" Bang, aku mau kesana?"
" Heh, ngapain? Abang di sini kan cuma sebentar saja. Lagi pula Mbak ipar kamu juga udah balik ke Yogyakarta."
" Nggak mau tahu, aku mau ke sana."
Tuuuut
Brisia terkekeh puas saat mendengar jawaban dari sang kakak. Memang sudah lama dia ingin menyambangi negara yang terkenal dengan whisky dan landscape alam yang indah. Skotlandia, adalah tempat terakhir Keenan Barry Winkler dari sebagai seroang peneliti sebelum kembali ke tanah air. Dan Brisia memanfaatkan itu dengan dalih untuk bertemu.
" Beneran jadi pergi?"
" Jadi Dad, udah dapat izin dari Abang."
" Halah, kamu meskipun tidak dapat izin dari Abangmu juga bakalan tetep kesana. Wong kamu saja udah beli tiket pesawat dari jauh-jauh hari."
Brisia hanya nyengir, memperlihatkan deretan gigi-giginya saat sang ibu berkata demikian. Sebenarnya baik Jason maupun istrinya tidak melarang anak keduanya itu yang akan pergi. Hanya saja mereka sedikit khawatir. Bagaimanapun Brisia adalah seorang perempuan. Meskipun Jason tahu bahwa Brisia juga memiliki ketrampilan bela diri dan hal rahasia lainnya yang mampu untuk melindungi dirinya sendiri, tetap saja sebagai orang tua mereka menjadi was-was.
" Kamu beneran yakin mau pergi?"
" Iya, Daddy ih kenapa memangnya dari tadi bolak-balik nanya gitu. Tenang saja Dad, semua bakalan aman. Aku pergi ke LN juga bukan kali ini saja kan. Ya udah kalau begitu aku balik ke lab dulu."
Jason dan Fetisia hanya saling menatap. Entah mengapa putri bungsu mereka sangat ingin sekali pergi ke tempat kakaknya berada. Padahal kalau hanya sekedar liburan ke luar negeri, dia sudah sering melakukannya.
Namun baik Jason atupun istrinya, tidak melarang. Dia tahu kalau putrinya mampu menjaga dirinya.
Brisia Aalin Winkler, dia adalah putri kedua dari Jason Van Winkler dan Fetisia Harbert. Kakak pertamanya bernama Kenneth Barry Winkler, seorang ilmuwan jenius. Brisia juga merupakan ilmuwan dan tidak banyak yang tahu dia juga merupakan dokter. Keduanya menuruni bakat dari sang ayah. Jason adalah dokter dan ilmuwan yang hebat pula di masanya. Dia dulu bahkan merupakan dokter khusus dari salah satu klan mafia besar di tanah air, yakni Black Tiger.
Brisia, rupanya dia juga menjadi dokter dengan spesialis kejiwaan. Di rumah sakit yang didirikan ayahnya itu, selain rumah sakit umum rupanya juga ada rumah sakit untuk mengobati kejiwaan seseorang.
"Nah, formula apa kira-kira yang sebaiknya kita buat. Ck nggak ada waktu lagi sih. Kan besok aku mau berangkat. Ah iya, Daddy kan waktu itu pernah buat sesuatu yang di switch sama punya Aunty Jean kan ya. Yang bikin anu bis 'mateng' buat ngehukum para penjahat kelaminn. Bawa itu kali ya buat jaga-jaga."
Bukannya kembali bekerja sperti yang dia katakan kepada ayah dan ibunya, Brisia melah mencari formula khusus di lab guna ia bawa bepergian esok. Bagaimanapun dia juga musti punya bekal untuk pergi ke tempat yang menempuh perjalanan lebih kurang 17 jam itu.
Meskipun dia berharap perjalanannya lancar, tapi yang namanya nasib sial tidak akan pernah bisa diketahui. Ini yang namanya sedia payung sebelum hujan.
" Hoaaaam, ish tumbenan sih ngantuk begini. Padahal juga baru jam segini. Tidur saja lah."
Brisia menghentikan kegiatannya. Dia membereskan semua hal yang tadi dikerjakan dan pergi menuju ke kamar. Rasanya sudah tidak sabar untuk pergi besok. Dia sudah membayangkan negara skotlandia yang indah itu.
"Baiklah, mari kita tidur."
Di belahan bumi lain, seseorang sedang harap-harap cemas menanti sebuah kabar. Dia berharap bahwa kabar itu akan menjadi kabar yang baik.
Jika di Indonesia sudah pukul 24.00 maka di tempatnya berada sekarang masih sekitar pukul 18.00
"Tuan!"
"Oh Stu, bagaimana? Apa namanya ada di daftar penumpang?"
"Benar Tuan."
Haaah
Archie Keith Welles, dia bernafas lega saat orang yang ingin didapatkannya berada di penerbangan yang dimaksud. Dia bagaimanapun caranya harus mendapatkan wanita itu.
Bukan tanpa alasan Archie menginginkannya. Berasal dari keluarga ilmuwan dan dokter yang terkenal, ditambah memiliki hubungan saudara dengan klan mafia dari negeri Paman Sam, membuat Archie seorang pengusaha whisky terkenal sekaligus ketua mafia Scorpion Dubh menginginkannya. Baginya hanya orang itu yang dapat membantunya dalam mengatasi penyakitnya.
Meskipun begitu, dia tentu tahu resiko yang menghantuinya. Nama besar klan mafia yang berada di belakang orang itu haruslah dia pertimbangkan.
Mungkin awal mulanya akan nampak sepeti penculikan, tapi langkah selanjutnya dia hanya akan membuat kesepakatan.
"Dimana pesawat itu akan transit, Stu?"
"London, Tuan. Dia akan transit di sana."
"Bagus, dapatkan dia di sana. Jadi ketika turun, langsung bawa kemari."
"Siap, saya akan berangkat sekarang juga."
Stuart, tangan kanan sekaligus asisten pribadi dari Archie langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh tuannya. Tentang ini, hanya mereka bedua yang tahu. Stuart adalah satu-satunya orang yang ia percaya tentang segala hal yang terjadi dalam dirinya. Dan ia sangat bersyukur akan hal tersebut.
"Semoga dia bisa, semoga dia bisa melakukannya untukku. Kau harus sembuh ya. Kau harus bisa berdiri agar Wilma puas. Dia sudah banyak bersabar tentang ini."
Haaah
Archie membuang nafasnya kasar. Dia sungguh tidak tahu mengapa miliknya begitu tidak berdaya begini. Bahkan di depan tunangannya pun dia tidak memiliki kekuatan untuk berdiri.
Selama ini jika Wilma menginginkannya, Archie hanya bermain menggunakan tangan. Dengan dalih dia ingin menjaga Wilma hingga waktu pernikahan tiba.
Tapi pada kenyataannya dia kebingungan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Hingga dia mencari informasi tentang orang yang besok akan ia dapatkan itu. Dia yakin betul bahwa orang itu akan membantunya.
"Wilma, aku sungguh mencintaimu. Aku harap semua ini akan berguna sehingga kamu tidak pergi dariku."
Sungguh cinta yang tulus bukan. Wilma Gormelia adalah wanita yang sudah lama dikenal oleh Archie. Semua iri kepada wanita 28 tahun itu karena sangat dicintai oleh pengusaha ternama. Semua wanita ingin menjadi dirinya.
Wilma pun tentu bangga akan dirinya dan begitu percaya diri. Dia menjadi satu-satunya yang mendapat perhatian hangat dan sikap lembut dari Archie. Semua karena mereka tumbuh bersama, dan pada akhirnya keduanya bertunangan.
Namun, apakah cinta Archie sama dengan cinta Wilma? Entahlah, tapi yang pasti, pria itu begitu mencintai tunangannya. Pesta pernikahan yang mewah pun sudah mulai dipersiapkan padahal masih ada waktu sekitar sebulan lagi.
" Dia pasti akan sangat puas bukan?" ungkap Archie. Dia tidak sabar memberi kejutan pesta pernikahan yang mewah dan megah kepada tunangannya itu.
Namun lebih dulu dia harus membuat juniornya bisa berdiri tegak agar mampu menyenangkan istrinya kelak. Jika hanya pesta megah namun malam pengantin tidak terlaksana, maka semua akan percuma bukan?
TBC
Disclaimer. Cerita ini tentang Disfungsi Ereksi yang memang butuh proses penyembuhannya. Bukan tipe cerita cowok impoten ketemu cewek terus langsung bisa berdiri. Tidak ya, jadi please jangan sampai ada yang bilang, kok lama sih sembuhnya. Sabar ya ges ya hehehe
Selamat membaca, mohon dukungannya ya.
"Briiii, Brii banguuuun!"
Brisia terkejut mendengar teriakan dari sang ibu. Fetisia sudah berkali-kali mengetuk pintu kamar Brisia namun putri bungsunya itu tak juga bangun. Jurus terakhir adalah dengan teriakan menggelegar dari sang ratu kediaman Winkler.
"Iya Mom, ini udah bangun."
"Cepetan, ntar keburu ketinggalan pesawat baru tau rasa."
Brisia tak lagi menjawab. Dia bergegas untuk mencuci muka dan menggosok giginya. Tidak mandi, yups wanita berusia 28 tahun itu tidak lagi mandi. Sudah tidak ada waktu lagi untuk melakukan itu.
Dia menggunakan pakaian yang simple, sedikit memberi pelembab pada wajahnya dan tabir surya agar tidak terbakar sinar matahari. Tidak memakai lipstik, Brisia lebih suka mengenakan lips serum sebagai penghias bibirnya.
"Dah, sempurna," ucapnya puas ketika melihat tampilannya dalam cermin.
Gredeeek
Cekleek
Brisia menarik kopernya keluar kamar, dia dengan cepat menuruni tangga dan menuju ke ruang makan. Sebuah tempat makan sudah diulurkan oleh ibunya. Fetisa tahu betul anaknya itu pasti tidak akan menyentuh makanan karena sudah terlambat.
"Thank Mom. Oh iya, Mommy sama Daddy nggak usah nganter. Aku udah pesen ojek online, biar ceper."
"Iya, hati-hati," ucap Fetisia dan Jason secara bersamaan.
Tiiin tiiin
Brisia bejalan cepat keluar rumah, diikuti oleh kedua orang tuanya. Setelah berpamitan, dia segera naik motor dan melesat pergi.
Fyuuuu
Fetisia menghela nafasnya panjang, dan hal itu membuat Jason menolehkan pandangannya ke arah sang istri.
"Kenapa hmmm?"
"Entahlah, aku rasa anak itu akan membuat masalah."
Jason tertawa saat itu juga. Dia sebenarnya merasakan firasat yang sama. Namun karena tidak ingin membuat istrinya khawatir, Jason memilih diam.
"Doakan saja, semoga Brisia tidak melakukan itu. Di sana juga ada Ken. Kakaknya tahu betul gimana ngadepin adik satu-satunya itu."
Fetisia mengangguk, dia percaya jika itu Kenneth. Hanya saja Fetisia ini sungguh terkadang tidak terduga. Beberapa kejadian sebelumnya yang ia lakukan banyak membuat kegaduhan yang luar biasa pada sahabat dekat keluarga mereka.
Kasus formula penghilang memory. Itu kasus yang lumayan menggemparkan. Meski bukan ke publik, namun semua relasi keluarga tahu dan hampir saja membuat seorang anak tidak lagi bertemu ayah kandungnya.
Brisia melakukan itu saat umurnya masih 21 tahun, dimana dia masih belum paham betul bahwa apa yang dia lakukan memiliki efek jangka panjang yang bisa saja fatal.
(Nah yang pengen lihat kasus obat penghilang ingatan Brisia, di judul " JANGAN MENANGIS BUNDA" jika berkenan sila baca kesana ya :) )
"Ya semoga semuanya baik-baik saja."
Pasangan suami istri itu kembali masuk ke dalam rumah untuk melanjutkan sarapan mereka. Sedangkan Brisia, dia sudah sangat semangat untuk pergi. Ponselnya berbunyi terus, ia yakin itu pesan dari beberapa orang. Dan pasti salah satunya adalah sang kakak.
"Entar aja balesinnya kalau udah sampai di bandara,"ucap Brisia. Saat ini dia lebih ingin fokus aman dalam berkendara.
"Mang cepetan dikitt, mumpung sepi. Entar ditambahin ongkosnya."
"Siaaap."
Brisia mengencangkan pegangannya dan si driver ojek online mulai mengeratkan tangannya untuk mempercepat motor. Sesuai keinginan Brisia yakni untuk lebih cepat, dan memang benar mereka pun kemudian sampai setelah satu setengah jam perjalanan.
"Nah ini Mang. Makasih ya."
"Waaah banyak amat Neng?"
Brisia hanya tersenyum. Dia memberikan tiga lembar seratus ribuan kepada si tukang ojek. Dan orang itu begitu senang ketika menerimanya. Ini rejeki yang tidak disangka baginya.
Brisia kemudian berlari menuju tempat boarding pass. Hanya rentang waktu 30 menit, pesawat yang ia naiki lepas landas.
"Haaah, akhirnya. Skotlandia, i'm comiiiing."
Perjalanan yang sama sekali tidak dekat itu membuat Brisia memutuskan untuk kembali tidur. Baginya tidur dimanapun tempatnya tidak jadi soal. Dia bahkan terkenal PELLOR alias nempel molor. Dia juga lupa harus membuka ponselnya dan melihat siapa saja yang menghubunginya. Ya itu bisa dilakukannya nanti ketika pesawat transit di negara yang sudah ditentukan.
Sedangkan itu, si negara yang sudah ditentukan untuk transit, seseorang telah menunggu. Dia datang hanya sendiri. Baginya datang sendiri seperti ini bukan hal yang sulit. Malah dia lebih senang melakukannya karena bisa leluasa dalam menjalankan tugas sang tuan.
Stuart, belum lama dia sampai di negara itu. Masih ada beberapa waktu baginya untuk menunggu. Maka dari itu pria tersebut memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kota yang memiliki banyak land mark menarik untuk dikunjungi.
Namun Stuart memilih Beaversfield Park, sebuah taman yang indah dan tenang yang cocok untuk piknik keluarga atau berjalan-jalan santai. Taman tersebut memiliki letak yang tidak jauh dari Heathrow Airport, hanya kurang lebih 10 menitan saja.
"Haaah, rasanya menyenangkan juga melakukan tugas seperti ini. Bisa sedikit untuk menghirup udara segar dan melihat orang-orang yang sedang berpiknik."
Stuart mengambil nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Dia memilih duduk di sebuah bangku panjang yang memang kosong. Matanya menyusuri setiap sudut taman.
Pria tersebut tersenyum ketika melihat sebuah keluarga kecil yang tengah berjalan bersama. Sepasang pria dan wanita, dan ditengahnya ada seorang anak kecil. Mungkin berusia 3 atau 4 tahunan.
Stuart membayangkan jika itu adalah tuannya dan calon nyonyanya. Archie pasti akan sangat bahagia jika bisa membentuk keluarga seperti itu.
"Semoga orang yang diambil oleh Tuan ini bisa membantunya." Doa Stuart begitu tulus. Baginya Archie tak hanya sekedar majikan, dia bahkan sudah menganggap Archie sebagai keluarganya sendiri. Meskipun dia juga tidaklah berani dan lancang untuk mengungkapkan perasaannya tersebut.
Yang utama bagi Stuart adalah Archie bahagia. Dia bisa melakukan apapun asalkan Archie bahagia.
Degh!
"Bukankah itu Nona Wilma?"
Stuart langsung bangkit dan berlari. Bukan menghampiri Wilma yang merupakan tunangan Archie, melainkan dia berlari untuk bersembunyi. Dia yang berada di sana tidak boleh ketahuan oleh Wilma. Jika sampai ketahuan maka akan banyak pertanyaan yang mana Stuart tidak akan bisa menjawabnya.
Misi yang ia lakukan ini adalah rahasia. Karena jika Wilma tahu, mungkin wanita itu akan meninggalkan Archie.
"Tapi ada urusan apa dia kemari? Bukankah katanya dia sedang menghadiri undangan pagelaran busana di Milan?"
Ya, setahu Stuart dan memang benar karena ketika Wilma berbicara kepada Archie, wanita itu hendak pergi ke Milan. Undangan yang diberikan pun jelas-jelas untuk acara di Milan. Tapi apa yang dilihat oleh Stuart tentang keberadaan Wilma di London tentu bukanlah ilusi mata.
"Eh, siapa pria itu? Aku belum pernah melihatnya."
Memberi salam dengan saling mencium pipi di luar negeri meski itu lawan jenis mungkin sudah biasa. Namun mereka juga tidak akan melakukannya jika tidak kenal akrab. Dan melihat gesture keduanya, mereka seperti sudah saling mengenal dengan dekat.
Sreet
Cekrek
Stuart mengambil ponselnya dan segera mengambil gambar keduanya. Sebenarnya ada setidaknya lima orang disana, namun yang tampak dangat dekat hanya Wilma dan pria itu.
"Siapa dia?"
TBC
Aaaahhh
Suara desahhan memenuhi kamar. Seorang wanita dan seorang pria tengah bercumbu, keduanya menikmati sentuhan satu sama lain.
"Apa tidak masalah kamu di sini sekarang. Jika ketahuan, dia bisa membuatmu hancur."
"Dia tidak akan tahu. Dan dia tidak akan pernah bisa membuatku hancur. Dia sangat mencintaiku, buktinya dia bahkan sudah menyiapkan pesta pernikahan mewah untuk ku. Eughhh, aah ya di sana. Itu sungguh nikmat eughhh."
Tubuh wanita itu menegang matanya membuka dan menutup saat sesuatu yang paling sensitif dari miliknya di mainkan dengan lidah.
"Huh, kenapa kau menikmatinya sendiri, Wilma?"
"Kalau begitu, mari lakukan bersama agar kita sama-sama bisa menikmatinya. Lihatlah, ini sudah sangat siap."
Wilma, ya wanita itu adalah Wilma tunangan dari Archie. Saat ini dia tengah membuka kakinya lebar-lebar, dan siap menerima batang milik pria yang bukan tunangannya.
Alasannya hanya satu Archie tidak mau melakukannya. Maka dari itu dia mencari dari pria yang lain, yang mampu memberikannya kenikmatan yang diinginkan.
Aaaah
"Bergerak lebih cepat, Tony. Aku ingin kau melakukannya dengan kekuatan mu yang paling besar."
"Cih, kau selalu tidak sabar Wilma. Nah rasakan ini."
Eughhh
Tidak pernah Archie tahu kalau Wilma termasuk wanita yang memiliki gairah seksual yang tinggi. Dia tentu butuh pria untuk menyalurkan hasratnya. Selama ini Wilma tidak mendapat dari Archie, maka dari itu dia menginginkannya dari pria lain. Termasuk saat ini adalah Tony. Pria yang ia temui di London. Pria yang jika boleh bilang, baru beberapa kali bertemu.
Tony adalah model yang dia temui di Milan. Karena Wilma sering mendatangi acara pagelaran busana di Milan, maka dia pun sering bertemu juga dengan Tony. Merasa tertarik, Wilma meminta kontak Tony, dan mereka berakhir di sini.
Dari Milan, tepatnya setelah acara, keduanya langsung terbang ke London. Untuk menyamarkan jejak, Wilma membawa beberapa rekan Tony yang lain sehingga mereka tidak tampak seperti hanya pergi berdua. Mereka juga tidak naik dengan pesawat yang sama.
"Bagaimana, apa ini sesuai dengan selera mu hmmm?"
"Eughh ya, tapi kau kurang cepat, Tony."
"Waah kau gila, Wilma. Jika biasanya mereka sudah kewalahan dengan batang milikku ini, tapi kau merasa kurang. Kau sungguh maniak seks Wilma."
Hahahaha
Wilma tertawa puas, terserah dia mau dibilang apa tapi yang penting dirinya menikmati hal tersebut.
Setelah selesai melakukannya, Wilma bergegas membersihkan diri, berganti pakaian, dan pergi dari kamar hotel tu.
"Mau kemana?"
"Pulang, tunanganku pasti sudah sangat merindukanku bukan?"
Apa?
Tony terkejut bukan main. Pulang, sungguh hal yang tidak pernah ia duga. Baru saja mereka melakukannya dan itu pun bukan hanya sekali, namun Wilma seolah tidak memiliki rasa lelah. Dia saja yang laki-laki merasa lelah akan hal tersebut.
"Kau tidak capek?"
"Tidak, karena dirimu belumlah apa-apa."
Tony membulatkan matanya mendengar ucapan dari Wilma, dan selanjutnya pria itu menggelengkan kepalanya pelan. Bagaimana mungkin dia bertemu dengan wanita yang semenakutkan ini.
Tony, dia juga bukan pria suci nan baik. Dirinya sudah bermain dengan beberapa wanita juga. Jika biasanya dia akan menjadi pemimpin, dan superior atas pasangan di atas ranjangnya, maka dengan Wilma tidak. Wanita itu lah yang sungguh-sungguh memimpin dan menjadikan dirinya hanya seorang boneka.
"Sial, dia benar-benar menakutkan,"ucap Tony saat Wilma sudah keluar dai kamar.
Tony juga merasa heran, mengapa seorang pengusaha hebat seperti Archie tidak pernah mengetahui kelakuan Wilma. Apakah saking rapinya perbuatan wanita itu, atau saking bodohnya si pria, sehingga sampai detik ini pun dia tetap begitu mencintainya.
"Bukan urusanku, bagiku dengan wanita itu hanyalah bisnis diatas ranjang saja. Urusan pribadinya, tidak akan pernah ingin ku ketahui."
Bluk!
Tony kembali merebahkan tubuhnya. Jujur saja , bermain dengan Wilma cukup membuatnya sangat lelah dan dia butuh mengembalikan tenaganya itu. Lagi pula kamar hotel itu di sewa untuk ditinggali sehari semalam, sayang kalau harus buru-buru pergi bukan?
Sedangkan Wilma dia bergerak cepat menuju ke bandara. Ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, ia bernafas lega karena masih ada waktu sekitar 45 menit untuk pesawatnya lepas landas.
Tap tap tap
Tidak banyak barang bawaan milik Wilma, hanya sebuah koper kecil saja sehingga dia pun dengan mudahnya membawa sendiri.
"Aku benar-benar tidak salah lihat. Itu memang Nona Wilma."
Stuart kini sangat yakin ketika kembali melihat ada Wilma di bandara tersebut. Wilma yang Stuart lihat begitu terburu-buru. Dan Stuart juga tidak ingin mengejarnya. Baginya tugas utama adalah mengamankan ilmuwan itu dan bukannya mencari tahu tentang apa yang tunangan tuannya lakukan.
Stuart memilih abai, dia lalu duduk untuk menunggu maskapai yang memang dia tunggu.
Beberapa jam berlalu dan pesawat yang ditunggu oleh Stuart pun datang. Dia masuk ke dalam sana dengan mudah karena dia pun juga akan menggunakan penerbangan yang sama. Tentu saja semua sudah direncanakan. Bagaimanapun Archie adalah seroang mafia, dia bisa melakukan banyak hal.
"Penerbangan dari Indonesia? Aah itu dia."
Stuart bergegas, yang dia tahu transit kali ini tidak lah lama. Terlebih dulu dia harus menemukan targetnya.
Satu persatu penumpang pesawat keluar. Stuart melihatnya dengan seksama agar tidak terlewat.
"Ketemu, dia orangnya."
Wanita dengan tinggi kurang lebih 5 kaki lebih 5 inci, dengan wajah yang tidak sepenuhnya khas indonesia dan berambut coklat sedikit ikal. Hidung mancung, bola mata berwana coklat terang.
"Wanita yang cantik,"ucap Stuart. Dia kemudian berjalan lebih dekat lagi ke tempat wanita itu berada. Dia terlihat sedang ingin makan, tingkahnya yang menurut Stuart tidak ada anggun-anggunnya tapi entah mengapa malah membuat wanita itu menarik.
"Brisia Aalin Winkler. Ku harap kau benar-benar bisa mengobati Tuan ku."
waktu transit selesai. Semua penumpang dengan tujuan Skotlandia kembali ke pesawat. Brisia sedikit heran, ketika berangkat di sisinya tidak ada penumpang lain, tapi sekarang ada.
"Ah biarin aja." Begitulah ucapnya, dia tentu tidak peduli. Perjalanan yang hanya kurang setengah lagi itu tentu sudah sangat ia nantikan. Namun apa yang ia harapkan itu agaknya tidak sesuai dengan kenyataan. Kenapa demikian, karena dia ketika dia membuka matanya, dia sudah tidak ada lagi di pesawat, melainkan sebuah kamar yang bisa dikatakan mewah. Dan terlihat begitu futuristik.
"Dimana ini? Kok aku bisa di sini? Kok aku nggak sadar udah turun dari pesawat. Buseeet, apa aku di culik?" Meskipun berusaha untuk tenang, tapi tetap saja ada rasa panik yang menyelimuti dirinya.
Brisia kemudian memeriksa semua tubuhnya, semua masih utuh, tangan kaki dan tubuhnya tidak ada yang diikat. Mata dan mulutnya juga bisa melihat dan bicara dengan lancar tanpa hambatan.
"Selamat datang Nona Brisia Aalin Winkler di mansion Wallace. Semoga Anda tidak kebingungan akan keberadaan Anda saat ini."
Apa?
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!