"Sedang merevisi ulang!"
Warning!!!
Cerita ini mengandung banyak kekerasan, bagi kalian para pembaca yang sensitif mohon untuk skip saja dari pada kebawa perasaan.!
Ingat sekali lagi pemeran laki-laki adalah mafia, bukan pria Sholeh! Jadi, jangan terlalu berharap pemeran laki-laki seperti bayangan anda!
Jika tak suka silahkan tinggalkan tanpa jejak. Jangan berkomentar untuk menjatuhkan mental orang lain.
Karena penulis sudah memberikan peringatan tentang banyaknya adegan kekerasan yang sangat sensitif!
...****************...
Happy reading
Cit
Cit
Cit
Suara kicauan burung menjadi khas dari sebuah desa. Angin sepoi-sepoi yang meniup pepadian dan juga pepohonan lainnya. Di depan sebuah rumah sederhana, sudah ada beberapa orang yang sepertinya akan mengantarkan keluarga nya untuk pergi merantau.
"Nak, jangan terlalu lelah yah. Pikir kan kesehatan mu dan jangan mencari masalah dengan orang kaya." Dengan senyuman sendunya Yanti melepas anak nya pergi keluar desa menuju kota untuk bersekolah.
"Iya Bu, ibu juga jaga kesehatan yah. Jangan terlalu lelah, jangan lupa minum obat. Masalah belanja di sana biar Ria saja yang menanggung." Aria Liana Anggraini 18thn.
"Dek, kamu jaga ibu yah dan juga jangan lupa shalat, doakan kakak semoga kakak berhasil di sana. " Sambil mengelus kepala adik perempuan nya yang berumur 14thn dengan lembut.
"Hmmm yah, kakak jaga kesehatan yah, hiks hiks jangan lupa hubungi kami kalau sudah sampai, jangan lupa juga untuk shalat yah." Naina nama adik perempuan Aria yang kini memeluk Aria dengan penuh kasih sayang.
"Iya, dadah semuanya hiks hiks sampai jumpa," ucap Aria memeluk ibu dan adiknya lalu pergi mengikuti mobil angkutan umum menuju perkotaan.
"Sampai jumpa nak, jaga kesehatan uhuk uhuk jangan lupa untuk shalat dan mengaji yah!" teriak Yanti di baringi air mata melepas putri tercintanya untuk mengemban ilmu yang bermanfaat agar menjadi orang yang sukses. Agar tak hidup seperti ia yang melarat dan miskin akan pendidikan.
Aria Liana Anggraini itulah namaku, aku adalah anak dari pasangan ayah dan ibu, yang lahir dalam keluarga di bawah kata sederhana. Bersekolah adalah keberuntungan bagi ku dan adik ku, kami yang mendapatkan beasiswa sangat lah senang karena dengan bersekolah kami bisa menjadi orang yang sukses dan memberikan ibu kami tempat yang layak dan makanan yang lezat.
Ayah sudah tiada ketika aku masih berada di bangku SMP. Pada saat itu ayah sedang bekerja sebagai kuli bangunan dan naas nya ayah pun pergi karena tertimpa reruntuhan bangunan. Dari situ akulah yang menjadi tulang punggung keluarga karena ibu yang sakit-sakitan.
Agama ku Islam, Alhamdulillah aku di lahirkan oleh orang tua yang selalu mengajarkan ku apa artinya kesabaran dan keikhlasan.
Aku mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di universitas ternama. Itu sangat membuat aku senang karena tak menyangka aku bisa melanjutkan pendidikan ku. Sangat beruntung dimana kuliah ku gratis dan mendapatkan uang saku per semester sebanyak 4,5 JT.
Dengan uang sebanyak itu, aku bisa menyewa kos dan juga mengirim kan uang pada ibu dan Naina. Aku juga bertekad untuk mencari kerja sampingan agar biaya kehidupan ku tercukupi karena ibu tak bisa mengirim uang. Di kala aku pergi Naina lah yang akan mencari uang, ia bekerja sebagai buruh cuci di desa untuk melengkapi kebutuhan ibu dan dirinya.
Huffffff semoga saja di kota nanti aku bisa mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal yang murah. Karena aku hanya membawa sedikit uang untuk biaya sewa, ini pun hasil dari jual tanah dan juga gajiku sebagai buruh tani yang ku tabung selama bertahun-tahun.
Ya Allah, kuatkan lah hamba dan lindungi hamba serta keluarga hamba.
*******
Setelah menempuh beberapa jam perjalanan sampailah Aria di kota atau tepatnya di terminal. Aria mencari angkutan umum lainnya agar ia bisa langsung mencari tempat tinggal.
"Pak, bapak bisa mengantarkan saya ke jalan X dekat dengan Erden's golden university?" tanya Aria pada salah seorang supir angkutan umum.
Erden's golden university adalah salah satu universitas terkenal di kota bernama Erden.
"Bisa dek, silahkan naik." Tanpa basa-basi lagi Aria pun segera naik ke angkutan umum itu.
Setelah beberapa jam menempuh perjalanan menuju jalan X, Aria pun turun di sebuah komplek perumahan sederhana. Sepertinya di tempat itu ada yang menyediakan rumah untuk di sewa.
"Permisi Bu," sapa Aria pada ibu-ibu yang tengah duduk-duduk dan berbincang-bincang.
"Ada apa dek?" tanya mereka.
"Saya orang baru di sini dan ingin menyewa rumah yang harga nya murah. Apa di sini ada orang yang menyewa kan rumah nya?" tanya Aria canggung.
"Oh, pasti anak baru yah. Kamu kuliah di kampus ternama itu yah?" tanya salah satu ibu-ibu.
"Iya Bu."
"Saya punya rumah yang bisa di sediakan dan harga nya juga terjangkau, tapi kamu harus bisa menjaga rumah itu dengan baik kalau mau menyewa." Salah seorang ibu menawarkan rumah sewaan untuk Aria membuat Aria menjadi senang.
"Benarkah? Tentu saya akan menjaganya."
"Kalau begitu ayo ikuti saya."
"Baik Bu."
Setelah beberapa menit berjalan di komplek perumahan itu, Aria pun akhirnya sampai pada sebuah rumah minimalis yang sudah tak terawat lagi.
Rumahnya sangat buruk, tapi juga sangat murah. Kalau di bersihkan dan di perbaiki pasti akan bagus kembali."
"Bagaimana?" tanya ibu itu.
"Baiklah saya sewa yang ini saja." Aria tersenyum bahagia.
"Baguslah, rumah ini sebenarnya bagus hanya saja sudah lama tidak di sewa jadi banyak rumput-rumput liar yang tumbuh. Kalau di bersihkan pasti akan kembali bagus lagi."
"Terimakasih bu."
"Panggil saja saya Bu Rina, kalau ada masalah kamu bisa panggil saya. Rumah saya ada di seberang sana."
"Baik Bu terimakasih."
"Oh yah, di dalam sana sudah ada tempat tidur kamu tinggal membersihkan nya saja yah. Kalau begitu saya permisi dulu." Bu Rina pun pergi meninggalkan Aria yang masih saja tersenyum senang.
Syukurlah, akhirnya dapat juga rumah yang murah.
Aria pun segera masuk ke dalam rumah dan meletakkan barang-barang bawaannya. Aria mulai membersihkan halaman rumah yang sudah banyak ditumbuhi rumput-rumput liar.
Setelah membersihkan halaman rumah Aria pun mulai membersihkan bagian dalam mulai dari menyapu mengepel lantai hingga membersihkan alat-alat dapur dan juga tempat tidur.
Semuanya sudah bersih tinggal menyusun barang-barang bawaannya, Ia meletakkan sayuran, beras dan bahan makanan lainnya yang ia bawa dari desa. Iya juga meletakkan beberapa potong pakaian yang ia miliki di dalam almari yang sudah ada di rumah itu.
Aria hanya punya 5 potong kemeja dan juga kaos. 4 potong rok dan juga celana, serta beberapa kerudung. Itu pun sudah sedikit usang, tapi mau bagaimana lagi hanya itu yang Aria punya. Ia tak mungkin membeli yang baru sedangkan keperluan kuliah lebih penting.
Biar saja, kan aku ke sana untuk menempuh pendidikan bukan mencari perhatian.
"Aku harus menghubungi ibu dan Naina." Aria mengeluarkan handphone nya yang sudah sangat usang dengan layar kaca yang sudah retak.
"Hp nya sudah jelek, tapi masih bisa di gunakan. Tak apalah nanti kalau uang sakunya sudah keluar aku bisa mengganti jadi yang lebih bagus lagi agar proses belajarnya lancar."
Drrrttt
Drrrttt
"Halo." Seseorang dari seberang sana.
"Halo Naina, Kakak sudah sampai. Dimana ibu?" tanya Aria bahagia, tak terasa air matanya jatuh karena ia sudah sangat rindu pada keluarga nya.
"Ini ibu nak, bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkan tempat tinggal?" tanya Yanti.
"Sudah Bu, lumayan lah."
"Sudah makan?" tanya Yanti dengan nada bergetar menahan tangis. Belum satu hari berpisah ia sangat merindukan anaknya itu.
"Sudah." Aria berbohong karena sebenarnya ia belum makan akibat sibuk membersihkan halaman rumah.
"Sudah shalat dan mengaji?" tanya Yanti sekali lagi.
"Belum Bu."
"Yasudah, pergi shalat dan mengaji yah, setelah itu pergi istirahat. Jangan banyak pikiran yah," kata Yanti lembut.
"Yah, ibu dan Naina juga jaga kesehatan yah." Ucap Aria.
"Iya."
_
_
_
Tanda ❎ merupakan kode bab kekerasan fisik. bagi siapa yang sensitif tapi nekat baca, baiknya Diskip. Kalau masih nekat juga, jangan memaki author!
Note: Nama tempat, daerah, bahasa, nama tokoh dll tidak menyangkut negara manapun. Ini hanyalah halu author dengan membuat nama tempat sesuka hati author 😂
...----------------...
Setelah selesai menghubungi keluarganya, Aria pun memilih untuk segera beristirahat karena sekarang sudah jam 8 malam. Aria memilih pergi shalat dan mengaji lalu pergi tidur dari pada makan, karena stok beras dan sayuran hanya sedikit. Ia harus berhemat sampai ia mendapatkan pekerjaan.
Skip.
Hari sudah menjelang pagi, setelah melaksanakan shalat subuh Aria pergi menanak nasi dan memasak sayur singkong sebagai lauk nya. Hari ini Aria akan pergi ke kampus untuk registrasi ulang mahasiswa baru. Ia harus cepat agar mendapatkan kursi depan dan tidak mengantri.
Setelah selesai memasak Aria pun langsung memakan sarapan nya yang berupa nasi putih dan rebusan sayur singkong. Bagi Aria makanan yang sedang ia makan adalah makanan yang enak, karena belum tentu di rumah sana ibu dan adik nya akan makan seperti ini. Bisa saja Ibu dan Naina hanya makan nasi dan garam. Mengingat itu air mata Aria pun jatuh, ia tak tega karena ia makan makanan yang enak sedangkan ibu dan adik nya entah bagaimana.
Setelah selesai sarapan, Aria pun segera pergi mandi dan memakai pakaian. Aria memakai kemeja putih dan rok hitam. Lalu ia memakai kerudung berwarna hitam karena memang aturan dari universitas memakai pakaian putih dan hitam.
Tak lupa pula kaca mata minus nya. Aria memakai kacamata karena memang matanya minus.
Setelah selesai memakai pakaian, Aria memasukkan semua keperluan registrasi ulang nya kedalam tas ransel yang sudah usang berwarna hitam. Tas yang sudah terdapat bekas jahitan karena robek.
Tanpa merasa gengsi Aria pun melangkahkan kakinya pergi menjemput ilmu yang bermanfaat, semoga saja nanti di sana ia bisa menemukan teman baru yang mau menerimanya.
Jarak kampus dan rumah nya lumayan jauh, butuh 30 menit berjalan menuju kampus. Itulah sebabnya Aria bangun pagi-pagi dan berangkat jam 07.30 agar jika sudah Samapi di kampus nanti tepat jam 08.00.
Aria terus berjalan menuju tempat ia akan menempuh pendidikan, hiruk pikuk kota sangatlah berbeda dengan di desa yang tenang dan juga alami.
Banyak nya kendaraan yang mewah membuat udara menjadi tak baik dan suhu kota yang sangat tinggi, tapi Aria tak mau menyerah. Ini adalah hari pertama ia pergi ke kampus, walau belum melakukan aktivitas kuliah Aria harus bisa menjalani hidup di kota yang penuh dengan suasana yang baru.
Setelah beberapa menit berjalan akhirnya Aria pun sampai di di depan gerbang kampus. Bangunan arsitektural yang megah dan indah. Pantas saja kampus ini adalah kampus ternama di negara ini. Aria sangat beruntung karena bisa berkuliah di kampus ternama dengan gratis.
Jam sudah menunjukkan bahwa acara registrasi ulang mahasiswa akan segera di mulai. Aria yang sudah mengambil tempat duduk duluan pun tersenyum senang karena ia ada di deret ketiga setelah 2 deret depan.
Waktu terus berjalan, satu persatu mahasiswa baru maju untuk melakukan registrasi ulang, ada yang mandiri ada juga yang anak beasiswa seperti Aria.
"Hai!" sapa seorang perempuan yang ada di samping Aria.
"Hai juga," sapa Aria tersenyum canggung.
"Mahasiswa mandiri?" tanya perempuan itu.
"Beasiswa."
"Oh perkenalkan nama ku Hana, kalau kamu?" tanya Hana sambil memperkenalkan diri pada Aria.
"Aria, hai Hana senang bertemu dengan mu," jawab Aria sopan.
"Hehehe tidak usah terlalu canggung, anggap saja kita sudah lama berteman."
"Ba-baik. Apa kau anak beasiswa juga?" tanya Aria.
"Bukan, aku mengambil jalur mandiri." Hana tersenyum manis. Sangat manis Aria di buat terkesima karena tampang Hana yang cantik dan manis.
"Kau sangat cantik." Puji Aria.
"Hehehe kau juga cantik, hanya perlu polesan sedikit saja," kembali memuji Aria.
"Muslim?" tanya Hana.
"Iya."
"Maukah kau menjadi teman ku?" tanya Hana dengan tersenyum tulus.
"Kau mengajakku berteman?" tanya Aria dengan mata berbinar.
"Hehehe iya, aku mengajak mu untuk berteman bukan menikah," ledek Hana terkekeh geli.
"Aku mau," jawab Aria antusias.
"Wah kau sangat senang Aria, padahal teman-teman ku tak ada yang sesenang kau ketika berteman dengan ku."
"Ini adalah pertama kalinya ada seseorang yang mengajak ku berteman," kata Aria senang. Jujur saja sewaktu di desa Aria tidak punya teman di sekolah karena ia adalah orang miskin. Sangat sulit mencari teman di desa di saat para ibu-ibu dari anak yang bersekolah melarang anak-anak nya berteman dengan Aria karena Aria adalah anak orang miskin. Mereka takut Aria akan mempengaruhi anak-anak mereka nanti.
"Hehehe semoga kita menjadi teman baik yah." Hana tersenyum tulus. " Sudah giliran mu," lanjut Hana menyadarkan Aria bahwa ini sudah gilirannya. Aria pun langsung pergi ke depan dengan senang dan melakukan registrasi ulang dan beberapa wawancara karena ia anak beasiswa.
Setelah selesai registrasi ulang Aria pun pergi ke bangunan fakultas nya yaitu fakultas ekonomi. Aria mengambil jurusan Akuntansi dan ternyata Hana pun sama dengan Aria sama-sama mengambil jurusan akuntansi.
"Hana, ternyata kita bertemu lagi," sapa Aria senang. Sungguh ia sangat senang karena bisa mendapatkan teman di hari pertama nya.
"Aku sangat senang karena kita bisa bertemu lagi. Mau ke kantin?" tanya Hana menawarkan Aria untuk pergi ke kantin.
"Hmmm sepertinya tidak, setelah ini aku ingin pulang saja. Makan di rumah," tolak Aria karena ia tak mau memakan makanan yang akan mengeluarkan uang yang banyak dan tidak bisa di rasakan oleh ibu dan adiknya.
"Ayolah, ini hari pertama kita bertemu. Biar aku yang traktir makanan mu dan juga mengantarkan mu pulang. Siapa tahu nanti aku mempunyai waktu luang aku akan pergi ke rumah mu untuk bertamu," ajak Hana menggandeng tangan Aria.
"Tapi tidak baik untuk ku kalau aku memakan makanan yang di bayar orang lain, itu tidak sopan," tolak Aria tak enak hati. Bagaimana pun ini hari pertama bertemu Hana ia tak mau Hana berfikiran kalau ia teman mata duitan.
"Hahaha ini adalah inisiatif, aku tahu kau sedang berhemat jadi aku akan mentraktir mu hari ini. Kalau kau sudah punya uang banyak maka kau pula yang mentraktir ku esok harinya." Aria pun hanya bisa mengikuti kemauan Hana pergi ke kantin.
"Terimakasih."
"Yasudah ayo, kata kakak sepupu ku di kantin fakultas ini ada makanan yang enak dan favorit para mahasiswa ekonomi," jelas Hana menggebu-gebu.
"Bagiku semua makanan itu enak," tutur Aria.
"Yah bagiku juga semua makanan itu enak. Asalkan jangan batu dan kayu," lanjut Hana membuat Aria terkekeh geli.
"Terimakasih sudah sudah menjadi teman ku," ucap Aria dengan mata berkaca-kaca, sungguh ia terharu dengan apa yang terjadi hari ini.
"Hahaha aku juga berterima kasih karena sudah mau menjadi teman ku," ujar Hana memeluk hangat Aria.
Semoga menjadi hari yang indah untuk seterusnya.
_
_
_
_
_
_
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah.
Tbc
"Terimakasih," ucap Aria begitu bahagia karena bisa makan gratis apalagi di antarkan sampai rumah. " Apa kau tak ingin singgah, rumah ku hanya rumah kecil aku tahu itu--" Belum selesai Aria berbicara Hana sudah memotong kalimat menyedihkan Aria.
"Ck, ck, aku bukan tak mau mampir, tapi ini sudah siang. Aku harus pergi menemani mami ku ke butik. Biasa aku kan anak yang berbakti jadi harus membantu mami untuk bekerja," jelas Hana sambil membanggakan diri.
"Hmmm apakah di butik mu ada lowongan kerja?" tanya Aria. Siapa tahu ada lowongan kerja di tempat teman nya ini, jadi ia tak perlu bersusah payah mencari kerja.
"Hmmm kau ingin bekerja?" tanya Hana dan Aria mengangguk kan kepalanya.
"Kalau di butik sepertinya tidak ada, tapi kalau di tempat Tante ku mungkin ada. Nanti akan ku tanyakan." Aria tersenyum senang sekaligus terharu, baru kali ini ia mendapatkan teman yang benar-benar baik.
"Terimakasih sudah membantu ku."
"Hehehe berikan nomor handphone mu." Hana menyodorkan handphone nya pada Aria dan langsung di terima Aria lalu mengetikkan nomor handphone nya.
"Ini." memberikan kembali handphone itu pada Hana.
"Nanti akan ku hubungi oke." menyimpan handphone nya.
"Terimakasih."
"Yasudah aku pulang dulu Aria. Sampai jumpa 2 hari kemudian." Hana masuk ke dalam mobil nya sambil melambaikan tangan.
"Sampai jumpa lagi Hana. Hati-hati di jalan." Aria pun membalas lambaian Hana.
Setelah kepergian Hana, Aria pun bergegas masuk ke dalam rumah dan pergi membersihkan diri. Sungguh hari ini adalah hari yang indah, walau tadi ia merasa tak nyaman karena banyak tatapan merendahkan tertuju pada Aria.
Aria melihat dirinya di cermin, seorang gadis bertubuh kurus dan wajah yang tak secantik anak-anak kota. Baju lusuh dan warna yang sudah pudar, serta kaca mata yang jelek.
Huffff biarkan saja.
"Sebaiknya aku pergi shalat, ini sudah masuk waktu zhuhur."
********
2 hari kemudian.
2 hari sudah terlewatkan, akhirnya hari ini Aria akan pergi ke kampus untuk melakukan aktivitas perkuliahan. 2 hari sebelum nya Aria sudah mendapatkan kerja sampingan yang ia dapatkan dari Hana. Hana sebelumnya meminta maaf pada Aria karena hanya pekerjaan itu yang ia dapatkan karena memang sedang tidak ada lowongan kerja.
Aria pun tak mempermasalahkan hal itu, ia bekerja di sebuah restoran sederhana milik paman Hana, Aria bekerja sebagai pramusaji yang mengantarkan makanan pada para pelanggan. Ia bekerja di malam hari tepatnya dari jam 6 sore sampai jam 10 malam. Sangat larut bagi Aria apalagi jarak restoran dan rumah yang lumayan jauh.
Tapi itu semua tak masalah bagi Aria, ia akan menjalani semuanya dengan senyuman dan senang hati. Memang ini yang namanya hidup, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.
Aria sudah selesai dengan pakaian nya, ia memakai baju kemeja kotak-kotak warna hitam berpadu maroon dan juga rok hitam dan juga sepatu satu-satunya yang berwarna hitam berpadu putih. Sepatu yang warnanya sudah pudar dan terlihat bahwa sepatu Aria sudah pernah rusak terlihat dari bekas jahitan sepatu.
Tak lupa sebuah hijab kebanggaan berwarna hitam persegi empat berukuran 150 cm berbahan wolfis.
"Bismillah."
Dengan semangat Aria melangkahkan kakinya keluar dari rumah menuju tempat ia menempuh ilmu. Aria sangat senang, karena di sana nanti ia akan seruang dengan Hana dan juga tadi sebelum Aria pergi Aria sudah menghubungi ibu dan adiknya untuk menanyakan kabar.
Aria melangkahkan kakinya menelusuri jalan perkotaan yang bising akan kendaraan, sesampainya di depan pintu gerbang Aria begitu terkesima melihat banyak sekali kendaraan-kendaraan mewah yang berjajar rapi di parkiran. Pantas saja universitas ini di katakan universitas ternama, itu karena yang berkuliah di sini adalah orang-orang terpandang.
"Aria." Suara panggilan nama Aria membuat si empunya menoleh pada Hana yang melambaikan tangan yang baru saja turun dari mobil nya.
Hana adalah salah satu orang terpandang dan Aria sangat senang dan beruntung karena bisa berteman dengan orang seperti Hana.
"Hana." Aria pun melambaikan tangan nya juga.
"Selamat pagi sayang," sapa Hana menggandeng tangan Aria membuat wajah Aria terlihat sangat bahagia.
"Pagi juga," balas Aria.
"Hari ini kita masuk mata kuliah apa yah? Aku tak melihatnya semalam karena sibuk dengan ekhem ekhem." Aria pun paham akan maksud perkataan ekhm itu. Yah Hana memang sudah punya tunangan dan tunangannya kuliah di universitas yang sama. Hanya saja Hana dan tunangannya tak mau terlalu mencolok di hadapan orang jadi memilih biasa-biasa saja.
"Hmmm hari ini kita akan masuk MK dasar-dasar akuntansi dan juga Ekonomi mikro," jawab Aria menjelaskan jadwal kelas hari ini pada Hana.
"Ck, entah mengapa mami ku memaksa aku mengambil jurusan ini? Aku tak suka matematika," gerutu Hana membuat Aria terkekeh geli.
"Yang sabar yah."
"Hmmm untung nya ada kau, jadi aku bisa terima dengan keputusan mami. Kalau tak ada kau mungkin aku akan memilih di ajak kawin lari oleh Rey. Hahaha." Entah apa yang di pikirkan oleh Hana sampai bisa mengatakan bahwa ia akan kawin lari. Yah Rey adalah nama tunangan Hana yang merupakan ketua BEM fakultas kedokteran di universitas ini. Hana sangat beruntung.
"Yasudah ayo masuk!" ajak Aria menarik tangan Hana yang sengaja memperlambat langkah nya agar ia tak masuk kuliah hari ini. Tentu saja Aria tak mau mengikuti kemauan Hana yang suka bolos sedari SMP "Katanya." Aria datang kemari untuk berkuliah jadi ia tak akan membuang waktunya untuk hal yang tak berguna.
Jam kuliah sudah di mulai dan yang pertama masuk adalah MK ekonomi mikro. Semuanya sudah menunggu di ruangan, menunggu dosen yang sudah terlambat 15 menit. Yah namanya juga dosen jadi mahasiswa haruslah pandai-pandai bersabar.
"Selamat pagi. " Seorang wanita dewasa memasuki ruangan dengan tampang datar sambil menjinjing tas laptop nya. Sudah di pastikan kalau wanita itu adalah seorang dosen.
Tepatnya dosen killer.
**********
Mata kuliah yang pertama sudah selesai, tinggal yang kedua yaitu dasar-dasar akuntansi. Hanya saja MK itu akan di mulai setelah satu jam kemudian. Jadi Aria dan Hana memilih untuk duduk di kantin. Awalnya Aria tak mau tapi Hana bilang ia akan mentraktir karena tak enak hati terus-menerus di traktir Aria pun akhirnya pergi ke kantin dan membayar sendiri malam nya. Itu pun yang paling murah.
"Hu hu Gabriel, kak Gabriel," sorak beberapa mahasiswi yang berada di kantin, Aria dan Hana pun reflek melihat siapa yang sedang di soraki seperti artis itu.
Tampak di ujung sana, segerombolan pria-pria keren dan tampan berjalan menuju meja yang kosong, tepatnya meja yang memang tempat mereka biasa duduk.
Beragam sorakan di tujukan pada laki-laki atas nama Gabriel tapi Aria tak tahu mana yang namanya Gabriel itu.
Apa dia artis Hollywood?
_
_
_
_
_
_
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
tbc
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!