Panas terik mentari tak mengendurkan semangat seorang pemuda yang sedang bekerja di sebuah bangunan. seluruh tubuhnya penuh dengan keringat yang bercampur dengan adukan semen , dia belum lulus dari SMK dan tentu saja tak bisa bekerja di kantoran
Perawakannya bagus, karena sering bekerja keras ototnya terbentuk sempurna, dengan roti sobek yang menghias di perutnya.
..." Bim , istirahat dulu" Asep teman seperjuangan berteriak mengingatkan ....
" ya jojong aja, nanggung ini dikit lagi" Sahut Bima sambil terus mengangkuti batu bata yang akan di pasang.
Asep yang tak mau makan sendiri, dengan cepat membantu Bima agar cepat selesai.
" nah kan beres" , ucap Asep .
Bima dan Asep tak pernah malu untuk bekerja apa saja, yang penting halal, terkadang menjadi kondektur atau berdagang keliling
Tiba tiba sebuah mobil datang dan seorang wanita muda memanggil Bima, setelah berbincang bincang sebentar wanita mengeluarkan beberapa lembar uang lembaran merah.
" itu tadi siapa?" tanya Asep ,
" oh, itu Intan dia mesen pempek dan minta anterin ke rumahnya " jawab Bima
" wah job gede itu " seru Asep yang memang selalu mendukung Bima
."Mungkin rejeki gw buat ngumpulin uang berobat ibu sep" ucap Bima , ya saat ini ibu Bima lagi terbaring sakit ada benjolan sebesar telur di paha nya yang kata dokter tumor
"Iya mungkin semoga lekas terkumpul uang buat berobat ibu loe ya" ucap asep menyemangati Bima
"Amiin, thanks " sep, nanti anter ke rumah Bu polisi" kata Bima , Bu polisi pedagang pempek , Bima dan Asep sering ikut berdagang dengan Bu polisi
" siap bos" jawab Asep bersemangat
" yuk kerja lagi biar cepet kelar , ini malem kamis nanti malem kita latihan " ajak Bima, pada asep, Bima aktif dalam puncak silat sudah setahun ia ikut puncak silat di gang dempo, berjarak 2 km dari rumahnya
"Ayo , untung di ingetin sama loe kalau nanti malam kita latihan, kata pak Endang malem ini kita di suruh sparing" asep beranjak dari duduknya
" iya tah , kok gw ga tau???" Tanya Bima
" gmana mau tau kan malem minggu kemarin loe ga dateng" kata asep sambil meninju kecil Bima
" he he he gw lupa , kan malem minggu kemarin gw di suruh nganterin Lesta ke kemiling " Bima nyetir
" huuuh, bilang aja pacaran " ucap asep sewot ,
"Asep , Asep pikiran loe mah pacaran mulu, emang ada yang mau sama cowo kere kaya gw, buat makan aja harus dagang keliling dulu" Bima menghela napas panjang, tapi ucapan Bima malah membuat asep sewot
"Makanya loe ngaca pea, loe itu ganteng ga nyadar loe , apa ga ada kaca di rumah loe? Asep melangkah pulang sambil murang muring
" wei tunggu, kok malah ninggalin " uber Bima setengah berlari mengejar Asep
"Bodo amat , kesel ge punya temen ga percaya diri amat" asep masih kesal , menurut asep Bima tergolong tampan dengan body ok
" iya sory, tapi gw belum mau mikirin kesana, gw mau fokus nyari uang dan sekolah " Bima tersenyum sambil ngangkat jari tengah dan telunjuk nya
" ya udah ayo lanjut kerja keburu mandor marah " ajak Bima yang melihat Asep masih terlihat kesal
Asep dan Bima kembali bekerja , mereka selama tenaga masih ada mereka tak mau bermalas malasan, karena mereka sadar tak kerja tak makan, mereka bukan pewaris jadi harus merintis sendiri untuk ke suksesan mereka.Bima datang agak terlambat di tempat latihan karena dia menyuapi ibunya dulu sebelum berangkat
" Bima, push up 100 kali karena telat" pelatih langsung memberi hukuman melihat Bima datang terlambat
" baik guru" Bima langsung push up, apapun alasannya ia memang terlambat jadi ia menjalani hukuman tanpa protes
" ok sekarang pemanasan bagi yang lain , sesudah itu kita sparing , karna bulan depan kita ada latih tanding dengan perguruan merpati " ucap pelatih kepada murid yang lain nya. Perguruan silat Bima hanya beranggotakan 20 murid karena baru di bentuk, di pimpin oleh pak Jendra pensiunan brimob, ada 6 wanita dan 14 pria , semua seumuran, jadi tidak ada peringkat dalam perguruan.
"Guru " Bima bergabung dengan murid yang lainnya setelah hukuman nya beres.
"Baik semuanya duduk melingkar, yang pertama bertanding Ata lawan asep" pelatih langsung memulai sparing, sparing ini sang guru ingin melihat daya tahan daya serang dan berapa pemahaman yang sudah di pahami murid muridnya
Sparing pertama di menangkan oleh Asep , tendangan memutar nya tak mampu di bandung oleh Ata, tapi walau menang Asep juga terkena sikutan di pahanya yang membuat kakinya linu, dan tak bisa bertanding dengan yang lainnya lagi
Sparing berjalan seru rata rata kekuatan murid imbang kini giliran Bima yang berhadapan dengan Idrus, teman sekolah sekaligus teman dalam perguruan tapi mereka tidak akrab malah terkadang ada gesekan emosi , Idrus selalu memandang rendah Bima karena orangtua nya lebih mampu dari golongan kelas menengah keatas.
"Hayo maju loe pedagang pempek, jangan salahin gw kalau kaki loe pincang besok" Idrus memprofokasi Bima yang hanya di balas senyum saja
" mulai " pelatih memberi aba aba, Bima berdiri tenang di tengah sedangkan idrus berkeliling bergaya memutari Bima,
"Hiaaat," idrus menyerang dengan tendangan mengarah perut yang di enakan Bima dengan mundur menjauh, berapa kali idrus menyerang tapi di elakkan terus oleh Bima
"Hoi banci lawan menghindar terus" teriak Idrus karena kesal serangan nya tak ada satupun yang kena
"Bima lawan yang bener " pelatih menegur Bima yang di lihatnya tidak serius
" baik guru" Bima memasang kuda kuda untuk serius setelah di tegur guru nya. Bima memang tak mau melawan dan mengalah karena fokus nya bukan untuk latihan tanding yang memakan waktu tapi lebih fokus ke mencari uang buat kebutuhan nya sehari hari
" hiaaat " Idrus langsung menyerang melihat Bima baru memasang kuda kuda, pikirnya Bima pasti belum siap , tapi ia salah tendangan di tangkap dan dia di apung kan ke atas oleh Bima membuat Idrus terbanting keras dan tak bisa bangun hanya meringis memegang pinggang nya yang terasa mau remuk.
" cukup ganti Rio " ucap sang guru yang membuat Bima bengong.
"Guru ga salah ?? Kok bergilir?" Ucap Bima bingung
"Ya buat kamu bergilir sampai kamu kalah atau saya suruh mundur" ucap sang guru santai
" baik guru" Bima memasang kuda kuda lagi menanti serangan Rio, Rio satu geng dengan idrus yang sama sama orang kaya, geng mereka ada 5 orang idrus , Rio ,Ata , Ucu dan Hendri. Idrus pimpinan nya karna ia lebih kaya
Pertandingan terus berjalan saat ini Bima melawan lawan yang ke lima, sebenernya ia telah letih tapi karna sang guru tidak menyuruh untuk mundur dia tetap melawan terus .lagi lagi Bima menang tapi kaki nya sudah mulai gemetar, batas tenaganya hampir terkuras semua
"Sekarang teguh lawan bima" ucap sang guru setelah melihat Rio terungkap
"Bima dan teguh sekarang bertanding seru semua jurusan dan teknik serta trik di keluarkan oleh teguh, Bima hanya bertahan karena kakinya sudah mulai gemetar karena tenaga hampir habis
"ciaaat"
Bima mengumpulkan seluruh tenaganya dan langsung berubah dari posisi bertahan menjadi penyerang.
" plak, plak dag dugh"
Bima dan Teguh saling tangkis dan serang, tangkisan bertemu tangkisan tapi mereka sama sama terkena serangan kaki lawan, teguh terjengkang saat dadanya kena tendangan Bima dan Bima pun terduduk oleh sikutan teguh pada pahanya
" cukup , pertandingan Bima lawan teguh seri" ucap sang guru, sang guru menyadari bila sama-sama memiliki stamina awal dia yakin teguh bukan lawan Bima , harusnya menang Bima, berhubung teguh masih ada persaudaraan dari pihak guru pelatih jadi di nyatakan seri.
Bima di papah oleh Asep ke sudut ruangan dan di beri Air minum
Tiba tiba Idrus menghampiri Bima
" ini belum selesai bim, lihat loe nanti pembalasan gw" ucapnya sambil menunjukkan jari tengah nya
" Loe ada masalah apa bim sama idrus " asep bertanya bingung dengan tingkah idrus
" gw juga ga tau Sep dari dulu emang dia suka cari gara gara, tapi gw diemin, ga gw layanin,tapi kayanya sekarang ga bisa di diemin lagi" Bima menatap Asep , ya di perguruan ini hanya Asep dan Lesta yang mau menjadi teman nya, nama perguruan yang Bima ikuti adalah perguruan Bangau Putih , cabang dari Jawa Barat
"Loe ga papa Bim" tiba tiba satu suara lembut mengejutkan mereka berdua yang sedang termenung
"Eh Lesta , gua ga papa Les, cuma kecapean doang di gilir 6 lawan" Bima tersenyum membuat Lesta dag dig dug jantungnya dan pipinya mereka
"Cangcimen, kacang , kuaci permen " asep iseng berteriak seperti pedagang asongan merasa di cuekin Bima dan Lesta
Bima dan lesta langsung melotot ke Asep," Eh maaf gw salin baju dulu" Asep yang di plototin langsung kabur
"Dasar " ucap Bima, Lesta hanya tersenyum melihat kelakuan Asep
"Ànter pulang yah bim?" Pinta lesta pelan
"Ayo " sahut Bima sambil berdiri, Bima dan Lesta berpamitan pada sang guru, setelah berpamitan mereka berjalan santai tapi saling diam, mendadak gerimis turun membuat Bima dan Lesta berlari ke arah pos kamling yang tak jauh dari mereka
"Pake hujan lagi" keluh Bima pelan tapi terdengar oleh Lesta
"Emank kenapa kalau hujan?" Tanya Lesta,
"Nanti kemaleman pulang nya , besok kita masih harus sekolah " Lesta terdiam sesaat, kemudian tiba tiba ia memeluk Bima, Bima tecengang sesaat,
" kamu kenapa?? " Tanya Bima bingung
"Gw suka sama loe Bim" Lesta mengencangkan pelukannya , Bima hanya terdiam dan menghela napas, dia juga suka sama Lesta , tapi dia merasa ga cocok buat Lesta yang cantik dan orang berada, berbeda jauh dengan dirinya yang tak punya apa apa.
"Elo ga suka sama gw Bim ?? Jawab , elo mau kan jadi pacar gw?? Cecar lesta,Bima menatap Lesta mencoba mencari kejujuran di mata Lesta tapi Lesta menunduk tak berani menatap mata Bima
" Lesta, loe ga salah pengen gw jadi pacar loe?? , gw ini miskin, orang ga punya dan lihat penampilan gw, beda jauh sama loe, ibarat kata ari wibowo, seperti singkong dan keju " ucap Bima berkelakar
" gw serius, gw mau loe jadi pacar gw, yang kaya ortu gw bukan gw" mata Lesta memerah dan seperti nya akan menangis.
"Gw juga suka sama loe Les, cuma gw tau diri gw siapa" Bima ngusap rambut Lesta berusaha menenangkan agar tak menangis
" gw ga peduli keadaan loe , yang gw mau diri loe sejati" ucap Lesta, Bima terdiam , tiba-tiba Lesta mencium Bima " gw sayang sama loe " ucapnya pelan "Loe mau kan jadi pacar gw??" Tanya nya penuh harap
" gw juga sayang sama loe, ok kita pacaran, tapi kalau loe ga nyaman jalan sama gw bilang yah" Jawab Bima setelah terdiam dan merenung sesaat,
" ga bakalan ga nyaman" Lesta memeluk Bima
" yuk pulang dah reda " ajak Bima sambil memegang tangan Lesta, Lesta hanya menurut, sepanjang jalan ia tersenyum, seperti nya ia bahagia sekali berbeda dengan Bima yang merasa ada yang mengganjal di hatinya tapi entah tak tahu apa
Selepas mengantarkan Lesta ke rumahnya Bima langsung pulang , tapi di depan rumah tetangga nya ia melihat uda buyung seperti kebingungan, uda buyung tetangga bedeng Bima ,orangnya baik sering menolong Bima .
" uda kenapa kok mondar mandir? " tanya Bima setelah dekat ,
"Eh bim , dari mana udah jam 11 kok masih di luar, besok ga sekolah apa?? " Tanya Uda buyung tak menghiraukan pertanyaan Bima
" baru pulang latihan Uda , Uda kenapa ada yang bisa saya bantu,da?? Tanya Bima lagi
" ini mobil angkot kotor banget tadi ada carteran ke Pringsewu, nyari si Anda ga ada " Jawab Uda buyung
" oh biar saya aja Uda yang nyuci ayo ke pencucian" tawar Bima
" kamu ga cape emang? Pagi kamu sekolah, siang kerja, ini juga kamu baru pulang latihan silat ?" tanya Uda Buyung
" kalau nyuci mobil aja mah ga apa apa Uda ayo keburu malem " seru Bima
" ok deh kita pencucian patrol aja yah? " tanya Uda Buyung
"Ok siap da , pencucian bunda aja kalau di patrol, saya kenal sama bundanya." Ajak Bima
"Ok, kok bisa kenal ?? " Tanya Uda Buyung heran
" oh itu dulu aku ngontrak di sana da, sebelum pindah ke stasiun , trus baru pindah kesini" tutur Bima panjang lebar. Bima memang sering berpindah tempat karena tak punya rumah dan selalu menyewa, kadang saat sudah betah pemilik rumah menaikan harga uang sewa, membuat Bima terpaksa pindah karena tak mampu membayar uang sewa yang naiknya ga kira kira
Mobil melaju melewati terminal rajabasa, dan berbalik ke kanan ke arah pencucian mobil Bunda.
Bima langsung mengambil sabun dan selang, ia memang terkadang membantu uda buyung mencuci mobil angkot nya yang jurusan Tanjung Karang- rajabasa. Tapi biasanya sore hari baru ini dia mencuci mobil malam
" beres da" teriak Bima setelah selesai mencuci dan mengeringkan dengan kanebo
" yok pulang, kopinya tadi sama apa bim?? Tanya uda
" oh sama mie rebus plus telor da "
" ok yuk pulang " Uda langsung naik angkot nya setelah membayar biaya air dan makanan yang kami makan , Uda emang royal sama makanan dan uang jasa, tapi kalau sekali di khianati dia tak akan pernah percaya lagi seumur hidup, pernah tetangga di suruh nyuci mobil tapi malah di bawa maen dulu mobilnya, sampai sekarang ga pernah di bantu dan di suruh megang mobil lagi, padahal masih saudara dari istri uda
" nich bim" uda menyodorkan uang biru selembar, Bima hanya bengong melihat uang yang di sodorkan " ambil ini buat kamu" desaknya lagi
"Ini kebanyakan da" tolak halus Bima
"Ambil aja, oh iya kamu pulang sekolah ngenekin uda aja, dari jam 2 sampe jam stengah 6, gmana?" Tanya uda menawarkan jadi kenek mobil nya
" emank boleh da? Kan belum terbiasa da " ucap Bima ragu
" gampang tinggal teriak basa basa basa klw kita ke arah rajabasa, kalau ke tanjung karang, tinggal teriak karang karang"
" ok da Bima mau, besok Bima bilang ke ibu polisi ga ikut keliling dagang dulu, lagian besok terakhir aku kerja di bangunan" ucap Bima bersemangat
Bima langsung pulang dengan perasaan senang, hari ini dia merasa beruntung, dapet pacar , kerajaan jadi kuli bangunan pun beres , karena semua bahan sudah di pindahkan dan bangunan juga tinggal finishing , bagian finishing hanya butuh satu kernet saja, dan Bima sudah menyuruh Asep yang bekerja.
Pagi menjelang Bima sudah siap berangkat kesekolah, Bima masuk jam 7:15, Bima biasa berangkat sejam sebelum nya sekitar jam 6 , karna jarak nya sekitar 3/4 km dari rumahnya
Bima nyusuri jalan tembus antara gang dakwah dan jalan untung suropati biar menghemat waktu dan terkadang cuci mata karna ada sumur umum yang di lewati terkadang ada tante muda yang mandi dengan baju tipis terkena air hingga tampak lekuk tubuh nya , dan terkadang apes karena yang sedang mandi ibu ibu yang bodynya seperti drum
Tengah asik berjalan sebuah mobil melaju kencang dari ujung jalan, jalan yang sempit membuat Bima berhenti agar mobil lewat dulu , tapi Bima kaget karna di sebrang jalan ada kakek kakek yang berjalan dengan tongkat di tengah jalan hendak menyebrang, sontak Bima berlari dan mendorong sang kakek karena jarak mobil sudah terlalu dekat ga mungkin untuk menuntun
Braaaak,
Bima terjatuh menghantam kotak sampah yang ada di sisi jalan, mobil berhenti dan seorang pemuda keluar dari dalam mobil
" hei ngapain ngalangin jalan bosan hidup yah" kata pemuda itu sombong
Bima sontak emosi, sambil membantu sang kakek berdiri ia mengumpulkan
" Eh bangsat, loe bawa mobil yang ga bener loe mau ngebut di sentul sana jangan di jalan kampung" bentak Bima, ya Bima ga pernah takut melawan siapa saja selagi dia benar, mau orang kaya mau preman pasti di lawan
" ngelunjak loe yah bocah, " pemuda itu marah dan menyerang Bima,
wuuut
bugh
braaak
Bima langsung menghindar dan menyerang balik, pukulan Bima mendarat telak di dada si pemuda sombong, hasilnya pemuda nyungsep di got yang tak jauh dari sana
" awas loe yah, " pemuda itu kabur sambil mengancam
" gw tunggu kapan aja culun " bales Bima, Bima langsung menghampiri sang kakek yang sepertinya kaget.
"Kakek ga apa apa? Ada yang sakit kek?" Tanya Bima sambil melihat tubuh si kakek
" Alhamdulilah kakek ga apa apa, terima kasih yang nak kalau ga ada kamu kakek pasti tertabrak mobil tadi" ucap kakek itu, ia mengeluarkan sebuah buku yang agak kasar
" nak ini buat kamu, jangan di tolak yah" ucapnya lagi sambil memberikan buku yang di pegangnya
" ga usah kek, saya tidak mengharapkan apapun " tolak Bima halus
" ambillah ini berjodoh sama kamu, kamu mau berangkat sekolah?" Tanya sang kakek
" terima kasih kek , tadinya iya tapi sekarang ga mungkin kek, baju saya bau sampah dan kotor , paling saya izin dulu untuk hari ini, mari kek saya antar pulang" ajak bima
" ga usah nak itu rumah kakek di belakang gang , kakek lagi jalan pagi agar kaki ga kaku" tolak halus kakek
"Kalau begitu saya pulang dulu kek, kakek hati hati yah " ucap Bima sambil pamitan pulang tak lupa ia mencium tangan sang kakek
Bima berjalan pulang kembali , ga mungkin buat kesekolah dengan pakaian kotor bau sampah, sedangkan ia tak punya seragam lain
Uda buyung yang melihat Bima pulang lagi dengan pakaian kotor dan bau bingung
" Kenapa loe bim?"
" jatoh da , jatuhnya di tong sampah jadi kotor dan bau" Jawab Bima nyetir
" terus ga sekolah?" tanya Uda Buyunh
" ga Da, ga punya seragam lagi saya" jawab Bima
" ya udah ikut uda aja narik angkot" ajak Uda Buyunh
" siap Da, saya mandi dan salin dulu"
Bima langsung masuk kamar mandi setelah mengambil handuk di gantung jemuran nya, kamar mandi bedeng ada di luar untuk semua penghuni bedeng.
Bima teringat sesaat, seingetnya di belakang gang ga ada rumah hanya kebun dan pohon asem yang besar, memikirkan nya bulu kuduk Bima meremang, "ah siapa tahu penghuni baru si kakek" pikir Bima menghilangkan was was nya sendiri
Selesai mandi dan salin Bima melirik sekilas buku dari kakek" naga hijau" gunanya pelan. Ah nanti saja malam di bacanya, Bima keluar menghampiri uda yang sedang menghantarkan mobilnya
" udah siap nich da" ucap bima memberitahu
" Ayo naik"
Hari itu Bima seharian membantu uda narik angkot jurusan rajabasa Tanjung Karang, ia pulang pas siang waktu istirahat dhohor, untuk menyuapi ibunya, dan kembali narik jam 1 siang .
" gmana ibu mu Bim?", tanya uda
"Udah mendingan da udah bisa jalan tapi saya suruh banyak istirahat aja da" Jawab Bima
" Alhamdulilah kalau sudah mendingan, semoga lekas pulih , ayo kita berangkat lagi, sebentar lagi bubar sekolah sma" ajak uda
" Amiin, makasih Da ,ayo Da" Bima bersemangat jadinya
Bima kembali ikut narik , penumpang penumpangnya hari ini sangat ramai Bima sampai duduk berdiri menggantung di pintu, sedangkan uda bingung penumpangnya anak sma semua nya perempuan, biasanya paling susah di ajak naik angkot nya, karna angkotnya ga banyak variasi hanya musik seadanya
Jam stengah 6 Bima dan uda pulang, Bima langsung mandi dan ngangkat jemuran seragam sekolah yang di cuci nya tadi pagi
"Bim " terdengar uda buyung memanggil
" iya da " sahut Bima dan menghampiri uda buyung
" ini buat kamu, hasil kamu hari ini" uda memberikan lembaran kertas merah seratus ribuan 3 lembar,
" uda ini kebanyakan " tolak Bima
" kebanyakan apanya , itu emang bagian kamu , 70 : 30, hari ini uda dapet bersih 980 ribu " ucap uda tersenyum senang
" Alhamdulilah, makasih banyak da" Bima ga nolak lagi begitu tau hitungan
"Sama sama, besok siang kamu pulang sekolah tunggu di halte depan UBL aja
" iya da " ucap Bima senang , ini mungkin jalan untuk memperbaiki keadaan ekonomi nya
Bima teringat akan sang kakek yang memberi buku Naga hijau
" ah tengok si kakek lah" Bima langsung menuju gang yang di maksud kakek, tak lama Bima sampai karna jaraknya ga jauh dari rumahnya, tapi sesampainya di sana dia merinding, karna hanya ada pohon beringin besar di kebun itu tak ada satupun rumah apalagi manusia. Bima langsung ambil langkah seribu kembali pulang ke rumahnya, sampai rumah buku naga hijau langsung di bungkus dan di taroh di lemari paling belakang agar tak lagi terlihat dan tersentuh
Hari berganti hari tak terasa sudah 4 bulan Bima menjadi kondektur angkot uda buyung , dan berpacaran dengan Lesta sang kekasih, Bima hanya berpacaran saat latihan silat saja karna ia dan Lesta bukan satu sekolah, dan di hari hari biasa Bima sibuk mencari nafkah, ada slentingan kabar kalau Lesta selingkuh dengan Idrus tapi Bima tak percaya begitu saja sebelum melihat sendiri atau lesta bicara sendiri, karna saat latihan Bima melihat lesta dan idrus biasa saja
" Bim " terdengar uda buyung memanggil,
" iya da" sahut Bima keluar dari bedengnya,
" uda mau pulang kampung nitip rumah yah , di lihat lihat dan tolong di bersihan" kata uda sambil menyerahkan kunci rumah nya
" siap da , pasti tetap kinclong sampai uda pulang kesini lagi, emang berapa lama uda di kampung? Tanya Bima
" seminggu an seperti nya , ponakan uda mau nikah , beres resepsi uda baru kesini lagi,"
" hati hati di jalan yah da , jangan lupa oleh oleh nya " ucap Bima sambil nyengir malu dan mencium tangan uda buyung, ia sudah menganggap uda buyung seperti kakak sendiri
Uda buyung mengusap rambut Bima perlahan dan berangkat ke terminal
Rajabasa
Baru 2 hari uda buyung pulang kampung, Bima terasa bosan karena ga ada kerjaan, berapa kali ia ke rumah Lesta tapi tak pernah ada di rumah Lesta nya
" coba dagang lagi ah , " pikir Bima dan langsung berangkat menuju rumah bu polisi, tempat di mana ia dulu mengambil dagangan untuk di jajakan dengan gerobak kecil
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!