semakin mejadi. Adam naik keatas tubuhnya, menarik dasinya sampai terlepas, melepas kemejanya dengan menggebu. Dada Kania naik turun saat bernafas, malam ini, calon kakak iparnya itu begitu seksi.
Adam yang hilang akal, hanya ada hasrat yang memimpinnya malam ini, pokirannya terasa kosong, sangat terangsang, sangat bernafsu. Mulai mengecup mulai dari leher jenjang kania, meninggalkan jejak merah diseluruh tubuh gadis itu, sampai ke ujung kaki. Keduanya tidak berbicara, hanya deru nafas pertanda kenikmatan yang salah yang berkuasa malam ini.
Wajah Adam berada dikedua paha Kania yang terbuka, matanya sayu, mengecup paha itu, menambah satu jejak merah lagi diantara banyak jejak merah nyang ditinggalkannya juga.
Malam ini tidak terelakkan, Kania hanya menggigit bibirnya sambil mencengkram sprei saat penyatuan mereka, saat Adam memasukkan miliknya dan menembus kehormatan Kania. Saat Keperawanan gadis itu telah diambil oleh calon kakak ipar.
Pikiran Kania terasa kosong, tubuhnya terasa ringan. Milik Adam terasa semakin membesar didalam sana.
"Ahhhh..."
Punggung gadis itu terangkat saat pelepasanya, nafasnya menderu, belum selesai saat pelepasan tapi Adam tidak berhenti bergerak, membuat Kania tersiksa. Matanya membelalak desahan dan nafas tertahan terdengar memenuhi sampai ke langit langit kamar. Kepala Kania terasa berputar Adam tidak memberi nya waktu istirahat.
Adam meremas kasar dada Kania, kemudian menampar gemas bokong dan paha gadis itu. Gerakannya semakin cepat, didetik berikutnya Adam melepaskan seluruh cairannya kedalam rahim Kania. Kenikmatan menyelimutinya. Menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuh Kania. Memeluknya erat, nafas keduanya masih tidak beraturan.
Kania mebelakangi Adam, lakilaki itu memeluknya erat. Detak jantung yang mulai teratur, dan ngantuk mulai menguasai. Sebelum Adam benar-benar tenggelam dalam tidur, lailaki itu menyebut satu nama, yang seolah batu besar yang di lempar tepat di hati Kania.
"Aku cinta kamu, Jira"
Entah bencana seperti apa yang akan menanti kania setelah esok membuka mata. Entahlah
Siapa dalang dari jerat pada malam itu...
Bersambung...
Paginya, kania membuka matanya perlahan. Dia menggeliat kecil di bawah pelukan tangan besar itu, Kania mengucek matanya mengumpulkan nyawa yang masih berlarian.
"Sayang... kamu udah bangun" Ucap seseorang tepat di telinga kania dengan suara serak ciri khas orang baru bangun tidur
Deg... Kania terkejut, wajahnya memucat dan seketika tubuhnya menjadi kaku sankin ketakutannya. kejadian semalam terlintas lagi di pikiran nya, kejadian dimana dia dan calon kakak iparnya melakukan hubungan yang seharusnya tidak pernah terjadi
Mungkin saat ini Adam belum membuka matanya. Jadi, dia tidak menyadari siapa yang tidur di pelukannya.
"Sayang, badanmu pasti sakit dan pegal yah.. kamu bobok aja, biar aku yang pesan makanan buat sarapan kita" Ucap Adam sambil mempererat pelukannya
Kania tidak menjawab, lebih tepatnya dia tidak berani mengeluarkan suara. Karena kalau dia berbicara pasti Adam akan tau siapa wanita yang ada di bawah tubuhnya semalam.
"Kamu suka pasta ya kan, gimana kalau pagi ini kita makan pasta, Semalam kan ulang tahun mu... jadi hari ini kamu yang jadi ratunya baby" Ucap Adam lembut sambil membenamkan wajahnya di leher dan rambut Kania
Uhhgg, gimana caranya aku lari nih...
Aku mau pergi dari kamar ini sekarang
Tuhan, ku tau bahwa Engkau yang maha tau, Kau tau kan kalau aku tidak bersalah, Kumohon lepaskan aku dari masalah ini Tuhan. Kania berdoa dalam hati, yahh.. saat itu memang hanya berdoa yang terlintas di pikirannya
"Sayang, kok kamu gak jawab?" Adam melepaskan pelukannya, tangannya beralih menggeser rambut yang menutupi wajah Kania
Mati aku, sekarang ini aku gak bisa lari lagi.
Oh orang terpintar di dunia, jika saat ini kau yang ada di posisiku sekarang apa yang akan kau lakukan untuk melarikan diri
Adam menggeser helai helai rambut yang menyembunyikan wajah Kania, hingga wajahnya pun akhirnya kelihatan. Mata Adam membulat, ia terkejut melihat siapa yang ada di sampingnya saat ini.
"KANIA! " Ucap Adam sambil membalikkan tubuh Kania secara paksa, ia mundur dan menjauh ke bibir ranjang
"Mas, ini tidak seperti apa yang mas pikirkan, Nia di jebak mas, ada yang naruh obat di minuman Nia" Itu yang Kania ucapkan, untuk membela diri, ya karena memang saat ini dia bisa dibilang tidak bersalah
Adam menatap kania tidak berkedip, dari wajahnya terpancar kalau ia tidak percaya pada apa yang ia alami pagi ini. Ia melirik ke bawah dimana tubuhnya terlihat telanjang bulat tanpa sehelai kainpun yang menutupi. Adam mendekat dan menarik paksa selimut yang menutupi tubuh kania
Wajah Adam terlihat syok ketika melihat tubuh Kania juga telanjang dan dipenuhi dengan tanda merah, cupang akibat ulah dari Adam membekas di dada sampai ke lehernya
"Ja.. jadi.. ja..jadi yang, yang semalam itu bukan Najira, melainkan.. " Ucap Adam terbata, matanya menatap tajam ke arah gadis itu
Ia mendorong tubuh kania hingga jatuh ke lantai, Adam sankin tidak bisa mengontrol diri tidak sengaja menggunakan kekuatan terlalu banyak. Tubuh kania tersungkur di lantai. Meraba sekeliling mencari selimut untuk menutupi diri yang telanjang. Seketika sesak menjalar dalam dadanya
Kania menekuk kakinya ke belakang untuk menahan rasa sakit, tapi tiba tiba dia juga merasakan sakit dan nyeri di sekitar selangkangan pahanya
Adam turun dari ranjang, ia berjalan dan memungut pakaiannya dan memakainya. Setelah ia memakai pakaiannya, ia berjalan ke arah di mana Kania duduk tersungkur
Kania menyeret tubuhnya mundur hingga terbentur dengan dinding, dia melirik ke belakang yang ada hanya dinding yang membuatnya tidak bisa bergeser ke manapun lagi. Kini Adam sudah berdiri tepat di depannya, Kania melayangkan matanya menatap wajah Adam, yang terlihat hanya kemarahan dan tatapan membunuh yang siap merobek tubuh gadis itu kapanpun juga
"Ma.. mas, mas Ada.. awww" Ringisnya karena Adam menginjak kuat tulang kering Kania. Kania menarik mundur kakinya yang tadi di injak oleh Adam, dia mengelus dimana bagian yang sakit.
Adam berjongkok dan mencengkeram kuat dagu kanja, krek dia merasa ada gigi geraham yang sepertinya patah akibat cengkraman Adam yang begitu kuat
Aku tidak pernah melihat mas Adam semenakutkan ini, hari ini dia terlihat seperti orang lain.
Hari itu Adam terlihat bukan seperti dirinya yang biasa, biasanya ia terlihat hangat dan lembut. Tapi kali ini beda, ia lebih terlihat seperti setan yang siap memakan gadis yang ada didepannya dalam sekejap. Tangannya turun mencekik leher Kania
Urhh apakah aku akan mati sekarang
"Aku tidak menyangka kau akan melakukan ini pada kakakmu. Dia yang selalu memujimu dan mengatakan hal hal baik tentang mu tapi kau malah membalasnya dengan cara seperti ini" Ucapnya masih dengan tangan yang mencekik
"Kau sangat hebat Kania, kau tau semalam adalah ulang tahun Najira, dan kau memberikan hadiah yang pasti akan ia ingat sampai tua. Kau sangat menjijikkan Kania"
Saat itu Kania juga tidak bisa menyalahkan Adam, karena dia memang tidak bersalah. Kania mulai membelalakkan matanya, napasnya sudah sampai pada batasnya, Adam melepas cekikan nya saat ia melihat Kania yang mulai kehabisan oksigen
"Ohok...ohok.. " Kania terbatuk karena sesak akibat cekikan Adam
Adam mengambil sapu tangan dan mengelap tangannya yang tadi menyentuh kania. Ia melempar asal sapu tangan itu, ia mengacak rambutnya dan menendang dinding ranjang dengan kakinya
Arggghhhhh.... Teriaknya sambil tetap menendang dinding ranjang itu. Ia kembali menatap ke arah kania, dan berjalan cepat ke tempat dimana kania terduduk di lantai kamar itu
"Kenapa kau sangat kejam pada kakakmu hah!, Kenapa untuk memuaskan rasa gatal mu, kau malah memakai ku. Aku ini calon kakak iparmu Kania... Apa kau tidak memikirkan perasaan Najira" Ucap Adam sambil mengguncang guncang tubuh Kania
" Hiks.. bukan begitu mass.., Nia juga gak tau, ada yang menaruh obat dalam minuman Nia masss" Kini ada air yang mengalir dari matanya, lama lama air itu beranak sungai hingga membasahi pipinya
Sungguh kacau saat itu perasaan kania. Dia tidak tau dia harus menyalahkan siapa hari itu, Dia juga adalah korban dalam kasus itu, dia juga dijebak. Tapi, anehnya malah dia yang dianggap sebagai wanita gatal, dihina dan disakiti secara fisik. Keperawanan nya juga sudah hilang, Kania benar tidak ada harganya lagi.
Tidak ada lagi alasannya untuk hidup. Kalaulah orang tuanya juga tau akan masalah ini, pasti tidak ada lagi tempat nya untuk pulang.
Mengapa semua ini bisa terjadi padanya, bukankah apa yang kita tanam itu juga yang kita tuai... tapi mengapa Kania menuai Pil pahit ini, padahal dia tidak pernah menanamnya sama sekali.
Perasaannya campur aduk, dia tidak bisa berpikir secara jernih. Yang terlintas di pikiran ku saat nya adalah MATI MATI MATI.
Dia mendengar itu di telinganya, Kata mati terngiang iang memenuhi kepalanya
Tok.. tok.. tok. suara ketukan pintu kamar
"Morning sayanggggg.... ayo jangan ngebo, udah siang baby... " Terdengar suara Najira dari balik pintu yang tertutup
Deg Kania dan Adam seketika melihat ke arah pintu itu. Wajah mereka memucat, mereka tidak berani membayangkan bagaimana ekspresi dan reaksi Najira jika melihat mereka dalam keadaan seperti ini.
Bersambung...
Apa Alasannya
POV KANIA
Keringat dingin sudah membasahi setiap lekuk tubuhku saat itu. Mas Adam juga, ia terlihat gemetaran, tubuhnya berdiri kaku menatap ke arah pintu, keringat mengalir deras membasahi tubuh mas Adam.
Apa kalian tanya apa aku tidak takut?. Takut, aku sangat takut. Aku takut kak Jira tau, aku takut bapak dan ibu ku tau. Walau sebenarnya aku di jebak, tapi rasa takut itu nyata di hatiku. Berkali kali mataku menatap ke arah pintu, aku tidak tau kemana aku harus lari. Yang pasti aku belum siap bertemu kak Jira saat itu.
"Baby... cepetan buka. Kartu yang kamu kasih ke aku hilang, jadi aku gak bisa masuk nih" Ucap kak Jira dari balik pintu yang tertutup, sesekali terdengar lagi suara ketukan dari pintu itu
Mas Adam segera berlari kecil ke arah nakas, ia meraih air putih yang ada di atas meja kecil itu. Mas Adam menghabiskan minuman itu dalam sekali teguk, ia mencoba mengembalikan rasa fokus pada dirinya. Setelah itu, Mas Adam memungut pakaianku yang tercampak dan berserakan di lantai. Ia melempar pakaian itu ke arah ku, mengenai wajahku. Kau bersembunyi di kamar mandi, ucap mas Adam dingin, ia berbicara tanpa melihat ke arah ku.
Aku memeluk pakaian itu di dadaku, dengan kaki yang gemetaran aku berusaha berdiri. Aku memegang dinding sebagai tumpuan, rasa sakit di bagian selangkangan pahaku membuatku menjadi susah untuk berjalan. Dengan perlahan aku berjalan menuju kamar mandi, tapi tiba tiba mas Adam mencengkeram tangan ku dan menarik ku dengan paksa. Ia menghempaskan tubuhku hingga tersungkur ke lantai kamar mandi. Dari tatapan mata mas Adam yang dingin saat melihatku, jelas sekali kalau pria yang berdiri di depan ku ini sangat membenci ku
"Kau sengaja jalan lama lama ya kan, supaya Najira keburu tau ya kan" Ucap mas Adam dingin sambil mencengkeram kuat bahu ku. Aku meringis, ada air yang ingin keluar dari mataku, tapi dengan sekuat tenaga aku berusaha membendung air itu agar tidak lolos dan membasahi pipiku.
"Saat Najira datang, kau jangan berani beraninya keluar dari kamar mandi ini", itu yang di ucapkan mas Adam sebelum menghilang dari balik pintu kamar mandi yang tertutup.
Mas Adam berjalan ke arah pintu. Ia menarik napasnya dalam, dan tangannya menggenggam ganggang pintu. Krekk Perlahan pintu itu terbuka. "Lama banget sih bukanya" Ucap kak Jira manja sambil memeluk tubuh laki laki itu.
Maaf kan aku sayang. Batin mas Adam, tangannya ragu ragu membalas pelukan dari kekasihnya
"Kok kamu bau parfum wanita sih" Ujar kak Jira tiba tiba setelah mendongak kan kepalanya dari dada mas Adam. Seketika wajah mas Adam berubah pias
"Jawab Adam! " Kini kak Jira terlihat emosi, ia mencengkram kerah baju mas Adam
"Kamu Mikir apa sih Jira. Mungkin ini hanya bau parfum para pengunjung pesta semalam. Semalam itu aku langsung tidur. Mataku ngantuk banget, jadi aku gak sempat mandi baby" Ucap mas Adam mencoba meyakinkan, ia membelai lembut rambut kak Jira
"Ku kira kamu mengkhianati aku, aku takut. Kamu jangan berani bohong sama aku ya, awas lho" Ucap kak Jira lembut, ia sekali lagi membenamkan wajahnya di dada bidang mas Adam
Tangan mas Adam terlihat menggantung di belakang punggung kak Jira. Ia ragu, ia ragu membalas pelukan dari pacarnya. Mas Adam sangat merasa bersalah pada kak Jira, dan ia merasa malu pada dirinya sendiri. Bisa bisanya ia beradu desahan pada wanita lain, wanita yang bukan lain adalah adik dari Najira sendiri
"Kamu kok aneh banget sih. Meluk aku aja kamu gak mau, apa ada yang kamu sembunyikan dariku" Kak Jira mulai curiga
"Gak ada baby. Udah yuk, kita cari sarapan di luar" Ucap mas Adam sambil mencium kening kak Jira. Tangannya menggenggam tangan kak Jira, dan mereka melangkah keluar dari kamar. Tapi betulkan gak ada yang kamu tutuppi dari aku, ujar kak Jira sambil memberhentikan langkahnya. Betul sayang, aku gak bohong, ucap mas Adam sekali lagi berusaha meyakinkan, ia memberi tatapan lembut pada kak Jira.
Maaf kan aku Najira, aku tidak punya keberanian untuk memberi tahu masalah ini padamu. Nanti pasti akan ku beri tau, tapi bukan sekarang. Apakah saat kamu tau tentang masalah ini, kamu masih mau menerima diriku. Batin mas Adam, setelah itu mereka berjalan semakin jauh hingga keluar dari hotel bintang lima itu
Di kamar mandi
Setelah mas Adam pergi, aku merangkak ke
dekat dinding, ku sandarkan punggung ku ke dinding kamar mandi itu. Aku memejamkan mataku, menarik nafas dalam. Ku hembuskan nafas itu dengan kasar, air yang sedari tadi berusaha ku bendung kini mulai pecah. Air itu lolos dari pelupuk mataku, mengalir deras membasahi pipi ku. Aku menutup mulut ku dengan kedua telapak tangan ku, agar isak tangis ku tidak sampai kedengaran oleh orang lain. Rasa sesak menyeruak dan memenuhi dadaku, sungguh kacau saat itu perasaan ku. Aku benci hidup ku, aku tidak suka tubuh ku. Aku merasa jijik dengan tubuh ku ini, tubuh yang kotor, tubuh yang sudah berhubungan terlarang dengan orang yang salah.
Lama aku menangis, dan akhirnya mataku seakan kering sankin banyaknya air yang berlinang dari pelupuk mataku. Aku mengatur deru napas ku yang terasa sesak, dan aku menyeka air mataku. Aku berusaha berdiri dengan memegang dinding sebagai tumpuan. Perlahan ku langkah kan kaki ku menuju bak mandi. Aku mengisi bak mandi dengan air dingin, segera ku tenggelam kan tubuhku ke dalam air itu.
Ku sandarkan kepalaku ke bibir bak mandi, aku memejamkan mata ku. Pikiranku berlarian entah kemana, aku tidak punya keberanian untuk menghadapi masalah ini.
Siapa orang yang telah memberiku obat, apa alasan dan tujuannya. Aku tidak punya musuh, bersinggungan dengan orang lain saja aku tidak pernah. Jadi siapa dalang dari masalah ini. Pikiran Ku saat itu benar benar kacau. Aku tidak tau siapa dalang dari masalah ini, apa alasan dan tujuan nya pun aku tidak tau.
Lama aku berendam, membiarkan air itu menenangkan pikiran ku walau sedikit. Setelah itu aku bangkit dan keluar dari kamar mandi, aku meraih pakaianku dan segera memakainya. Lalu aku berjalan keluar dari kamar mandi, berjalan menuju tas ku yang tergeletak di lantai. Aku menenteng tas itu, dan berjalan menuju pintu.
Aku mengeluarkan kartu yang semalam di berikan Merlin padaku, ku buka pintu itu dengan kartu yang ada di tanganku. Setelah pintu terbuka, aku melangkah keluar. Aku melayangkan mataku menatap nomor kamar yang ada di depanku
1265, Aku gak salah kamar kok. Jelas jelas semalam Merlin bilang kalau kamar kami itu nomor 1265, aku inget banget itu. Masa sih, Merlin yang menjebak ku. Kalau iya pun, apa alasan nya cobak
Aku menatap lekat nomor kamar itu, pikiranku berlarian menerka ke mana mana. Ku balikkan tubuhku tiba tiba dan berjalan menjauhi kamar itu. Aku melangkah dengan cepat, tanpa melirik ke belakang lagi hingga aku keluar dari hotel itu
Aku lunglai berjalan menuju jalan besar. Pikiranku kosong, aku menyeret kaki ku untuk melangkah. Kejadian semalam terlintas lagi di pikiran ku, mencambuk habis hatiku.
Argggggggg, kau sangat bodoh kaniaaaaa kau gak guna, gak guna , gak guna, gak guna. Aku saat itu hanya bisa mengutuki diriku, tidak ada cara yang bisa ku pikirkan untuk keluar dari masalah ini tanpa menyakiti perasaan orang lain.
Aku teringat lagi pada Merlin, aku merogoh tasku dan mengambil hanphone milikku dari dalamnya. Aku menghubungi nomor yang tersimpan di kontak ponsel ku, dan ku arahkan ponsel itu ke depan telingaku. Dengan sedikit harapan aku mencoba menghubungi Merlin, semoga aku bisa meluruskan benang kusut ini, dengan menanyakan beberapa pertanyaan padanya
Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi. Setelah menunggu beberapa saat, hanya itu yang terdengar oleh telingaku.
Aku menelepon Merlin berkali kali, tapi tetap jawaban yang sama yang kudapat. Merlin berada di luar jangkauan. Sejak hari itu, Merlin menghilang. Ia seakan akan lenyap dari bumi. Nomornya tidak bisa di hubungi, yang jelas aku lost kontak dengan Merlin
Apa Merlin tau sesuatu, kartu ini dia yang beri. Jadi pasti dia tau sesuatu, tapi masa sih dia yang menjebak ku. Apa alasannya coba...
Mataku menatap ke ujung jalan, tanganku terjulur ke depan untuk menghentikan taxi yang melintas. Saat mobil itu berhenti, aku segera naik dan duduk di kursi belakang. Setelah itu, pak supir menjalankan mobilnya perlahan membelah jalanan yang semakin siang semakin ramai.
Aku menyandarkan kepalaku ke sandaran kursi, mataku menatap ke arah luar jendela mobil. Ku sapu semua dengan mataku, ku pandang apa yang bisa ku pandang
"Ke jalan xx ya pak" Ucap ku memberi tahu alamat rumahku. Setelah itu mataku terpejam. Akibat terlalu banyak nangis, mataku terasa berat dan enggan untuk terbuka. Aku mengantuk, sepertinya aku mulai tenggelam ke dalam mimpi.
Lebih baik aku tidur, karena rasa bersalah itu tidak akan menghantui ku sampai ke alam mimpi.
Selamat tidur Kania, kuatkan diri mu. Ke depannya akan muncul banyak fakta dan kejadian yang akan membuat mu terkejut.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!