NovelToon NovelToon

Menikah Tanpa Rasa, Jatuh Cinta Tanpa Sengaja

1

Hari ini, adalah hari Pertama aku menjadi istrinya, pagi pertama ini menjadi hari pertama aku menjadi istrinya.

Pagi ini terasa lebih berat dari pada hari-hari yang aku jalani selama ini. Dari awal aku melangkahkan kakiku masuk kedalam rumah ini aku sudah terpikirkan tentang kehidupan yang akan aku jalani ini bukan tentang cinta, melainkan tentang kewajiban, harapan, dan bukti bahwa aku berbakti kepada kedua orang tuaku serta tanggung jawabku sebagai anak untuk kedua orang tuaku.

Suamiku, Arif duduk di meja makan, dia menikmati sarapan paginya dengan tenang dan wajah nya yang terlihat tegas. Namun dibalik wajahnya. Yang seperti itu menyimpan banyak sekali luka yang mendalam .

aku memilih untuk duduk di kursi seberang nya aku mencoba untuk menyesuaikan diriku karena kami tinggal di rumahnya bukan di rumahku.

" Sudah selesai sarapannya? Tanya suamiku

" ya sudah " kataku menjawab pertanyaan nya.

Suasana di meja makan saat ini hening, cuma ada suara sendok dan garpu saja yang saling bergema keras mengisi keheningan yang kamu ciptakan ini. Bahkan, aku tidak tahu harus memulai dari mana aku hanyalah seorang gadis desa yang tidak pernah bermimpi untuk menikah dengan seorang laki2 yang berstatus duda beranak satu ini.

saat ini aku bahkan bertanya-tanya apakah dia akan menyesal sudah menikah dengan gadis desa sepertiku ini.

namun hari ini semuanya berjalan seperti hari-hari biasanya, tanpa adanya drama atau percakapan hangat antar aku dan Arif juga putrinya.

Malam pertama kami berlalu dengan begitu saja tanpa adanya kata-kata manis serta sentuhan manja dari Arif. Aku berusaha untuk bisa memejamkan mataku saat ini, tetapi aku tidak bisa untuk tertidur namun kU lihat Arif disebelah dapat tidur dengan nyenyak sekali

Pernikahan yang tanpa cinta ini terasa sangat hampa dan aku merasa seperti terjebak didalam penjara saja, dengan aku yang sebagai penghuninya berfikir bagaimana cara nya suatu hari nanti aku bisa melarikan diri?. Dan dalam diamku aku berdoa semoga suatu saat nanti aku bisa menemukan setitik cahaya yang terang untuk hidup yang aku jalani ini.

Akankah aku bisa bertahan dalam rumah ini, atau aku akan pergi. Memikirkan akhirnya saja aku sudah tidak sanggup sama sekali, saat ini aku hanya bisa pasrah, aku akan mengikuti bagaimana alur cerita hidup kU ke depannya, semoga saja aku bisa menjalani hidup kU ini, dengan laki-laki yang sama sekali belum aku kenal. Perkenalan awal kami hanya pada saat dia datang ke rumahku, yang mana saat itu, bapakku bilang akan menjodohkan kU dengan seorang duda dari kota yang mempunyai 1 orang anak perempuan yang usianya sudah hampir 5 tahun, tanpa menolak perkataan orang tuaku, aku langsung mengiyakannya. Toh umurku juga sudah waktu untuk menikah, pikirku, setelah pertemuan pertama kami di hari itu, aku melihat calon suamiku yang tanpa , tapi dia tidak menatap kU sama sekali, aku yakin dia pasti terpaksa menikah dengan ku. Dari raut wajahnya saja aku sudah bisa melihat bahwa dia enggan sebenarnya untuk menerima pernikahan ini.

Aku yakin pasti ada alasantersendiri baginya mengapa mau menikah denganku, apa mungkin ada paksaan dari orang tuaku, atau hutang budi, aku sama sekali tidak tau.

Setelah 1 minggu minggu pertemuan kami, kami langsung melakukan akad nikah di kediaman Arif, suami ku.

Itu yang menjadi bayang-bayang dalam pikiranku. Tentang kami yang menikah tiba-tiba ini.

***************************

Beberapa hari telah berlalu dengan perlahan, hari-hari yang penuh dengan keheningan yang sangat menegangkan sekali. Seperti yang selama ini selalu aku bayangkan bahwa Arif, suamiku akan selalu bersikap dingin terhadapku dan bahkan dia lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor untuk mengurusi pekerjaan nya dibandingkan berada dirumah denganku, bahkan bermainpun dengan anaknya jarang dilakukannya.

Pagi hari yang cerah, aku sudah berada di dapur untuk membuat sarapan. Aku memasukan nasi goreng dengan toping telur dan sosis, membuat segelas susu juga roti bakar untuk sarapan pagi maira, anak dari suamiku. Aku berharap maira mau memakan sarapan yang aku siapkan untuknya, namun ketika maira masuk ke dapur dia hanya menatap kU saja, kemudian berkata " ini untuk siapa ? " untuk mu kataku dengan penuh senyuman, namun maira cuma melihatnya dengan sekilas dan berlalu pergi begitu saja.

Aku merasakan dadaku rasanya sangat sesak sekali seperti ada yang tercabik-cabik, ternyata menghadapi anak tiri tidak semudah yang aku bayangkan selama ini apalagi untuk saat ini dia belum bisa menerima keberadaanku di rumah ini.

Aku menghela nafas dengan sepanjang mungkin sambil menatap sarapan yang aku buat tadi, kemudian aku memakannya sendiri dengan perasaan yang sangat hancur akan tetapi aku tidak ingin berlarut larut dalam keadaan yang seperti ini.

setelah makan selesai aku kemudian menonton drama Korea yang aku sukai di ruang tengah setelah selesai menonton film akupun teringat kepada Arif, suamiku yang saat ini sedang bekerja di kantor, dia terlalu sibuk bekerja dan bekerja tanpa henti setiap harinya, aku merasa aku hanya dia anggap sebagai bayangan saja dirumah ini dalam diam kU terkadang terbesit pikiranku untuk mengajak nya hanya sekedar mengobrol saja ketika dia pulang dari kantor, tapi aku tidak beranak untuk mengajak ya mengobrol.

setelah aku membayangkan Arif, aku melihat maira sedang bermain dengan bonekanya, akupun mendekat kepadanya tetapi dia malah pergi menjauh dariku, akupun kembali merasa amat sedih dengan sikap anak tiriku ini, aku bingun harus dengan bagaiman supaya aku bisa dekat dengannya. Apakah dia merindukan sosok ibunya ? Tanyaku di dalam hati, tapi tidak mungkin aku kebanyakan kepada maira seperti itu aku takut dia akan bertambah sedih atau masalah semakin manja ibuku nantinya. Dan aku juga sadar aku tidak berhak untuk menanyakan pertanyaan itu kepada maira.

Pernikah yang saat ini aku jalani dengan suamiku ini memang dimulai tanpa dasar cinta bahkan kami tidak mengenal sama sekali selumnya, yang mengenal dia dengan baik hanyalah bapak kU saja, karna dia pernah ditolong oleh baoak gU dahulu ketika dia belum menikah dengan mantan istrinya, Dan itu sudah lama sekali.

akan tetapi pada pernikahan ini aku sangat berharap suatu saat nanti aku dan Arif bisa saling ke Irna satu sama lain, WALAPUN akan sulit dan bahkan aku sendiri saja yang menginginkannya.Meski rasanya akan sangat sulit untuk aku mendapat hati Arif tetapi aku akan tetap berusaha untuk mendapatkan hatinya. Bahkan aku ingin belajar untuk menjadi istri yang baik untuk nya serta akan belajar menjadi ibu yang baik buat anak perempuannya. Walaupun jalannya nanti agak sulit namun aku akan terus berusaha sampai semampuku.

2

Selama satu minggu menjalani pernikahan dalam keheningan akhirnya berlalu tanpa banyaknya drama yang ada d dalam rumah tangga yang kami jalani ini bahkan tidak ada perubahannya sama sekali. Aku yang setiap hari selalu bangun pagi sekali untuk menyiapkan sarapan untuk Arif dan anak nya serta membereskan rumah mewah Arif, dikarenakan tidak adanya pembantu dirumah mereka toh aku juga bisa membersihkan rumah dan memasak makanan untuk mereka berdua.

Setiap kali Arif melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah ini aku merasakan sikap Arif yang sangat dingin seperti kulkas 2 pintu, bahkan seperti ada dinding yang menjadi penghalang untuak aku mendekati Arif.

Saat ini Arif msuh menjadi pria asing bagiku, dia pria asing yang tegas namun sedikit sopan. Dia tampak baik-baik saja diluar namun sangat rapuh didalam. Dalam satu sisi aku ingin menjadi istri yang baik bagi Arif dan ibu yang baik bagi anaknya, namun di satu sisi yang lain aku tidak bisa berada dalam situasi yang seperti ini terus menerus karna hubungan yang seperti ini sangat menyiksaku. Kami salah dua orang asing yang terjebak dalam satu ikatan yang sah, yang terikat dalam sebuah pernikahan, akan tetapi aku dan Arif tidak mengenal satu sama lain, baik itu sifat ataupun hal - hal lainnya. Hal kecil tentang Arif pun aku tidak mengetahuinya begitupun tentangku dia juga tidak mengetahuinya.

Sore itu. Arif pulang lebih cepat dari pada hari-hari biasanya aku yang sedang duduk di ruang tamu sambil menonton drama Korea favoritku. Ketika dia masuk, matanya sedang mencari sesuatu akupun dengan memberanikan diriku untuk bertanya kepadanya " apakah ada yang ingin kamu bicarakan ? " akan tetapi dia tampak terkejut dan mungkin saja dia tidak menyadari kebardaan kU di tuang tamu itu. " oh tidak aku hanya merasa lelash saja," kata Arif dengan tersenyum yang mana senyumnya terlihat sangat terpaksa.

Sbenarnya banyak sekali yang ingin aku ketahui tentang suamiku ini terapi aku takut untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu karna aku takut mengganggu waktunya lagian juga dia tidak pernah memberikanmu sedikitpun celah untuk dekat dengannya. Apa yang aku harapkan dari hubungan yang jelas jelas dari awal sudah ada keraguan didalam ya.

Pukul 7 malam aku melihatnya sedang duduk diluar akupun berbicara kepadanya bahwa aku sudah menyiapkan makan malam. " Terimaksih jawabnya sambil tersenyum yang senyumnya terus dipaksakan. Kami duduk makan malam bersama, namun suasananya tetap hening seperti biasanya, maira yang datang menghampiri meja makan kemudian menghidupkan suasana dia berbincang bincang dengan papa nya, sambil bercerita bagaimana hari ini yang dia jalan. Akan tetapi aku tahu bahwa ini tidak akan lama, dan setelah makan malam selesai kami suasana nya akan hening kembali dan kami akan menyibukkan diri dengan pikiran masing-masing.

Setelah makan malam bersama akupun membereskan meja makan dan mencuci piring kotor bekas kami makan tadi, sedangkan Arif, dia langsung berlalu pergi ke ruang kerjanya. Setelah selesai akupun masuk kamar dan ingin tidur.

*********************

Malam itu aku terbangun dari tidur kU, Arif sudah tertidur di sampingku akan tetapi pikiranku tidak tenang sama sekali, aku merenung mencoba mencari tau apa yang akan terjadi. Aku juga merasa mengapa aku semakin hari semakin merasa terasing kan. Semua ya yang aku lakukan, kulakukan demi Arif dan anak nya supaya anak nya bisa mendapatkan kasih sayang seorang ibu dariku walaupun aku hanya ibu sambung saja baginya. Bukan aku bukan melakukan ini karna aku mencintai Arif kan, bahkan saat ini belum ada sedikit pun perasaan kU untuk suami kU, aku berjalan mendekati jendela kamar kU, kU tatap keluar memandangi malam yang sepi.

tidak ada suara apapun diluar kecuali suara angin yang bertiup sangat kencang dan sangat sepi kulihat seperti hubungan yang sedang aku jalani saat ini. Aku berbisik kepada diriku sendiri " apa sebenarnya yang saat ini yang Sedang aku harapkan ? "

Hanya angin malam yang menjawab tanpa ada jawaban sama sekali, serasa mimpi saat ini kehidupan yang aku jalani.

Sejak menikah dengan Arif ini aku belum pernah bertemu dengan Rani, mantan istri dari Arif suamiku. Akan tetapi setiap kali aku memikir kan tentang rani ada perasaan aneh yang bergejolak didalam dadaku. Apakah saat ini dia sudah benar-benar pergi dari hidup Arif dan putrinya ? Apa mungkin masih ada tempat untuk nya di hati Arif, apakah tidak akan mungkin Arif akan mencintaiku suatu hari nanti ? "

Aku tidak tahu pasti bagaimana cerita dari rumah tangga Arif dan Rani sebelumnya dan Arif pun belum ada bercerita kepadaku, ingin bertanya kepadanya pun aku tidak berani sama sekali.

Tetapi di suatu pagi ketika aku sedang membereskan ruang tamu, aku menemukan sebuah foto yang tergeletak di atas meja kerjanya Arif, ya itu adalah foto seorang perempuan yang cantik gayanya yang casual dan memiliki kulit putih serta tinggi dan body yang sangat mirip dengan model , dia lah wanita yang sempurna yang pernah aku lihat walaupun hanya dalam foto aku yakin wanita itu pasti sangat cantik sekali. Aku penasaran kemudian membuka brankas yang ada di meja kerja Arif tersebut, aku menemukan satu lembar foto lagi, foto itu adalah gambar Arif dengan seorang wanita dan seorang gadis kecil - maira, tentu saja wanita itu adalah Rani, mantan istri Arif.

Aku merasa seolah - olah dihantam oleh sesuatu yang berat, foto itu wlapun hanya sepotong kenangan, namun dapat membuat hatiku terasa sakit. Apakah mungkin aku mulai menyukai Arif, apakah aku mencintainya ? Aku bertanya-tanya ke diriku sendiri.

Aku mencoba untuk menenangkan diriku namun aku tidak bisa, tetapi aku akan terus mencoba untuk menjadi yang terbaik bagi Arif dan anaknya. Meskipun hatiku merasa terbelah. Aku ingin maira merasa diterima, tetapi aku juga tau bahwa maira lebih sering mencari ibunya daripada aku bahkan dia tidak pernah menanyakan apapun kepadaku sama sekali setiap kali di ajak bicara dia hanya mengangguk dan menggeleng saja.

Aku hanya berharap suatu hari nanti maira akan menerima kU sebagai ibunya dan kami akan menjadi keluarga yang bahagia. Akan tetapi aku menyadari aku terlalu banyak berharap dalam pernikahan ini, aku tidak tahu apkah Arif pernh melibat kU sebagai istrinya atau dia melihatku sebagai orang asing yang hadir di hidupnya, tetapi aku berjanji kepada diriku sendiri , aku tidak akan menyerah begitu saja, meskipun pernikahan ini terjadi bukan karena cinta aku bertekad untuk membuat Arif mencintaiku. Dan aku juga akaan membuat aku berati bagi Arif dan meira.

semoga dalam waktu dekat ini maira mau menerimaku untuk menjadi ibu sambungnya aku akan mulai dengan perlahan dulu.

3

Hari minggu seharusnya menjadi hari yang sangat menyenangkan dan tenang bagi orang-orang tetapi tidak bagiku. Dari subuh aku sudah terjaga untuk menyiapkan sarapan pagi untuk suamiku dan anak sambungku. Aku juga membersihkan rumah dan menyiram tanaman yang ada di taman rumah ini.

Atif dan maira masih tertidur lelap dikamar mereka masing-masing, aku berjalan dengan pelan ke arah dapur untuk menyiapkan teh dan susu hangat untuk Arif dan maira dan aku mengapa kosong ke arah panci yang belum aku isi dengan air. Pikiranku melayang kadang aku merasa seperti menonton hidupku sendiri.

Dari luar rumah ini tampak tenang dan terlihat sangat rapi terapi itulah yang membuatku terasa terasing. Tidak terasa hangat tidak ada tawa hangat tidak ada pelukan. Hanya suara langkah kaki dan detik jam saja yang selalu aku dengar yang seolah-olah mengikatkan kU akan waktu yang terus saja bergerak tapi hati kami diam di tempat.

Ketika Arif akhirnya muncul diruang makan, dia hanya mengangguk singkat, seperti biasanya. Duduk di tempat yang sama mengambil sendok dan meletakkan nasi dan lauk nya kedalam piring yang sudah aku letakkan di atas meja. Kemudian dia makan dalam diam, akupun duduk di meja depannya berusaha untuk membaca raut wajahnya. Terapi Arif pandai menyembunyikan isi hatinya. Diamnya lebih menyakitkan dari pada kemarahannya.

Aku mengaduk tehnya perlahan, suara sendok dan gelas menjadi bunyi satu-satunya yang ada diruang itu mengisi keheningan pagi ini.

" aku berencana mendaftar kelas menjahit minggu depan suapaya ada juga kegiatanku" kataku kepada Arif.

Arif berhenti makan sebentar, lalu dia mengangguk baiklah itu akan lebih baik, kata Atif.

Itu saja. Tidak ada kata yang kain yang keluar dari mulut Arif apakah dia tidak ada minat untuk bertanya lebih lanjut, ataukah dia tidak ingin tau apapun tentang yang aku lakukan. Fikir kU

Aku menlan ludah, menahan semua perasaan yang mulai mengganjal didalam tenggorokanku, aku tau aku tidak bisa memaksanya untuk peduli . Tapi aku juga manusia aku juga ingin didengarkan

Setelah sarapan selesai aku mencuci piring sendiri, Arif sudah kembali ke ruang kerjanya dan maira masih bermain sendiri dengan boneka nya di teras belakang, aku memperhatikan maira bermain boneka dari balik jendela, memperhatikan betapa tenang wajah anak kecil itu, tetapi aku tau di balik wajah tenangnya mungkin masih ada luka yang dipendamnya.

tiba-tiba maira masuk kerumah membawa boneka nya, dan dia memanggil kU " Tante " dia selalu memanggil kU begitu walaupun kami sudah tinggal serumah dan aku sudah menjadi ibu sambung baginya.

aku berlutut, sambil menatap wajahnya. " Ya Sayang? "

" Bolehkah aku meminta gambar ibu lagi ? Aku mau membawanya kekamarku " Aku terdiam. Aku tau foto yang dia maksud adalah foto rani, ibunya maira yang aku liat Kemaren aku menyimpan nya bukan karna aku benci akan tetapi aku tidak tau harus apa ketika melihat foto itu.

Aku mencoba untuk tersenyum dan berkata " nanti ya tante cari dlu fotonya, tapi kamu harus cerita kenapa kamu mau meletakkan foto itu dikamar mu ? Maira menganggap pelan " supaya kalau aku mimpi aku bisa lihat wajah mama biar aku gak takut lagi. "

Hari-hari yang aku jalani seperti air sungai yang mengalir dan tidak bisa aku arah kan kemana pergi dan tujuannya. Aku mencoba untuk membiasakan diri WALAPUN kadang rasanya seperti aku hanya menompang hidup saja di rumah yang aku tinggali ini. Tidak ada yang salah secara nyata, tetapi juga tidak ada yang benar-benar hidup.

Kelas menjahit yang aku daftarkan sudah berjalan dua hari yang lalu. Rasanya sangat menyenangkan ketika aku bisa mendapatkan teman baru di tempat aku menjahit itu. Karena waktu dikampung aku tidak mempunyai teman dikarenakan aku yang dilarang keluar oleh bapak kU.

Saat menjahit terkadang aku tertawa kecil karna kadang aku salah dalam menjahit garis lurus, dan aku merasa berarti karna bisa menciptakan sesuatu dengan menggunakan mesin dan benang ini aku sangat bahagia sekali.

Walau setelah ini aku pulang kerumah yang sama dengan dinding yang bisu dan dengan seseorang yang tidak pernah bertanya apapun tentangku, bagaimana gari-hatimu ? "

Malam ini hujan Turun dengan pelan, maira tiba-Tika masuk kedalam kamar saat aku sedang menyetrika bajunya. Ia membawa boneka dan menggenggam foto ibunya yang baru saja aku berikan kepadanya. " Tante, apakah aku boleh duduk disini katanya malu-malu" aku mengangguk sambil menyuruhnya untuk naik ke tempat tidur kU agar dia bisa duduk di ranjang.

" apakah kamu mimpi buruk lagi ? " tanya ku

Tidak katanya sambil menggeleng.

"Aku cuma ingin ditemani Saja oleh tante "

Maira, apakah sekarang kita sudah berteman" kataku pada anak sambungku tersebut, Dia menganggukkan kepalnya, " tapi tante tidak seperti mamaku, "

Hatiku menegang, tetapi aku berusaha untuk tetap tersenyum. " iya tante memang bukan seperti mama kamu, tapi tante bisa jadi temanmu di saat kamu ketakutan dan di saat kamu mimpi buruk."

Dia tidak menjawab, akan tetapi dia menyadarkan kepala nya di lenganku, dalam diam itu aku merasa ada dinding tipis yang sudah mulai retak antara aku dan maira. Mungkin ini akan menjadi awal kepercayaan kecil.

setelah beberapa menit kami saling bercengkerama bersama maira akhirnya tertidur, dan Arif yang baru saja masuk kmar terkejut melibat maira yang sudah tertidur di tempat tidur kami, selama ini dia melihat anak nya enggan untuk mendekatkan diri kepadaku, namun dia tidak bicara sepatah kata pun. Dia menggendong maira ke kamarnya, dan aku pun menuju dapur untuk membuatkan teh panas untuk suamiku tersebut, stelah dia meminum teh nya kamu pun tidur, seperti biasa kami tidur sambil membelakangi.

Pagi harinya setelah sarapan, Arif bicara kepadaku " Terimaksih " akupun kaget mendengarnya, " Terimaksih untuk apa mas? " tanyaku.

Aku hampir kaget mendengarnya. Bukan hanya karena dia berbicara lebih dari dua kata, tapi karena sorot matanya pagi ini … tidak sedingin biasa nya ketika memandangku.

“Aku tahu kamu belum siap… atau mungkin kamu tidak pernah memilih pernikahan ini. Tapi aku hanya ingin bilang, aku tidak mencoba menggantikan siapa pun,” lanjutku.

Dia menatapku, lama. Lalu pelan, ia berkata, “Aku tahu. Aku juga masih belajar… untuk tidak membandingkan semuanya dengan masa lalu.”

Hening. Tapi kali ini bukan hening yang menusuk, melainkan hening yang memberi ruang.

Mungkin, tidak semua pernikahan dimulai dengan cinta. Tapi bisa jadi, cinta tumbuh dari dua orang asing yang belajar untuk tidak saling melukai.

Dan pada pagi ini, untuk pertama kalinya sejak kami menikah, aku merasa sedikit… hidup.

Setelah berbicara seperti itu, mas Arif pamit untuk berangkat ke kantor.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!