Di siang hari seorang gadis yang berusia 25 tahun sedang dalam keadaan berduka, dimana gadis tersebut baru saja kehilangan Ibunya karena sebuah kecelakaan.
Nayyara namanya, gadis berhijab yang berprofesi sebagai penjual makanan di sebuah kantin perusahaan.
Selain itu orang tua Nayyara juga membuka usaha warung makan di dekat rumah mereka, keluarga sederhana itu memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Ibu, Nayya akan berusaha mengikhlaskan Ibu walaupun ini berat untuk Nayya Bu." suara gadis itu bergetar hebat, Nayya duduk di sebelah nisan Ibunya yang baru saja di makamkan.
Ibu Nayya meninggal di tempat saat mengalami kecelakaan maut tersebut, sementara Ayahnya sedang dalam kondisi kritis di rumah sakit.
Kejadian ini berawal dari Orang tua Nayya yang akan berangkat ke pasar untuk belanja bahan, namun naas sebuah kecelakaan terjadi saat sebuah mobil kehilangan kendali dan menabrak motor orang tua Nayya.
"Kejadian ini terlalu mendadak Bu, tapi Nayya sadar semua takdir sudah diatur oleh Allah." Nayya berusaha keras menahan air matanya agar tidak terjatuh lagi.
"Bu, Nayya akan selalu berdoa untuk Ibu, semoga Ibu tenang di sisi Allah, Nayya akan bertahan dan terus berjuang meskipun rasanya berat, Ibu selalu bilang Allah akan selalu ada bersama Nayya bukan?"
"Nayya akan berusaha kuat Bu." Nayya menahan air matanya yang hampir jatuh kembali.
Kehilangan Ibunya merupakan ujian terberat bagi Nayya, dia adalah anak tunggal dan keluarga dari kedua orang tuanya pun berada jauh dari sini.
"Ibu Nayya pamit ke rumah sakit dulu ya, Ayah masih berjuang Bu Nayya gak bisa ninggalin Ayah terlalu lama, Nayya akan selalu datang kesini untuk mendoakan Ibu." ucap Nayya bergetar.
Sekuat tenaga Nayya berusaha agar tidak menangis, Nayya memejamkan matanya kemudian berdoa untuk Ibunya.
"Ibu Nayya pulang ya, Assalamualaikum."
Nayya mulai melangkah kan kakinya meninggalkan tempat pemakaman meskipun rasanya sangat berat, perlahan air mata Nayya menetes meski begitu Nayya berusaha mengusapnya kembali.
Nayya mulai berjalan keluar dari pemakaman, kebetulan lokasi pemakaman dan rumah Nayya itu tidak terlalu jauh.
Di sisi lain seorang anak kecil terlihat menangis sesenggukan sambil terus berjalan, anak gadis lucu yang rambut nya di kucir itu sepertinya tersesat
"Huaaaaa Papa! Latu takut Papa, Latu takut ini dimana?" anak cadel bernama Ratu itu menangis, Ratu mencoba mencari bantuan namun di jalan itu sangat sepi.
"Latu cape Papa, kenapa Papa ndak mau tolong Latu, apa Papa cudah ndak cayang Latu lagi?" racau Ratu yang sudah berjongkok karena kelelahan berjalan, bayangkan anak kecil berusia 4 tahun tersesat di jalan yang sepi.
Ratu jelas saja ketakutan bahkan anak itu sudah berjalan cukup jauh dari tempat dimana dia tersesat tadi, entah kenapa Ratu bisa tersesat disana.
"Huaaaa! Opa! Oma! Papa jahat cekali, Papa ndak pelnah cayang Latu, Mama juga ndak cayang cama Latu, cuma Oma sama Opa yang cayang cama Latu." Ratu terus meracau, wajahnya sudah sembab karena menangis.
Ratu juga haus sekarang, gadis kecil itu hanya membawa tas kecil dan juga boneka yang selalu di peluknya.
"Latu mau Mama balu, bial Latu bica ikut Mama dan gak cama Papa lagi." tangan mungil Ratu mengusap air matanya.
"Latu takut......" suara Ratu semakin bergetar, anak itu semakin ketakutan karena tidak ada seorang pun yang lewat.
Sementara itu Nayya berjalan dengan pelan, sepanjang jalan Nayya terus berdoa untuk Ayah dan juga Ibunya.
Sedang fokus berdoa sambil berjalan, tiba-tiba Nayya mendengar tangisan seorang anak kecil.
"Suara dari mana itu ya?" gumam Nayya celingukan mencari sumber suara itu, tapi bukan berarti Nayya takut ya tapi dia khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada orang yang menangis itu.
Nayya terus berjalan, awalnya suara itu tidak terdengar lagi namun suara itu kembali terdengar dan malah semakin dekat.
Nayya kemudian berusaha mencari dimana sumber suara itu, sampai pada akhirnya Nayya melihat seorang anak kecil sedang menangis sambil memeluk kedua lututnya.
"Astaghfirullah." Nayya langsung berjongkok menghampiri Ratu, tangisnya begitu membuat hati Nayya terasa sesak.
"De..." suara lembut Nayya terdengar, Ratu yang mendengar suara Nayya perlahan mengangkat kepalanya.
Seketika Ratu terpaku melihat Nayya yang terlihat sangat cantik, mata bulat Ratu bahkan tidak berkedip.
Nayya merasa tidak tega melihat wajah Ratu yang sudah begitu sembab.
"Ade cantik?" Nayya mengusap lembut pipi Ratu, bocah itu mengerjapkan matanya lucu.
Setelah itu Ratu tersadar jika Nayya memang manusia, mungkin Ratu merasa dia sedang bermimpi makanya sempat terkejut dan terbengong sebentar tadi.
"Huaaaaa Kakak Cantik!" Ratu langsung memeluk Nayya dengan erat, tangis anak itu kembali pecah.
"Hei jangan takut, ada Kakak disini." dengan penuh kelembutan Nayya menenangkan Ratu.
"Latu takut dicini, Latu ndak tau halus kemana Latu telcecat Kakak cantik." adu Ratu dengan mata berkaca-kaca, air matanya bahkan masih terus mengalir.
'Astaghfirullah, kenapa anak sekecil ini bisa kesasar disini?' batin Nayya merasa heran, jalan ini jarang di lalui oleh kendaraan karena memang akses jalannya masih belum bagus mungkin hanya satu dua saja yang lewat kesini.
"Ade jangan takut ya, sekarang ada Kakak disini, apa ade cantik tau alamat rumahnya dimana? Kakak bakal anterin ade pulang?" Nayya menangkup wajah gembul Ratu.
"Latu mau minum Kakak cantik." suara Ratu mulai melemah, Nayya dengan penuh kekhawatiran mengecek suhu tubuh Ratu.
"Astaghfirullah kamu demam sayang." ucap Nayya panik, tubuh Ratu memang mulai melemah selain karena kelelahan karena berjalan, Ratu juga menangis dari tadi bahkan belum sempat minum.
"Kepala Latu pucing Kakak." Ratu memegang kepalanya.
"Sabar sebentar sayang, kita ke klinik sekarang." dengan cepat Nayya menggendong tubuh Ratu kemudian berlari menuju ke klinik terdekat.
Nayya sebenarnya ingin membawa Ratu menuju ke rumah sakit tempat Ayahnya di rawat, namun itu membutuhkan waktu lama jadi Nayya memutuskan untuk membawa Ratu ke klinik terdekat.
****
Di sebuah Mansion mewah, seorang pria dewasa yang bernama Ravindra sedang marah besar.
Bagaimana tidak? putri semata wayangnya dikabarkan menghilang saat dalam perjalanan menuju ke kantornya.
"Kenapa bisa hilang hah?! apa tidak ada penjaga keamanan disana!" teriak Ravin penuh amarah, semua orang menundukkan kepalanya.
"Maaf Tuan, kami sudah mengawasi Nona Muda, tapi sepertinya pengasuh Nona muda yang berkhianat, dia mengelabui kami dan membawa Nona muda entah kemana." jelas salah satu pengawal yang mengikuti mobil yang anak Ravin dari belakang.
"Lalu kenapa tidak ada yang mengawasi di mobil itu hah?!" teriak Ravin lagi, semua orang saling pandang.
Mereka hanya bisa menundukkan kepalanya, karena mereka memang salah dan tidak bisa membela diri.
"CARI PUTRIKU SEKARANG JUGA SAMPAI KETEMU! CARI TAU MASALAH INI SAMPAI TERUNGKAP! KALO GAGAL SIAP-SIAP KALIAN HARUS BERTANGGUNG JAWAB!"
"Baik Tuan!"
"Ratu kamu dimana Nak?"
Bersambung.......
Ravin terus meluapkan emosinya pada semua orang terutama pengasuh Ratu dan juga orang yang diperintahkan untuk menjaga Ratu alias pengawalnya.
Sementara itu asisten Ravin yang bernama Leo datang untuk menenangkan Bos nya itu, Ravin terlalu panik hingga dia melupakan satu hal.
"Bos tolong tenang dulu." ucap Leo, tangan Leo langsung dihempas kasar oleh Ravin yang masih emosi.
"Bagaimana aku bisa tenang Leo! Ratu, anakku hilang dan kamu masih bisa bilang seperti itu hah?!" Ravin membentak Leo, pria itu mengusap dadanya sabar.
"Bos maksud saya kan Bos memasang alat pelacak di jam tangan yang selalu di pakai oleh Nona Ratu, jadi kita bisa mengecek dimana lokasi Nona Ratu lewat jam tangan itu." jelas Leo penuh kesabaran.
Perlahan amarah Ravin sedikit mereda, dia baru sadar dan ingat jika Ratu selalu memakai jam tangan yang diberikan oleh Ravin, hal itu sengaja dilakukan agar Ravin bisa langsung tau dimana Ratu jika terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan.
"Kenapa kamu baru bilang sekarang?! apa lokasinya sudah di temukan!" ucap Ravin kesal, Leo menarik nafas pelan.
'Padahal dia sendiri yang lupa gara-gara emosian, tapi kenapa malah aku yang disalahin.' batin Leo menggerutu, Ravin memang dikenal tempramen dan emosian makanya tidak banyak orang yang bisa menghadapi Ravin.
"Lokasi sudah di temukan Bos, kita bisa berangkat sekarang." ujar Leo tanpa keraguan sedikitpun.
"Bagus! ingat terus selidiki masalah ini dan cari tau siapa yang berani mencari masalah denganku!" suara dingin Ravin membuat Leo bergidik sendiri, tentu jika orang itu ketahuan maka sudah Leo pastikan dia tidak akan berakhir baik.
"Siap Bos, segera di laksanakan."
"Ayo kita pergi sekarang!" Ravin kembali menatap tajam semua pegawainya yang lalai menjaga Ratu, baru setelah itu Ravin pergi untuk menemui Ratu.
****
Di sisi lain Nayya sudah membawa Ratu ke klinik terdekat, dan anak menggemaskan itu sedang di periksa oleh dokter.
Beruntung di rumah sakit ada sahabat Nayya dan orang tuanya yang menemani Ayahnya Nayya, kondisi Ayahnya Nayya masih kritis karena luka yang dialaminya itu adalah luka berat.
Sambil menunggu Ratu di periksa oleh dokter, Nayya menelpon sahabatnya kembali yang bernama Vira.
[Vira maafin aku, sekarang aku harus ngerepotin kamu lagi sama orang tua kamu.] Nayya merasa tak enak hati karena Vira selalu membantunya, bahkan sejak orang tuanya mengalami kecelakaan Vira dan orang tuanya lah yang membantu Nayya.
Vira dan Nayya bersahabat sejak SMA, kedua orang tua mereka juga saling mengenal dengan baik, keluarga Vira sendiri memiliki usaha di bidang tekstil, ya meskipun masih merintis tapi usahanya cukup sukses.
[Nayya jangan minta maaf terus kita kan keluarga, lagipula anak itu kasihan banget.] Vira sama sekali tidak keberatan justru dia merasa iba juga pada Ratu, apalagi setelah Nayya menceritakan semuanya tadi.
[Iya Vira, aku khawatir banget sesuatu yang buruk terjadi soalnya kondisi anak itu juga gak baik tadi, aku gatau udah berapa jauh dia jalan kaki sendiri.] Nayya merasa sesak sendiri membayangkan anak sekecil Ratu harus berjalan sendirian di jalanan yang sepi.
[Aku gak habis pikir sama orang yang tega ninggalin anak selucu itu di tengah jalan yang sepi, gimana kalo orang jahat yang nemuin dia coba? aku gak kebayang.] ucap Vira merasa iba.
[Vira tolong sampaikan sama Om dan Tante, makasih dan maaf aku belum bisa ke rumah sakit, Ratu masih di periksa kalo kondisinya memungkinkan aku bakal secepatnya ke rumah sakit.]
[Jangan khawatir Nayya, aku tau kamu juga cape dari kemarin, kamu harus istirahat dan makan juga, nanti aku susul kamu kesana kalo Mama sama Papa udah selesai makan.] ucap Vira, kedua orang tuanya memang sedang makan terlebih dahulu.
[Makasih Vira, makasih banyak semoga Allah membalas kebaikan kamu dan keluarga.]
[Aamiin, makasih kembali Nayya aku ada disini dan kamu jangan pernah ngerasa sendirian oke?]
[Iya Vira, kalo gitu aku tutup dulu ya telponnya soalnya dokter udah keluar.] Nayya melihat dokter yang memeriksa Ratu sudah keluar.
[Iya Nayya, jangan lupa kabarin aku ya.]
[Iya Vira, Assalamualaikum.]
[Waalaikumsalam.]
TUT
Ponsel akhirnya dimatikan, Nayya segera bangkit untuk menghampiri dokter yang memeriksa Ratu.
"Dok gimana keadaan Ratu sekarang?" tanya Nayya tampak cemas, dokter itu menarik nafas panjang.
"Pasien terlalu kelelahan ditambah pasien belum makan, tubuhnya lemas sehingga menyebabkan pasien demam." jelas dokter tersebut.
"Astaghfirullah..." ucap Nayya merasa sedih, Ratu pasti sangat ketakutan ditambah anak itu harus menahan lapar.
"Apa kondisinya parah dok?" tanya Nayya lagi, suaranya sedikit bergetar.
"Untungnya tidak Bu, setelah ini tolong pastikan pasien beristirahat dengan baik dan juga makannya jangan sampai terlambat, dan juga minum obat tepat waktu, hari ini pasien harus di infus kalo kondisinya sudah membaik besok bisa langsung pulang." jelas dokter wanita itu.
Nayya lega mendengar itu, dia segera berterimakasih pada dokter kemudian masuk kedalam ruangan dimana Ratu masih terbaring dengan wajah yang pucat.
Nayya segera duduk di samping Ratu, Nayya tidak lupa memberi kabar pada Vira tentang kondisi Ratu.
"M-mama.... Latu takut Mama......" suara lemah Ratu terdengar, anak itu mengigau dengan tubuh yang gemetar.
Nayya langsung meletakkan ponselnya kemudian mengecek suhu tubuh Ratu yang demamnya masih belum turun sepenuhnya.
"Astaghfirullah masih panas ternyata." gumam Nayya pelan, Ratu masih terus mengigau memanggil Mama.
"Ratu sayang bangun Nak.." Nayya menepuk pelan pipi Ratu supaya anak itu sadar, namun Ratu masih terus gelisah dan tidak juga membuka matanya.
"Mama Latu takut Mama, Papa jahat ndak cayang Latu lagi Mama, Latu kangen Mama." racau Ratu, bahkan airmatanya kini menetes perlahan.
"Ratu sayang...." Nayya mencoba membangunkan Ratu, gadis kecil itu mengeratkan genggaman tangannya pada Nayya.
Ratu terus mengigau, Nayya yang khawatir segera memeluk Ratu untuk menenangkannya.
"Kakak ada di sini Ratu, sekarang Ratu gak sendiri." suara lembut Nayya membuat Ratu sedikit tenang, tidak lama kemudian Ratu membuka matanya perlahan.
"K-kakak...." mata bulat Ratu memerah dan berembun menahan tangis, Nayya tersenyum lembut sambil mengusap air mata Ratu.
"Iya Kakak disini, jangan takut." ucap Nayya lembut, bibir Ratu bergetar tidak lama kemudian...
"HUAAAAA! LATU NDAK MAU CENDILIAN LAGI KAKAK CANTIK!"
"Ratu gak sendirian ada Kakak di sini-" belum sempat Nayya menenangkan Ratu, tiba-tiba pintu ruangan dibuka dengan kasar sampai membuat Nayya dan juga Ratu terkejut.
BRAKK!
"ASTAGHFIRULLAH!"
"BERANINYA KAMU MEMBUAT ANAKKU MENANGIS!" suara bariton seorang pria terdengar mengerikan, belum lagi tatapannya begitu tajam.
"S-siapa kamu?!"
"P-papa...."
"Papa?"
Bersambung........
Nayya jelas saja terkejut melihat kedatangan seorang pria yang langsung berteriak, wajahnya terlihat dingin meskipun tampan.
"Apa itu Papa kamu sayang?" tanya Nayya mencoba tetap tenang, meskipun Nayya sempat terkejut melihat kedatangan Ravin.
"Iya Kakak, itu Papa Lapin Papanya Latu." jawab Ratu yang masih memeluk erat Nayya, Ravin kini sudah berdiri dihadapan Nayya dengan tatapan tajamnya.
Di belakang Ravin ada Leo yang baru saja tiba, Ravin tadi langsung berlari masuk meninggalkan Leo yang harus memarkir mobil terlebih dahulu.
"Apa kamu tidak dengar dia memanggil apa?!" sentak Ravin lagi, Nayya memejamkan matanya terkejut, Nayya juga kesal karena Ravin datang marah-marah tanpa bertanya lebih dahulu.
"Papa kenapa malahin Kakak cantik telus! kepala Latu jadi pucing dengalnya." omel Ratu menatap galak Ravin, pria dingin itu menarik nafas pelan, Ravin selalu kalah oleh Ratu.
"Ratu harus makan dulu, kalo belum makan nanti pusingnya engga akan hilang." ucap Nayya lembut.
"Latu mau makan tapi mau di cuapin Kakak cantik." mata Ratu mengerjap lucu, anak itu berharap di suapi oleh Nayya, kebetulan Nayya juga sudah membeli makanan yang sehat untuk Ratu sesuai saran dokter.
"Gak boleh! Biar Papa yang suapin kamu, jangan orang asing ini!" belum sempat Nayya menjawab, Ravin sudah memotongnya lebih dulu.
Nayya menatap kesal pada Ravin, menurutnya Papa dari Ratu ini sangat menyebalkan, padahal niat Nayya baik tapi respon Ravin malah begitu.
"Mohon maaf ya Pak, bisa gak jangan marah-marah dulu! kalo Bapak penasaran kenapa Ratu bisa ada disini saya bisa jelaskan, tapi tolong tanya dengan baik-baik jangan langsung emosi, Bapak gak liat apa kondisi Ratu sekarang!" Nayya langsung berkata tegas.
Leo langsung menelan salivanya susah payah melihat Nayya yang begitu berani menatap Ravin dan berkata tegas di hadapan Ravin, biasanya kebanyakan orang tidak berani menatap mata tajam Ravindra.
"Berani kamu ngatur saya hah?! kamu pikir kamu siapa?!" respon Ravin sesuai dugaan, pria arogan dan tempramen itu tidak mau kalah begitu saja.
"Saya memang bukan siapa-siapa! tapi sekarang yang saya pedulikan itu adalah kondisi Ratu!" jawab Nayya tanpa rasa takut sedikitpun.
"KAMU!"
"Papa Ctop! kepala Latu pucing cekali liat Papa teliak telus, Kakak cantik ini ndak jahat! Kakak cantik ini tolongin Latu." Ratu berteriak, nafasnya terengah kemudian wajahnya memerah.
Nayya yang melihat itu semakin khawatir, Nayya kembali memeluk Ratu untuk menenangkannya.
"Tenang ya Ratu, ini minum dulu." Nayya dengan penuh kelembutan membantu Ratu untuk minum, semua itu tidak lepas dari pandangan Ravin.
'Apa perempuan ini sedang berusaha mencari perhatianku melalui Ratu?' batin Ravin dengan segala pemikiran buruknya.
"Bos, lebih baik bahas masalah ini dengan tenang kasihan Ratu kondisinya sedang tidak baik." bisik Leo membuyarkan lamunan Ravin.
"Bukan urusanmu! sekarang cari tau tentang wanita ini, aku ingin tau apakah dia memiliki niat buruk atau tidak padaku!" ucap Ravin tidak mau dibantah, Leo hanya bisa menarik nafas pelan karena tugasnya kini bertambah.
"Duduk dulu Bos."
Ravin mengikuti Leo kemudian duduk di kursi yang ada di ruangan itu, klinik ini memang tidak terlalu besar tapi fasilitasnya cukup baik.
Pria dingin itu fokus untuk memperhatikan interaksi Ratu dan Nayya, selama ini Ratu sulit untuk dekat dengan orang lain, tapi kali ini Ratu bisa akrab semudah itu dengan Nayya.
'Ini aneh, kenapa putriku bisa langsung manja padanya.' batin Ravin bertanya-tanya, masih ada rasa curiga terhadap Nayya.
Kembali pada Nayya yang kini berusaha mengabaikan Ravin yang terus memperhatikannya, Ratu pun nampak mengabaikan kehadiran dari Papa nya itu.
"Nah ini makan Ratu hari ini." Nayya memperlihatkan bubur, selain itu ada buah-buahan yang bisa menambah nutrisi Ratu.
"Bubul?" Ratu menatap Nayya yang mengangguk.
"Iya Ratu mau kan? kalo Ratu mau sembuh berarti harus makan banyak, biar bisa makan nanti sama temennya." bujuk Nayya, Ratu tersenyum senang.
"Latu mau main, tapi ditemenin Kakak cantik yaa coalnya Latu ndak punya temen di lumah." wajah Ratu sedih, Nayya bingung harus menjawab apa karena belum tentu mereka akan bertemu lagi ditambah Nayya tidak nyaman pada Ravin.
"Pokoknya sekarang Ratu harus makan dulu terus minum obat biar cepet sembuh oke?" pinta Nayya, Ratu mengangguk antusias senyum Ratu nampak manis sekali di mata Nayya.
"Oh iya, Latu belum tau nama Kakak cantik ciapa?" Ratu baru ingat jika dia belum sempat bertanya nama Nayya.
"Nama Kakak Nayyara, biasa dipanggil Nayya." ucap Nayya sambil menyuapi Ratu dengan telaten.
"Kakak Nayyala?" beo Ratu polos, Nayya mengangguk.
"Iya Ratu cantik."
"Uwahhh! belalti Latu panggilnya Kakak Nayya."
"Iya bener, sekarang habisin dulu ya habis itu Kakak punya cerita lucu buat Ratu."
"Celita apa Kakak cantik?" Ratu nampak antusias sekali, Nayya dengan senang hati menceritakan kisah lucu yang membuat Ratu tertawa, bahkan Ratu sampai menghabiskan makanannya.
Ravin sendiri terus memperhatikan bagaimana Ratu sangat ceria sekarang, padahal biasanya Ratu belum pernah seceria ini.
'Nayyara! siapa kamu sebenarnya, dan apa tujuan kamu mendekati Ratu putriku?' batin Ravin yang masih menduga jika Nayya sengaja mendekati Ratu.
****
Ratu kini sudah tertidur setelah makan dan minum obat, mungkin karena efek obat juga akhirnya gadis kecil itu tertidur, sementara itu Ravin langsung mengajak Nayya untuk berbicara serius di ruangan itu.
"Sekarang jelaskan semuanya! jangan harap kamu bisa berbohong." belum apa-apa Ravin sudah mengancam Nayya, gadis itu menarik nafas pelan.
'Sabar Nayya sabar.' batin Nayya mengelus dadanya pelan, Nayya memilih mengalah dari pada harus berdebat dengan pria keras seperti Ravin yang pastinya tidak mau kalah.
"Pertama saya tidak berniat berbohong sedikitpun, dan kedua saya menemukan Ratu ketika saya sedang dalam perjalan pulang setelah memakamkan Ibu saya yang baru meninggal."
DEG
Ravin tersentak kaget mendengar jika Nayya baru saja pulang dari pemakaman Ibunya, mendadak Ravin merasa bersalah karena pastinya Nayya sedang bersedih saat ini.
"Tadi kondisi Ratu sangat memprihatinkan, saya tidak tau sudah berapa jauh Ratu berjalan yang jelas Ratu sampai kelelahan, dan parahnya Ratu belum makan apapun dari pagi, makanya Ratu harus di bawa ke klinik, Ratu bilang dia ditinggal sama seseorang dan saya gatau siapa orangnya." jelas Nayya tidak berbohong sama sekali.
Tangan Ravin mengepal kuat, hatinya sesak mendengar kondisi Ratu yang memprihatinkan ditambah Ravin marah karena ada yang berani menyakiti putrinya.
"Kurang ajar!" geram Ravin.
"Ssst!" Nayya memberi isyarat pada Ravin agar pria itu diam karena Ratu terusik dalam tidurnya.
"Tolong jangan terlalu berisik Pak, Ratu masih tidur." peringat Nayya, Ravin hanya diam saja dengan wajah merah padam, emosinya kembali ingin meledak saat ini.
"Satu lagi Pak, tolong jaga Ratu dengan baik jangan sampai orang jahat bisa melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya pada Ratu."
"Aku mengerti, kamu boleh pergi sekarang dan jangan muncul lagi di hadapan ku atau pun Ratu!"
'Dasar menyebalkan!'
Bersambung........
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!