NovelToon NovelToon

TANGAN IBLIS HATI MALAIKAT

BAB 1 – Murid Terkuat Sekte Langit Hitam

Langit di atas Gunung Tianfeng kelam, mendung menggelayut seakan meramalkan sesuatu yang buruk akan terjadi. Di arena utama Sekte Langit Hitam, ratusan murid dan tetua sekte berkumpul, menanti dengan penuh antusiasme pertarungan terakhir dalam turnamen tahunan. Di tengah lingkaran batu yang menjadi arena duel, seorang pemuda dengan jubah hitam berdiri tegak. Tatapan matanya tajam seperti pedang, dan di tangan kanannya terdapat bekas luka berbentuk guratan hitam yang menjalar hingga pergelangan.

Jiang Hao. Murid jenius sekte. Pemilik Tangan Iblis.

Di hadapannya, lawan terakhir berdiri dengan keringat dingin mengalir di pelipis. Fang Liu, murid peringkat kedua sekte, menggenggam pedangnya erat, tetapi tangannya sedikit gemetar. Semua orang tahu, tidak ada yang pernah selamat setelah menerima serangan tangan kanan Jiang Hao.

Tetua sekte mengangkat tangannya. “Duel dimulai!”

Fang Liu menerjang lebih dulu, pedangnya melesat cepat seperti kilat. Jiang Hao tidak bergerak, hanya menatap tanpa ekspresi. Begitu pedang hampir menyentuh tubuhnya, ia melangkah ke samping dengan gerakan yang nyaris tidak terlihat. Pedang Fang Liu hanya menebas udara.

Kesempatan itu dimanfaatkan Jiang Hao. Dalam satu gerakan halus, tangan kanannya bergerak cepat seperti bayangan dan menyentuh bahu Fang Liu.

SRRAAK!

Fang Liu terhuyung ke belakang. Wajahnya langsung memucat, lalu dalam hitungan detik, tubuhnya bergetar hebat sebelum akhirnya roboh ke tanah, mulutnya berbusa. Napasnya tersengal, tubuhnya lumpuh.

“Jiang Hao menang!” suara tetua sekte menggema di seluruh arena.

Sorak-sorai para murid menggema. Namun, di antara mereka, beberapa terlihat khawatir. Mereka tahu, Tangan Iblis Jiang Hao bukanlah teknik biasa. Sekali menyentuh lawan, energi jahat yang tersimpan dalam tubuhnya akan langsung menghancurkan meridian dan organ dalam. Tidak ada yang tahu dari mana ia mendapatkan kekuatan itu, dan inilah yang membuatnya ditakuti.

Jiang Hao melangkah pergi tanpa ekspresi, seolah kemenangan ini tidak berarti apa-apa baginya. Namun, di kursi kehormatan, wajah Guru Besar Sekte Langit Hitam, Mo Tian, tampak suram. Ia melirik para tetua sekte yang duduk di sekelilingnya.

“Sampai kapan kita akan membiarkan bocah itu tetap di sekte?” salah satu tetua berbisik pelan.

Mo Tian menghela napas panjang. “Jiang Hao memang murid berbakat, tetapi kekuatannya terlalu berbahaya. Kita tidak bisa membiarkannya terus berkembang.”

Tatapan para tetua penuh ketegangan. Mereka tahu, jika Jiang Hao dibiarkan, suatu hari ia bisa menjadi ancaman bagi sekte itu sendiri.

Di kejauhan, tanpa sepengetahuan Jiang Hao, sebuah rencana pengkhianatan telah mulai disusun.

***

Malam menjelang di Sekte Langit Hitam. Angin dingin berembus melewati puncak Gunung Tianfeng, membawa kesunyian yang mencekam. Di dalam aula utama sekte, para tetua duduk melingkar mengelilingi meja kayu hitam yang penuh dengan gulungan strategi. Di tengah ruangan, Mo Tian, Guru Besar Sekte, menatap para bawahannya dengan sorot mata penuh pertimbangan.

“Jiang Hao telah menjadi terlalu kuat,” ujar salah satu tetua yang berjanggut putih. “Tangan Iblis-nya tidak bisa dikendalikan. Jika ia terus berkembang, suatu hari dia akan mengambil alih sekte ini.”

Tetua lain mengangguk. “Benar. Bahkan sekarang, banyak murid yang mulai lebih menghormatinya daripada kita. Jika ini dibiarkan, kita tidak hanya kehilangan kendali atas sekte, tetapi juga mengundang musuh dari luar.”

Mo Tian mengetuk meja dengan jemarinya. “Kalian semua benar. Kita tidak bisa membiarkan Jiang Hao terus hidup dalam sekte ini.”

Seorang tetua yang memiliki bekas luka di wajahnya menyeringai. “Jika begitu, kita harus menyingkirkannya sebelum dia menyadari rencana kita.”

Mo Tian menghela napas panjang. “Kita tidak bisa membunuhnya secara langsung. Jika kita menyerangnya secara terang-terangan, para murid bisa memberontak. Bagaimanapun, Jiang Hao masih dihormati oleh banyak orang.”

“Tapi jika dia meninggalkan sekte dan dianggap sebagai pengkhianat?” salah satu tetua menyela.

Mo Tian tersenyum tipis. “Itulah yang akan kita lakukan.”

Para tetua saling bertukar pandang, lalu satu per satu mengangguk setuju. Mereka akan menjebak Jiang Hao, memfitnahnya sebagai pengkhianat, lalu mengirim para pembunuh untuk memastikan ia tidak akan pernah kembali ke sekte ini.

Malam itu, di balik bayang-bayang, sebuah rencana keji mulai bergerak.

Di Kediaman Jiang Hao

Sementara itu, di kediamannya yang sederhana di sisi barat sekte, Jiang Hao duduk bersila di lantai, bermeditasi. Tubuhnya dikelilingi oleh energi hitam yang berputar perlahan, menyatu dengan hawa dingin yang memenuhi ruangan. Ia baru saja melewati pertarungan besar, tetapi pikirannya tetap tenang.

Namun, saat ia mulai memasuki kondisi meditasi terdalam, suara langkah kaki mendekat. Jiang Hao membuka matanya.

Seorang gadis berambut panjang berdiri di ambang pintu, mengenakan jubah murid perempuan Sekte Langit Hitam. Wajahnya penuh kekhawatiran.

“Jiang Hao, aku harus berbicara denganmu.”

Jiang Hao mengenali suara itu. “Xiao Lan?”

Xiao Lan adalah salah satu murid sekte yang paling baik hati, dan satu dari sedikit orang yang tidak takut padanya. Jiang Hao menatapnya dengan penuh tanda tanya. “Apa yang terjadi?”

Xiao Lan melangkah masuk, lalu menutup pintu di belakangnya. “Aku mendengar para tetua sekte berbicara. Mereka berencana menjebakmu.”

Mata Jiang Hao menyipit. “Menjebakku?”

Xiao Lan mengangguk cepat. “Mereka akan menuduhmu berkhianat. Aku tidak tahu detailnya, tapi mereka akan mengatur sesuatu agar kau terlihat seolah-olah melanggar aturan sekte. Setelah itu… mereka akan menghabisimu.”

Jiang Hao terdiam. Hatinya terasa berat, tetapi di dalam dirinya, ia tahu ini bukan sesuatu yang mengejutkan. Ia sudah lama merasa ada sesuatu yang salah. Para tetua sekte selalu memperlakukannya seperti senjata, bukan seperti murid sejati.

Ia menatap Xiao Lan. “Mengapa kau memberitahuku ini?”

Xiao Lan tampak ragu sejenak, lalu menggigit bibirnya. “Karena aku tidak ingin melihatmu mati. Aku tahu kau bukan orang jahat, Jiang Hao. Aku tahu mereka hanya takut padamu.”

Jiang Hao menatapnya dalam-dalam. Ada ketulusan dalam kata-kata Xiao Lan, tetapi juga ketakutan.

Ia menarik napas panjang. “Terima kasih sudah memperingatkanku. Tapi aku tidak bisa melarikan diri begitu saja. Jika aku pergi sekarang, mereka akan menganggapku benar-benar pengkhianat.”

Xiao Lan menggenggam tangannya. “Kalau begitu, berhati-hatilah.”

Jiang Hao mengangguk. Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu bahwa hari-hari tenangnya di Sekte Langit Hitam sudah berakhir.

****

Fajar menyingsing di Sekte Langit Hitam, tetapi hawa dingin masih menyelimuti gunung Tianfeng. Jiang Hao berjalan menuju aula utama sekte, tatapannya tajam seperti biasa. Kata-kata Xiao Lan tadi malam masih terngiang di kepalanya. Jika yang dikatakan gadis itu benar, maka hari ini bisa menjadi awal dari kejatuhannya.

Saat ia tiba di halaman utama, suasana sudah tidak biasa. Para murid berkerumun, berbisik-bisik dengan ekspresi terkejut. Di depan aula, para tetua berdiri berjajar dengan wajah serius.

Di tengah halaman, sebuah pemandangan mengejutkan menanti Jiang Hao.

Mayat seorang murid sekte tergeletak di tanah. Tubuhnya membiru, jelas terkena racun. Yang lebih mengejutkan, di dada murid itu terdapat bekas telapak tangan hitam—jejak khas Tangan Iblis milik Jiang Hao!

Jantung Jiang Hao berdegup keras. Ini jebakan!

To be continued ✍️

bab 2: Jalan seorang iblis 

Seorang tetua melangkah maju, suaranya menggema di antara murid-murid yang terkejut. “Jiang Hao! Kau telah melanggar aturan sekte dengan membunuh saudara seperguruanmu sendiri! Apa yang ingin kau katakan untuk membela diri?”

Jiang Hao menatap tubuh yang tergeletak di depannya, lalu mengangkat kepalanya menatap para tetua. Ia tidak bodoh. Ini bukan kebetulan—ini adalah rencana yang sudah diatur dengan cermat.

“Aku tidak membunuhnya,” katanya dengan suara tenang, tetapi tegas.

Tetua berjanggut putih mendengus. “Lalu bagaimana kau menjelaskan jejak Tangan Iblis di tubuhnya? Semua orang tahu hanya kau yang memiliki kekuatan ini!”

Para murid mulai bergumam. Beberapa menatap Jiang Hao dengan ketakutan, yang lain dengan kebencian.

Mo Tian, Guru Besar Sekte, akhirnya berbicara. “Jiang Hao, kami telah lama mentolerir kehadiranmu meskipun kekuatanmu berbahaya. Tapi sekarang, kau telah melampaui batas!”

Ia melambaikan tangannya, dan beberapa tetua sekte segera mengelilingi Jiang Hao.

“Sebagai hukuman atas pengkhianatan dan pembunuhan ini, kau akan diusir dari Sekte Langit Hitam! Dan jika kau mencoba melawan… kami akan membunuhmu di tempat.”

Jiang Hao mengepalkan tinjunya. Napasnya berat, amarahnya mendidih. Ini bukan hanya pengkhianatan, ini adalah penghancuran reputasinya!

Namun, ia tahu bahwa melawan sekarang sama saja dengan bunuh diri. Para tetua sudah menyiapkan segalanya. Jika ia bertindak gegabah, mereka pasti akan menyerangnya bersama-sama.

Ia mengalihkan pandangannya ke kerumunan murid. Beberapa dari mereka tampak ragu, tetapi tidak ada yang berani membela dirinya. Bahkan Xiao Lan hanya bisa menatapnya dengan mata penuh kesedihan.

Jiang Hao menarik napas dalam. Kemarahannya membara, tetapi ia menekannya.

“Baik,” katanya akhirnya. “Jika kalian ingin aku pergi, aku akan pergi. Tapi ingatlah ini—aku tidak akan melupakan penghianatan ini.”

Ia menatap Mo Tian dan para tetua dengan dingin. “Dan suatu hari nanti, aku akan kembali.”

Tanpa menunggu lebih lama, Jiang Hao berbalik dan berjalan menjauh dari sekte yang telah membesarkannya.

Hujan mulai turun, membasahi tanah. Jiang Hao melangkah keluar dari gerbang Sekte Langit Hitam, meninggalkan segalanya di belakang.

Tetapi di dalam dirinya, dendam mulai tumbuh.

Ini belum berakhir. Ia akan kembali—dan ketika hari itu tiba, dunia persilatan akan bergetar dalam ketakutan.

Hujan mengguyur Gunung Tianfeng tanpa ampun, membasahi tubuh Jiang Hao yang berjalan tanpa arah. Napasnya berat, pikirannya penuh dengan amarah dan penghinaan. Ia telah mengabdikan hidupnya untuk Sekte Langit Hitam, tetapi akhirnya justru dikhianati.

Ia mengepalkan tinjunya. Mereka menganggapku iblis? Baik. Aku akan menjadi iblis yang mereka takuti.

Langkahnya membawanya ke hutan lebat di kaki gunung. Malam semakin larut, dan hawa dingin menusuk tulangnya. Tetapi di dalam dadanya, ada bara yang membakar lebih panas dari api.

Saat itulah, dari balik kabut, terdengar suara langkah kaki.

Jiang Hao segera bersiaga. Dari bayangan pepohonan, muncul lima sosok berjubah hitam. Mereka adalah pembunuh dari Sekte Langit Hitam—jelas dikirim untuk memastikan ia tidak keluar dari tempat ini hidup-hidup.

Seorang di antara mereka maju, menatap Jiang Hao dengan sinis. “Jiang Hao, perintah sudah jelas. Kau telah diusir dari sekte, tapi kami tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja. Kau tahu terlalu banyak rahasia sekte.”

Jiang Hao menyeringai. “Jadi ini bagian dari rencana mereka? Mengusirku hanya untuk menghabisiku di luar sekte?”

Si pembunuh menghunus pedangnya. “Jangan anggap ini pribadi. Kami hanya menjalankan perintah.”

Jiang Hao menghela napas, lalu menatap mereka dengan dingin. “Kalian ingin melihat tangan iblis yang kalian takutkan? Baik, aku akan menunjukkannya pada kalian.”

Tanpa peringatan, ia bergerak.

Tangan Iblis miliknya menyambar ke depan, telapak tangannya berpendar dengan energi hitam pekat. Salah satu pembunuh mencoba menangkis dengan pedangnya, tetapi begitu tangan Jiang Hao menyentuh senjata itu, logamnya langsung berkarat dan hancur.

“Apa—?!”

Sebelum orang itu sempat mundur, Jiang Hao mencengkeram dadanya. Dalam hitungan detik, tubuhnya menghitam, merosot ke tanah tak bernyawa.

Yang lain tersentak. Mereka telah mendengar tentang kekuatan Jiang Hao, tetapi mengalaminya langsung adalah hal yang berbeda.

“Tsk! Jangan takut! Kita serang bersama-sama!”

Keempat pembunuh lainnya menerjang secara bersamaan. Pedang berkilat di bawah cahaya bulan, mengincar titik-titik vital Jiang Hao.

Tetapi Jiang Hao hanya bergerak ringan, seperti bayangan di malam hari. Ia menghindari serangan pertama dengan melompat ke belakang, lalu menangkis pedang kedua dengan lengannya yang dilapisi energi hitam.

Satu orang mencoba menyerangnya dari samping, tetapi Jiang Hao meraih pergelangan tangan lawannya dan meremukkannya dengan mudah. Jeritan kesakitan terdengar, sebelum Jiang Hao melepaskan pukulan ke dada lawannya—dan dalam sekejap, tubuhnya membiru, racun dari Tangan Iblis menyebar dengan cepat.

Dua orang tersisa mulai panik.

“Sialan! Ini tidak mungkin!”

Sebelum mereka bisa melarikan diri, Jiang Hao sudah bergerak lebih cepat. Ia meraih kepala salah satu dari mereka dan menghantamkannya ke tanah dengan kekuatan brutal. Tengkoraknya pecah seketika.

Orang terakhir hanya bisa berdiri gemetar, pedangnya terlepas dari tangannya. “A-aku… tolong… jangan bunuh aku…”

Jiang Hao menatapnya dingin. “Kau ingin hidup?”

Orang itu mengangguk cepat.

Jiang Hao mendekat, lalu berbisik di telinganya, “Sampaikan pesan ini ke Mo Tian—aku akan kembali. Dan saat hari itu tiba, Sekte Langit Hitam akan hancur.”

Tanpa menunggu jawaban, Jiang Hao membiarkan pria itu melarikan diri.

Ia berdiri di antara mayat-mayat yang berserakan, tubuhnya berlumuran darah dan hujan yang terus mengguyur.

Malam ini, ia telah mengambil keputusan.

Ia tidak akan lagi menjadi murid yang setia.

Ia akan menjadi sesuatu yang lebih.

Iblis yang akan mengguncang dunia persilatan.

*******

Hujan telah reda, tetapi hawa dingin masih menyelimuti pegunungan Tianfeng. Jiang Hao berdiri di antara mayat-mayat para pembunuh yang dikirim untuk menghabisinya. Matanya menatap ke kejauhan, menembus kegelapan malam.

Ia telah membuat keputusan—bukan lagi sebagai murid Sekte Langit Hitam, tetapi sebagai seseorang yang akan menghancurkannya.

Namun, untuk melawan sekte sekuat itu, ia membutuhkan kekuatan yang jauh lebih besar dari yang ia miliki sekarang.

“Aku harus menjadi lebih kuat…” gumamnya.

Dengan langkah mantap, ia meninggalkan hutan dan mulai berjalan ke arah selatan, menuju dunia persilatan yang luas.

Tiga Hari Kemudian – Kota Heiyun

Kota Heiyun adalah kota yang terkenal dengan pusat perdagangan dan hiburan malamnya. Namun, di balik kemegahannya, kota ini adalah sarang para kriminal, pembunuh bayaran, dan sekte-sekte gelap yang beroperasi di bawah tanah.

Jiang Hao memasuki kota dengan mengenakan jubah sederhana, menyembunyikan identitasnya. Luka-luka di tubuhnya masih terasa, tetapi rasa sakit itu bukanlah hal baru baginya.

Ia butuh tempat untuk mendapatkan informasi. Jika ada tempat yang tahu segalanya tentang dunia persilatan, itu adalah Paviliun Seribu Bayangan, sebuah rumah judi yang juga menjadi markas organisasi intelijen paling berbahaya di kota ini.

to be continued ✍️

bab 3: Menyusup ke benteng 

Ia melangkah masuk ke dalam paviliun. Suasana di dalamnya bising—para penjudi tertawa dan bersorak, sementara beberapa lainnya mengutuk nasib sial mereka. Pelayan wanita berpakaian minim berlalu-lalang melayani tamu, sementara para pengawal bersenjata berdiri di sudut-sudut ruangan, mengawasi dengan waspada.

Jiang Hao tidak peduli dengan semua itu. Ia berjalan lurus ke meja tengah, di mana seorang pria gemuk berusia sekitar empat puluhan duduk sambil menghisap pipa panjang.

Orang itu adalah Zhou Bai, kepala intelijen Paviliun Seribu Bayangan.

Zhou Bai melirik Jiang Hao sekilas, lalu menyeringai. “Aku tidak mengenalmu, tapi dari caramu berjalan, kau bukan orang biasa. Apa yang kau cari di sini, orang asing?”

Jiang Hao duduk di depan Zhou Bai tanpa diundang. “Aku butuh informasi.”

Zhou Bai tertawa pelan. “Di tempat ini, informasi bukan sesuatu yang murah, anak muda.”

Jiang Hao menatapnya tajam. “Berapa harga informasi tentang kelompok atau individu yang bisa membantuku membalas dendam terhadap Sekte Langit Hitam?”

Ruangan menjadi sunyi sesaat. Beberapa orang yang mendengar nama Sekte Langit Hitam segera menundukkan kepala, seolah takut hanya dengan menyebut nama itu.

Zhou Bai mengangkat alis. “Kau punya urusan dengan mereka?”

Jiang Hao mengangguk. “Dan aku ingin melihat mereka hancur.”

Zhou Bai menatapnya dalam diam, lalu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. “Kau ambisius, aku suka itu. Tapi menghancurkan Sekte Langit Hitam bukan hal yang bisa dilakukan sendirian.”

Jiang Hao tetap tenang. “Aku tidak bilang aku akan melakukannya sendirian. Itu sebabnya aku ada di sini.”

Zhou Bai menghisap pipanya, lalu menghembuskan asap ke udara. “Baiklah. Aku bisa memberimu beberapa informasi. Tapi pertama-tama, aku ingin melihat apakah kau benar-benar pantas untuk itu.”

Ia menjentikkan jarinya, dan dua pria bertubuh besar segera berdiri di belakang Jiang Hao.

“Dua orang ini adalah pembunuh bayaran terbaikku. Jika kau bisa mengalahkan mereka, aku akan memberimu informasi yang kau butuhkan.”

Jiang Hao menyeringai. “Jadi kau ingin menguji iblis?”

Zhou Bai hanya tersenyum. “Mari kita lihat seberapa iblisnya kau sebenarnya.”

Dua pria itu segera bergerak. Yang pertama menyerang dengan tinju besarnya, mencoba menghantam wajah Jiang Hao. Tetapi dengan gesit, Jiang Hao menghindar ke samping, lalu mengulurkan tangan kanannya.

Tangannya menyentuh leher pria itu sekejap, dan dalam hitungan detik, tubuhnya membiru dan jatuh ke lantai dengan wajah penuh ketakutan.

Orang kedua terkejut, tetapi segera mencabut belati dan menusukkannya ke punggung Jiang Hao. Namun, sebelum belati itu mencapai sasarannya, Jiang Hao berbalik dengan cepat, menangkap pergelangan tangan lawannya, dan memelintirnya hingga terdengar bunyi tulang patah.

Pria itu berteriak kesakitan, tetapi sebelum ia bisa melawan lagi, Jiang Hao menepuk dadanya dengan Tangan Iblis.

Seketika, tubuhnya mengejang, racun menyebar dengan cepat, dan ia pun roboh tanpa suara.

Semua mata di ruangan itu terbelalak.

Zhou Bai mengamati Jiang Hao dengan tatapan penuh minat. “Menarik… sangat menarik.”

Ia meletakkan pipanya dan bersandar ke belakang. “Baiklah, kau telah membuktikan dirimu. Aku akan memberimu informasi—tapi sebagai gantinya, kau harus melakukan sesuatu untukku.”

Jiang Hao menatapnya. “Apa yang kau inginkan?”

Zhou Bai tersenyum samar. “Ada seseorang yang ingin kubunuh. Kau lakukan itu untukku, dan aku akan memberimu semua informasi yang kau butuhkan tentang musuh-musuh Sekte Langit Hitam.”

Jiang Hao terdiam sejenak. Membunuh bukanlah masalah baginya, tetapi ia ingin tahu lebih banyak. “Siapa targetnya?”

Zhou Bai menyerahkan sebuah gulungan kertas. Jiang Hao membukanya dan melihat sebuah nama tertulis di sana.

“Jenderal Tie Shan.”

Jiang Hao mengangkat alis. Nama itu bukanlah nama kecil di dunia persilatan. Tie Shan adalah mantan panglima perang yang sekarang menguasai sebagian besar wilayah selatan dan memiliki pasukan sendiri.

“Apa alasanmu ingin dia mati?” Jiang Hao bertanya.

Zhou Bai terkekeh. “Alasan pribadi. Yang perlu kau tahu adalah, jika kau berhasil membunuhnya, aku akan memastikan kau mendapatkan sekutu yang cukup untuk melawan Sekte Langit Hitam.”

Jiang Hao menggenggam gulungan itu erat-erat.

Jika ini adalah harga untuk menghancurkan para pengkhianat, maka aku akan membayarnya.

Ia menatap Zhou Bai dengan dingin. “Baik. Katakan padaku di mana aku bisa menemukannya.”

Zhou Bai tersenyum puas. “Bagus. Kau akan menemukannya di Benteng Batu Hitam, dua hari perjalanan dari sini.”

Jiang Hao berdiri dan menyelipkan gulungan itu ke dalam jubahnya.

Langkah pertamanya menuju balas dendamnya telah dimulai.

Jika dunia ingin melihatnya sebagai iblis, maka ia akan menjadi iblis yang mereka takuti.

****

Benteng Batu Hitam berdiri megah di atas bukit berbatu yang dikelilingi jurang dalam. Dindingnya kokoh, dibangun dari batu vulkanik hitam yang sulit ditembus. Di dalamnya, Jenderal Tie Shan dikelilingi oleh ratusan prajurit setianya, menjadikannya target yang sulit untuk dibunuh.

Namun, bagi Jiang Hao, ini bukan sekadar misi pembunuhan—ini adalah ujian pertamanya dalam jalan menuju kegelapan.

Dua Hari Perjalanan

Jiang Hao menempuh perjalanan ke selatan melewati hutan lebat dan jalan berbatu. Sementara sebagian besar perjalanannya sunyi, ia tetap waspada terhadap pengintai atau pemburu bayaran yang mungkin mengejarnya.

Di sebuah desa kecil dekat benteng, ia berhenti di sebuah kedai teh untuk mengumpulkan informasi.

Seorang pria tua dengan janggut putih duduk di sudut, mengamati Jiang Hao dengan mata tajam. Saat Jiang Hao duduk di dekatnya, pria itu berbisik, “Jika kau mencari Tie Shan, kau sedang mencari kematian.”

Jiang Hao menatap pria itu tanpa ekspresi. “Itu bukan urusanmu.”

Pria tua itu terkekeh. “Kau bukan yang pertama mencoba membunuhnya. Tapi semua yang mencoba, tak ada yang kembali hidup-hidup.”

Jiang Hao menuangkan teh ke dalam cangkirnya dan meneguknya perlahan. “Berarti aku harus berbeda dari mereka.”

Pria itu menghela napas. “Aku menyukai semangatmu, Nak. Jika kau memang ingin masuk ke benteng, ada satu cara.”

Jiang Hao menatapnya tajam. “Bicaralah.”

Pria itu mendekat dan berbisik, “Setiap malam, para prajurit Tie Shan sering pergi ke desa ini untuk berjudi dan minum-minum. Jika kau bisa menyusup di antara mereka, mungkin kau bisa menemukan jalan ke dalam.”

Jiang Hao mengangguk. “Terima kasih atas informasinya.”

Pria tua itu tertawa kecil. “Jika kau selamat, mungkin kita bisa berbagi secangkir teh lagi.”

Malam tiba, dan seperti yang dikatakan pria tua itu, beberapa prajurit Tie Shan datang ke desa untuk bersenang-senang. Jiang Hao mengamati mereka dari kejauhan, memilih targetnya dengan hati-hati.

Di gang sempit di belakang kedai, ia menghadang salah satu prajurit yang keluar sendirian untuk buang air.

Sebelum pria itu sempat berteriak, Jiang Hao sudah mencekiknya hingga pingsan. Dengan cepat, ia mengganti pakaiannya dengan baju prajurit itu dan menutupi wajahnya dengan helm.

to be continued ✍️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!