Ini adalah kisah sepasang kekasih yang bertemu hanya karena hal sederhana. Kisah yang menggambarkan bahwa cinta itu adalah sebuah kesederhanaan dan tulus.
Kata orang, cara mengobati hati menggunakan hati pula. Jika merasa sakit karena cinta maka cinta dengan tulus pula lah yang akan mengobatinya
Kisah ini dilalui oleh dua orang yang awalnya tak saling mengenal. Seorang laki-laki yang awalnya tak minat akan cinta setelah pengkhianatan, langsung jatuh cinta kembali karena sebuah aroma. Aroma yang menenangkan, aroma yang mengingatkan akan masa lalunya, aroma penyelamat baginya.
Kisah ini adalah milik Lunette Fitriani Lafleur dengan Rayden Marcel Purnomo.
Luna adalah seorang mahasiswa jurusan desain yang terkenal akan kelembutan hatinya, penyayang hewan serta pandai memasak. Namun dibalik itu, dia pemberani dan juga jago karate dan memanah. Hidup dalam kasih sayang keluarga yang harmonis di mana ayah yang selalu menjaganya dan mama yang melimpahkan kasih sayang.
Marcel adalah seorang CEO yang terkenal dengan dinginnya sejak sang kekasih telah berkhianat padanya. Seorang laki-laki yang dulunya begitu hangat dan ceria berubah seketika karena sebuah pengkhianat dari sang kekasih dan orang yang dipercayainya, sahabat terdekatnya. Hidup kesepian adalah yang dirasakan oleh Marcel selama ini.
Suatu hari, Marcel pergi ke sebuah universitas untuk bertemu dengan sahabatnya. Saat sedang mencari sang sahabat, Marcel tak sengaja berpapasan dengan seseorang yang memiliki aroma yang dikenalnya. Aroma yang sangat dikenalnya dulu, aroma sosok pahlawan baginya hingga membuatnya terdiam sejenak. Saat tersadar, dia ingin mengejarnya. Namun dia tak mencium aroma yang dicarinya. Hilang entah kemana.
Pertemuan mereka sangat sederhana yaitu di sebuah kelas desain busana. Marcel sebagai tamu dalam sebuah mata kuliah di jurusan desain di kelas milik sahabatnya yang seorang dosen.
Luna yang datang terlambat, terburu-buru memasuki kelas hingga tak sengaja membukanya dengan cukup keras. Hal itu membuat semua orang terkejut. Luna yang merasa malu segera meminta maaf dengan apa yang dia lakukan. Luna yang merasa dirinya konyol pun merasa malu dengan tingkahnya hari ini. Saat dipersilahkan masuk, Luna segera berjalan ke tempat duduk yang kosong dekat dengan teman akrabnya.
Marcel tertawa kecil melihat itu. Saat Luna berjalan melewatinya, Marcel tercengang akan satu hal. Marcel yang mengingat aroma dan wajah sekilas gadis itu merasa beruntung karena bisa bertemu kembali.
Selama kelas, Marcel diam-diam memandang Luna yang duduk di bagian belakang. Wajah yang cantiknya dengan paparan sinar matahari, membuat wajahnya bersinar di matanya. Wajah itu membuat jantungnya berdetak. Detakan yang lebih kencang dibanding saat bersama dengan sang kekasih dulu.
Awal bertemu mereka saling gengsi. Namun, lambat laun mereka berubah menjadi romantis.
Awalnya mereka merasa canggung. Namun, mereka berubah menjadi manis di lihatnya.
Pendekatan yang perlahan membuat mereka mengenal satu sama lain. Mengenal secara perlahan membuat mereka akan terjalin lebih erat.
Lalu, apakah cinta mereka bisa mengobati satu sama lain?
Apakah cerita cinta mereka berhasil hingga pernikahan?
Apakah cinta mereka berakhir indah sesuai harapan?
...****************...
Note :
Hallo, guys! Ini adalah karangan sebuah cerita romantis yang akan sangat manis. Cerita yang menggambarkan bahwa pertemuan cinta sangat sederhana dan bisa melalui banyak hal. Cerita lama yang menyakitkan dari sebuah cinta bisa terobati dengan cinta yang tulus.
Pagi yang cerah, matahari yang tampak malu malu untuk terbangun dari tempatnya. Seorang gadis cantik yang masih bergelut dalam selimutnya. Gadis itu adalah Lunette Fitriani Lafleur, biasa dipanggil Luna. Gadis cantik berdarah Indonesia, Prancis dan China.
Kring.....!
Suara alarm jam terdengar, membuat gadis cantik itu terbangun. Seseorang masuk ke dalam kamarnya, membuka gorden dalam kamarnya.
"Ayo bangun sayang, nanti telat tuan putri." ujar seorang wanita mencoba membangunkannya
Cahaya matahari yang masuk membuatnya terganggu.
"Iya, ma. Sebentar saja, 5 menit ya." ujarnya yang masih ingin bermalas-malasan dalam selimutnya.
"Tidak bisa, kau harus bangun sekarang," Kemudian menarik lengan sang putri agar mau beranjak dari tempat tidurnya.
"Baik... Baik Nyonya Jihan Aulia, seorang dokter mata ternama serta istri dari seorang pengusaha bidang fashion."
"Sudah sana, jangan bercanda. Mama tunggu di bawah, kita makan bersama."
Melihat mamanya yang sudah pergi keluar dari kamarnya. Dia mulai beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi untuk bersiap pergi ke kuliah.
...****************...
"Selamat pagi, Papa dan Mamaku tercinta."
Berlari mendekat ke arah papa dan mama nya sedang duduk di ruang makan. Mencium satu per satu pipi kedua orang tuanya.
"Pagi, ma fille." sapa Papa. Theodore Lafleur, seorang campuran Indonesia dan Prancis. Seorang arsitek terkenal dan mampu membangun sebuah perusahaan yang bergerak jasa arsitektur bersama sahabatnya.
"Mau sarapan apa kamu, hmm?" Jihan Aulia adalah seorang ibu yang hebat bagi Luna. Bekerja sebagai dokter mata di rumah sakit ternama, tak membuat peran ibunya menghilang dalam dunianya. Selalu menyempatkan waktu untuk keluarganya.
"Nasi goreng aja, ma. Sama telur mata sapinya satu."
Mereka menikmati sarapan paginya dengan nikmat. Sesekali, Luna melontarkan candaan yang selalu ditanggap baik oleh sang mama dan papanya.
...****************...
Luna yang saat ini berada di perpustakaan kampus, sibuk dengan buku yang dibawanya. Tanpa menghiraukan orang di sekitarnya yang memandang dirinya, Luna hanya diam dan fokus dalam bukunya.
Merasa lapar, Luna segera beranjak dari tempatnya. Saat berjalan di koridor, karena fokus melihat ponselnya membuatnya tak sengaja menabrak seseorang. Merasa bersalah, Luna membantu memungut ponsel yang jatuh karena tabrakannya.
Luna yang merasa bersalah, dia membungkuk meminta maaf, "Maaf..! Saya minta maaf karena tak sengaja menabrak anda,"
Merasa tak ada tanggapan, Luna menegakkan badannya dan menatap orang yang tak sengaja ditabraknya. Melihat bahwa orang itu hanya menatapnya dengan diam, membuat Luna takut.
Setelah membungkuk lagi untuk meminta maaf, Luna berlari menghindari tatapan dari orang ditabraknya karena malu ditatap sedemikian rupa olehnya.
...****************...
Marcel POV
Di sebuah ruang kantor, terlihat seseorang yang tertidur di sebuah sofa kecil yang tersedia di sana.
Drrrttt.... Drrrttt...
Getaran pada ponselnya membuatnya terbangun. Melihat pesan dari sahabatnya, Marcel menghela nafas lelah.
"Selalu seenaknya." gumamnya saat melihat isi pesan dari sahabatnya
Mau tidak mau dia harus datang ke tempat sahabatnya itu mengajar.
Universitas Malahayati
Melihat tempat di mana dulu menimba ilmu, membuat perasaan rindu datang secara tiba-tiba. Meskipun pernah memiliki kenangan yang buruk di tempat ini, namun di tempat ini pula dirinya bertemu dengan sahabat yang tulus padanya.
Memasuki area kampus, dirinya mencari keberadaan temannya. Melihat pesan yang di tinggalkan temannya, namun tak sengaja ada seseorang yang menabraknya dari arah berlawanan.
Bruukk....!
Bukannya marah, malah yang dirasakan saat ini adalah tertegun. Aroma milik gadis dihadapannya, aroma yang dikenalnya. Aroma milik seseorang yang selalu menemaninya dan penyelamat baginya.
"Maaf..! Saya minta maaf karena tak sengaja menabrak anda," ujar gadis itu sambil membungkuk dan mengambilkan ponselku
Saat memberikan ponselku, aku hanya diam. Aku terdiam karena aroma miliknya.
Saat dirinya menegakkan badannya, aku tertegun melihat paras dari gadis itu. Begitu cantik, itulah pemikiranku saat pertama kali melihat parasnya.
Melihat semburat merah tipis muncul di pipinya, aku tersenyum kecil.
Melihat gadis itu meminta maaf kembali dan berlari menghindari ku, aku tertawa kecil.
'Lucu' batinku saat melihat tingkahnya saat sedang malu
...****************...
Luna yang berjalan santai melewati taman dekat kantin, dia mendengar suara seseorang yang memanggilnya.
"Luna...!"
Melihat siapa yang memanggilnya, Luna melambaikan tangannya. Dia adalah Putri Kartika, sahabat satu-satunya seorang Luna.
"Putri, kenapa kamu lari-lari?" Luna heran melihat Putri berlari seperti sedang terburu-buru.
"Astaga lo lupa atau gimana, sekarang jamnya Bu Leni kalau lupa. Dan sekarang kita hampir telat dan lo masih mau ke kantin!" Putri merasa kesal dengan tingkat lola milik sahabatnya. Luna terkenal ceria, ramah dan pintar. Meskipun ceria, Luna juga dapat dikatakan sebagai seorang gadis yang anggun, seperti tuan putri kerajaan. Tapi dibalik itu semua, dia juga seorang ceroboh dan lola jika menyangkut masalah sosial dan percintaan.
"Eh.. iyakah? Bukannya kelas Bu Leni jam 1 siang dan sekarang kan masih jam 11 siang." ujar Luna
"11 siang apanya, noh lihat ini jam 12.45 siang Luna," Putri menunjukkan jam di ponselnya. Luna yang tak percaya juga melihat jam di tangannya. Dan ya, ternyata jam tangannya tidak bergerak sama sekali.
Merasa salah, Luna hanya menyengir dan meminta maaf ke Putri.
Putri langsung menghela nafas lelah, kemudian menarik Luna untuk berlari ke dalam gedung tempat kelasnya berada. Jarak antara kantin tempat Luna kunjungi cukup jauh dengan gedung tempat kelas mereka.
Luna bersama dengan putri berlari ke arah kelas mereka. Luna yang melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 12.50, dan dirinya harus mengantri untuk masuk ke dalam lift, memutuskan untuk pergi ke arah tangga gedung agar bisa menghemat waktu.
Saat berada di lantai 6, tempat dimana kelasnya berada Luna dan Putri lebih mempercepat langkah mereka. Karena terburu-buri, Luna tak sengaja membuka pintu kelasnya dengan sedikit keras.
BRAKKK....!
Pintu terbuka dengan keras, menampilkan wajah terkejut Putri yang melihat keberanian Luna saat membuka pintu. Putri melototkan matanya dengan mulut sedikit terbuka.
Siswa yang sudah berada di dalam kelas terkejut dan terdiam melihat Luna dan Putri datang terlambat. Tidak jauh berbeda dengan mahasiswa lainnya, Bu Leni selaku dosen pengajar pun terkejut dengan apa yang dilakukan oleh murid tersayangnya itu.
Marcel melihat kehadiran mahasiswa yang terlihat mirip dengan orang yang menabraknya. Dirinya tersenyum tipis melihat wajah malu milik gadis itu.
Luna yang menyadari perbuatannya merasa malu dan segera meminta maaf dengan apa yang dia lakukan. Luna yang merasa dirinya konyol dan merasa malu dengan tingkahnya hari ini. Saat dipersilahkan masuk, Luna segera berjalan ke tempat duduk yang kosong dekat dengan teman akrabnya yang lain diikuti Putri di belakangnya.
Marcel tertawa kecil melihat itu. Saat Luna berjalan melewatinya, Marcel tercengang akan satu hal. Marcel yang mengingat aroma dan wajah sekilas gadis itu merasa beruntung karena bisa bertemu kembali.
...****************...
Penjelasan materi diberikan Bu Leni dengan baik. Marcel sebagai tamu pada mata kuliah hari ini pun menjelaskan rancangan pakaian yang baik bagi sebuah perusahaan.
Selama kelas, Marcel diam-diam memandang Luna yang duduk di bagian belakang. Wajah yang cantiknya dengan paparan sinar matahari, membuat wajahnya bersinar di matanya. Wajah itu membuat jantungnya berdetak. Detakan yang lebih kencang dibanding saat bersama dengan sang kekasih dulu.
Setelah penjelasan selesai, tugas pun diberikan. Merancang busana yang cocok untuk perusahaan P&LuBel. Marcel memberikan tema yaitu peri, karena dirinya akan membuat pameran busana bertemakan fantasi. Desain dari mahasiswa itu akan diseleksi dan desain yang terpilih akan diikutsertakan dalam peragakan busana nantinya.
Semua yang mendengar itu merasa antusias untuk tugas kali ini. Para mahasiswa memekik senang karena rancangan busananya akan masuk dalam peragaan busana milik P&LuBel yang sudah terkenal dengan sebagai pusat mode saat ini.
...****************...
Saat kelas berakhir, banyak mahasiswa berbondong-bondong mendekati Marcel, termasuk mahasiswa yang terkenal cantik dan sedikit centil, Kalina. Kalina mencoba keberuntungannya dalam mendekati Marcel. Kalina terkenal sebagai Dewi Aphrodite di jurusan desain. Banyak laki-laki yang mendambakan Kalina sebagai pasangannya.
Marcel yang didekati seperti ini merasa risih. Leni yang tau bahwa teman suaminya ini risih, merasa tak enak. Dengan cepat, Leni membantu Marcel agar mahasiswanya segera pergi dan keluar dari kelas.
Luna yang sejak tadi melihat teman-teman sekelasnya berbondong-bondong mendekati tamu kelas merasa aneh. Dia memperhatikan laki-laki yang ada di depan sana, merasa mengenalnya Luna mencoba mengingat-ingat siapa pria itu. Sebuah kejadian terpikirkan olehnya, kejadian yang membuatnya malu.
Putri yang melihat wajah pucat sahabatnya menjadi khawatir. Apalagi wajah pucat itu terlihat seperti pucat ketakutan melihat hantu.
"Lo oke kan, Lun?" tanya Putri
Luna hanya mengangguk lesu. Dirinya merasa akan dalam masalah. Putri yang melihat wajah lesu milik Luna, menjadi khawatir. Dirinya meminta Luna menceritakan apa yang terjadi.
"Aku udah minta maaf tapi dia diam aja. Apa aku merusak ponselnya, ya?" Luna begitu kepikiran dengan insiden tak sengaja itu. Dirinya takut, dia akan mendapat nilai jelek karena hal itu.
Luna menceritakan apa yang terjadi dengan pria yang ternyata adalah tamu kelas serta seorang pemilik perusahaan ternama yang menjadi perusahaan impian sebagai tempat bekerja.
Putri tertawa mendengar cerita dari Luna. Luna yang ditertawakan memasang wajah cemberut. Pipi chubbynya mengembang dengan lucunya, membuat Putri ingin sekali mencubit pipi empuk milik Luna.
Setelah puas tertawa, Putri memberikan beberapa saran. Luna yang mendengarkan saran dari Putri hanya mengangguk setuju. Dirinya harus meminta maaf kembali dan menawarkan ganti rugi jika ponsel yang ia jatuhkan itu rusak.
Melihat teman-temannya sudah pergi meninggalkan Marcel sendirian. Luna berjalan perlahan mendekati Marcel. Saat berada di depan Marcel, Luna dengan cepat membungkuk dan meminta maaf.
Marcel terkejut dengan sikap yamg diberikan oleh gadis depannya. Leni tak jauh berbeda dengan Marcel, dirinya juga ikut terkejut melihat mahasiswa favoritnya melakukan hal itu.
"S-saya mohon maaf tuan atas kejadian waktu itu, saya tidak sengaja. Lalu, apakah ponsel anda rusak... jika iya, saya akan ganti rugi," Luna terlihat malu sehingga menunduk saat berbicara. Tangan miliknya sejak tadi tak bisa diam, jari-jari lentiknya memilin satu sama lain.
"Nona muda, saat berbicara lebih baik menatap lawan bicaranya."
Mendengar itu, mau tidak mau Luna mengangkat wajahnya. Seketika Marcel kembali terdiam melihat paras itu. Marcel tersenyum melihat Luna masih tak berani menatapnya meskipun sudah mengangkat wajahnya.
Leni terkejut mendengar nada lembut dan ramah dari Marcel. Selama mengenalnya, Leni merasa bahwa pribadi Marcel adalah dingin dan cuek. Namun melihat perilakunya terhadap mahasiswa favoritnya, Leni merasa senang.
'Aku harus menceritakan ini pada suamiku nanti,' monolog Leni dalam hati.
"Nona muda, bisa anda ulangi perkataan anda barusan. Namun, anda harus berbicara dengan menatap saya." Marcel tersenyum kecil dengan perilaku Luna saat ini.
"I-itu...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!