Langit tampak gelap. Suara jangkrik terdengar bernyanyi mengiringi kesunyian malam yang semakin kelam.
Jauh di dalam dasar jurang, seseorang sedang terkapar tak sadarkan diri.
Seekor semut merayap ke atas tubuhnya yang terluka, lalu memberikan satu gigitan yang sangat menyakitkan, dan menyadarkan seseorang yang kini terbaring diatas rerantingan kering dan bebatuan.
Darah hampir mengering, karena ia terlalu lama tak sadarkan diri.
Tak jauh dari tempatnya terbaring. Tampak sebuah mobil mewah sedang terbalik dan mengalami kebakaran.
Kendaraan itu rusak parah, dan pastinya tidak dapat diperbaiki apalagi untuk digunakan.
Suasana yang sepi mencekam, menghadirkan kengerian yang membuat siapa saja akan merinding disco.
Sebab, didalam jurang itu tidak terlihat siapapun, kecuali hewan liar yang bersikap ganas dan serangga malam yang terus melantunkan melodi indah sebagai pengantar tidur.
"Aaaarrrgh..." erang seorang pria bertubuh kekar dengan rahang tegas, serta wajah yang tampan rupawan.
Gigitan semut kalironggo itu berhasil membuat pria berusia 30 tahun itu tersadar.
Ia mengerjapkan kedua matanya. Menatap langit yang menggelap, dan ia tidak mampu untuk menggerakkan kakinya, karena terasa lumpuh.
Tatapannya sayu. Kedua matanya tak mampu ia buka terlalu lama. Cahaya rembulan separuh tak mampu memperjelas dimana ia berada sekarang.
Suara dering ponsel dipinggang sisi kanannya yang masih tersangkut aman bersama sarungnya terus saja menimbulkan suara berisik, yang mana memperlihatkan jika ia sedang dikhawatirkan banyak orang.
Perlahan suara itu menghilang, bersama dengan habisnya pasokan baterai yang tersisa.
Pria itu berusaha menggerakkan jemarinya, berharap dapat mengangkat panggilan jika saat nanti berdering lagi, sebab ia tidak mengetahui jika baterai ponsel miliknya telah habis tak tersisa.
Semakin ia mencoba menggerakkan tubuhnya, maka ia merasakan tubuhnya begitu lemah, dan sekedar untuk memandang saja ia sangat begitu kesulitan, sungguh nasib yang sangat memprihatinkan menimpanya saat ini.
Pandangannya berusaha menyapu sekitarnya. Namun semua tampak samar, sebab terhalang kegelapan serta kondisinya yang cukup mengenaskan dengan luka yang hampir merata dibagian tubuhnya.
Kepalanya membentur sesuatu, darah tampak masih mengalir dari sela-sela rambut tebalnya.
Dalam keputusasaannya, ia mencoba berteriak meminta tolong, meskipun itu sangat mustahil.
"T-tolong...." ucapnya lirih, dan hampir tidak terdengar. Kepalanya semakin terasa sakit, dan kedua matanya tak lagi dapat bertahan terlalu lama. Ia bagaikan sebuah ponsel yang hampir kehabisan daya.
Ia merasakan pandangannya semakin mengabur, dalam samar ia melihat setengah tubuh manusia yang menggunakan penutup wajah menghampirinya, lalu sosok itu berjongkok menatapnya dengan pandangan dingin, dan pria tampan itu akhirnya tak sadarkan diri lagi.
Sosok yang memakai penutup wajah itu perlahan mengangkat tubuh lemah tersebut dengan begitu sangat mudahnya, seolah ia memiliki kekuatan yang sangat begitu besar, sehingga mengangkat tubuh pria dengan tinggi 180 cm dan bobot 75 kg, dan merupakan berat badan ideal menurut Mentri kesehatan, terasa begitu mudah bagi sosok yang membawa tubuh pemuda tampan tersebut.
Sosok itu berjalan dengan begitu sangat cepat, lalu menghilang dikegelapan malam yang semakin pekat dan kelam.
****
Kenzo--seorang pemuda yang berusia matang. Menjadi korban percobaan pembunuhan dari pesaing bisnisnya yang tidak menginginkan kesuksesan yang dibangunnya.
Pria jomblo akut itu merupakan orang yang sangat ditakuti ditempat ia membangun bisnisnya. Sebab sang pemuda memiliki kemampuan dan kecerdasan dalam mengolah bisnis keluarganya menjadi begitu sangat cepat berkembang, sejak ia menjabat sebagai pewaris dari perusahaan ekspor-impor tersebut.
Kini ia berada didalam dasar jurang. Tidak ada sesiapapun yang mengetahui kondisinya saat ini, kecuali sesosok makhluk misterius yang kini sudah membawanya memasuki sebuah gubuk tua yang sangat tidak layak bagi seorang milyader sepertinya.
Sosok itu meletakkan tubuh sang pemuda diatas sebuah dipan yang terlihat sangat rapuh, lalu memandang wajah tersebut dalam kegelapan, anehnya ia dapat melihat dengan begitu jelas, meskipun suasana sangat begitu gelap gulita.
Sosok itu mendenguskan nafasnya, namun lebih mirip dengan desisan seekor ular, kemudian ia melucuti pakaian sang pemuda yang tampak robek parah dan menggantinya dengan selembar kain yang hanya menutupi dibagian onderdilnya saja, lebih mirip dengan ca-wet.
Sosok yang memakai penutup wajah itu tampak terkesima memandangi wajah pria didepannya, tampan dan rupawan, dua kata yang ia sematkan untuk sang pria.
Tubuh sixpack bagaikan roti sobek menggetarkan hati sosok misterius yang kini terbaring tak sadarkan diri didepan matanya.
Tatapannya begitu penuh makna, entah apa yang sedang difikirkannya saat ini.
****
Sinar mentari pagi menerpa wajah sang pemuda. Meskipun ia terlihat sangat acak-acakkan dan terluka parah, namum garis ketampanannya masih terlihat jelas.
Kenzo berusaha menyipitkan kedua matanya, saat sinar mentari menghalangi pandangannya. Ia tampak masih sangat lemah.
Sesaat telinganya mengangkap suara dentingan batu saling beradu, seperti orang sedang menggiling sesuatu.
Perlahan suara itu menghilang, dan kini tinggal kesunyian yang begitu terasa nyata.
"Dimana, aku? Hah!" Kenzo berguman lirih.
Ia sangat tersentak kaget saat mendapati dirinya tidak mengenakan pakaian dan hanya selembar kain yang dililitkan dari bagian pinggang hingga diatas lutut.
Andaikan ia salah bergerak sedikit saja, maka sesuatu yang berbentuk lucu dibaliknya akan menyembul keluar dan ingin ikut melihat apa yang sedang terjadi.
"Siaaal... siapa yang telah mengganti pakaianku, pastinya ia telah melihat senjataku," gumannya kesal, sembari melirik adik kecil miliknya yang menggantung dan sedang mengkerut dibalik ca-watnya.
Pemuda itu memaksa untuk membuka lebar matanya, sembari menatap lokasi tempatnya kini berada.
Sebuah gubuk tua berdindingkan bilah-bilah bambu yang tampak mulai melapuk dimakan usia, serta dipan yang tampak usang menjadi tempatnya berbaring.
Ia merasakan jika ia berada disebuah tempat yang pastinya jauh dari penduduk. Sebab saat ia melempar pandangannya keluar jendela tanpa penutupnya, tampak hanya hamparan hutan lebat dengan pepohonan yang tumbuh tinggi menjulang dan sangat besar-besar.
Hal ini tentu sangat asing baginya, sebab selama ini ia tinggal dikota besar dengan hiruk pikuk kendaraan dan kesibukan setiap orang yang berpacu dengan waktu untuk mengejar kekayaan dan bisnis.
Namun tempat ini hanya ada kelengangan. Suasana sepi menghadirkan rasa nyaman dan fresh didalam dirinya yang selama ini disibukkan dengan mengejar kemewahan.
Namun ia mengakui jika ia merindukan suasana ditempatnya ia tinggal.
Kini ia tersadar, jika mereka yang membuatnya mengalami peristiwa mengerikan ini hingga berada didalam sebuah hutan, dengan sengaja dilakukan oleh mereka yang berusaha mencela-kai dan melenyapkannya tanpa meninggalkan jejak.
"Tempat apa ini? Mengapa begitu sangat sunyi? Aku sedang berada dimana? Apakah aku sudah mati dan berada disurga?" Gumannya lirih.
"Tapi tidak mungkin juga aku berada disurga, sebab tidak ada kebaikan yang aku perbuat, dan berharap masuk surga adalah sebuah mimpi belaka," Kenzo melanjutkan gumamannnya.
Ia mencoba mencubit lengan tangannya. Untuk memastikan apakah ia masih hidup, atau sudah ma-ti, bahkan juga hanya berhalusinasi.
"Aaaw... beneran sakit," ucapnya sembari meringis menahan sakit dan juga rasa geli hati.
"Ternyata aku tidak bermimpi, bahkan masih hidup," ia kembali berguman lirih.
Sesaat ia teringat akan suara dentingan benda yang terbuat dari batu beradu dibalik dinding sisi kirinya. Ia meyakini jika orang tersebut adalah orang yang membantunya hingga sampai ke gubuk tua ini, sebab tidak mungkin ia dapat mengigau dan berjalan sendiri dengan kondisinya yang terluka sangat parah.
Kenzo kembali tersadar. Tadi ia mendengar ada suara seseorang yang sedang menggiling sesuatu, namun siapa? Sebab suasana kembali sunyi dan sepi.
Pria itu mengerutkan keningnya,
Ia merasa sangat penasaran, dan ingin melihat siapa orang yang telah membawanya ke gubuk tua ini, dan juga menyelamatkan hidupnya. Ia ingin mengucapkan rasa terimakasihnya, namun saat ia menggerakkan tubuhnya, ia merasakan sakit yang luar biasa, tetapi ia tidak menyerah dan terus mencobanya.
Kenzo berusaha untuk bangun, lalu beranjak dari dipan bambu yang tampak rapuh, namun anehnya, dipan itu dapat menopang tubuh kekarnya.
Tidak ada yang istimewa dari gubuk tua itu, dan pastinya sang pemilik adalah seseorang yang sudah tua dan tidak ingin hidup mewah serta memilih hidup untuk menyendiri.
Pemuda itu berjalan dengan langkah yang terseok. Kemudian mengamati setiap detail ruangan. Tidak ada benda berharga apapun digubuk yang terlihat dindingnya mulai melapuk dimakan usia.
Sarang laba-laba tampak bergantungan dimana-mana. Hewan pengerat yang merupakan tikus curut tampak berlarian ditiang penyambung dinding bambu tersebut, seperti semuanya tampak sering ia lakukan.
Semua tampak begitu biasa saja, dan terkesan sangat jauh dari kata mewah.
Sang pemuda menghentikan langkahnya saat menyadari kakinya menginjak sesuatu. Ia menoleh ke arah lantai tanah yang tampak basah, sepertinya hujan yang mengguyur malam tadi masuk ke dalam gubuk dan membasahi lantai tersebut, hingga terasa becek.
Ia berdiri mematung dengan apa yang diinjaknya. Ia mencoba merundukkan tubuhnya agar dapat menggapai benda yang menarik perhatiannya, namun saat tubuhnya membungkuk, ia merasakan tulang pinggangnya begitu sangat sakit.
Akan tetapi, ia sangat ingin meraih benda yang tampak begitu membuatnya penasaran.
Cahaya mentari membuat benda itu tampak berkilauan laksana emas murni yang sangat langka.
Ia memaksa tangannya untuk menggapai benda tersebut, tetapi sebuah sambaran tangan terlebih dahulu mendapatkannya dengan cepat, membuat Kenzo tercengang.
"Jangan terlalu lancang dan ingin tahu tentang sesuatu saat berada dirumah seseorang!" hardik sosok wanita yang menggunakan penutup wajah dan segera memasukkan benda yang tampak panjang itu ke dalam saku pakaiannya.
Pemuda itu tersentak kaget mendengar ucapan dari sosok wanita yang datang dengan tiba-tiba dihadapannya, dan terkesan sangat sangar tersebut.
Ia mencoba menelisik wajah dari sosok dihadapannya yang diyakini pemilik gubuk tua tersebut, bahkan ia menatapnya dengan begitu intens.
Meskipun wanita itu memakai penutup wajah, ia meyakini jika sosok itu masih berusia sangat muda, dan perkiraan Kenzo jika wanita didepannya berusia sekitar 24 tahun.
Kenzo mengamati wanita itu tanpa berkedip. Tubuhnya tinggi semampai dengan lekuk yang begitu indah dan terpahat sempurna, menyuguhkan keharmonisan yang begitu sangat mengagumkan.
Kulit putih bersih, dengan jemari yang tampak terbentuk lentik, sama halnya dengan bulu mata yang tumbuh dikelopak matanya terlihat tebal dan juga melentik dengan tebal dan indah..
Namun ia tidak dapat melihat wajah itu dengan keseluruhan, sebab ada penutup yang menyembunyikannya. Kenzo merasa sangat begitu penasaran dengan wajah dibalik penutup tersebut, apakah ia sangat cantik, atau justru sebaliknya--buruk rupa, dan bahkan bisa saja bergigi tonggos.
"Jaga sikap dan hatimu yang kotor dalam mencari tahu tentang seseorang," ucap sosok wanita misterius tersebut dengan nada sinis dan cibiran.
Seketika Kenzo tersadar, jika sang wanita dapat menebak isi hatinya dan ia tersenyum nakal. Pria itu ternyata salah menduga jika pemilik gubuk itu seseorang yang sudah berusia lanjut, namun kenyataan sosok itu masih sangatlah muda.
Sekilas Kenzo melihat jika benda itu mirip dengan sisik ular yang baru saja berganti kulit.
Akan tetapi warna sisik itu sangat begitu indah, kuning keemasan, dan mirip dengan logam mulia yang bernilai tinggi dipasar gelap.
"Mengapa ada seorang gadis hidup ditengah hutan belantara? Apakah ia seseorang yang terkena penyakit menular, hingga harus diasingkan agar penyakitnya tidak terjangkit kepada yang lain," guman Kenzo lagi--dalam hatinya.
Sebab, sesuatu hal yang tidak mungkin seorang wanita muda menghindari kehidupan glamour dan shoping di Mall, karena tabiatnya wanita itu hobby berbelanja dan hal tersebut adalah yang paling menyenangkan bagi sosok kaum hawa, kecuali wanita itu seorang primitif.
Seketika Kenzo tersadar. Ia mulai menduga-duga jika wanita itu salah satu penduduk suku primitif yang merupakan sosok kani-bal. Ia semakin bersikap waspada.
"Kau berfikir terlalu jauh, sebaiknya kau fikirkan saja dirimu sebelum menuding seseorang dengan segala asumsimu tentangku. Jika aku seorang kani-bal, mungkin aku sudah memakanmu sedari tadi saat kau masih dalam tak sadarkan diri," ucap wanita itu, bernada ketus.
Lagi-lagi Kenzo tercengang dibuat sang wanita yang seolah mampu membaca apa yang ada didalam hati dan fikirannya.
"Kamu ini siapa sebenarnya? Mengapa dapat membaca apa yang sedang aku fikirkan? Apakah kamu anak seorang dukun?" Tanya Kenzo penuh selidik.
Sosok itu menatap Kenzo sinis, lalu menepis pundak pria itu agar memberinya jalan untuk menuju dipan bambu yang tampak melapuk.
"Jika aku anak seorang dukun, lalu apa yang akan kamu lakukan?" Tanyanya kesal, Wanita itu menatap dengan pandangan yang tajam.
Pemuda tersebut bergidik dibuatnya, namun terlihat sangat seksoy, meskipun dalam kondisi marah.
"Bagus dong.. aku bisa meminta ramalan kepadamu," jawab Kenzo asal.
Sosok itu menghentikan langkahnya, terdiam mematung sejenak, lalu kembali memutar tubuhnya dan menatap pemuda yang terlihat sangat cerewet tersebut.
"Apa yang perlu ku ramalkan untukmu?" Tanya wanita itu dengan nada serius.
Kenzo tampak tersenyum geli, sepertinya ia dapat membuat wanita itu penasaran.
"Coba ramalkan nomor togel untukku?" Jawab Kenzo--asal.
Wanita itu mengerutkan keningnya, menatap penuh heran pada pria dihadapannya.
"Togel? Apa itu?"
"Hahahahaha..." Kenzo tergelak lepas sembari memegangi perutnya, ia merasa jika wanita tersebut terlalu serius menghadapi candaannya.
"Mengapa Kau begitu sangat serius sekali? Togel itu sejenis makanan ringan," jawab Kenzo yang merasa berhasil mengerjai wanita yang selalu bersikap datar itu.
Seketika sang wanita itu tersenyum misterius. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba saja seekor tikus curut sudah berada digenggamannya, dan ia ingin membalas pria tersebut yang mencoba mengerjainya.
Dengan gerakan yang sangat cepat, ia melemparkan binatang pengerat itu kepada Kenzo yang masih tampak mentertawakannya.
Wuuuush....
Braaak
Sang tikus mendarat sempurna dipundak Kenzo, sembari mengeluarkan suara cicit yang sangat menggelikan.
Saat mata pemuda itu bertatapan dengan mata sang tikus, seketika Kenzo berteriak histeris.
"Aaaaaaarrrggh..." teriaknya dengan sangat kencang--bersamaan dengan melompatnya tikus itu, lalu bergerak ke punggung dan menuju bokong.
Kenzo yang paling phobia terhadap tikus seketika terlonjak dan melompat. Ia sangat takut terhadap binatang itu, sebab memiliki trauma saat ia semasa berkuliah dan ia menginap dikos temannya.
Entah bagaiamana caranya, binatang itu dapat masuk kedalam celananya dan memberikan gigitan kecil pada rudalnya, sontak hal itu harus membuatnya dirawat inap dirumah sakit karena mengalami infeksi.
Wanita itu tertawa lepas melihat seorang pemuda yang tampal bertubuh kekar, namun kenyataannya takut dengan hanya seekor tikus saja.
"Hahahhaahaha.." wanita itu berbalik teryawa mengejek Kenzo, puas hatinya dapat membalaskan perbuatan pemuda itu barusan.
Sementara itu, Kenzo yang masih terlonjak kebingungan, terus mengusir sang tikus. Karena saking takutnya, tanpa sadar kain penutup tubuh satu-satunya itu terlepas dari pinggangnya yang membuatnya terlihat polos dan memperlihatkan auratnya yang saat itu masih mengkerut dan tertidur pulas.
Seketika Wanita itu memalingkan wajahnya, dan dengan cepat menghentikan tawanya.
Kenzo menghentikan lonjakannya saat mengetahui sang tikus telah pergi dan berlari di atas lantai tanah yang lembab, menuju sebuah lubang kecil yang merupakan sarangnya.
Sesaat ia menyadari jika ia kini polos tanpa sehelai benangpun, dan membuat sang wanita membuang pandangannya dengan memunggunginya.
Melihat hal itu, Kenzo berusaha ingin mengerjai sang wanita. Bukankah saat malam tadi ia yang mengganti pakaiannya, tentu saja wanita itu sangat jelas melihat onderdilnya, dan sekarang bersikap malu-malu.
Pemuda itu berjalan menghampiri sang wanita, masih tanpa sehelai benangpun.
"Stop! Pakai kembali pakaianmu," titah Sang gadis memperingatkan.
Namun ternyata Kenzo tidak menggubrisnya, dan ia semakin mendekatinya.
"Berhenti! Atau aku akan berbuat kasar padamu!" hardik gadis itu, dengan nada penuh penekanan.
"Mengapa kau begitu munafik, bukankah malam tadi Kau yang mengganti pakaianku, dan pastinya kau sudah melihat itu semua," ucap Kenzo dengan nada mencibir.
"Aku tidak melihat onderdilmu, lagian barang segitu kecilnya juga dibanggain dan merasa paling--wow," balas gadis tersebut.
Seketika Kenzo merasa terhina dengan apa yang dikatakan gadis itu.
Ia membolakan matanya, dan ia tidak terima dengan segala ucapan wanita tersebut.
"A-apa? Kau katakan rudalku kecil? Kau belum melihatnya ketika sedang bangun dan jika kau sudah merasakannya, maka kau tidak akan berhenti meminta," ucap Kenzo kesal, kemudian mempercepat langkahnya untuk menyergap sang gadis yang ia anggap hanya seorang gadis lemah yang sangat mudah ia taklukkan.
Namun, baru saja ia berjarak semeter dari sang wanita, sebuah tendangan mendarat di perutnya dan membuat Kenzo terpental, dan...
Braaaak...
Tubuh kekar itu membentur dinding gubuk yang rapuh tersebut, dan...
"Aaaaaaarrrgh..." suara erangan kesakitan menggema didalam gubuk yang berukuran sangat kecil tersebut.
Tubuh kekar pemuda itu mendarat dilantai tanah, masih dengan tubuh polosnya yang mana bokongnya harus rela terkena oleh tanah basah dan membuatnya kembali kotor.
Dan untungnya dinding tersebut tidak roboh, sedangkan sang pemuda meringis kesakitan.
"Siaaal! Mengapa kau begitu sangat kasar? Kau tidak tahu siapa aku, hah?" Pemuda itu terlihat berang.
"Kau hanya seorang pecundang, dan aku juga tidak perduli dengan siapa dirimu!" Balas gadis itu, kemudian berjalan mendekati Kenzo yang masih meringis kesakitan, sembari memegangi bokongnya.
Wanita itu mengambil kain penutup sang pemuda yang terlepas dilantai dengan menggunakan jemari kakinya, lalu dengan mudah melemparkannya ke arah sang pemuda.
Wuuuush...
Kain itu mendarat tepat diwajah Kenzo, dan semakin membuat pemuda itu kesal.
"Dasar--Kau! Awas saja Kau, jika aku sembuh nanti, akan ku balas semua perbuatanmu!" maki Kenzo geram.
Bukannya marah, wanita itu justru tersenyum mencibir kepada Kenzo, yang ia anggap sebagai anak laki-laki yang cengeng baginya.
Pemuda itu menghela nafasnya, ia memandang wanita itu dengan perasaan penuh kesal.
"Kembali keranjangmu, aku akan mengobati lukamu," titahnya, mengabaikan makian Kenzo kepadanya.
Sesaat sang pemuda terdiam. Ia baru menyadari jika ternyata gadis itu sedang membawa sebuah mangkuk yang berisikan ramuan herbal.
Kenzo masih termangu, dan diam ditempatnya.
"Apakah selain to-lol, kau ini juga tuli? Sehingga apa yang aku katakan padamu tidak Kau dengar?" cibir sang gadis dengan nada geram.
Pemuda itu membolakan kedua matanya. Bagaimana mungkin gadis yang tinggal dihutan itu dengan mudah menghinanya, sedangkan ia adalah orang yang paling ditakuti di dunia persaingan bisnis.
"Hei.. sopan lah terhadapku, aku memiliki banyak uang, dan aku bisa membelimu jika aku mau!" ungkap Kenzo kesal, sebab ia sudah jengah dengan segala hinaan dari sang gadis misterius.
Gadis itu berbalik menatap Kenzo dengan tatapan tak suka. "Jika begitu, obati sendiri saja lukamu! Jangan pernah merengek meminta bantuanku!" hardik sang gadis dengan sangat marah.
Kemudian ia melemparkan wadah yang terbuat dari tempurung kelapa tersebut, dan....
Wuuuuusssh...
Tempurung kelapa itu melayang mengarah kepada Kenzo, dan...
Kleeeeetaaakk....
Suara tempurung kelapa mendarat tanpa tertumpah sedikitpun dan berada tepat dihadapan Kenzo yang masih termangu melihat kemarahan sang gadis.
Dengan rasa penuh kekesalan, gadis itu bergegas keluar dari dalam gubuk dan meninggalkan Kenzo seorang diri.
Melihat gadis itu pergi dengan penuh amarah, Kenzo tersadar jika ia telah membuat sebuah kesalahan besar dengan berkata berlebihan, dan seharusnya ia berterima kasih karena telah ditolong dan diselamatkan dari kematian.
Gadis itu menghilang secepat kilat, bahkan baru saja ia keluar, namun sudah tidak terlihat dalam kerlingan mata saja.
Kenzo menarik nafasnya dengan dalam. Ia memungut wadah ramuan herbal tersebut. Ia ingin mengoleskannya, namun tidak tahu caranya, dan ia menyesal telah melukai perasaan gadis tersebut, dan hal itu membuat Sang Pemuda berniat untuk meminta maaf.
Pemuda itu berusaha untuk bangkit dari lantai. Namun, tendangan yang dilakukan oleh sang gadis yang mendarat tepat diperutnya, membuatnya merasakan sakit yang luar biasa, dan saat ia memaksa untuk bangkit, pandangannya berkunang dan perlahan semakin samar, sehingga membuatnya semua tampak menggelap, lalu....
Braaaaaak...
Ia kembali limbung ke tanah, lalu tak sadarkan diri.
Sementara itu, gadis misterius yang bernama Adhisti, menuju sebuah anak sungai yang berair jernih. Didekatnya terdapat sebuah pohon besar yang mana air itu melintasi akar pohon.
Adhisti memasukkan kedua kakinya yang mulus ke dalam air yang jernih tersebut, lalu menyibaknya dengan mengayunkan kedua kakinya.
Perlahan ia membuka penutup wajahnya. Ia bercermin menggunakan air yang jernih, lalu memegang bagian pelipis kiri hingga menuju ke pipi, tampak sisik menyerupai sisik ular dengan warna keemasan yang hampir menutup sebelah wajahnya, sehingga ia harus menggunakan penutup wajah untuk menyembunyikan wajahnya yang terlihat sangat mengerikan.
Namun, jika ia menutup bagian yang bersisik, maka wajah sebelah sisi kananya terlihat jauh berbeda, ia sangat begitu cantik rupawan, dan andai saja sisik itu tidak ada, maka ia adalah wanita paling cantik yang pernah ada.
Sesaat ia tersentak. Lamunannya terpecah saat merasakan sesuatu bergetar didalam dadanya. Bayangan akan pemuda tersebut jauh menembus penglihatannya. Ia bergegas memakai kerudung dan penutup wajahnya, lalu melesat bagaikan kilat menuju gubuk--tempat dimana ia meninggalkan sang pemuda.
Sesampainya didalam gubuk, ia melihat pemuda itu terkapar dilantai dan tak sadarkan diri.
Dengan cepat ia menghampiri sang pemuda, lalu mengangkatnya. "Dasar b0doh!" makinya dengan kesal, lalu mengambil cawat yang terlempar dilantai dan mengenakannya kepada pria itu.
Namun, ia tertegun sesaat, ketika melihat darah keluar dari sudut bibir pemuda itu. Ia memeriksa perut Kenzo dengan seksama, ternyata terjadi pendarahan, dan kulitnya tampak lebam.
Sepertinya ia begitu sangat keras saat melakukan tendangan barusan.
Ia meraba perut tersebut, lalu menempelkan telapak tangannya, tepat pada perut pemuda yang terlihat lebam tersebut.
Adhisti memejamkan kedua matanya, ia mengalirkan energi positif yang berasal dari tenaga dalamnya, kemudian ia alirkan ke dalam tubuh Kenzo.
Perlahan pemuda itu terbatuk, lalu tersadar dari pingsannya. Ia mengerjapkan kedua matanya, dan memandang sang gadis yang ternyata telah kembali, dan ia merasakan jika kepalanya berada diatas pangkuan Adhisti.
Gadis itu dengan cepat menyingkirkan tangannya yang mendarat diperut sang pemuda.
"M-maaf, terimakasih sudah menyelamatkanku," ucap Kenzo sembari mengulurkan tangannya dengan lemah kepada sang wanita yang tampak diam mematung, tatapannya terlihat dingin dan tidak begitu perduli dengan ungkapan sang pemuda.
Kenzo terdiam, lalu kembali menarik uluran tangannya yang tidak bersambut.
Mengingat ia berada ditempat yang asing dan sedang bersama sosok wanita yang sangat misterius, maka ia mencoba mengerti akan situasi saat ini, namun tetap bersikap waspada.
Kenzo kembali berusaha untuk bangkit, dan kali ini dibantu oleh Adhisti, namun masih dengan mode diam.
"Pergilah ke dipan, aku akan mengobati lukamu!" titah Adhisti, masih dengan nada datar dan terkesan dingin.
Pemuda itu menganggukkan kepalanya dengan lemah, tak ada lagi bantahan, dan ia berjalan terseok dengan langkahnya yang terasa berat--menuju dipan usang yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Sesampainya didipan tersebut, Kenzo membaringkan tubuhnya, ada banyak terdapat luka robekan yang ia dapatkan saat terjatuh didalam jurang sore semalam, dan juga tendangan berhadiah dari wanita misteriusnya.
"Siapa namamu," tanya Kenzo bersikap ramah, saat melihat Adhisti yang kini sudah duduk ditepian dipan.
Entah mengapa hatinya begitu tertarik ingin mengulik siapa tentang wanita dihadapannya. Meskipun wanita itu menggunakan penutup wajah dan yang terlihat hanya dua bola matanya dengan manik kebiru-biruan dan menambah kesan eksotis dari si pemilik bola mata indah tersebut.
"Apa pentingnya bagimu sebuah nama," ucap Sang Gadis yang terlihat tidak ingin jati dirinya diketahui oleh Kenzo.
Lagi-lagi pemuda itu harus menelan salivanya, sebab jawaban gadis tersebut masih saja tetap dingin terhadapnya.
Terlepas dari itu semua, ia mengambil ramuan yang tampak dedaunan yang dilvmatkan dan diletakkan dalam wadah tempurung kelapa, sebab tidak ada perabotan apapun yang terlihat.
Ia mengoleskan ramuan itu pada luka yang hampir merata disekujur tubuh pria tersebut.
Meskipun sikapnya begitu dingin, namun sentuhannya terasa begitu hangat. Ia terlihat begitu cekatan menyapu ramuan herbal itu disetiap luka yang terdapat ditubuh pemuda itu.
Kenzo merasakan sensasi yang begitu berbeda. Kulit sang gadis begitu terasa lembut, bagaikan kulit bayi yang baru lahir.
Selama ini ia begitu menutup dirinya dari makhluk bernama wanita, namun pertemuan tanpa sengaja dengan sosok gadis misterius tersebut, membuat kebekuannya selama ini mencair, ia ingin mengenal wanita yang telah menyelamatkannya.
"Apakah kau tinggal sendirian disini?" Tanya Kenzo lagi. Sepertinya ia tidak jera dengan tanggapan dingin dari sang gadis.
"Mengapa Kau terlalu banyak bertanya dan sangat cerewet," tukas sang gadis yang masih saja datar menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh Kenzo.
"Kamu mengapa begitu sangat galak sekali? Bukankah ada istilah yang menyebutkan, jika malu bertanya sesat dijalan? Nah, saat ini aku sedang tersesat, dan aku ingin bertanya denganmu, hanya itu saja," tukas Kenzo mulai kesal.
Jika bukan karena ungkapan terimakasih telah diselamatkan, maka ia lebih tidak ingin berlama-lama ditempat ini, sebab ada banyak yang harus dikerjakannya.
"Setelah kau sembuh, pergilah dari sini dengan segera, dan jangan pernah kembali lagi kemari! Anggap saja kita tidak pernah bertemu," ucap Sang gadis dengan nada datar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!