NovelToon NovelToon

Istri Kontrak Tuan JENDRAL

(Prolog) Chapter 01.

"Selamat datang kembali semuanya, selamat datang di karya baruku🥳, disini aku akan menemani hari-hari kalian semua dengan kisah yang baru lagi... 😁, dan disini juga aku mau meminta, tolong, tolong... jika kalian merasa karyanya tidak sesuai ekpektasi kalian, mohon jangan di hujat atau rate buruk, karna ini sangat berpengaruh pada retensi karya dan mempersulit author yang sudah berkerja keras untuk menulis siang dan malam, terima kasih🙏"

...{Happy Reading💐}...

...{Prolog dimulai}...

...Di usia muda, dua puluh tahun, Viola Amaral memancarkan kecantikan yang memikat. Namun, di balik parasnya yang menawan, tersembunyi luka dan tekanan batin yang amat luar biasa dan keras kepala....

...Viola lahir dan tumbuh dalam keluarga berada, Viola adalah putri seorang direktur perusahaan ternama. Kontras mencolok hadir dalam sosok ibunya, seorang wanita cacat yang kesehariannya hanya terisi dengan duduk di kursi roda. Perbedaan kondisi kedua orang tuanya ini mungkin menjadi salah satu faktor yang membentuk kepribadian Viola....

...Kondisi kesehatan ibunda Viola rupanya membuka celah bagi Tuan Hernan untuk mencari kebahagiaan lain. Ia memutuskan menikah lagi, dan dari pernikahan keduanya, lahirlah seorang putri bernama Tasya Amaral....

...Uniknya, usia Tasya dan Viola hanya terpaut satu tahun. Fakta ini menyimpan cerita pahit di baliknya. Rupanya, di saat masih terikat pernikahan dengan ibunda Viola, Tuan Hernan diam-diam menjalin hubungan dengan wanita lain nyonya Amalia Amaral, yang saat itu juga mengandung. Kabar perselingkuhan ini bagai petir di siang bolong bagi ibunda Viola yang baru saja melahirkan Viola lima bulan sebelumnya, hingga memicu amarah dan luka yang mendalam....

...Pertengkaran hebat tak terhindarkan. Emosi yang meluap-luap, perpaduan antara amarah dan kekecewaan yang mendalam, membutakan ibunda Viola. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, seolah ingin melarikan diri dari kenyataan pahit yang baru saja menghantamnya....

...Dalam keadaan kalut, ketika ia membanting setir dengan maksud memutar arah, sebuah truk pengangkut alat berat tiba-tiba muncul di hadapannya. Tabrakan mengerikan tak terhindarkan. Dampaknya sungguh tragis: ibunda Viola divonis lumpuh seumur hidup setelah tim dokter memutuskan untuk mengamputasi kedua kakinya....

...Genap satu tahun usia Viola, Tuan Hernan mengambil keputusan pahit: menceraikan ibunda Viola dan menikahi selingkuhannya. Ironisnya, atas usul ibu kedua Viola, Tuan Hernan tidak mengusir ibu dan anak itu. Mereka justru 'dipekerjakan' sebagai pelayan di rumah mewah yang seharusnya menjadi milik mereka sendiri....

...Dalam kondisi lumpuh dan dengan Viola yang masih sangat kecil, ibunda Viola tak memiliki pilihan lain selain menerima kenyataan pahit ini. Ketergantungannya pada kursi roda membuatnya tak berdaya untuk mencari nafkah dan membesarkan Viola seorang diri di luar rumah itu. Sebuah pilihan sulit yang dipenuhi kepedihan dan pengorbanan terpaksa ia ambil demi masa depan putrinya....

...Hari-hari berlalu dalam kegelapan bagi Viola dan ibundanya. Siksaan fisik dan mental menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka di rumah itu. Ironisnya, Tuan Hernan, sang ayah, memilih untuk membutakan diri dan membungkam hati. Ia tak sedikit pun berupaya membela istri pertama dan putrinya dari perlakuan semena-mena istri kedua dan putrinya Tasya....

...Luka demi luka terukir dalam jiwa Viola, menumbuhkan benih kebencian yang kian hari kian mengakar dalam. Panggilan 'Papa' yang dulunya terucap polos dari bibir mungilnya kini lenyap tak berbekas. Yang tersisa hanyalah kata 'kamu' yang dingin dan penuh jarak, sebuah penanda retaknya hubungan darah dan hancurnya rasa hormat kepada sosok yang seharusnya melindunginya....

...Suatu hari, sebuah ide licik terlintas di benak Nyonya Amalia. Dengan nada menghasut, ia membujuk Tuan Hernan untuk menikahkan Viola, yang saat itu masih berstatus mahasiswi, dengan seorang pria tua kaya raya yang dikenal memiliki banyak istri....

...Takdir seolah berpihak pada ibunda Viola. Tanpa sengaja, ia mendengar percakapan keji tersebut. Dalam diam, dengan hati-hati bagai bayangan, ia menyelinap masuk ke kamar mantan suaminya saat para pelayan lengah. Tangannya bergerak cepat, mengamankan surat-surat berharga aset tanah miliknya dan sejumlah uang tabungan yang tersisa. Kemudian, secepat ia datang, ia menghilang kembali tanpa jejak, tanpa diketahui oleh seorang pun....

...Dengan hati berdebar, ibunda Viola menunggu kedatangan putrinya sambil diam-diam mengemasi barang-barang Viola. Begitu Viola kembali dari kampus, ibunya segera mengungkapkan rencana pelarian mereka, mendesaknya untuk pergi seorang diri demi keselamatannya. Namun, Viola menolak mentah-mentah. Bagaimana mungkin ia meninggalkan ibunya, satu-satunya keluarga yang ia miliki, di tengah cengkeraman orang-orang yang tak memiliki belas kasihan?...

...Malam itu, di bawah lindungan kegelapan, mereka berdua berhasil keluar dari rumah yang telah lama terasa seperti neraka. Namun, kebebasan mereka tak berlangsung lama. Setelah menyadari kepergian ibu dan anak itu keesokan harinya, Nyonya Amalia dengan geram melaporkannya kepada Tuan Hernan. Tanpa pikir panjang, Tuan Hernan segera menghubungi kepolisian, dan pengejaran pun dimulai, membayangi setiap langkah pelarian mereka....

(Bersambung)

Chapter 02

...Pagi itu, Viola memutuskan untuk keluar dari persembunyian mereka. Rumah kontrakan sempit yang mereka sewa dadakan semalam terasa semakin menyesakkan. Ia bergegas pergi membeli beberapa bahan makanan dan perlengkapan rumah. Namun, saat tengah asyik memilih sayuran di antara tumpukan hijau segar, telinganya menangkap percakapan dua orang pedagang....

"Eh, kalian sudah lihat berita ini belum?" seru seorang wanita paruh baya penjual sayur kepada temannya yang berjualan tak jauh darinya.

"Berita apa?" sahut temannya sambil menoleh, raut wajahnya menunjukkan kebingungan.

"Ini lho, berita pengejaran seorang gadis muda dan ibunya yang lumpuh. Mereka kabur setelah mencuri beberapa barang dari rumah mewah seorang direktur ternama, katanya mereka sudah melaporkan kasus ini kepada polisi dan saat ini gadis itu dan ibunya sedang di buru," jawabnya sambil menyodorkan ponselnya ke arah temannya.

"Masa sih?" Wanita paruh baya itu mendekat, matanya tertuju pada berita yang tengah ramai di layar ponsel.

...Napas Viola tercekat. Ia menelan ludah dengan susah payah dan memutuskan untuk segera pergi dari sana, mengurungkan niatnya membeli sayuran....

Pria tua itu keterlaluan! Berani-beraninya dia melaporkan aku dan Mama kepada polisi. Aku tidak akan pernah mengampunimu, batin Viola, amarah dan kebenciannya terhadap ayahnya kian membuncah.

...Untungnya, Viola mengenakan jaket dan masker yang berhasil menyembunyikan wajahnya. Ia pun berhasil menghindari tatapan curiga orang-orang yang mungkin telah melihat berita tersebut....

...Belanja urung, Viola hanya membeli sebungkus nasi beserta lauknya. Langkahnya cepat kembali menuju rumah kontrakan mereka....

"Mama, aku pulang," sapa Viola seraya melangkah mendekati pintu dan membukanya.

Ceklek.

...Perlahan, Viola mendorong pintu rumah kontrakan dan hendak melangkah masuk. Namun, baru saja kepalanya terangkat, ia membeku di tempat, terkejut bukan main....

...Ternyata, beberapa polisi sudah berada di dalam, menahan ibunya dan tampak menanti kedatangannya....

"Jangan sentuh ibuku!" raung Viola sambil berlari masuk.

"Tahan dia!" sergah seorang polisi memberikan perintah.

...Tanpa menunggu, polisi-polisi itu mengangguk dan langsung meringkus Viola. Mereka membawa Viola dan ibunya pergi dari rumah kontrakan itu, beserta barang-barang bawaan mereka yang dijadikan barang bukti....

🌺

🌺

🌺

...(Di kantor polisi)...

...Viola dan ibunya dipisahkan ke ruang interogasi yang berbeda. Di ruangan yang dingin dan sunyi, interogasi pun dimulai....

"Nona, Anda dan ibu Anda bersalah atas tindak pencurian di kediaman Tuan Hernan," ucap polisi itu, tatapannya menusuk Viola.

Brak!

"Kami tidak mencuri! Itu adalah aset milik ibuku!" pekik Viola, menggebrak meja dengan keras meskipun kedua tangannya terborgol. Amarahnya meluap-luap membalas tatapan polisi itu.

"Tapi tetap saja, Anda dan ibu Anda tetap menjadi tersangka karena mengambilnya tanpa izin," tegas polisi itu, tak gentar dengan amarah Viola.

"Hahahaha... apa Anda sedang bercanda? Itu barang milik ibuku, untuk apa kami meminta izin?" Viola tertawa sinis, menatap remeh pria berparas tampan di hadapannya.

"Cih, sayangnya, apa yang Anda sebut milik ibu Anda itu sudah dialihkan kepemilikannya kepada Tuan Hernan, ayah Anda sendiri, oleh ibu Anda," desis polisi itu, nada suaranya penuh kemenangan.

...Mata Viola membulat sempurna, tubuhnya membeku di tempat. Ia tak mampu memercayai perkataan polisi itu. Menyedari keterkejutannya, polisi tampan itu menyodorkan sebuah dokumen kepemilikan. Dengan tangan gemetar, Viola meraihnya dan membaca setiap detailnya dengan saksama....

"Ti-tidak mungkin... i-ini pasti bohong, kan? Semuanya milik ibuku, bukan milik mereka!" Kedua tangan Viola mengepal kuat, buku-buku jarinya memutih menahan amarah dan keterkejutan yang membuncah.

Swoosh.

...Tanpa meminta izin, polisi itu menarik berkas dari tangan Viola. Sentakan itu membuatnya tersentak dan menatap tajam ke arah polisi tersebut....

"Itulah kenyataannya, dan sekarang Anda dan ibu Anda adalah tahanan, Nona," ucapnya dengan nada mengejek yang dingin.

"Aku mau-"

Ceklek.

...Ucapan Viola terhenti oleh suara pintu yang tiba-tiba terbuka. Seorang polisi berjalan menghampiri polisi yang sedang menginterogasinya, lalu berbisik di telinganya. Polisi yang menginterogasi itu mengangguk paham, lalu melirik ke arah Viola....

"Sepertinya Anda cukup beruntung karena Tuan Hernan ingin menyelesaikan kasus ini secara kekeluargaan," ucapnya sambil mengangkat sudut bibirnya, kemudian bangkit dari duduknya.

"Kekeluargaan? Kalian pasti sedang bercanda," desis Viola, mendengus kesal.

...Kedua polisi itu pun berjalan keluar, meninggalkan Viola seorang diri di ruangan interogasi. Tak lama kemudian, munculah sosok yang paling dibenci Viola: ibu tirinya, Nyonya Amalia....

"Untuk apa kamu kemari?" tanya Viola, tatapannya penuh dengan kebencian yang membara.

"Hah... aku datang untuk membebaskanmu dan ibumu yang tidak tahu diri itu," jawab Amalia sambil tersenyum lebar, seolah menikmati ketidaksukaan Viola.

"Kami tidak butuh belas kasihan kalian," tekan Viola dengan suara dingin.

...Nyonya Amalia dengan santai meletakkan tas mahalnya di atas meja. Ia duduk, melingkarkan kedua lengannya di dada, dan menatap Viola dengan senyum kemenangan yang menyebalkan....

"Namun sayangnya... kalian sangat membutuhkannya, terutama ibumu yang berpenyakitan itu," balas Nyonya Amalia, menusuk tepat ke titik lemah Viola.

"Kau pikir aku akan percaya dengan semua omong kosongmu itu, nenek lampir," desis Viola dengan nada penuh kejijikan.

"Terserah. Yang jelas, ibumu yang lumpuh itu mengidap leukemia, dan dia butuh biaya besar untuk perawatannya," jelas Nyonya Amalia dengan nada sinis yang menusuk.

...Lagi-lagi Viola dibuat terkejut dan membeku di tempat. Pikirannya langsung melayang pada ingatan-ingatan tentang ibunya yang sering demam, tampak kelelahan, kulitnya yang pucat, dan mimisan yang kerap terjadi. Setiap kali Viola bertanya, ibunya hanya tersenyum lembut dan mengatakan bahwa dirinya hanya sedikit kelelahan dan butuh istirahat. Kenyataan pahit ini menghantam Viola bagai petir di siang bolong....

(Bersambung)

(Visual) Chapter 03

(Tasya sang adik)

(Viola)

...(Kembali ke cerita)...

...Singkat cerita, Viola dan ibunya dibebaskan dengan uang jaminan dari Tuan Hernan. Mereka pun dibawa kembali ke rumah yang terasa begitu asing dan penuh kenangan pahit itu....

...Dengan langkah berat, Viola keluar dari mobil dan membantu ibunya turun. Helaan napas panjang mengiringi saat ia mendorong kursi roda ibunya memasuki rumah....

...Pintu terbuka, dan tatapan marah Tuan Hernan langsung menyambut mereka. Tanpa sepatah kata pun, ia berjalan cepat ke arah mereka berdua....

Plak!

...Satu tamparan keras mendarat di wajah ibunda Viola. Emosi Viola seketika tersulut, matanya memancarkan amarah yang membara....

"Kenapa kamu menampar ibuku!" bentak Viola, suaranya bergetar.

"Diam kamu!" sentak Tuan Hernan, jari telunjuknya menunjuk tepat di wajah Viola dengan penuh kemarahan.

"Aku tidak mau diam! Kau mau apa?!" tantang Viola, emosinya benar-benar di ubun-ubun.

Plak!

...Tamparan berikutnya terasa lebih perih, mendarat telak di pipi Viola. Kali ini, bukan Tuan Hernan pelakunya, melainkan Nyonya Amalia....

"Nenek lampir sialan!" teriak Viola penuh dendam, matanya menyala menatap tajam Nyonya Amalia. Ia hendak menerjang wanita itu.

"HENTIKAN, VIOLA!" hardik Tuan Hernan dengan suara menggelegar, membuat Viola membeku di tempat, tubuhnya menegang.

"Kalau kamu tidak mau mendengarkanku, maka aku tidak akan mengeluarkan sepeser pun untuk merawatnya," ancam Tuan Hernan, matanya dingin dan tanpa belas kasihan.

...Perlahan, Viola memutar kepalanya, menatap Tuan Hernan dengan air mata yang tanpa sadar mengalir deras di pipinya....

"Kamu... kamu menggunakan ibuku untuk mengancamku? Tuan Hernan yang terhormat," tekan Viola dengan bibir bergetar hebat menahan emosi yang bercampur aduk. "Aku tahu kamu membencinya karena dia lumpuh, tapi ingatlah satu hal," Viola menarik napas dalam-dalam, suaranya tercekat. "Dia juga wanita yang pernah kau cintai sebelum kamu berpaling akibat hasutan nenek lampir itu."

...Tak terima dengan ucapan Viola, Nyonya Amalia berjalan mendekati Tuan Hernan dan merangkul erat lengannya yang kekar. Ia melirik sinis ke arah Nyonya Adelia dan Viola bergantian....

"Tapi sayangnya, itu semua hanyalah masa lalu. Sekarang, suamiku hanya mencintaiku, bukan begitu sayang?" Nyonya Amalia mendongak menatap Tuan Hernan dengan senyum dibuat-buat. "Iya kan, suamiku?" tanyanya dengan nada manja yang menusuk telinga.

"I-iya," jawab singkat Hernan, tampak sedikit gugup.

"Aku tidak akan-"

"Viola." Suara lembut Nyonya Amalia memanggil, senyumnya palsu namun berusaha terlihat tulus. Ia meraih tangan Viola yang kini gemetar hebat.

...Viola memejamkan kedua matanya rapat-rapat, berusaha keras meredam gejolak emosi yang semakin membakar hatinya. Setetes air mata kembali lolos, membasahi pipinya. Perlahan, ia membuka mata dan menoleh ke arah ibunya yang duduk tak berdaya di kursi roda tak jauh darinya....

"Mama..." lirih Viola, suaranya tercekat. Ia segera berjongkok di hadapan sang ibu, meletakkan kepalanya di pangkuan lemah itu. Tangisnya pun pecah, isakannya memenuhi keheningan ruang tengah yang dingin.

"Sudah, Nak... maafkan Mama karena tidak bisa memberikan yang terbaik untukmu," ucap Nyonya Adelia, air matanya pun ikut menetes membasahi rambut putri tunggalnya yang ia usap dengan lembut.

...Diam-diam, Tuan Hernan mengepalkan tangannya. Nyonya Amalia yang menyadari perubahan air muka suaminya itu langsung merengut marah dan melepaskan rangkulannya....

"Jangan membuat terlalu banyak drama di sini! Pelayan!" pekiknya memanggil dengan nada tinggi.

...Para pelayan yang mendengar teriakan itu segera berlari menghampiri mereka dan berdiri membungkukkan kepala....

"Iya, Nyonya," sahut salah seorang pelayan.

"Bawa wanita lumpuh itu ke kamar, dan segera persiapkan gadis keras kepala ini. Sebentar lagi dia akan pergi makan siang dengan calon suaminya," perintah Nyonya Amalia dengan nada tegas dan tanpa bantahan.

"Baik, Nyonya."

...Para pelayan itu segera mendekati kursi roda Nyonya Adelia dan hendak menyentuhnya. Spontan, Viola mengangkat kepalanya, menatap tajam setiap pelayan dengan sorot mata penuh ancaman....

"Kalau kalian berani menyentuhnya, aku tidak akan segan-segan mematahkan tangan kalian," ancam Viola dengan suara rendah namun penuh keyakinan.

"Viola, sebaiknya kamu menurut. Sebentar lagi orang yang akan membantu biaya pengobatan ibumu akan datang menjemputmu, sebelum malaikat maut lebih dulu menjemput wanita lumpuh itu," ujar Nyonya Amalia dengan nada dingin dan menusuk.

"Nak," panggil Nyonya Adelia lembut, mengusap sisa air mata di pipi Viola dengan sayang. "Jangan lakukan apa pun, Mama baik-baik saja kok. Ini hanya demam biasa, percayalah," ucap Nyonya Adelia, berusaha meyakinkan Viola meskipun raut wajahnya menyimpan kekhawatiran.

...Viola menatap wajah cantik ibunya yang kini mulai dihiasi kerutan halus dan tampak pucat. Hatinya teriris melihat kondisi sang ibu....

Aku akan melakukan apa pun demi ibu. Aku janji. Dan kita akan segera pergi dari sini, dengan cara apa pun, batin Viola, sebuah tekad bulat menguat dalam dirinya. Ia hanya bisa tersenyum pahit menatap ibunya, menyembunyikan gejolak batinnya.

...Kemudian, dengan langkah pasrah namun penuh tekad tersembunyi, ia bangkit dan mendorong kursi roda ibunya menuju kamar, lalu masuk ke dalam....

(Bersambung)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!