NovelToon NovelToon

Reinkarnasi Ke Tahun 1980

Bab 1. Reinkarnasi Ke Tahun 1980.

Bab 1. Reinkarnasi Ke Tahun 1980.

"Bayu! cepat habiskan makananmu, nanti kita terlambat ke sekolah loh, ini sudah hampir jam 06.30 menit." Kata seorang gadis berusia 11 tahun, namanya Intan. Dia adalah

kakak perempuanku.

"Iya kak, ini tinggal satu suapan lagi." jawabku.

"Kamu ini..kalau makan jangan sambil melamun, biar cepat habis! kebiasaan deh." gerutunya.

"Hehehe, iya iya..lain kali aku akan lebih cepat." jawabku sambil menggaruk-garuk belakang kepalaku dan tidak gatal karena merasa tidak enak hati pada kakakku yang satu ini.

Mendengar itu, kak Intan tidak menjawab akan tetapi, dia hanya mengangguk.

Aku menghela napas lega, karena ini bukan pertama kalinya aku ketahuan melamun saat sedang makan.

Mungkin bagi orang lain ini akan terasa aneh tapi tidak bagiku. Aku saat ini masih dalam proses beradaptasi dengan segala perubahan yang ada di sekitarku. Maka dari itu aku sering melamun dan merenung memikirkan banyak hal.

Entah apa yang terjadi ataukah takdir sedang memainkan sebuah sulap ataukah Tuhan memberikan kesempatan bagiku untuk hidup kembali, aku juga tidak tahu.

Sudah dua bulan sejak aku terlahir kembali. Alih-alih pergi ke dunia lain seperti yang sering aku baca dalam cerita-cerita novel fantasi yang aku alami kali ini jauh lebih ekstrem. Aku terlahir kembali di tahun 1980.

Dengan ingatan di kehidupan sebelumnya yaitu di tahun 2025.

Masih tergambar jelas dalam ingatanku kala itu, Aku baru saja pulang dari pekerjaan baru waktuku menggunakan motor Scoopy kesayanganku.

Namaku Bayu. Usiaku 23 tahun. Aku adalah seorang mahasiswa dari salah satu Universitas ternama di Indonesia. Tidak disangka, di tengah perjalanan, tiba-tiba langit mendung dan tidak lama kemudian hujan deras pun datang.

Tidak lama kemudian terdengar suara gelegar petir menyambar sebuah pohon yang kebetulan jaraknya hanya sekitar satu meter dari pohon tersebut sangat besar batangnya saja ukurannya hampir 2 meter dan tingginya mencapai 4 sampai 6 meter.

Entah nasibku sedang sial atau bagaimana,

Pohon itu benar-benar tumbang dan tepat menimpa diriku yang saat itu sedang lewat.

Seketika rasa sakit yang luar biasa dahsyat langsung merajam seluruh tubuhku Darah segar merembes keluar dan aku merasakan seluruh bagian tubuhku dan tulang-tulangku hancur. Tidak lama kemudian aku merasakan kantuk yang luar biasa hebat.

Mataku terasa berat, dan akhirnya tak kuasa untuk terpejam. Akhirnya, aku benar-benar merasakan apa yang namanya berada di ambang kematian. Satu hal yang patut aku syukuri, tidak ada korban lain selain diriku. Jika tidak jika itu benar-benar ramai maka kecelakaan beruntun akan benar-benar terjadi.

Hingga akhirnya aku benar-benar merasakan kesadaranku perlahan-lahan mulai tenggelam dalam kegelapan tak berujung. Hingga, saat kesadaranku benar-benar hilang aku tak tahu lagi apa yang terjadi, yang jelas aku sudah yakin jika saat itu aku telah mati.

Tiba-tiba saja mataku terbuka, kesadaranku langsung kembali sepenuhnya. Napasku tersengal seolah aku baru saja mengalami perjalanan yang sangat panjang. Seperti

di bangunkan secara mendadak oleh alat kejut jantung.

"Hah! Apa yang terjadi?"

"Kenapa aku masih hidup?"

"Bukankah aku sudah mati?"

Pikirku dengan keterkejutan yang luar biasa.

Indra penglihatanku tak kuasa untuk menatap sekeliling dan seketika itu juga aku tercengang karena segala sesuatu yang ada di depanku benar-benar terlihat sangat sederhana seolah diriku benar-benar berada di dunia yang berbeda atau lebih tepatnya berada di tempat yang jauh dari teknologi dan kemajuan.

Saat menatap sekeliling, tiba-tiba aku terlonjak kaget dan langsung terduduk di tempat. Tubuhku membeku seolah tak bisa digerakkan, mataku terbelalak lebar tak percaya dengan apa yang aku lihat.

Saat ini aku sedang menatap kalender yang tergantung di dinding di sana dengan jelas tertulis tahun 1980. Ketika pikiranku menjadi kosong. Sama aku mengangkat tanganku aku lebih terkejut lagi, tangan dan lenganku yang sebelumnya besar dan kekar kini berganti menjadi lebih kecil.

Seperti tangan dari seorang anak yang berusia 10 tahun.

Tiba-tiba telingaku mendengar suara teriakan yang sangat jauh. Hal itu membuat hatiku sangat terkejut. Kenapa bisa ada suara?

Lama kelamaan, sayup-sayup suara teriakan itu menjadi semakin jelas.

"Bayu! cepat bangun ini sudah jam 06.00,

cepat mandi atau kamu akan terlambat berangkat ke sekolah. Air hangatnya sudah ibu siapkan."

Hah? Apa? Ibu? ucapnya terbata-bata. Jantungnya berdegup dengan kencang karena di kehidupan sebelumnya dia adalah seorang anak

Yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan tanpa latar belakang dan orang tua yang jelas. Bahkan aku masih terus berusaha dalam proses pencarian informasi identitasku yang sebenarnya.

Tetapi saat ini, ada suara dari seorang wanita yang mengaku jika dia adalah ibuku. seketika perasaanku langsung kacau tak karuan.

Tiba-tiba rasa sakit yang begitu tajam menghantam kepalaku. Begitu menyakitkan hingga kepalaku seolah bisa meledak kapan saja. Dan saat itulah ingatan dari pemilik tubuh sebelumnya tiba-tiba masuk dalam kepalaku.

Namanya adalah Bayu. Nama yang mirip denganku di kehidupan sebelumnya. Dirinya meninggal pagi ini karena pernapasan yang tersumbat akibat serangan angin duduk.

Sebentar saja hal ini membuatku sangat terkejut luar biasa. Bagaimana bisa seorang yang begitu muda..tidak, lagi tepatnya bukan muda,tapi masih anak-anak tiba-tiba meninggal begitu saja. Ini adalah hal yang sangat mengejutkan bagiku.

Tapi setelah menenangkan diri akhirnya aku mencoba beradaptasi dengan semuanya.

Setelah Aku benar-benar tenang dan bisa berpikir dengan jernih akhirnya aku menyadari apa yang terjadi.

Aku benar-benar terlahir kembali di tahun 1980 dengan nama orang yang sama seperti diriku dan tetapi dengan identitas dan kehidupan yang sangat jauh berbeda.

"Baiklah karena Tuhan telah memberikan kesempatan aku tidak akan menyia-nyiakannya dan akan mencoba untuk hidup dengan baik di kehidupan ini." gumamku lirih.

Hujan begitulah waktu yang terus berjalan hingga akhirnya tak terasa aku sudah 2 bulan berada di tempat ini.

Kenapa aku masih melamun dan merenung karena dalam pikiranku banyak sekali hal yang bermunculan seperti kepingan puzzle yang harus disusun satu persatu.

Misalnya saja apa yang harus aku lakukan untuk meningkatkan perekonomian keluargaku. Yah meskipun aku saat ini masih berusia 10 tahun akan tetapi aku memiliki ingatan dari masa depan di tahun 2025 dan lagi, mentalku adalah mental seorang mahasiswa yang berusia 23 tahun.

Dan jika menyangkut apa yang aku renungkan dan pikirkan adalah, usaha mandiri apa yang bisa aku lakukan saat ini di tahun 1980. Di tahun ini sangat banyak sekali kesempatan yang bisa aku dapatkan peluang bisnis yang tak terhitung jumlahnya bisa diwujudkan. Karena mayoritas semua penduduk memiliki profesi yang sama yaitu bertani.

Wirausaha sama sekali belum terpikirkan di benak orang-orang pada tahun ini.

Akhirnya pilihan Bayu jatuh pada usaha telur gulung. Usaha ini sudah Bayu pikirkan sejak 2 bulan yang lalu. Jadi selama 2 bulan itu. Dia rela menyimpan uangnya dan sama sekali tidak membelanjakannya hanya untuk mengumpulkan modal.

Setiap hari ia mendapatkan uang saku sebesar Rp 50. Dan hari ini adalah hari ke-60. Dimana genap 2 bulan dia menabung, dan uangnya yang terkumpul saat ini sekitar Rp 3.000.

Umumnya pada tahun ini uang saku anak sekolah SD rata-rata Rp 50 sampai Rp 100,-

Dia yakin pada tahun 1980 usaha ini cukup menjanjikan dan makanan olahan telur bisa dibilang makanan yang cukup mewah, terutama di kalangan anak-anak.

Selama 2 bulan ini, Bayu juga sudah melakukan analisis kasar perhitungan bahan-bahan dan segala macam keperluan yang diperlukan untuk membuat telur gulung.

Dia menulisnya dengan rapi.

Daftar harga pokok.

ayam: Rp15 per butir.

Minyak goreng: Rp1.000 per liter.

Gula pasir: Rp310–320 per kilogram.

Minyak tanah: Rp280 per liter.

Kecap manis: Rp300–500 per botol kecil (sekitar 150 ml).

Saus sambal: Rp300–500 per botol kecil (sekitar 150 ml).

Bawang putih: Rp500–800 per kilogram.

Bawang merah: Rp600–900 per kilogram.

Lidi kayu: Rp10–20 per ikat (sekitar 100 batang per ikat).

Bayu bahkan melakukan hitungan modal awal untuk 100 telur gulung yang nantinya akan dia jual.

Untungnya, dia adalah anak yang serba bisa dalam mempelajari hal baru. Tangannya begitu terampil saat melilit telur gulung dalam satu kali percobaan saja dia sudah sukses dan hasilnya sangat indah, dan juga menggugah selera.

Setelah selesai melakukan hitungan kasar dia menyimpulkan jika 10 butir telur dia bisa menghasilkan sekitar 50 tusuk telur gulung.

Jadi untuk membuat 100 tusuk dia membutuhkan sekitar 20 butir. Yang modal awalnya adalah Rp. 696,-

Dari mana angka ini berasal,

Tentu saja setelah Bayu menghitungnya dengan cermat.

Modal untuk 100 tusuk (dengan tepung crispy)

Telur: 20 butir x Rp15 \= Rp300

Minyak goreng: 250 ml x Rp1.000/liter \= Rp250

Lidi: 1 ikat (100 batang) \= Rp15

Bumbu: Rp50

Minyak tanah/gas: 0,2 liter x Rp280 \= Rp56

Tepung crispy: Rp25

Total:

Rp300 + Rp250 + Rp15 + Rp50 + Rp56 + Rp25 \= Rp696,-

Dia memiliki modal sekitar Rp3.000 jadi semuanya benar-benar aman terkendali.

Kebetulan besok hari senin dan dia sudah belanja lengkap untuk mulai kegiatan memasaknya.

Dia akan bangun pagi-pagi sekali sehingga pada saat berangkat sekolah dia bisa menjualnya sebelum jam masuk sekolah dan pada jam istirahat dengan begitu dia bisa meningkatkan keuntungan.

Bayu sangat optimis dengan usaha ini. Kenapa?

Karena pada tahun ini telur dianggap sebagai makanan mewah yang hanya disajikan pada hari-hari tertentu seperti hari besar atau jika ada memo tertentu seperti sakit dan acara-acara khusus lainnya. Di sisi lain olahan telur adalah makanan yang cukup mahal bagi orang-orang desa.

Jadi, jika Bayu menjual makanan ini bisa dikatakan dia menjual makanan orang-orang kaya yang akan membuat anak-anak yang membelinya merasa menjadi orang kaya juga karena bisa memakan makanan mewah yang sangat langka dan jarang mereka dapatkan.

Setelah dia mempersiapkan semuanya dengan baik tak terasa hari sudah malam dia pun segera tidur. Saat itu waktu menunjukkan pukul 19.00.

Dia sengaja tidur di awal agar bisa bangun saat pagi di kehidupan sebelumnya dia terbiasa bangun jam 03.00 pagi. Karena menurutnya waktu pagi adalah waktu yang sangat nyaman untuk melakukan segala aktivitas entah itu belajar apapun kegiatan lainnya.

Kebiasaan ini sudah ia kembangkan saat ia masih SMP dulu. Sekarang di kehidupan barunya ini dia juga akan melanjutkan kebiasaan lamanya itu.

Keesokan harinya tepat pada pukul 03.00 pagi.

Bocah kecil berusia 10 tahun mengerjakan matanya di dalamnya kemudian matanya pun terbuka sedikit demi sedikit.

Sejenak bocah itu menyesuaikan pandangannya dan berusaha mengumpulkan nyawa agar kesadarannya terkumpul sepenuhnya. Saat kesadarannya benar-benar terkumpul sepenuhnya dia mulai melihat jam dinding.

"Oh ternyata sudah pukul 03.00 pagi." gumamnya dengan suara parau sedikit menahan kantuk.

Dia pun segera bangkit dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dengan sabun agar kantuknya benar-benar menghilang. Dan benar saja setelah dia membilas wajahnya dengan air dingin ngantuknya benar-benar sirna.

"Saatnya memasak." ucapnya dengan penuh semangat.

Waktu terus berlalu. Bayu semakin asik dan tenggelam dalam kegiatannya. Tanpa sadar apa yang dia lakukan membangunkan ibunya.

Saat Ibunya berjalan dia melihat Bayu sedang memasak hal itu membuat ibunya mengerutkan kening karena selama ini dia belum pernah melihat anaknya memasak dan kali ini dia benar-benar melakukan sesuatu yang cukup mengejutkan.

"Nak..kamu sedang apa malam-malam begini?" tanya sang ibu.

Ibunya Bayu ini bernama Ratna.

Mendengar itu, Bayu pun menoleh sambil menatap ibunya. Dengan senyum tipis, dia berjawab,

"Aku sedang membuat telur gulung untuk dijual di sekolah, Bu..."jawabnya dengan penuh semangat.

"Hmm...membuat telur gulung? Apa itu?"

"Dan lagi...telur adalah makanan yang mahal.

Kenapa kamu membuat ide seperti itu?"

"Bagaimana jika kamu rugi?"

"Lalu sejak kapan kamu mulai memasak?"

"Siapa yang mengajarimu membuat makanan seperti ini?"

Bayu benar-benar di berondong dengan 6 pertanyaan sekaligus yang membuatnya tercengang sampai tak bisa berkata-kata.

"Hehehe, ibu...sebenarnya aku sudah lama memikirkan usaha ini."

"Tidak ada yang mengajariku bu, aku hanya coba-coba saja. Selama 2 bulan ini aku selalu menyimpan uang sakuku dan tidak pernah menggunakannya, karena itulah selama 2 bulan aku selalu makan sangat banyak agar aku bisa kenyang seharian." jawab aku sambil nyengir.

Mendengar itu, Ratna hanya menggeleng-gelengkan kepalanya merasa lucu dengan tingkah Bayu.

Nak nak... kamu ini ada-ada saja, untuk apa kamu mencari uang? ibu dan bapakmu masih sanggup memberimu uang saku? Lebih baik kamu fokus pada pelajaranmu saja." kata Ratna menasehati tapi juga tidak melarang.

Karena dia mengetahui jika Bayu adalah anak yang pandai dan rangkingnya pun selalu tiga besar di sekolah.

Mendengar itu Bayu hanya tersenyum singkat.

"Tenang saja bu... nilaiku tidak akan turun

bahkan jika aku melakukan usaha jualan ini, aku ingin mencari kegiatan yang berbeda agar tidak jenuh karena terus-terusan melihat buku."

Mendengar itu Ratna pun terkekeh.

"Baiklah biarkan ibu mencicipinya Apakah itu layak dijual atau tidak jika ada yang kurang pas Ibu bisa memberikan saran padamu." ucapnya.

"Silakan di coba..aku jamin ini 100% sangat nikmat."ucap Bayu dengan percaya diri.

Ratna hanya tersenyum kemudian mencicipi satu tusuk telur gulung yang baru saja dibuat oleh anaknya.

Dia mengamatinya sejenak bentuknya begitu unik dan memang sangat menarik apalagi telur gulung itu mengkilap dengan warna keemasan yang terlihat sangat menggoda. Kemudian dia mulai memasukkan satu gigitan besar dalam mulutnya saat mengunyahnya dan merasakan bagaimana rasanya, tiba-tiba matanya melebar.

Tanpa sadar dia bergumam,

"Enak!"

"Tentu saja enak, itu adalah telur gulung spesial yang aku masak dengan penuh cinta dan kasih sayang." kata Bayu dengan bangga.

"Hahaha ya ya ya.. Ibu percaya. Lalu kamu akan menjualnya dengan harga berapa untuk setiap tusuknya? tanya Ratna.

"Aku akan menjualnya Rp30/per tusuk bu.. mengingat makanan ini bahan dasarnya telur, aku rasa harga itu cukup pas di kantong teman-teman di sekolah."

Mendengar hal itu Ratna pun mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ya..itu memang harga yang cukup pantas?

Berapa modal yang kamu keluarkan untuk semua ini?

Kali ini Bayu tersenyum menyeringai, dengan bangga dia pun berkata

"Untuk 100 tusuknya modalnya sekitar Rp 696, dan aku hanya menggunakan 20 butir telur."

Kali ini giliran Ratna yang dibuat tercengang dengan kata-kata putranya.

Dia mulai melakukan hitungan kasar dan seketika matanya terbelalak lebar. Keuntungan bersih yang didapatkan dari 100 tusuk telur gulung ini adalah Rp 2.304. sedangkan keuntungan kotornya adalah Rp3.000.

Setelah dikurangi antara keuntungan kotor dan modal awal, bisa dikatakan ini bisnis yang sangat menguntungkan.

Dia yakin akan hal itu, dan sudah pasti jajanan unik ini akan laris manis diborong oleh teman-teman Bayu di sekolah.

Dia, kembali menatap satu tusuk telur gulung di tangannya dan kemudian menatap Bayu.

Seketika matanya berbinar.

"Ini keuntungannya sangat besar nak.." ucap Ratna dengan kagum.

"Hehehe doakan saja semuanya habis terjual Bu...Nanti jika uangnya sudah terkumpul banyak, Bayu akan membelikan sepeda buat ibu agar ibu perlu berjalan jauh saat pergi ke pasar." ujarnya sambil tersenyum.

Mendengar itu seketika hati Ratna menjadi sangat kacau. Tanpa sadar matanya berkaca-kaca dan dia langsung memeluk putranya dengan begitu erat.

Bab 2. Hari Pertama Bayu Berjualan.

Bab 2. Hari Pertama Bayu Berjualan.

Pagi harinya, Bayu sudah memakai seragam sekolah dengan rapi. Dengan memakai sepatu hitam, kaos kaki putih, memakai dasi topi dan sabuk dengan lengkap.

Dia siap berangkat ke sekolah. Tidak lupa duka, dia membawa toples plastik berukuran sedang yang berisikan seratus tusuk telur gulung yang tadi malam dia buat. Ukurannya sangat besar dan gemuk-gemuk.

Itu seukuran satu telunjuk jari. Terlihat sangat menggoda. Meskipun itu tidak hangat lagi dan sudah dingin, akan tetapi rasanya tetap saja nikmat dan enak.

Bayu sendiri sudah mencicipinya dan rasanya sudah sangat pas. Tidak keasinan, tidak juga kurang asin. Dan jika dijual dengan harga Rp30, Bayu rasa itu sepadan karena bahan dasarnya adalah telur yang merupakan makanan yang cukup mewah bagi dirinya dan juga teman-teman sebayanya.

Sekedar informasi, saat ini Bayu tinggal di kawasan Jakarta. Atau lebih tepatnya, berada di pinggiran kota Jakarta. Di Kawasan Cipayung. RT2. RW4. Pada tahun 1980, kota Jakarta belum seramai di tahun 2025. Suasananya benar-benar seperti khas perdesaan zaman lampau.

Pagi itu, matahari bersinar cerah. Langit di desa Cipayung masih berwarna jingga yang lembut. Udara terasa sangat sejuk, embun yang begitu jernih masih menempel di daun-daun ilalang yang tumbuh liar di sepanjang jalan.

Pada zaman itu, jalan-jalan belum beraspal itu masih berupa jalanan lumpur yang terkadang terdapat banyak batu atau kubangan yang penuh dengan air kotor bekas hujan.

Jalan-jalan dipenuhi oleh anak-anak yang memakai seragam putih merah dengan semangat dan mengobrol dengan teman-teman mereka.

Tidak seperti zaman dulu yang memiliki tas sekolah, pada zaman ini masih sangat umum bagi mereka menggunakan kantong kresek sebagai alat untuk memasukkan buku pelajaran.

Berapa keluarga yang ekonominya lebih baik memiliki tas sederhana yang dibuat dari kain. Itupun kain biasa, bukan kain yang mahal.

Ada juga berupa tas serut sederhana yang dibuat sedemikian rupa dengan sangat rapi sehingga sangat mudah untuk di cangklong di pundak.

Sebut saja itu dengan Tas Serut Rajutan.

Tas Serut Rajutan ini terbuat dari kain sederhana yang bagian atasnya dilipat dan dijahit membentuk semacam lorong lalu diberi tali yang bisa ditarik serut untuk menutup tasnya.

Di kanan dan kiri tas dijahitkan 2 tali panjang, supaya tasnya bisa cangklong di bawah seperti tahanan sederhana.

Karena serutannya di atas, buku-buku sekolah bisa aman dari debu atau hujan gerimis. Pas itu begitu praktis, dan terlihat sangat elegan pada zaman itu.

Dan di antara anak-anak yang memakai seragam putih merah itu, ada salah satu anak laki-laki berusia 10 tahun yang berjalan dengan bersemangat memakai Tas Serut Rajutan di pundaknya, kemudian menenteng kantong plastik di tangan kanannya.

Nah, di dalamnya ada satu toples berisi telur gulung yang disusun dengan sangat rapi, kemudian ditutup dengan rapat. Anak laki-laki kecil itu tidak lain adalah Bayu. Dengan semangat yang menggebu-gebu dia siap untuk berjualan.

Bayu terus berjalan, tatapan matanya menatap sekeliling. Dengan begitu riang gembira, dia bisa melihat rumah-rumah penduduk sederhana, berdinding anyaman bambu atau kayu papan, beratapkan genteng tanah liat atau rubiah di beberapa tempat.

Di halaman rumah banyak sekali pohon-pohon besar seperti manga, rambutan, jambu, yang memiliki fungsi sebagai peneduh dan juga sumber buah yang bisa mereka panen saat musimnya nanti tiba.

Bayu merasa sangat bahagia karena udara di bagi hari sangat sejuk dan tidak tercemar oleh polusi apapun. Tanpa sadar dia bergumam,

"Suasana pedesaan di pagi hari memang yang terbaik." ucapnya.

Meskipun sudah 2 bulan berada di tahun yang berbeda ini, tetapi dia tak berhenti-hentinya merasa takjub dengan segala hal yang dia rasakan. Dia merasa ini adalah suasana baru yang penuh dengan petualangan yang seru.

Mari berbicara tentang sekolah yang Bayu tempati. Awalnya, Bayu sedikit terkejut dengan keadaan sekolahnya. Tetapi, menyadari jika ini tahun 1980, dia dengan cepat beradaptasi. Jika itu dihubungkan dengan tahun 2025, keadaan sekolahnya bisa dibilang cukup memprihatinkan. Tetapi, jika di tahun ini, orang hanya akan menganggapnya itu bangunan sederhana. Sungguh perbedaan yang sangat mencolok.

Gedungnya bercat putih dan kusam. Dindingnya dilapis semen kasar. Beberapa ruang kelas bahkan masih beratapkan genteng yang retak atau di bagian sisinya ada yang sedikit pecah. Sehingga menyebabkan kebocoran saat hujan deras.

Lantainya bukan lantai keramik yang mengkilap seperti tahun 2025 yang sering Bayu lihat. Akan tetapi, pada tahun 1980 itu adalah semen polos yang terlihat pecah-pecah dan banyak retakan. Dan juga banyak sekali tambalan-tambalan.

Meja dan bangku terbuat dari kayu jati yang keras. Beberapa sudah penuh dengan coretan nama atau ukiran iseng dari siswa sebelumnya. Seperti nama, I Love You Siska, atau Aku Sayang Kamu, dan sebagainya. Saat pertama kali Bayu melihatnya, dia hanya tersenyum geli.

Mungkin ini dilakukan oleh beberapa siswa yang sudah naik kelas. Di depan sekolahnya, ada tiang bendera yang berdiri kokoh di atas elemen luas beralaskan tanah yang keras.

Di depan gerbang sekolah, pasti ada penjual jajanan seperti kue cubit, cilok, dan es lilin. Mereka menggunakan gerobak kecil atau sekedar meletakkan dagangan di atas tikar.

Telur gulung belum ada, karena telur bisa dikatakan merupakan bahan mewah yang mahal. Dan teknik menggulung telur pada zaman itu jarang diketahui. Atau lebih tepatnya, mungkin mereka tidak berpikir ke arah itu.

Bayu terus berjalan. Dan ciri khas suasana jalan perkampungan adalah, banyak sekali suara burung-burung pipit, ayam berkokok, dan aneka hewan sawah yang menjadi irama alami yang selalu menemani perjalanan Bayu ke sekolah.

Sesekali ada kereta kuda atau andong yang melintas berlahan membawa hasil tani ke pasar terdekat. Dan hal yang membuat Bayu sangat takjub adalah dia bisa melihat kuda dari dekat. Itu merupakan sesuatu yang cukup mendebarkan baginya secara pribadi.

Perjalanan Bayu dari rumahnya ke sekolah tidaklah jauh, itu hanya sekitar 1,5 km.

Pada zaman itu, 1,5 km bisa dianggap dekat. Sedangkan 5 km baru dianggap jauh.

Mungkin itu yang menyebabkan pertahanan fisik anak-anak zaman dahulu lebih kuat dari anak-anak pada generasi di tahun 2025 yang mana selalu diantar oleh mobil antar-jemput dan sebagainya. Tapi entahlah, Bayu tidak ingin memikirkannya. Lagipula, dia sudah hidup di zaman yang berbeda sekarang.

Ini adalah tahun 1980 Cuy!

Yang penting baginya adalah hari ini jualannya harus habis.

"Semangat! ini adalah hari pertamaku berjualan." gumamnya.

Singkat cerita, akhirnya Bayu tiba di sekolah. Seperti umumnya, keceriaan dan kehebohan para siswa saat bertemu dengan teman-temannya menjadi momen yang paling menyenangkan.

Bab 3. Jajanan Telur Gulung Yang Bikin Heboh.

Bab 3. Jajanan Telur Gulung Yang Bikin Heboh.

Setiap kali temannya membawa sesuatu, itu pasti menjadi sebuah situasi yang menarik perhatian. Seperti halnya Bayu saat ini, dia menenteng kantong keresek yang berisi telur gulung di dalamnya.

"Hei Bayu, apa yang kau bawa? tanya salah satu temannya, bernama Alvin.

Apa yang ditanyakan Alvin juga menarik perhatian teman-temannya lain.

Udin, Beni, Reno, Azam, dan semua teman-teman lainnya mendekat. Ingin melihat apa yang sedang dibawa oleh Bayu.

Mendengar itu, Bayu tersenyum menyeringai dan berkata dengan teman-temannya, Ini adalah telur gulung. Aku...mulai hari ini akan berjualan. Satu tusuknya, Rp30,-

"Bagaimana menurutmu?" kata Bayu dengan percaya diri.

Mendengar apa yang dikatakan bayi, semua teman-temannya terkejut.

"Apa? Telur gulung? Jajan dari telur? Apakah kau serius?

tanya teman-temannya dengan terkejut.

Bagaimanapun, telur merupakan makanan yang mewah. Mereka semua sangat jarang mereka rasakannya. Dan sekarang, teman mereka ini benar-benar menjual jajanan baru yang disebut Telur gulung.

Dengan harga Rp30, meskipun harga ini cukup mahal, sedikit lebih mahal Rp5, dibandingkan jajanan lainnya, akan tetapi memahami jika bahannya dari telur, mereka bisa memakluminya.

Apalagi jika rasanya enak. Mereka tidak akan ragu-ragu untuk membelinya.

Kemudian Udin secara refleks bertanya,

"Bayu, siapa yang membuat masakan ini?

"Tentu saja aku." kata Bayu dengan bangga.

"Hah? Kamu? Apakah kau bisa memasak? Aku sedikit ragu, dilihat dari tampangmu, kau tidak terlihat pandai memasak. Jangan jangan telur gulungmu keasinan lagi," kata Udin dengan nada bercanda.

Kata-kata Udin sontak langsung di angguki oleh yang lainnya.

Mendengar itu, Bayu hanya terkekeh. Dia sama sekali tidak tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh teman-temannya.

"Begini saja, agar kalian tidak merasa rugi, aku akan memberikan 5 tusuk secara gratis untuk 5 orang pertama. Bagaimana menurutmu?"

Mendengar apa yang dikatakan Bayu, tentu saja Udin dan yang lainnya menunjukkan ketertarikan dan kebahagiaan yang di sembunyikan sedikitpun di wajah mereka. Bahkan mata mereka berbinar cerah karena mendapatkan makanan gratis.

Kemudian Bayu mulai menepi, mencari tempat yang nyaman untuk melepas tasnya dan membuka kantong plastik yang di bawahnya. Langkah Bayu langsung diikuti oleh teman-temannya yang lain, yang berkerumun mengitari dirinya.

Saat kantong plastik dibuka, teman-teman Bayu bisa melihat banyak sekali telur gulung yang dililit dengan tusuk sate. Terlihat gemuk-gemuk dan besar. Besarnya bahkan seukuran jempol tangan dan sepanjang jari telunjuk.

Seketika mata Udin dan yang lainnya berbinar melihat ukuran telur gulung yang besar itu.

"Nih siapa yang mau pertama?" Baru sedetik Bayu berkata, tangan Udin yang cekatan langsung menyambar telur gulung itu dan memasukkan mulutnya dalam satu gigitan besar.

Saat mengunyahnya seketika mata Udin langsung berbinar tanpa sadar dia bergumam,

"Enak sekali." ucapnya dengan mata terpejam seolah sedang menikmati rasa yang begitu lezat dari telur gulung.

Telur gulung itu benar-benar terasa meleleh di mulutnya, ditambah rasa asin, gurih, dan crispy saat digigit benar-benar menciptakan campuran rasa kompleks yang begitu menyenangkan. Lidahnya terasa begitu dimanjakan oleh rasa telur gulung yang begitu nikmat.

Tanpa sadar, dia kembali bergumam,

"Seandainya jika ada nasi, ini tambah mantap. Ini bisa menjadi lauk yang mewah...dan pastinya makanan orang-orang kaya." ucapnya dengan mengangguk-anggukkan kepalanya.

Bayu, apakah telur gulung ini benar-benar kamu yang membuatnya? jika kau membuat rumah makan telur gulung kau pasti bisa kaya.

Mendengarnya Bayu hanya terkekeh, kemudian dia mulai mengeluarkan telur yang kedua, ketiga, keempat, dan kelima yang langsung disambar oleh Alvin, Reno, Azam dan Beni.

Mereka memakannya, dan reaksi mereka menjadi lebih heboh lagi. Mereka mengucapkan kata "Enak" berkali-kali dan memuji jajanan yang dibuat oleh Bayu. Karena ini benar-benar nikmat. Benar apa yang dikatakan oleh Udin, jika ada nasi dan dijadikan lauk, maka...Beuh... Mereka benar-benar akan merasa menjadi orang kaya.

Saat teman-temannya sedang menikmati tiba-tiba Bayu berteriak dengan suara lantang yang cukup membuat mereka semua terkejut.

"Ayo-ayo! dijual..telur gulung! Harga Rp.30, jika tidak puas uang dikembalikan! Jangan sampai kehabisan!" Ucapnya dengan lantang yang langsung menarik perhatian anak-anak yang ada di sekitarnya.

Kata-kata telur gulung yang diucapkan oleh Bayu sontak saja menarik perhatian mereka semua.

dalam pikiran mereka adalah jajanan baru yang terbuat dari telur. Ini Telur loh...makanan mewah yang jarang bisa mereka cicipi kecuali pada hari-hari tertentu.

Dan mereka bisa melihat jika lima orang teman Bayu memakannya dengan begitu nikmat, seketika mereka menelan ludah. Dan salah satu yang merasa tidak tahan lagi, langsung menyerahkan uangnya kepada Bayu.

"Bayu, aku membeli satu tusuk." ucapnya sambil menyerahkan uang Rp30.

"Oh Kamu Fir. Oke." ucap Bayu kemudian mengambil satu telur gulung dan diserahkan kepada temannya yang bernama Firman.

Setelah mendapatkan telur gulung,tanpa ragu Firman langsung memakannya, dan ekspresi yang sebelumnya ditunjukkan oleh Udin dan yang lainnya juga dirasakan oleh Firman. Tanpa sadar dia juga berteriak dengan kata,

"Enak!"

"Sangat Enak!" ucapnya dengan ekspresi bersemangat.

Reaksi Firman yang berlebihan itu tentu saja menarik perhatian yang lainnya, sehingga mereka segera berbondong-bondong menyerahkan uang dan membeli dagangan Bayu.

Dalam sekejap mata, 50 tusuk langsung terjual. Saat Bayu hendak mengambil tusuk 51 karena ada yang membeli, tiba-tiba terdengar bunyi lonceng yang dipukul menandakan jika upacara bendera akan segera dimulai.

Dengan cepat, Bayu segera menyerahkan telur gulung itu kepada temannya. Dan untuk yang lainnya, dia berkata,

"Maaf, teman-teman. Aku akan berjualan nanti saat istirahat pertama. Jadi bersabarlah, ucapnya tersenyum singkat,lalu langsung mengemasi barang-barangnya.

Dia segera bergegas ke kelas untuk meletakkan tasnya dan juga barang dagangannya.

Sementara itu, yang lain hanya bisa meratapi kepergian Bayu dengan sedih bercampur kesal, karena lonceng cepat sekali berbunyi sementara mereka sama sekali belum mendapat kebahagiaan Mereka takut kehabisan karena yang dibawa Bayu hanya 100 tusuk.

"Asem..kenapa lonceng cepat sekali berbunyi jika itu lebih lama Aku pasti bisa membeli telur gulung." kata salah satu dari anak-anak tersebut.

"Iya kamu benar emang kampret itu guru.. main pukul lonceng seenaknya aja, gimana kalau telur gulungnya habis, apa dia mau tanggung jawab." Gerutunya dengan kesal.

"Iya..kamu benar... Pak Sasmito itu emang kurang asem" katanya menimpali.

Dan begitulah obrolan obrolan mereka yang merasa kesal karena tidak kebagian telur gulung.

Dalam kemudian kegiatan upacara bendera pun dimulai diikuti oleh para murid dengan hikmat.

Begitu juga dengan Bayu yang mana dia sebagai pemimpin regu berdiri dengan gagah di depan seperti pilar kokoh yang takkan pernah bisa digoyahkan.

Sedikit catatan mata uang pada zaman 1980 berupa koin logam kecil dengan penjelasan sebagai berikut

Rp5, Rp10, Rp25, Rp50, Rp100. Jadi, jika mereka membeli telur gulung dengan harga Rp30, mereka akan menggabungkan Rp25 dan Rp5.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!