Sebelum keceritanya kenalan dulu sama tokoh-tokoh yang akan ada dicerita ini.
Selamat berkenalan dan semoga kalian suka.
Ahmad Gilang Saputra
Gilang merupakan sosok yang tampan, cerdas, hobi olahraga, dan anak ke tiga dari keluarga kaya. Dia masih jomblo, meski jomblo bukan berarti gak ada yang naksir. Selama belum kenal dengan Nabila, Gilang belum pernah ramah sama perempuan kecuali kalau sama keluarga nya.
Nabila Putri Ardeliana
Perempuan yang berumur 18 tahun. Seorang siswi kelas tiga di Ma Darul Syifa, bukan sekedar sekolah formal dia juga mondok di sana. Sejak lulus dari Mi dia sudah memulai bersekolah di sana, karena memang Pondok Pesantren Darul Syifa merupakan salah satu pondok yang terdapat sekolah Mts dan Ma nya. Jadi gak heran kalau dia tumbuh jadi anak perempuan yang mandiri, sopan, taat agama, pinter, dan cantik. Banyak organisasi yang dia ikuti, tapi semenjak Abah nya (Pemilik Pondok) punya anak dia berhenti. Karena dia memilih untuk mengasuh anak Abah nya, itung-itung ngalap barokah.
Abraham Rianto Putra
Ayah dari Ahmad Gilang Saputra dan 3 saudaranya. Pemilik R.S As-Syifa dan bekerja sebagai dokter. Dia sangat ramah, tampan, dan bijaksana. Keluarga adalah no 1 untuknya, apapun yang diinginkan anak-anaknya pasti dikabulkan selama permintaan tersebut kedepannya bermanfaat untuk mereka dan membawa pengaruh yang baik. Tidak membeda-bedakan yang miskin atau kaya, semua orang dianggap sama.
Mandy Ayu Pratiwi
Mamanya Ahmad Gilang Saputra dan 3 saudaranya. Sangat baik dan cantik, hampir punya sifat sama seperti suaminya. Tidak punya bakat ngeliat masa depan orang, tapi semenjak hamil putranya yang setelah lahir diberi nama Gilang, dia bisa tau semua yang akan terjadi dengan Gilang. Itulah yang menyebabkan Ayu suka ngatur-ngatur Gilang, karena kalau Gilang tidak mau memenuhi keinginan Mandy maka Gilang akan kena sial.
Moh. Hamdan Maliki
Bapak dari 2 anak perempuan yang bernama Desty dan Nabila. Tidak begitu tau soal agama yang akhirnya memilih untuk memondokkan ke 2 anaknya setelah tamat Mi. Umur anaknya beda 1,5 tahun jadi mereka sering dibilang anak kembar walau beda rupa dan tinggi badan sih. Hamdan juga pekerja keras setiap hari dia bekerja di sawah untuk menghidupi keluarganya. Dia sangat memperhatikan masa depan anak-anaknya, dia tidak mau kalau anak-anaknya seperti dirinya. Dia juga sangat menurut dengan apa yang dikatakan oleh Abah (pengasuh pondok dimana anak-anaknya mondok serta sekolah).
Nur Fatimah Az-Zahra
Istri Moh. Hamdan Maliki. Nur merupakan orang yang baik, taat agama, sopan, cerdas dan cantik. Menjahit adalah pekerjaannya sehari-hari selain menjadi ibu rumah tangga yang baik. Punya banyak bakat tapi banyak yang menentang Nur untuk mengembangkan bakat-bakatnya, sehingga ia hanya mengembangkan satu bakat yang ia punya yaitu menjahit. Walau hanya lulusan Aliyah dia juga pernah mondok kayak anak-anaknya tapi beda tempat.
K.H Hasyim Soleh
Pendiri Pon.Pes Darul Syifa. Punya 4 anak, yang terdiri dari dua anak laki-laki dan dua perempuan. Pondoknya termasuk pondok ternama di Jawa Timur. Banyak santri dari dalam kota maupun luar kota. Beliau menitipkan anak bungsunya kepada Nabila, karena anaknya tidak mau diajak yang lain kecuali keluarganya dan Nabila.
Ahmad Rosyid Mubarak
Putra bungsu Abah yang berusia 3 tahun. Sejak dia ketemu dengan Nabila dia sangat menyukainya, bahkan dia anggap Nabila seperti kakaknya sendiri. Dia tidak suka ada santri putra yang mendekati Nabila tak tau sebabnya apa. Punya kelebihan yang tidak dimiliki orang lain, dia bisa tau bahwa setiap pasangan itu cocok atau tidak. Kalau dia bilang tidak dan ada yang membantah orang tersebut akan sial.
Ini dulu ya 😄😄😄 soalnya masih banyak tokoh-tokoh yang gak mungkin disebutkan satu persatu.
Mohon dukungannya semoga bisa cepet selesain cerita ini dan bisa bikin lagi yang lebih seru.🤗🤗
Surabaya
Rumah keluarga Abraham Rianto Putra
"Gilang, ayo kita sarapan dulu!" panggil mama saat melihat Gilang berjalan menuruni tangga.
"Iya Ma," jawab Gilang sambil berjalan menghampiri keluarganya yang sudah berkumpul di ruang makan, kecuali sang kepala keluarga.
" Pagi semua!" sapa Gilang setelah sampai di ruang makan. Ia segera duduk di tempat yang biasa ia gunakan.
"Pagi juga Kakak ku yang tampan," balas bunga (adik Gilang) yang duduk di samping Gilang.
"Ini mama udah buat nasi goreng kesukaan kamu," ucap mama setelah Gilang duduk. Ayu memberikan piring yang sudah berisi nasi goreng buatannya kepada Gilang. Karena memang tinggal dia yang terakhir masuk ke ruang makan.
" Papa mana ma?" tanya Gilang yang tidak melihat keberadaan sang Papa.
"Udah berangkat dari tadi. Biasalah pagi-pagi udah ada yang harus ditangani," jawab mama seadanya.
"O, kalau gitu aku bareng kamu ya Kak. Inikan hari pertama aku masuk sekolah, boleh ya Kak?" minta bunga pada Gilang
"Iya adekku tersayang" jawab Gilang.
Menurut Bunga, hanya Gilang yang bisa dimintai tolong untuk mengantar dirinya ke sekolah. Ke-dua kakaknya yang lain sudah tidak satu rumah lagi dengan mereka.
"Udah ngobrolnya! makan dulu nanti telat lagi," perintah mama
"Siap Ma," jawab Gilang dan Bunga secara bersamaan.
Setelah menjawab perintah dari mamanya, mereka segera menghabiskan sarapannya. Tak butuh waktu lama, mereka telah selesai sarapan. Mereka segera bangkit dan menghampiri sang mama.
"Ma, kami berangkat sekarang ya," ucap Gilang dan tak lupa untuk menyalimi tangan mama.
"Iya, hati-hati bawa motornya! Jangan ngebut-ngebut!" pesan mama.
"Siap mama, assalamualaikum..." ucap Gilang.
"Aku juga ma, mau berangkat sekarang," ucap Bunga dan melakukan hal yang sama dengan Gilang.
"Iya sayang, belajar yang rajin," pesan mama.
"Siap Ma, assalamualaikum..." ucap bunga sambil berjalan mengikuti kakaknya yang telah keluar lebih dulu.
.................. Sekolah .................
Motor sport berwarna merah berhenti di depan gerbang SMPN 1 Surabaya. Banyak mata yang ngelihat kearah motor tersebut. Dan kebanyakan dari mereka adalah kaum hawa.
Tak perlu heran dengan hal itu. Gilang sudah terbiasa dengan hal seperti itu, namun ia tidak pernah menanggapi mereka.
Bunga segera turun dari motor dan berdiri di samping sang kakak.
"Kak ngapin sih mereka kok lihatin kita? Gak nyaman deh dilihatin kayak gini," keluh Bunga. Yang merasa terus diperhatikan oleh setiap murid yang berada di sekitarnya. Bahkan yang udah di dalam sekolah ada yang rela untuk kembali lagi karena melihat banyak murid yang berhenti di depan gerbang dan sedang memperhatikan satu objek yang sama.
"Biarin aja dek, mereka tuh iri sama kamu yang cantik. Udah sana masuk! Kakak juga mau ke sekolah nih. Bentar lagi udah mau bel masuk," jawab Gilang.
Gilang tau se-isi sekolah bakal kayak gini kalau lihat Gilang, apalagi sekarang ia bersama dengan seorang perempuan. Seolah-olah dia sudah terbiasa dengan hal ini, hampir disetiap kunjungan dia ke sekolah yang pertama, ia akan mendapat respon yang sama seperti pagi ini. Awalnya dia terganggu, namun lama-kelamaan ia berusaha bersikap cuwek dan tak mau ambil pusing situasi seperti itu.
"Ya Kak. Aku masuk duluan kak, dan terimakasih atas tumpangannya. Kakak hati-hati di jalan, nanti tak usah dijemput," jawab Bunga.
"Siap tuan putri," jawab Gilang dengan seulas senyum untuk adiknya.
"Oh iya kalau ada yang macem2 sama kamu bilang ke kakak dan jangan deket sama cowok. Awas kalau kamu ketahuan pacaran! Gak kakak anggap adik lagi" sahut Gilang lagi sebelum ninggalin adiknya.
"Iya...iya... kakakku yg ganteng," jawab Bunga. Dan segera berjalan menuju ke gerbang sekolah.
Merasa tenang Gilang segera menghidupkan kembali motornya dan segera menjalankannya menuju SMAN 1 Surabaya yang memang tak jauh dari sekolah adiknya.
Gilang merasa sangat bersyukur karena Allah SWT telah memberinya otak yang cerdas, sehingga ia bisa lompat kelas. Saat SMP, Gilang hanya memerlukan waktu 2 tahun untuk menyelesaikan pendidikannya. Sehingga, tak heran sekarang ia sudah mau lulus SMA.
Banyak anak cewek yang suka dan tertarik dengan gilang, namun semua ia tolak karena gak mau nyakitin mereka dan gak mau kena sial. Dari kecil mama selalu ngatur2 hidup Gilang. Gak boleh gini lah, gak boleh main itulah, gak boleh deket sama cewek dan masih banyak lagi. Dan dia baru sadar ternyata dibalik itu semua mama udah tau yang akan terjadi sama dia. Kalau Gilang gak nurut pasti kena sial. Jadi sejak itu Gilang turuti semua yang mama perintahkan.
Setelah menempuh perjalanan yang tak begitu panjang. Akhirnya Gilang pun sampai di kelas 3 a MIPA, ia langsung saja masuk dan duduk di tempatnya. Sambil menunggu guru datang Gilang membaca ulang pelajaran yang akan diajarkan. Waktu itu sangat berharga buat Gilang, jadi ia tak mau sia-siakan begitu saja.Tak lama kemudian guru pun datang.
"Pagi anak-anak!" sapa seorang guru yang baru masuk ke kelas.
"Pagi juga Bu," jawab semua murid
"Kumpulin tugas yang ibu kasih kemarin!" perintah guru itu setelah duduk di kursinya.
Murid-murid pun maju untuk mengumpulkan tugas, kelas ini termasuk kelas unggulan jadi tiap hari pasti ada tugas. Menurut Gilang, hal itu tidak masalah. Karena tugas murid itu belajar dan di era sekarang kalau tidak dikasih tugas pada murid-murid akan susah untuk disuruh belajar. Pelajaran pun dimulai dan berjalan lancar.
Kring....
Kring....
Kring....
Bel istirahat berbunyi tak lama kemudian banyak anak2 yang berhamburan dari kelas. Gilang dan temen2 basketnya langsung ke lapangan basket. Setiap istirahat pasti mereka main basket di lapangan. Terkadang kalau libur mereka juga sering main basket di taman dekat rumah Gilang.
"Wah keren ya Gilang,"
"GK nyangka dia tambah cool kalau lagi main basket,"
"Gue mau dong jadi ceweknya,"
Dan entah apa lagi kata-kata yang terucap dari setiap siswi yang sedang melihat Gilang dan teman-temannya bermain basket. Terkadang sikap penonton yang seperti itu membuat mood Gilang hilang. Dia merasa terganggu dengan kata-kata penonton. Karena sudah tidak mood lagi untuk bermain, Gilang mengajak teman-temannya untuk beristirahat.
"Istirahat yuk!" ajak Gilang.
"Baru bentar juga kita main. Tar dulu ajalah," sahut Dimas
"Gue juga ikut istirahat deh," sahut Dilan.
"Ya udah deh terserah kalian. Yang mau istirahat ayo kita ke kantin," saran Gilang setelah melihat beberapa temannya yang nampak masih ingin bermain dan ada juga yang mau ikut beristirahat.
Gilang dan teman-temannya yang mau beristirahat segera beranjak ke pinggir lapangan dan berjalan menuju kantin.
Dilan merupakan salah satu BFF Gilang dari SMP sampai sekarang. Jadi, mereka udah tau sifat satu sama lain seperti apa. Dan ya gilang selalu berbagi apapun sama Dilan pun sebaliknya.
"Hai Kak!" sapa seorang perempuan yang tiba-tiba datang dan duduk deket Gilang.
"...." Gilang diam aja. Menurutnya, jika ada salah satu ditanggepin maka yang lain juga akan ikut-ikutan deketin Gilang. Sehingga, ia memilih untuk mendiamkan setiap murid perempuan yang berusaha mendekatinya.
Perempuan itu banyak bertanya dan ia menjawab pertanyaannya sendiri. Karena yang diajak ngobrol tidak mau menjawab, bahkan tidak tertarik sama sekali dengan kehadiran perempuan itu. Bahkan ia berdoa, semoga perempuan yang seperti dia tidak lagi mendekatinya karena ia benar-benar risih dengan kehadiran perempuan semacam dia.
Dilan yang notabene nya BFF Gilang, sesekali melirik interaksi kedua orang yang duduk di depannya. Lama-lama ia juga merasa bosan mendengar ocehan sang perempuan yang tak berhenti sama sekali. Dan setelah melihat respon yang diberikan oleh Gilang ia segera berinisiatif untuk mengusir perempuan.
"Masih banyak bangku yang kosong di sini, jadi bisakah kamu pindah dari bangku ini. Karena teman kita merasa terganggu dengan kehadiranmu," ucap Dilan yang melihat mood Gilang benar-benar sudah hampir hancur.
Tak mendapat respon yang baik dari Gilang dan juga teman-temannya, bahkan salah satu temannya terang-terangan mengusir dia. Perempuan itu segera berdiri dan meninggalkan bangku itu dengan wajah yang kesal.
Gilang bersama teman-temannya kembali menikmati waktu istirahatnya dengan tenang dan sesekali bergurau. Tak lama kemudian bel pertanda waktu istirahat telah usai berbunyi.
Kring...
Kring...
Kring...
Murid-murid pun segera beranjak dari kantin, demikian Gilang dan teman-temannya. Pelajaran berlangsung seperti biasa. Tak terasa waktu pulang pun datang, murid-murid berhamburan keluar dari kelas menuju parkiran dan ada juga yang menuju gerbang.
Gilang pun langsung ke parkiran dan melajukan motornya untuk segera pulang ke rumah. Ia langsung pulang karena badannya terasa sangat capek sehingga ia butuh istirahat. Perjalanan dari sekolah ke rumah cukup jauh butuh waktu 35 menit buat sampai di rumah.
"Assalamualaikum...." ucap Gilang saat masuk ke rumah.
Gak ada orang nih, kok gak ada yang jawab. Masa bodoh ah aku mau istirahat, badan rasanya capek banget. Batin Gilang.
Rumah nampak masih sepi, mungkin karena penghuninya masih sibuk dengan urusan masing-masing. Karena tak ada seorang pun yang ia lihat, Gilang segera naik ke atas menuju kamarnya. meletakkan tas di meja belajar dan sepatu di tempat nya. Dan tanpa ganti pakaian, ia langsung rebahan di kasur indahnya.
Dalam mimpi Gilang..............
"Assalamualaikum..." sapa ku
"Wa'alaikumsalam...." jawabannya
"Bolehkan aku duduk di samping mu? " tanya ku lagi
" Silahkan" jawab perempuan itu dan dia berdiri hendak pergi.
Melihat hal itu, langsung saja aku pegang tangan nya.
"Maaf kita bukan mahrom, tolong lepaskan tanganku dan izinkan saya pergi," jawanya sambil menunduk dan berusaha melepaskan tangannya yang aku pegang.
"Aku lepas tapi kita ngobrol dulu ya," pintaku berharap ia duduk kembali
"Maaf, saya tidak bisa," jawabannya
"Kenapa?, emmm... gini deh kamu duduk di bangku ini lagi dan aku duduk di bawah pohon itu," ucapku sambil nunjuk pohon yang tidak jauh dari kami berdiri.
Perempuan itu mencoba untuk mempertimbangkannya. Melihat pohon dan bangku itu bergantian. Dan akhirnya ia memutuskan untuk menerima ajakan Gilang.
"Iya," jawab perempuan itu pelan
Alhamdulillah, akhirnya dia mau mengobrol sama aku. Batin gilang
Kita pun bertukar banyak hal. Dia orangnya seru tidak seperti perempuan yang biasnya deketin aku. Orangnya sopan dan wajahnya cantik, bukan hanya wajahnya tapi juga hatinya. Wajahnya yang natural tanpa make up yang berlebihan membuanya terlihat begitu cantik. Kita terus ngobrol, sesekali kita juga tertawa. Dan pas lagi asyik-asyiknya ngobrol tiba-tiba aja gempa dan aku merasa ada yang memangil-manggil namaku.
"Kak Gilang bangun dah sore nih!" ucap Bunga sambil menggoyang-goyangkan tubuh sang kakak yang tak bangun-bangun.
"Kak, jangan kayak kebo deh. Ayo dong bangun!" ucapnya lagi lebih keras.
Gilang pun bangun dan ia baru sadar kalau yang barusan yang ia alami cuma mimpi. Bunga pergi setelah tau kalau kakaknya sudah bangun.
Melihat Bunga yang sudah beranjak keluar dari kamarnya. Gilang pun langsung pergi ke kamar mandi dan setelah itu solat ashar.
....... Rumah K. Abraham Rianto Putra .......
GILANG
Selesai solat ashar, aku bingung sama diri aku sendiri kok aku mimpi seperti itu ya. Siapa juga perempuan itu cantik, manis dan bikin penasaran. Padahal cuma ketemu di mimpi tapi aku merasa nyaman banget kalau dekat dengan dia. Tiap kali lihat wajahnya bikin hati aku tenang. Apalagi kalau dia senyum. Tapi siapa perempuan itu, dia aja gak mau kasih tau nama, alamat, atau apapun yang bisa buat aku bisa nemuin dia. Dia bilang, "Gak usah cari saya, kalau memang saya ini tulang rusuk anda. Saya yakin suatu saat nanti pasti kita bakal bertemu di kehidupan nyata bukan di mimpi seperti ini", dan aku harus apa.
"Kenapa sih aku? Baru bertemu lewat mimpi aja kenapa aku tidak bisa berhenti untuk memikirkannya....huft..."
thok...thok...thok...
"Kak... Kak... Kak...." panggil Bunga
"Ada apa dek?" tanyaku setelah membuka pintu.
"Turun gih, ditunggu mama sama papa. Buruan keburu waktu Magrib ya abis," jawab Bunga
"Iya, kamu kesana dulu gih. Kakak wudhu dulu," perintah ku pada Bunga agar ia turun duluan.
"Jangan lama-lama!" pesan Bunga, setelah itu ia pergi dari kamar Gilang.
"Gara-gara mikirin dia nih, adzan aja sampai tak terdengar. Wudhu dulu deh... huft"
Aku pun bergegas langsung ke kamar mandi, untuk berwudhu. Tak lama kemudian, aku segera bersiap-siap untuk solat berjamaah dan turun ke mushola kecil yang ada di belakang rumah. Di sana aku udah ditunggu, merasa tak enak akupun langsung berdiri ambil posisi dan ku kumandankan iqomah. Dan solat pun berjalan dengan khidmat yang di imami papa. Selesai solat kita membaca Alquran terlebih dahulu. Setelah dirasa cukup, kami beranjak menuju meja makan.
Mama tidak menyewa pembantu untuk membantunya mengurus rumah, cuma ada penjaga rumah dan tukang bersih-bersih yang dua hari sekali datang ke rumah. Jadi mama yang selalu masakin buat kita. Soal rasa, jangan diragukan lagi karena masakan mama adalah masakan terenak bagi kami. Sampai-sampai papa jarang mengajak kita untuk makan di luar, alasannya karena rasa masakan mama tidak ada yang bandingin.
Mama selalu masak makanan yang sehat tanpa bahan pengawet atau penyedap rasa. Mungkin itu yang membuat kami menyukai masakan mama. Kami makan dengan tenang, dan sesekali diselingi dengan ceritaku dang Bunga terkait sekolah kami.
Setelah selesai makan, aku dan Bunga yang bertugas untuk membersihkan semuanya. Itu salah satu cara mama untuk mengajari anak-anaknya supaya bisa hidup mandiri ketika mama dan papa udah tidak bisa mendampingi kami lagi.
Ku bawa semua piring-piring kotor itu ke belakang. Kami berdua saling bagi tugas, Bunga yang nyuci itu semua dan aku yang bersihin meja makan.
Mama dan papa sudah ada di ruang keluarga. Entah apa yang mereka bahas, aku pun tak tau.
Di ruang keluarga
"Pa, mama punya filing kalau Gilang harus tinggal di Madiun," ucap mama tiba-tiba.
"Kenapa harus di Madiun, Ma! Dia di sini aja bantu papa sama Chris ngurus rumah sakit," jawab papa.
"Gak bisa Pa, papa taukan kalau filing mama gak pernah salah kalau itu tentang Gilang," sahut mama lagi.
"Tapi ma. Madiun tu jauh! Bagaimana kalau mama nanti nyari dia?" tanya papa yang belum rela melepas Gilang pergi jauh dari Surabaya.
"Tidak apa-apa, pokoknya papa harus bikin rumah sakit cabang di Madiun. Toh tanah warisan mama dari orang tua mama kan tidak ada yang pakai," jawab mama.
"Emangnya Gilang mau?" tanya papa.
"Kalau mama yang minta dia pasti mau," jawab mama yakin.
"Jangan terlalu percaya diri dulu, tanyain dulu ke Gilang dia mau tidak!" ucap papa.
"Ok, kalau dia mau papa harus turuti mau mama," pinta mama.
"Iya... Papa ngalah deh kalau dia mau," jawab papa pasrah.
"Aku panggilan Gilang dulu," pamit mama. Ia segera kembali ke ruang makan dan memanggil Gilang untuk diajak mengobrol sebentar di ruang keluarga.
"Lang...Gilang... Sudah selesai belum! Kalau sudah segeralah pergi ke ruang keluarga," pinta mama.
"Sudah ma. Iya mah...." jawab Gilang.
Sebelum menghampiri sang mama, Gilang berpamitan dulu pada bunga.
"Dek, kakak nyamperin mama dulu ya," pamit Gilang.
" Iya kak, aku juga mau ke kamar. Bye..." jawab Bunga yang memang sudah selesai dengan tugasnya.
Ada apa ya, kok gue punya filing gk enak ya. Ah cuma perasaan doangkan, coba kesana dulu deh. Batin Gilang.
"Ada apa ma?" tanya Gilang setelah sampai di dekat mamanya.
"Sini duduk dulu!" perintah mama.
"Dengerin papa baik-baik, jangan di sela sebelum papa selesai," sambung mama lagi.
"Ok... emang soal apa. Kok terlihat serius gitu," tanya Gilang penasaran.
"Gini Lang, setelah ini kamu kan mau lanjut kuliah kedokteran di Mesir. Nah mama kamu nyuruh buka cabang rumah sakit di Madiun. Setelah kamu lulus nanti kamu yang ngawasin rumah sakit itu. Gimana menurut mu!" jawab papa.
"Di Madiun pa, Gilang kan pengen bantu papa di rumah sakit dan jagain papa. Terus kalau Gilang di Madiun papa dan mama sama siapa," jawab Gilang seadanya.
"Tidak usah terlalu memikirkan kita, mama bisa jagain papa. Soal nemenin kan masih ada Bunga. Kalau rumah sakit kan sudah ada Kak Chris yang ngurus. Mama itu merasa ada yang berharga di sana buat kamu. Itu sangat penting buat masa depan kamu. Kalau kamu tidak mau kamu bakal nyesel seumur hidup. Karena mama merasa perempuan yang bakal jadi istri kamu itu ada di sana. Dan keluarga nya tidak mau kalau kamu ajak anak nya kemari begitu pula dengan perempuan itu," ucap mama
"Memang perempuan cuma satu ma... Di Surabaya juga banyak perempuan, tak usah sampai di Madiun lah," sanggah Gilang.
"Ya terserah kamu, kalau kamu mau masa depan kamu rusak gara-gara kamu salah pilih. Jangan sampai ngeluh ke mama!" ucap mama.
"Mah... Tak ada yang lain kah?" jawab Gilang mencoba untuk mengelak.
"Enggak," ucap mama.
"Ma, jangan paksa terus kasiahan Gilang nya. Kalau anaknya gak mau ya udah, gak usah dipaksa," ucap papa mencoba menengahi.
"Tapi pa, ini demi masa depan Gilang juga. Waktu itu terus berputar, tapi keputusan dan kejadian yang udah berlalu gak bakal bisa diulang lagi," sanggah mama.
"Gilang kan gak mau," jawab papa.
"Mama kasih pilihan buat kamu gilang, kamu ikut mama yang udah jelas atau kamu mau turuti mimpi kamu yang belum jelas itu," ucap mama yang sudah bingung harus membujuk seperti apa lagi.
"......." Gialng hanya diam, masih mencoba untuk memikirkan pilihan yang diberikan mama.
Aku harus bagaimana nih, kalau gak menuruti mama aku yang sial tapi kalau menuruti mama aku harus tinggal di sana sendiri gitu. Walau mama bilang istri aku di sana aku kan gak tau yang mana. Emang perempuan cuma satu apa. Batin Gilang.
"Lang jawab mama, jangan diam aja," ucap mama yang tak kunjung mendapat jawaban dari Gilang.
"Ok deh.... Mama yang selama ini nuntun aku dan tidak pernah mama ngajak aku ke jalan yang tidak benar. Jadi, aku nurut sama mama. Aku mau setelah lulus nanti tinggal di Madiun," jawab Gilang.
"Benar," tanya mama berusaha untuk menyakinkan jawaban dari anaknya.
"Iya ma," jawab Gilang pasrah.
Mama yang mendengar jawaban dari Gilang, langsung saja ia tersenyum dan memeluk gilang.
Eh... kenapa dia tiba-tiba muncul lagi dipikirkan aku? Apa benar perempuan ini yang dimaksud oleh mama? Entahlah, untuk sementara lebih baik aku mengikuti saran dari mama. Batin Gilang saat dalam pelukan sang mama.
" Kamu yakin Gilang dengan keputusan mu?" tanya papa yang mencoba menyakinkan lagi akan keputusan sang anak.
"Iya pa, aku yakin. Udah dulu ma, pa aku masih banyak tugas. Aku balik ke kamar dulu ya," pamit Gilang.
"Iya sayang, kalau sudah selesai langsung tidur! Jangan tidur terlalu malam!" jawab mama memeluk ku lagi dan mencium kening ku.
Setelah itu, Gilang segera pergi ke kamar meninggalkan orang tuanya.
Gilang
Tugas aku masih banyak, jadi aku tidak bisa langsung beristirahat. Segera ku selesaikan tugas-tugas ku. Sesibuknya aku bagiku tugas tetep tugas. Jadi, harus diselesaikan sebelum tambah banyak lagi. Ku cek satu persatu tugas aku setelah merasa semua sudah selesai. Alhamdulillah tugasku sudah selesai semua. Segera aku bereskan dan aku tata buku pelajaran untuk besok dalam tas.
Sebelum tidur, ku lakukan solat isya' terlebih dahulu. Dalam doa ku, ku meminta petunjuk-Nya, siapa perempuan yang akhir-akhir ini menghampiriku dalam mimpi. Yang selalu ganggu pikiran ku. Apa dia perempuan yang mama maksud. Dan Semoga apa yang aku pilihanku tak salah.
Selesai ku meminta pada-Nya. Ku bersekan perlengkapan solatku dan bergegas untuk beristirahat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!