Kehidupan Elwin sehari-harinya hanya didalam kamar saja, dia tinggal sendirian tidak ada satupun dari mereka yang ingin menemani dirinya.
Padahal Dokter sudah mengatakan bahwa jangan biarkan dia sendiri itu akan membuat penyakitnya semakin menggerogotinya.
Namun tetapi, Danu dan Agita merasa sangat malu sehingga mereka mengatakan bahwa Elwin adalah beban hidup saja.
Kadang Elwin menangis tanpa sebab, kadang juga dia mengamuk tanpa sebab mungkin itu dikarena penyakitnya.
Jika dia diam, seperti orang yang normal sekali tetapi Danu dan Agita tetap tidak ingin mengakuinya sebagai anak makanya dari itu mereka mengurung Elwin didalam kamarnya dan tanpa mempublikasikan tentang Elwin adalah anak mereka.
Namun disuatu hari Danu sedang bertemu dengan sahabatnya, dia membahas tentang pernikahan akan tetapi pernikahan dengan sebuh perjanjian diatas materai.
Sahabatnya itu adalah Darius, dia sangat setuju dengan perjanjian itu dan dia juga menyuruh Danu untuk menikahkan putranya dengan putrinya.
Akankan kedua kakaknya Rissa setuju dengan rencana Ayahnya itu? Padahal Darius memiliki Perusahaannya yang begitu sangat tinggi nilai kemakmurannya tetapi entah mengapa dia sangat setuju tentang pernikahan itu.
****
Disuasana kediaman Setyawan.
Darius sedang memanggil ketiga anaknya, dia ingin mengatakan kepada mereka bahwa putrinya akan menikah dengan putranya Danu.
" Farrel, Ferry, Rissa" panggil Darius
Setelah beberapa menit dari dia memanggil, ketiga anaknya kini tiba. Saat tiba mereka langsung duduk disofa tersebut menghadap Darius.
" Ada apa pa memanggil kami?" tanya Farrel
Farrel adalah anak tertua dari Keluarga Setyawan, namun Ferry ada kedua dari Keluarga Setyawan sedangkan Rissa adalah anak terakhir dia paling disayangi oleh kedua kakaknya.
Sedangkan Ibunya mereka, sudah meninggal saat melahirkan Rissa.
" Ada sesuatu yang ingin Papa katakan kepada kalian" ucap Darius dengan nada seriusnya
" Apa itu pa?" tanya Ferry karena penasaran
Darius menarik nafasnya begitu dalam sebelum dia mengatakannya dia menatap kearah Rissa yang sedang duduk diselang kedua kakaknya.
Kini dia kembali ke topik yang akan dia bahas didepan anak-anaknya.
" Rissa, minggu depan kamu akan menikah dengan Putranya Danu" ucap Darius membuat mereka semua terkejut
Dug!
Jantung Rissa seketika terasa sesak seperti ada yang menjatuhinya setelah mendengar ucapannya Darius.
" Menikah pa?" ulang Rissa dengan nada tidak begitu percayanya
Darius mengganggukkan kepalanya.
" Tapi pa mengapa harus dengan anaknya Om Danu?" melainkan Farrel yang sedang protes
" Karena pernikahan ini adanya dengan sangkutan perjanjian diatas materai, jika Rissa mau menikahi Putranya maka Danu akan memberikan 80% sahamnya kepada Papa" jelas Darius
" Pa, Perushaan kita tidak sedang menurun mengapa Papa malah setuju dengan hal itu?"
" Benar yang dikatakan oleh Farrel pa, Perusahaan kita tidak sedang menurun malah kebalikannya Perusahaan kita menjulang keatas"
" Sudah jangan banyak protes, intinya Papa mau Rissa menerima pernikahan ini"
Farrel dan Ferry sedang berusaha membela Rissa agar Darius tidak menerima tawaran itu. Mereka sangat tau bagaimana dengan Putranya Danu.
" Pa, seharusnya Papa ingat Putra Om Danu dia sedang mengidap penyakit autisme bagaimana bisa Rissa merawatnya pa?" protesnya Farrel kembali
Rissa menatap kearah Farrel, dia benar-benar sangat terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Kakaknya bahwa pria itu mengidap penyakit autisme.
" Pa" panggil Rissa dengan nada lemahnya
" Papa tidak ingin mendengar protes atau penolakanmu Rissa"
Rissa kembali diam dan menghelakan nafasnya saja, dia benar-benar tidak diberikan untuk berbicara.
" Besok kamu akan ikut Papa ketempat kediamannya Danu Rissa"
" Pa" panggil keduanya
" Diamlah kalian berdua, jangan banyak protesnya jika kalian terus protes maka Papa akan mencabut semua fasilitas kalian"
Farrel dan Ferry langsung bangun dari duduknya mereka begitu menantang sekali demi adik perempuannya.
" Aku tidak peduli jika memang Papa ingin mencabut fasilitasku, itu tidak akan membuatku menjadi langsung miskin pa"
" Benar yang dikatakan Farrel, aku juga begitu tidak peduli jika memang Papa ingin melakukan itu lakukan saja pa"
" Kalian berdua benar-benar menantang Papa ya? Disini kepala keluarganya adalah Papa jadi apapun keputusan Papa kalian tidak bisa protes" sahut Darius
" Kami bisa protes pa karena dia adalah adik perempuan kami satu-satunya, apa tidak bisa Papa mencarikan laki-laki yang sejajar Rissa"
" Cukup Farrel" bentak Darius
Rissa benar-benar sangat terkejut sekali mendengar suaranya Darius, tatapan mereka berdua saling bertemu Darius dan Farrel sama-sama keras kepalanya jadi sangat susah untuk membuat mereka berdua mengalah.
Demi tidak berdebat kini Rissa mencoba untuk menenangkan Farrel.
" Kak berhenti, Rissa akan menuruti apa perkataan Papa" ucap Rissa membuat Farrel dan Ferry menoleh
" Rissa" ucap keduanya
" Tidak apa-apa kak, Rissa tidak mau fasilitas kalian dicabut hanya karena membela Rissa kak "
" Kalian dengar itu apa tang yang dikatakan oleh adik kalian?" sahut Darius dengan tersenyum menang
Farrel dan Ferry hanya bisa menghelakan nafasnya saja, kini mereka duduk kembali sambil memegangi kepalanya serasa benar-benar membuat frustasi sekali.
" Baiklah Rissa, besok kamu akan ikut Papa ketempatnya Om Danu untuk bertemu dengan putranya" ucap Darius membuat Rissa menganggukkan kepalanya
Saat melihat Rissa menuruti permintaannya kini Darius bangun dari duduknya dan pergi meninggalkan mereka diruang tengah tersebut.
Rissa hanya bisa menundukkan kepalanya, dia begitu sangat sedih sekali mengapa hidupnya harus begini?
" Rissa, mengapa kamu malah menuruti apa permintaan Papa?" tanya Farrel kepada Rissa
" Rissa tidak ingin fasilitas kalian berdua dicabut oleh Papa kak, lebih baik Rissa menuruti apapun permintaannya agar kalian berdua selamat" jawab Rissa dengan nada sedihnya
" Seharusnya kamu tidak perlu memikirkan kami berdua Rissa, walaupun Papa mencabut fasilitas kami itu tidak akan membuat kami miskin" sahut Ferry
" Benar yang dikatakan Ferry, kamu harusnya memikirkan dirimu bagaimana kamu bisa menikah dengan pria autisme"
Rissa hanya terdiam saja, dia juga tidak tau harus bagaimana? Tetapi dia sangat kepikiran juga tentang pria autisme itu.
" Kak, apa kalian pernah melihat anaknya Ok Danu?" tanya Rissa kepada Farrel
Farrel menggelengkan kepalanya.
" Tidak pernah Rissa, sepertinya Om Danu sedang sembunyikan putranya setiap kali ada acara apapun di Perusahaannya aku tidak pernah melihat Putranya hadir" jawab Farrel membuat Rissa menghelakan nafasnya saja
Rissa benar-benar sangat bimbang sekali apakah dia akan bisa merawat anaknya Danu? Ini untuk pertama kalinya dia bertemu dengan seorang pria.
Selama 25tahun dia tidak pernah dekat dengan seorang pria, karena selalu dijaga oleh Farrel dan Ferry.
Saat Darius mengatakan tentang pernikahan betapa terkejutnya Rissa sehingga membuatnya banyak tidak berkata-kata.
" Rissa, jika kamu ingin kabur dari pernikahan ini maka aku bisa membawamu pergi jauh" ucap Ferry membuat Farrel kesal
Plak!
Farrel menggeplak kepalanya Ferry sehingga membuatnya hanya bisa mengelus-elus kepalanya.
" Pemikiranmu sangat dangkal Fer, jika kamu membawanya pergi jauh maka itu akan membuatnya semakin mendapat masalah, kamu tau bukan Papa orangnya bagaimana?"
Ferry benar-benar merasa frustasi sekali saat mengetahui Darius orangnya begitu sangat keras kepala sekali.
Hari menjelang pagi.
Dimana Keluarga Setyawan sudah ada dimeja makan, semuanya sudah melakukan sarapan dengan sangat tenang sekali hanya ada suara sendok saja.
Hari ini Rissa terlihat begitu sangat cantik sekali, dia menggunakan dress biru malam dengan rambut yang dikuncir setengah lalu polesan pewarna bibirnya.
Dimana Rissa merasa tidak ada nafsu untuk sarapan pagi ini, semalam juga dia tidak terlalu nyenyak tidurnya karena memikirkan tentang pernikahan ini.
Sekali-kali dia menghelankan nafasnya membuat Farrel dan Ferry menatapnya.
" Rissa, setelah sarapan kita akan pergi ketempatnya Om Danu" ucap Darius membuat Rissa menganggukkan kepalanya saja
Dimana Farrel dan Ferry langsung bangun dari duduknya.
" Maaf Rissa, aku tidak bisa ikut untuk melihatnya karena di Perusahaan sedang melakukan rapat" ucap Farrel sambil mencium puncak kepala Rissa dan pergi
" Aku juga begitu, maafkan aku Rissa" sahut Ferry sambil mencium puncak kepala Rissa dan pergi
Rissa hanya bisa menatap kepergian kedua kakaknya, padahal dia berharap bahwa kedua kakaknya akan ikut mengantarnya.
Namun ternyata, mereka berdua tidak ingin melihatnya karena sangat sedih sekali Rissa harus dipaksa untuk menikahi seorang pria autisme.
" Tidak apa-apa Rissa, ada Papa yang akan menemanimu" ucap Darius membuat Rissa menganggukkan kepalanya
Rissa hanya melanjutkan kembali sarapannya setelah dia menganggukkan kepalanya.
" Kalau begitu habiskan sarapanmu dengan cepat" perintah Darius kepada Rissa
" Baik pa" jawab Rissa dengan nada lemahnya
****
Setelah menempuh perjalanan selama satu jam lebih pada akhirnya Darius dan Rissa tiba dikediamannya Redman.
Mereka turun dari mobilnya setelah memarkirkannya, lalu mereka berjalan mengarah pintu serta. Namun saat tiba didepan pintu dengan cepatnya Darius menekan tombol bel.
Ting. Tong. Ting. Tong.
Jantungnya berdebar kencang sekali, Rissa begitu sangat gugup ini untuk pertama kalinya dia bertemu dengan seorang pria bahkan pria itu lebih tua dibandingkan dirinya.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya terdengar suara kuncian pintu terbuka serta pintunya terbuka.
" Maaf tuan, anda mencari siapa?" tanya Pelayan itu
" Apa Tuan Danu ada dirumah?"
" Oh ada tuan, apakah anda sudah ada janji dengan beliau?" tanya Pelayan kembali
" Sudah"
" Baiklah silahkan masuk tuan mereka sedang ada diruang tengah, saya akan mengantarkannya"
Darius menganggukkan kepalanya lalu mengikuti pelayan itu yang mengantarkan mereka pada Danu.
Dimana Rissa mengikuti dari belakang namun dengan wajah yang begitu sendu sekali.
" Permisi tuan, ada tamu untuk anda" ucap Pelayan itu kepada Danu
Saat Danu melihatnya kini dia tersenyum.
" Kemarilah Darius" ucap Danu kepada Darius
Darius hanya menganggukkan kepalanya serta dia membawa Rissa untuk duduk bersama Danu dan Agita.
" Apakah ini putrimu yang kamu ceritakan itu Darius?" tanya Danu kepada Darius
" Benar dia adalah putriku yang selalu aku ceritakan itu" jawab Darius dengan wajah tersenyumnya
" Dia benar-benar sangat cantik sekali dan sangat mirip dengan mendiang istrimu"
Darius hanya tersenyum saja, dimana Darius mencolek Rissa agar dia memperkenalkan dirinya.
Karena Rissa paham kini dia bangun dari duduknya dan memperkenalkan dirinya.
" Selamat pagi Om dan Tante, saya adalah Rissa Amanda Soraya, salam kenal" ucap Rissa dengan nada sopannya
Sebenarnya dia hanya terpaksa tetapi demi semuanya berjalan dengan baik dia harus melakukannya.
Danu dan Agita tersenyum saat Rissa memperkenalkan dirinya, kini tanpa basa-basi lagi Danu menyuruh Agita untuk membawa Rissa bertemu Elwin.
" Baiklah, Mi tolong bawa Rissa untuk bertemu dengan Elwin"
" Baik pi" sahut Agita dengan cepat" Ayo Rissa saya akan membawamu bertemu dengan Elwin" sambung Agita
Rissa hanya bisa menganggukkan kepalanya saja, ingin sekali menoleh kearah Darius tetapi apalah daya bahwa tidak ada pembelaan sekali.
Rissa mengikuti Agita yang sedang menuju kamarnya Elwin, saat tiba didepan kamarnya dimana Agita membuka kunci kamarnya.
Hal itu membuat Rissa merasa bingung mengapa harus dikunci?
" Masuklah, dia ada didalam sana" ucap Agita kepada Rissa
" Baiklah tante" jawab Rissa dan masuk kedalam kamar itu
Saat Rissa masuk, Agita menutup kembali pintunya serta menguncinya. Rissa benar-benar tidak paham sebenarnya mengapa harus dikunci?
Kini Rissa menatap kearah depan, terlihat seorang pria sedang duduk dikursi tepat pandangannya mengarah jendela.
" Permisi" sapa Rissa kepada Elwin
Seketika Elwin langsung menoleh kearah suara tersebut, namun saat dia menoleh Elwin merasa sangat ketakutan sekali.
" S-siapa kamu?" tanya Elwin dengan nada gemetarnya
" A-aku Rissa" jawab Rissa dengan gugupnya
" Rissa?" ulang Elwin dengan begitu takutnya" U-untuk a-apa kamu kemari?" tanya Elwin kembali
" Apa Om Danu serta Tante Agita sudah mengatakannya kepadamu kedatanganku hari ini?"
" T-tidak a-ada" jawab Elwin dengan cepatnya
Rissa merasa sangat terkejut saat mendengar ucapannya Elwin, bagaimana bisa mereka berdua tidak ada mengatakannya kepada Elwin?
" K-kalau b-begitu k-kamu keluar d-dari sini" ucap Elwin membuat Rissa terkejut
Rissa hanya bisa menghelakan nafasnya saja, ingin sekali dia keluar tetapi pintunya dikunci oleh Agita.
" Bagaimana aku bisa keluar kalau pintunya dikunci?"
Elwin mencoba untuk memberanikan dirinya menatap kearah Rissa yang masih berdiri didepan pintu.
" L-lalu kedatanganmu k-kemari?" tanya Elwin
Rissa menarik nafasnya begitu dalam sekali lalu dia menghembuskan secara perlahan-lahan mencoba untuk menenangkan dirinya.
" Karena aku adalah calon istrimu" jawab Rissa membuat Elwin terkejut
" C-calon i-istri?" ulang Elwin dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak" J-jangan bercanda k-kamu, tidak ada yang mau denganku" sambung Elwin
" Aku tidak bercanda, memang kenyataannya seperti itu bahwa aku adalah calon istrimu dan kita akan menikah diminggu depan" jelas Rissa
" P-pembohong" teriak Elwin membuat Rissa terkejut" J-jangan b-bermain denganku, t-tidak ada orang didunia ini mau bersamaku, k-karena aku a-autis" sambung Elwin dengan nada teriaknya
Rissa merasa ketakutan sekali, dimana terlihat Elwin begitu sangat lepas kendali. Ada rasa marah didalam dirinya ada rasa takut juga. Dimana Elwin menutup kedua telinganya dengan tubuh yang begitu gemetar sekali.
Rissa sebenarnya tidak tega melihatnya seperti itu, namun apalah daya jika dia maju mungkin bisa saja Rissa diserang oleh Elwin.
" T-tidak a-ada orang yang bersamaku, m-mereka mengatakan bahwa aku hanyalah beban untuk mereka" teriak Elwin kembali namun kini diikuti dengan air mata
Rasanya begitu sesak sekali melihat dia menangis berkata seperti itu, apa jangan-jangan selama ini Elwin diperlakukan bukan seperti anak? Namun melainkan seperti tahanan.
Sedangkan saja pintunya dikunci, firasat yang dirasakan oleh Rissa sepertinya mengatakan itu benar bahwa Elwin dikurung dikamar ini.
" Hey, tenangkan dirimu" ucap Rissa mencoba menenangkan Elwin
" Diam dan pergi dari sini" teriak Elwin kembali
Rissa yang sangat kebingungan kini dia benar-benar tidak tau harus apa, tetapi dia tidak menyerah begitu saja.
Dimana Rissa memberanikan dirinya untuk mendekat kearah Elwin.
Rissa yang begitu sangat bingung sekali harus bagaimana dia melihat Elwin sangat ketakutan tetapi dia tidak boleh menyerah begitu saja.
Dia mencoba kembali mendekat kearah Elwin.
" Hey tenanglah, aku tidak akan menyakitimu sungguh, aku hanya ingin bisa akrab denganmu lagi pulang jika aku ingin keluar dari sini bagaimana caranya? Bahwa aku sekarang dikurung bersamamu" jelas Rissa
Seketika Elwin mengangkat wajahnya, lalu melepaskan tangannya dari kedua telinganya kini dia menatap kearah Rissa yang sedang hampir mendekat kearahnya namun Rissa berhenti sejenak saat melihat Elwin mulai merespon.
Rissa tersenyum kepada Elwin mencoba membuatnya percaya bahwa dia tidak akan menyakitinya.
" Apa kamu tidak berbohong?" tanya Elwin dengan nada menyakinkannya
" Tentu saja aku tidak berbohong dengan itu, dan lagi aku tidak pernah menyakiti orang" jawab Rissa dengan wajah tersenyumnya
" K-kemarilah" ucap Elwin sambil menepuk-nepuk tempat duduk disampingnya
Rissa tersenyum saat melihat Elwin meresponnya dengan baik, lalu Rissa melangkahkan kakinya mendekat kearahnya serta duduk disampingnya.
Saat Rissa duduk, tercium aroma tubuhnya Elwin begitu sangat wangi sekali padahal sebenarnya orang mengatakan jika seseorang terkena penyakit autisme mereka akan sangat kotor sekali tetapi bagi Rissa melihat kearah Elwin dia begitu sangat bersih sekali.
Bahkan kamarnya pun begitu sangat rapi dan tidak berantakkan sama sekali.
" Aku Rissa Amanda Soraya, kamu siapa?"
Rissa mencoba untuk memperkenalkan dirinya kepada Elwin, dia mengulurkan tangannya hal itu membuat Elwin menjadi takut dan kebingungan.
" E-elwin Jenaro R-redman"
Rissa tersenyum saat Elwin kembali memperkenalkan dirinya, kini dia mencoba untuk lebih akrab lagi.
" Terima kasih sudah memperkenalkan dirimu kembali" ucap Rissa kepada Elwin" Lalu apa aku boleh bertanya sesuatu kepadamu?" tanya Rissa membuat Elwin menatapnya
" B-bertanya a-apa?"
" Hmm kalau aku boleh tau, sejak kapan kamu mengidap penyakit autisme?"
Elwin terdiam, pandangannya langsung menjadi sedih saat mendengar pertanyaannya Rissa. Dia menundukkan kepalanya hal itu membuat Rissa merasa bersalah karena sudah bertanya seperti itu.
" Maafkan aku jika pertanyaanku membuatmu sedih, jika kamu tidak ingin menjawabnya itu tidak masalah bagiku"
Entah mengapa rasanya begitu berbeda sekali, kini Elwin menggelengkan kepalanya bahwa dia tidak apa-apa.
" S-sejak a-aku usia 2tahun, saat itu Mami dan Papi membawaku kerumah sakit untuk periksa namun saat setelah diperiksa hasilnya aku mengidap penyakit autisme, s-sejak dari itu aku dikurung dan diasingkan kedua orang tuaku bahkan saat ini mereka tidak menganggapku sebagai anaknya" jelas Elwin
Nada bicaranya Elwin terkadang tidak jelas namun Rissa sangat paham sekali apa yang dikataka oleh Elwin.
Rissa merasa sangat sedih sekali saat mendengar ceritanya Elwin, mengapa begitu teganya mereka berdua mengasingkan Elwin.
" Lalu umurmu sekarang berapa?" tanya Rissa kembali
" K-kata Bibi u-umurku sekarang genap 30tahun"
Mata Rissa terbelalak saat mendengar jawabannya Elwin, ternyata dia lebih tua 5tahun dari Rissa.
" Oh begitu, jadi apa aku boleh memanggilmu dengan sebutan Mas?" tanya Rissa membuat Elwin bingung
Dia memiringkan kepalanya, merasa sangat bingung sekali dengan pertanyaannya Rissa.
" U-untuk apa m-memanggilku seperti itu?" tanya Elwin
" Karena kamu lebih tua dibandingkan aku, makanya aku ingin memanggilmu dengan sebutan Mas agar lebih enak didengar"
Elwin menganggukkan kepalanya, sebenarnya dia terlihat orang normal karena mengerti apapun yang diucapkan oleh Rissa.
Tetapi mengapa mereka begitu jahat sekali kepadanya sehingga harus dikurung disini?
Sementara Darius.
Dia kembali setelah mengantarkan Rissa untuk bertemu dengan Elwin, rasa hatinya tidak ada merasa sedih meninggalkan putrinya kepada pria yang belum menjadi suaminya.
Entah apa pikiran Darius kali, jika Farrel dan Ferry tau maka mereka akan marah besar sekali bahwa Darius meninggalkan Rissa disana.
****
Setelah jam 12 siang.
Terdengar suara pintu terbuka, dimana Rissa bangun dari duduknya dan menatap kearah pintu tersebut.
Saat pintu terbuka, dimana pelayan masuk sambil membawakan troli makanan untuk Rissa dan Elwin namun dia mengira bahwa dirinya bisa kembali pulang.
" Permisi, apa saya sudah boleh keluar dari sini?" tanya Rissa kepada pelayan itu
" Maaf Nona, Tuan dan Nyonya sudah mengatakan kepada saya bahwa anda belum boleh keluar dari ruangan ini" jawab Pelayan itu membuat Rissa terkejut
" K-kenapa saya belum boleh keluar dari sini?" tanya Rissa kembali
" Mohon maaf Nona, saya sangat kurang tau juga tapi Tuan dan Nyonya hanya menyampaikan seperti itu"
" Lalu dimana Papa saya?"
" Sepertinya Papanya Nona sudah kembali pulang"
Dug!
Rasanya dada Rissa begitu sesak sekali bagaimana bisa Darius meninggalkannya?
" Bi, k-katakan kepada P-papi dan Mami jangan memaksa dia untuk menikah denganku" ucap Elwin membuat Rissa terkejut
" Maafkan Bibi tuan, tetapi itu semua adalah keputusan Tuan Danu dan Nyonya Agita saya tidak bisa membantahnya"
" B-benar-benar tidak mempunyai hati sekali" ucap Elwin dengan ketusnya
Entah Rissa tidak mengerti, dia seperti orang normal berbicara kepada Pelayan tersebut serta mencoba untuk membela dirinya.
" Ini makanan untuk Nona dan Tuan, kalau begitu saya pamit dulu"
Pelayan itu pergi meninggalkan mereka berdua dan kembali mengunci pintu tersebut, Rissa merasa sangat sedih sekali mengapa dia harus disini terus?
Bukannya hanya untuk pertemuan dan perkenalan saja tetapi mengapa juga ikut dikunci?
" Maaf atas perilaku kedua orang tuaku kepadamu, mereka benar-benar tidak punya hati sekali" ucap Elwin membuat Rissa terkejut
" A-apa kamu benar-benar mengidap penyakit autisme?" tanya Rissa membuat Elwin merasa heran
" Mengapa kamu bertanya seperti itu? Apa kamu menyangka aku hanya bohongan?"
" B-bukannya begitu, kadang kamu seperti orang normal berbicaranya kadang seperti orang tidak jelas sekali" jelasnya Rissa
Elwin hanya diam saja kini kembali menatap kearah jendela tersebut, sebenarnya apa yang dikatakan oleh Rissa adalah benar.
Elwin kadang terlihat seperti orang normal kadang dia seperti orang tidak jelas sekali bisa dikatakan dia terpengaruh dengan autismenya.
" Kamu makanlah, jika tidak makan maka kamu akan sakit" ucap Elwin kepada Rissa
Rissa hanya menganggukkan kepalanya rasanya dia tidak ada memiliki selera makan karena begitu sangat sedih tidak bisa keluar dari sini.
Dimana Rissa mengambil ponselnya mencoba menghubungi kedua kakaknya, siapa tau dia bisa keluar dari sini.
" Kak, Rissa tidak bisa keluar dari sini dan lagi Papa meninggalkan Rissa bersama pria ini didalam kamarnya, Rissa tidak mengerti sebenarnya apa yang sudah terjadi? Bukannya Papa hanya mengatakan untuk bertemu dengan pria ini lalu mengapa dia meninggalkan Rissa? Kak tolong, Rissa ingin pulang dan pergi dari sini, rasanya benar-benar tidak enak sekali walaupun dia baik kepada Rissa tetapi rasanya aneh karena hanya berdua saja didalam kamar ini"
Isi pesan Rissa untuk kedua kakaknya. Dia berharap semoga kedua kakaknya membaca isi pesannya tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!