Perkenalkan, namanya adalah Aisyah, dia kini belum genap berusia 16 tahun. Saat ini sedang melanjutkan pendidikan di jenjang SMA, dia duduk di kelas tiga karena berhasil loncat kelas saat kelas satu.
SMA Dwikara adalah sekolah terbaik yang dipilihkan oleh sang ayah sebagai tempat sang putri untuk melanjutkan pendidikannya, sekolah yang terkenal sebagai tempat berkumpulnya anak - anak orang kaya dan anak para konglomerat seantero negeri.
Tingkah lakunya penuh dengan sopan dan santun, tutur katanya juga sangat lemah lembut, serta selalu berbicara dengan suara yang rendah. Itu adalah ciri khas paling mendominasi dari diri gadis ini.
Tidak ada yang spesial dari dirinya selain merupakan anak dari pengusaha terkenal– Putra Adji Widjaya.
Selebihnya, Aisyah hanyalah seorang gadis pemalu yang tertutup, juga tidak jarang menjadi korban bullying di sekolah.
Cacian, makian, serta kekerasan sudah seperti makanan sehari - harinya. Dipukul dan diinjak pun sudah tidak terasa sakit lagi karena saking ia sudah terbiasa dengan semua itu.
Gadis itu berparas imut, tingginya hanya 155 cm dengan netra kebiruan, surai panjang sepinggangnya ia tutupi dengan jilbab syar'i yang sudah setia menemaninya semenjak kecil.
Dia merupakan anak yatim karena telah lama ditinggal sang ibu. Di dunia ini dia hanya memiliki sang ayah seorang sebagai sosok keluarga yang sangat perhatian terhadapnya.
Kendati itu, Aisyah pernah berdoa dalam sujudnya untuk menghilang dari dunia. Ia tidak sanggup untuk menerima semua kebencian orang - orang sekitarnya lebih lama lagi.
Lupakan tentang Aisyah sejenak, kita beralih pada sosok berikutnya. Seseorang yang memiliki kepribadian berbanding terbalik dengan Aisyah.
Kepribadian pria ini sangat keras, tutur katanya kasar, dan sering berbuat semau hatinya.
Tawuran dan membuat kekacauan adalah keahlian pria ini. Sedangkan membully adalah hobinya.
Setiap hari, ada saja ulahnya untuk berbuat jahil terhadap teman - temannya di sekolah. Mulai dari hal sederhana yang bisa dianggap sebagai bahan bercandaan, hingga hal serius yang sudah berada di level keterlaluan.
Ruang BK sudah seperti tempat nongkrong bagi dirinya dan juga teman - temannya. Hampir setiap hari mereka berlima keluar dan masuk ke sana.
Alasannya pun beragam, dari hanya sekedar menjahili, hingga tidak jarang karena membuat murid lain masuk ke rumah sakit.
Dan takdir mengirimnya bertemu dengan Aisyah. Gadis cantik dan pintar yang membuatnya kalah saing di sekolah.
Meskipun terkenal bandel. Sudah bukan rahasia umum lagi jika Tommie adalah murid terpintar di kelas, juara satu umum selama dua tahun berturut - turut dan mengalahkan 200 murid seangkatannya.
Namun, kondisi berubah ketika naik ke kelas tiga, seorang gadis yang entah dari mana asal usulnya tiba - tiba saja loncat kelas dan masuk ke kelas tiga.
Saat ulangan semester satu berlangsung, gadis itu langsung menyalip pada peringkat pertama, membuat Tommie iri dan kesal karenanya.
***
Pagi hari yang sangat cerah, seluruh murid sedang berhamburan ke kantin untuk mengisi perut sebelum berperang dengan buku dan pena nantinya.
Di kantin yang terlihat cukup padat, Tommie dan antek - anteknya tengah nongkrong bersama. Bercicit ria dan menyusun rencanya, "Murid mana lagi yang harus kira ganggu hari ini?" fikir mereka dengan licik.
Mereka ini juga sering sekali mengganggu dan meminta uang jajan kepada murid lain, padahal mereka seharusnya sama sekali tidak kekurangan uang sepeser pun karena termasuk kalangan anak orang kaya.
Alasannya? Jangan ditanya! Mereka pasti akan mengatakan, "Kami hanya melakukan itu untuk senang - senang saja ... Sungguh lucu melihat murid lain menangis dan merengek seperti anak TK karena diganggu."
"Lihat itu, bukannya itu Si Primadona guru? Dia datang bersama para dayang dan ksatria berkudanya, menuju ke arah kantin rakyat jelata ini," ujar seorang gadis dengan sebatang rokok yang tersalip di antara jari tengah dan jari telunjuk.
Gadis itu menunjuk penuh semangat ke arah Aisyah dan keempat temannya yang baru saja melewati mereka berlima. Entah mengapa gadis itu begitu senang melihat kehadiran mereka.
"Aduh, mereka datang tepat waktu, yah? Kebetulan sekali, aku sedang ingin mencari mangsa untuk diajak bermain - main," imbuh seorang siswa laki - laki yang diketahui bernama Revan.
Dia tampak menyunggingkan senyum penuh arti diikuti seringai miring mengerikan yang terpahat pada wajah tampannya.
Mendengar perkataan teman - temannya yang begitu bersemangat, membuat Tommie jadi tidak sabar untuk menghampiri Aisyah dan keempat temannya itu.
Pria tersebut memajukan kepala beberapa senti, kemudian merangkul leher teman yang ada di sampingnya, mereka berlima mulai menyusun rencana licik untuk mengganggu gadis tadi.
Sementara itu, di tempat Aisyah berada saat ini. Gadis itu sama sekali tidak menyadari mengenai bahaya yang telah berada di depannya.
Mereka berlima asik bercengkrama, "Kalian ingin memesan makanan apa? Biar aku yang mentraktir kalian semua."
Teman Aisyah yang bernama Dony tiba - tiba berceletuk asal, pria ia memang terkenal sangat royal jika masalah makanan.
Jangankan mentraktir keempat temannya, mentraktir seisi sekolah juga dia tidak akan merasa keberatan sama sekali. Toh, uang jajan tuan muda keluarga Mirae ini sangat banyak, terlebih uang milik keluarga Mirae.
"Tidak usah repot - repot Tuan Mirae. Kau lihatlah lembaran merah di tanganku ini! Uang - uangku ini terlalu banyak, hingga aku bingung mau menghabiskannya bagaimana," balas gadis bernama Nurul, sembari mengeluarkan uang seratus ribuan dan mengibaskannya di wajah Dony.
Tau siapa dia? Dia adalah putri termuda keluarga Mattei, konon katanya gadis ini sudah memiliki sebuah villa di tanah bali sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke- 17 tahun.
"Aish, dasar putri Mattei ini! Setidaknya basa - basilah lebih dulu, jangan menolak tawaranku mentah-mentah, sama seperti menolak perasaan tulusku padamu." Dony mencolek dagu Nurul, membuat sang empunya berdecak kesal.
Sudah bukan rahasia umum lagi jika Dony dan Nurul telah lama dijodohnya. Bahkan, bisa dibilang jika keduanya sudah ditakdirkan untuk menikah di masa depan semenjak masih di dalam kandungan.
Dony pun telah lama menyukai Nurul tetapi sayangnya gadis itu menolak perasaan Dony yang malang.
"Sudahlah jangan berdebat lagi, ayo kita pesan dulu sebelum bel masuk berbunyi." Rangga, putra dari kepala sekolah berusaha untuk melerai pertikaian antara Donny dan Nurul.
"Mereka selalu saja seperti ini, bukankah terlihat sangat serasi? Benarkan Aisyah?" tanya Yoona sembari menyenggol tangan Aisyah. Sontak membuat Aisyah mengangguk penuh semangat.
"Aku tidak sudi!" jawab Nurul dengan nada sarkasnya, membuat Dony yang mendengar hal itu langsung cemberut kesal.
Setelah cukup lama mereka memilih menu sarapan, mereka akhirnya memutuskan untuk memesan makanan dan segera mencari tempat untuk duduk.
Cukup banyak makanan yang mereka pesan hingga memenuhi meja mereka.
"Eh, kalian sombong sekali. Mengapa tidak mengajak kami untuk bergabung? Kami juga ingin menyicipi makanan kalian." Tommie langsung merampas secara paksa makanan yang tengah disantap oleh Aisyah.
"Kak bisa tolong kembalikan itu? Makanan itu adalah milikku," pinta Aisyah, berusaha berbicara sebaik mungkin, barangkali pria menyebalkan di hadapannya tersebut mau mengembalikan makanannya secara suka rela.
Tommie yang melihat Aisyah dan teman - temannya tengah menyantap makanan, mulai menyusun rencana licik bersama dengan gengnya.
"Ayo kita bergabung dengan mereka berlima, sangat tidak seru jika kita membiarkan mereka makan dengan tenang," ajak Tommie.
Pria itu tidak dapat menyembunyikan kebahagiaan pada raut wajahnya ketika membayangkan tentang rencana licik mereka. Dasar psikopath gila!
Sejurus kemudian, Tommie langsung beranjak dari duduknya, sedikit meregangkan tubuh sejenak sebelum beraksi, kemudian berjalan dengan santainya menuju ke arah Aisyah.
Keempat temannya langsung mengekor tanpa perintah, mereka juga terlihat begitu bersemangat saat ini.
Tommie dan gengnya langsung duduk di atas kursi yang sama dengan geng Aisyah. Mereka duduk mengitari orang - orang itu, mengambil alih tempat dan makanan mereka seenak jidat
Aisyah dan teman - temannya mencoba untuk tidak mengindahkan keberadaan para manusia kurang kerjaan tersebut, serta lebih memilih untuk melanjutkan acara makan mereka.
Bagaimanapun, mereka tahu betul, tidak akan ada habisnya jika berurusan dengan Tommie dan antek - anteknya itu.
"Sepertinya makanan ini cukup enak, sangat pelit jika kau hanya memakannya sendirian." Tommie langsung merampas makanan yang tengah disantap oleh Aisyah tanpa persetujuan lebih dulu, membuat gadis itu hanya bisa menarik nafas dalam - dalam.
"Kak, bisa tolong kembalikan makan itu? Akan aku pesankan yang baru untukmu," pinta Aisyah dengan suara lembutnya.
"Dasar gadis Ninja, kau kira aku akan mengembalikannya semudah itu? Lepaskan dulu penutup wajahmu itu, membuatku risih saja!" Tommie berkata dengan angkuhnya sembari menyantap makanan tersebut seolah tanpa dosa.
Rangga dan Dony mulai merasa muak dengan sikap Tommie yang semakin dibiarkan malah semakin keterlaluan, mereka menatap sinis kearah pria itu yang telah bersikap sangat tidak sopan kepada Aisyah.
Tidak sampai disitu saja, Tommie dan gengnya bahkan sampai meludahi makanan yang telah di pesan oleh Aisyah dan teman - temannya.
Suara seseorang menggebrak meja makan kantin dengan cukup keras, membuat semua mata seketika menuju kearah sumber suara.
Dony dan Rangga sudah merasa muak dan sangat geram melihat tingkah Tommie dan gengnya yang sudah sangat keterlaluan kali ini.
"Dimana akal sehat kalian? Apa yang telah kami lakukan kepada kalian hingga kalian terus saja mengganggu kami? lagian apa untungnya bagi kalian?" Dony yang sudah sangat geram, mencengkram erat kerah seragam yang di kenakan oleh Tommie.
"Untungnya? Tidak ada, bukannya ini sangat menyenangkan? Bercermin lah, wajah kalian terlihat lucu sekali saat ini." Tommie kembali tersenyum sinis seakan sedang mengejek Dony.
Tangan Dony yang mengepal kuat sudah nyaris melayang ke arah wajah menyebalkan pria di hadapannya. Namun, seketika terhenti saat Aisyah menggenggam erat ujung seragam Dony.
Dony seketika menoleh dan menatap bingung ke arah Aisyah, gadis itu hanya menggelengkan kepalanya, sebagai pertanda agar Dony tidak melanjutkan aksinya lebih jauh lagi.
Aisyah hanya khawatir jika mereka akan terlibat masalah dan masuk ruang BK. Bisa bahaya jika ayah Aisyah dipanggil ke sekolah, bisa - bisa sekolah dirubuhkan oleh sang ayah.
"Aish, jika bukan karena Aisyah aku sudah menghancurkan wajah angkuhmu sekarang juga!" Dony menghempas tangannya dengan kasar karena ingin sekali merusak wajah Tommie detik ini juga.
Perlahan cengkramannya pada kerah seragam Tommie melonggar. Pria arogan itu kembali tersenyum sinis sembari memberikan tatapan penuh ejekan ke arah Aisyah dan temannya.
"Sudahlah, jangan dilanjutkan lagi. Ayo kita pergi ke kantin sebelah saja," ajak Aisyah, dia benar - benar tidak ingin jika masalah ini semakin berlanjut. Gadis itu sangat takut jika teman - temannya terluka saat sedang membela dirinya yang lemah.
"Mengapa terburu-buru? Sombong sekali kalian, apakah tidak ingin bermain bersama kami terlebih dahulu?" Jennie menghalangi langkah kaki gadis itu.
Jennie yang merupakan kekasih dari Tommie langsung menjambak rambut panjang Aisyah yang masih terbalut jilbab panjangnya, hingga membuat sang empunya merintih kesakitan, perlakuan kasar Jennie juga membuat cadar Aisyah sedikit tertarik ke bawah.
Dengan segera Aisyah kembali menarik cadar yang melingkar pada wajahnya agar tidak terlepas seluruhnya.
Tentu saja Yoona dan Nurul tidak terima melihat sahabat mereka diperlakukan seenaknya seperti itu.
Sebuah tamparan cukup keras langsung mendarat dipipi mulus Jennie. Yoona sudah kehilangan kesabarannya melihat tingkah gadis itu yang semakin keterlaluan.
"Dasar wanita gila! Mengapa kau menamparku?" umpat Jennie, sembari memegangi pipinya yang sudah tampak memerah akibat tamparan Yoona yang cukup keras.
Tommie tidak terima melihat kekasihnya di perlakukan dengan kasar, tiba - tiba saja langsung maju dan hendak mendorong Yoona tetapi Aisyah dengan sigap menghadang hingga dialah yang terjerembab ke atas lantai kantin yang kotor.
Seluruh temannya lanngsung melotot kaget melihat kepala Aisyah yang nampak berdarah karena habis membentur sudut meja.
"Awh ...!" Aisyah merintih kesakitan.
Gadis itu berusaha menahan tangis sembari memegangi pergelangan kakinya yang terasa sangat sakit. Sepertinya kaki gadis itu terkilir.
Rangga dengan segera mengulurkan tangan untuk membantunya bangkit. Namun, Aisyah dengan segera menolak.
"Maaf Kak Rangga, aku sendiri aja," ucap Aisyah berusaha menolak Rangga dengan lembut, agar pria itu tidak tersinggung.
Donny benar - benar sudah kehilang kesabarannya dan langsung melayangkan pukulan pada perut Tommie dengan sangat keras, hingga pria itu meringis kesakitan sambil memegangi perutnya.
"Apa kau punya otak, Tommie? Dia seorang wanita, apa pantas bagi seorang pria memperlakukan wanita seperti itu?" bentak Dony, sembari meninggikan nada suaranya dan menatap Tommie dengan tajam.
Seandainya tatapan bisa membunuh, Tommie pasti sudah tewas karena tatapan Dony.
"Aku meragukan bahwa dia adalah seorang pria! Lihat saja tingkahnya, hanya berani kepada seorang wanita." Yoona menyindir Tommie, yang tidak berani melawan Dony saat ini.
"Apakah ini hasil dari didikan Tuan Vano? Aku bahkan meragukan kau adalah anak kandungnya, karena sikap kalian sangat berbanding terbalik." Rangga juga angkat bicara dan menyindir Tommie.
Tommie memicingkan matanya, wajahnya terlihat sangat geram atas perkataan yang baru saja di ucapkan oleh Rangga.
Rangga dan Tommie memang sudah diketahuo tidak pernah akur dari semenjak pertemuan pertama mereka saat Sekolah Menengah Pertama.
"Ayo kita pergi saja, orang-orang kaya itu sangat sulit untuk di lerai. Bisa-bisa kita yang akan menjadi korbannya," bisik seorang murid kepada murid lainnya.
Semua orang yang ketakutan langsung membubarkan diri dan pergi dari area kantin tersebut, sebelum mereka bernasib sama seperti Aisyah.
"Sekolah ini adalah milik Tuan Vano. Jadi, Tommie berhak melakukan apa saja yang dia inginkan." Andra angkat suara, membela Tommie yang merupakan sahabat dari kecilnya.
"Jika kalian tidak senang dengan perlakuan kami, kalian bisa angkat kaki dan pergi sejauh mungkin dari sekolah ini." Imbuh Revan, dengan berani.
Rangga hanya bisa menggeleng - gelengkan kepalanya saja, sembari mengelus dada ketika mendengar perkataan yang keluar dari mulut orang - orang keterlaluan itu.
"Sudahlah, jangan ladeni mereka lagi! Tidak akan pernah selesai," ucap Nurul, mengajak teman - temannya untuk pergi.
Mereka semua sudah sangat muak melihat tinggkah angkuh Tommie dan gengnya itu. Jadi, mereka lebih memilih untuk mengalah dan meninggalkan tempat itu, dari pada terus meladeni mereka karena tidak akan ada habisnya.
Aisyah yang masih kesakitan dipapah oleh Yoona dan juga Nurul untuk membawanya ke dalam kelas karena sebentar lagi jam pelajaran akan segera di mulai.
"Apa kamu yakin baik - baik saja, Aisyah? Kamu bisa istirahat di ruang UKS kalo sakit," ucap Rangga yang tampak sangat cemas.
Raut wajah penuh kekhawatiran terlihat jelas dari wajah Rangga yang sedari tadi tidak melepaskan pandangan dari Aisyah.
"Tidak masalah, ini hanya terkilir, nanti juga akan sembuh," jawab Aisyah dengan suara lembutnya.
Gadis itu tahu betul, bahwa teman-temannya sangat perduli dan sedang sangat khawatir terhadap dirinya sekarang.
Jam pelajaran telah berakhir, Aisyah dan teman-temannya sudah keluar dari kelas beberapa menit yang lalu.
Mereka mengantar Aisyah sampai di depan gerbang sekolah karena gadis itu berniat untuk menunggu supirnya terlebih dahulu.
"Kamu yakin tetap nunggu? Pulang bareng kita aja, kasian kamu berdiri lama di sini." Nurul berujar dengan ekpresi cemas yang tersirat di wajahnya.
Tentu saja keempat teman gadis itu merasa cemas meninggalkan Aisyah sendiri karena kondisi kaki gadis itu yang masih belum pulih, bahkan sudah tampak membengkak sekarang.
Aisyah bahkan terpaksa nyeker dan melepas sepatunya agar pembengkan yang terjadi tidak semakin parah nantinya.
"Udah, gak apa .... Sebentar lagi supir aku dateng, kok. Kalian duluan aja, nanti malah dicariin ortu," jawab Aisyah, berusaha menolak tawaran temannya secara halus.
Gadis itu benar - benar tidak ingin merepotkan teman - temannya. Cukup di sekolah saja Aisyah merasa menjadi beban, tapi tidak untuk diluar sekolah.
Mereka berempat mau menjadi teman Aisyah saja gadis itu sudah merasa sangat senang. Baru kali ini ia merasakan memiliki sahabat yang begitu perhatian dan baik terhadapnya.
Satu jam telah berlalu, satu per satu murid maupun guru telah pulang dan meninggalkan sekolah tersebut. Kini, hanya tersisi Aisyah seorang diri yang berjemur di tengah teriknya matahari.
Gadis malang tersebut bahkan duduk bersandari di depan gerbang sekolah karena kakinya semakin sakit saat ini. Lengkap sudah penderitaannya.
"Duh, Si Mamang ke mana, sih? Dari tadi gak keliatan batang hidungnya. Mana panas lagi ..., " keluh Aisyah dengan raut wajahnya yang kesal.
Sudah berulang kali dia mencoba untuk menghubungi sopirnya, tetapi pria paruh baya tersebut sangat sulit dihubungi. Nomornya tidak aktif sama sekali.
Lelah dan panas yang menyengat membuat kerongkongan Aisyah turut mengering. Dia merasa sangat haus saat ini. Botol air minumnya pun sudah kosong melompong.
Sepertinya hari ini benar - benar tidaklah mudah.
"Haus banget, ya Allah ... Bisa jalan gak, ya? Mau beli es."
Aisyah terus memaksakan langkah kakinya ketika melihat penjual es keliling berada di seberang jalan. Semoga saja kakinya bisa digerakkan dan mau bekerja sama.
Ponsel pintar Aisyah tiba - tiba bergetar ketika gadis itu baru saja berjalan beberapa langkah ke tengah jalan raya, hingga membuat fokus gadis itu hancur.
Dia bersusah payah berusaha meraih telepon genggamnya yang berada di dalam tas. Namun, baru saja berhasil menyentuh benda berbentuk persegi panjang tersebut, tangannya tergelincir hingga membuat ponsel itu jatuh ke aspal.
Mungkin sekarang sudah rusak karena sudah tidak lagi berbunyi.
"Tck ...! Kenapa banyak banget cobaan hari ini?" gerutunya sembari mendecakkan lidah dengan kesal.
Dengan susah payah ia membungkuk untuk merain ponselnya, kakinya pun tidak mau bekerja sama dan terus berdenyut nyeri.
"Aduh ... Kakiku sakit banget ...," rintih gadis itu.
Baru saja berhasil meraih ponselnya, gadis itu dikejutkan dengan kehadiran mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke arahnya.
"Aakkhh ...!"
Jeritnya melengking memenuhi jalan raya, membuat seluruh atensi beralih menatap gadis itu. Jantung Aisyah berpacu kian cepat ketika menyadari jika beberapa senti lagi mobil itu akan menabranya.
Dadanya bergerak tidak beraturan, nafasnya menderu dengan ribut, kakinya turut lemas seketika. Mungkin tuhan masih menyayangi gadis itu, makanya dia selamat hari ini.
Gadis itu masih terduduk di jalan aspal yang panas karena sangat kaget, wajahnya tampak pucat pasi saat ajal hampir saja menyapa dirinya tadi.
"Woy, dasar orang gila ... Kalau mau mau jangan di mobilku! Atau kau sengaja berbuat seperti ini supaya aku masuk penjara dan kau dapat uang jaminan?"
Seorang pria yang baru saja keluar dari mobil tersebut langsung menghampiri dan membentak Aisyah, ia terlihat amat murka ketika melihat siapa sosok gadis yang menyebrang dengan ceroboh tadi.
Kaget, Aisyah berusaha menetralkan nafas dan memicingkan matanya, agar dapat melihat dengan jelas siapakah sosok pria yang baru saja keluar dari mobil yang nyaris merenggut nyawanya tadi.
"Ish, ya Allah ... Sampai kapan cobaan hari ini berakhir?" gerutunya pelan, ketika memandang sosok di depan sana.
Ternyata itu adalah orang yang sering membully dirinya, siapa lagi? Sudah pasti Tommie.
Yah, Tommie adalah pria yang baru saja hampir menabrak Aisyah yang tengah jongkok di tengah jalan saat sedang mengambil ponselnya
"Maaf, aku gak liat ada mobil tadi ...."
Aisyah masih berusaha menjelaskan baik - baik tentang kesalah pahaman ini kepada Tommie yang tengah naik pitam. Bisa bahaya jika dia cari gara - gara lagi dengan pria menyebalkan itu.
Merasa jika Tommie tidak menggubris permintaan maafnya, Aisyah segera mengalihkan pandangan, kemudian berusaha untuk bangkit.
"Awh ...!" rintihnya, pelan.
Gadis itu kembali meringis kesakitan, saat beberapa kali mencoba bangkit. Namun, tidak berhasil.
Maklum saja, kakinya yang terkilir tadi saja belum sepenuhnya sembuh dan sekarang gadis malang itu terjatuh lagi dengan lutut yang terkikis oleh aspal kasar.
Tommie hanya memandangi kaki gadis itu yang membengkak, bahkan telapak kakinya tampak memerah karena berjalan di aspal panas tanpa alas kaki.
"Aku heran kenapa manusia bodoh dan aneh sepertimu bisa menjadi juara kelas dan menjadi murid kesayangan guru," sindir Tommie, sebelum akhirnya berjalan untuk semakin mendekati Aisyah.
"Cepetan berdiri, aku gak mau dituduh nabrak lari orang. Bisa - bisa masuk penjara," ucap Tommie sembari mengulurkan tangan kepada Aisyah. Namun, gadis itu menolak dengan tegas.
Kesal karena diabaikan, Tommie langsung mencengkram erat pergelangan tangan gadis itu dan menariknya dengan paksa, supaya gadis itu segera bangkit dari duduk.
Aisyah yang kaget, sontak langsung memukul tangan Tommie yang tengah melingkar erat di pergelangan tangannya, beberapa kali agar pria itu bergegas melepasnya.
"Kak, tolong lepasin," pinta Aisyah.
Namun, justru hal tersebut membuat Tommie semakin kesal dan langsung menatap murka ke arah gadis itu.
"Memang orang sepertimu gak bisa dibaikin sedikit, ya? Masih untung ditolong, bukannya terima kasih malah kayak gini ...."
Dengan geram, Tommie langsung melepaskan genggamannya pada tangan Aisyah hingga membuat gadis malang itu kembali jatuh terhempas.
"Maaf, kita bukan mahram ... Lagian, aku cuma minta lepasin aja tadi."
Aisyah yang merasa bersalah hanya tertunduk dan berusaha menjelaskan, agar Tommie tidak salah paham terhadap dirinya.
Tetapi Tommie tidak menggubris Aisyah lagi kali ini dan dia segera meninggalkan gadis yang masih duduk ditengah jalan itu tanpa menoleh sedikit pun.
Pria itu langsung masuk kembali ke dalam mobilnya dan dalam sekejap sudah melesat di jalan raya. Perlahan semakin menjauh dari Aisyah, yang hanya bisa memandangi kepergian pria itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!