NovelToon NovelToon

Pacarku, Cinta Monyetku

Perlengkapan Ospek

Aliza Syafira, gadis berusia 18 tahun. Mahasiswa baru di salah satu universitas ternama di kota A. Jurusan yang diambil adalah Manajemen Bisnis, sesuai keinginan ayahnya. Kelak dia akan menggantikan ayahnya untuk memimpin perusahaan yang keluarganya miliki.

Aliza gadis yang cantik dan periang dengan senyuman manis yang selalu menghiasi wajahnya.

Hari ini adalah hari OSPEK pertama Aliza dan mahasiswa baru lainnya.

Mahasiswa baru diharuskan untuk memakai kalung nama dari tali rafia dan kertas karton warna putih. Nama-nama binatang adalah nama yang harus dituliskan pada masing-masing kertas karton mahasiswa baru. Bukan hanya itu, mahasiswa baru juga dianjurkan untuk membuat topi koboi dari kertas karton.

Aliza yang baru sampai di kampus dengan diantar supir. Menunggu teman-temanya di taman kampus. Duduk di sebuah kursi dekat pohon besar sebagai penyejuk.

Selang beberapa menit duduk, ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk, yang tak lain adalah dari grup chat “Komp4k”.

Amila

“Woy, kalian dimana?"

Aliza

“Di taman. Buruan sini! Gue sendirian!”

Amila

"Oke, gue udah di depan kampus."

Hilya

"Di jalan"

Nisa

"Jalan"

Aliza mulai berteman dengan Amila dan Nisa sejak duduk di bangku kelas 1 SMA. Sedangkan Hilya, teman Aliza satu SMP, SMA, sampai sekarang.

Karena rasa persahabatan yang erat, mereka berempat memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke universitas yang sama. Dan mengambil jurusan yang sama.

“Lo udah lama nunggu?” tanya Amila yang baru tiba di taman.

“Belum lama sih,” jawab Aliza.

“Yang lain kok lama, ya?” Amila duduk di kursi taman sembari mengambil ponsel untuk menghubungi teman-temannya.

“Lo kayak nggak tau aja kebiasaan mereka.” seru Aliza diselingi tawa.

“hahaha, iya juga ya.” Amila ikut tertawa, dan membatalkan niatnya untuk menghubungi sahabatnya yang memiliki kebiasaan terlambat.

“Oh iya, perlengkapan OSPEK lo mana?” lanjut Amila penasaran karena tidak melihat perlengkapan OSPEK yang dibawa Aliza.

“Gue minta tolong buatin sama Hilya, soalnya lagi malas.” seru Aliza.

“Kalau malas sih lo udah dari sananya kali.” ucap Amila sembari tertawa.

“ Eh, itu mereka datang.” seru Amila sambil melambaikan tangan kearah Hilya dan Nisa.

Hilya dan Nisa berjalan ke taman tempat Aliza dan Amilia duduk. Mereka pun ikut duduk.

“Kita belum ngumpulkan?” tanya Hilya ketika duduk di samping Aliza.

“Belum, masih 15 menit lagi.” seru Aliza sambil melihat jam tangannya.

“Perlengkapan gue mana?” lanjut Aliza.

“Nih, lain kali bikin sendiri dong. Ngerepotin orang aja.” ucap Hilya sedikit kesal sembari memberikan perlengkapan OSPEK milik Aliza.

“Masa sama teman sendiri nggak mau bantu sih. Dasar pelit!” Seru Aliza sambil mencibirkan lidahnya.

“Bukannya terima kasih, malah ngatain gue pelit lagi.” Gerutu Hilya kesal.

Aliza, Amila dan Nisa tertawa mendengar gerutuan Hilya.

Hilya, orangnya memang mudah kesal, tapi dia sahabat yang sangat baik dan mau membantu temannya. Buktinya dia mau membantu Aliza membuatkan perlengkapan OSPEK.

“Lo jadi ngambil nama monyet, za?” tanya Nisa sambil melihat kalung nama miliki Aliza.

“Ya jadi dong. Emang kenapa?” seru Aliza.

“Nggak ada, Cuma nanya aja. Soalnya mirip.” ucap Nisa sembari tertawa diikuti Amila dan Hilya.

“Apaan sih,” gerutu Aliza kesal.

“Emang cocokkan. Sama-sama suka manjat.” seru Hilya dengan tertawa keras.

Aliza memang bisa memanjat. Tapi belum terbilang suka. Kalau lagi mood atau ada perlu, Aliza akan dengan senang hati melakukannya.

Semua Anak SMA tahu Aliza bisa manjat pohon. Waktu itu, Aliza yang manjat pohon jambu di belakang sekolahnya di foto dan di sebarkan oleh seseorang yang belum diketahuinya sampai sekarang.

Saat itu Aliza sedikit malu, tapi dia tidak mau terlalu memperlihatkannya. Dan tetap menunjukkan sikap cool dan cuek.

Jika ada yang menertawakan, dia hanya diam dan bersikap biasa saja. Kalau sudah terlalu kesal, dengan sok tegar dia akan mengucapkan terima kasih pada orang yang menyebarkan fotonya, karena dia menjadi siswa populer dan tambah banyak dikenal siswa lainnya.

*

*

*

Jangan lupa like dan komen!

Terima kasih sudah membaca!

Wahyu Pratama

"Biarin,” ketus Aliza.

“Emang kalian pake nama apa sih?” lanjut aliza.

“Kalau aku si kucing imut,” ucap Nisa memperagakan wajah kucing dengan memajukan bibirnya. Kedua jari telunjuk dan tengah sebelah kiri dan sebelah kanan diletakkan di pipinya yang chubby.

“Kalau aku si kelinci manis,” ucap Hilya dengan memperhatikan senyum gigi kelincinya. Hilya akan kelihatan manis ketika memperlihatkan gigi kelincinya.

“Lo apa mil?” tanya Nisa.

“Gue,,,,,,,,,,,kasih tau nggak ya?” ucap Amila dengan meletakkan jari telunjuk di dagu, seperti orang berpikir.

“Nggak perlu!” Jawab Hilya, Aliza, dan Nisa serempak.

“Eeeh, kok pada ngambek sih, hehe. Kalau gue jadi Kancil si cerdas,” ucap Amila percaya diri dengan memperagakan jari telunjuk di samping kepalanya.

“Uwek.” seru hilya, Nisa dan Aliza serempak.

“Percaya diri banget sih,” seru Hilya.

“Ya harus dong.” seru Amila sembari mengambil ponsel dari dalam tasnya.

“Kita Selfi, yuk! mau bikin status.” lanjut Amila sambil membuka aplikasi kamera di ponselnya.

Mereka pun mengambil posisi yang nyaman dan terlihat di kamera. Baru sebentar saja, tapi ponsel Amila sudah dipenuhi foto mereka dengan berbagai pose dan ekspresi.

Kebiasaan mereka memang seperti itu, sekali ngambil foto langsung ratusan gambar yang tersimpan di galeri hp.

Setelah mengerahkan segala pikirannya untuk memilih foto yang bagus diantara ratusan foto, akhirnya Amila memposting dua buah foto dengan ekspresi berbeda yang bagus menurutnya. Dan tak lupa nge-tag teman-temannya. Dengan caption” semakin hari, kok aku semakin cantik ya?”.

“Lo yakin mau nulis caption kayak itu?” seru Aliza yang duduknya dekat dengan Amila. Sehingga dia bisa melihat apa yang di tulis Amila.

“Yakin, dong. Kan emang fakta.” seru Amila percaya diri. Mendengar itu, Aliza, Hilya, dan Nisa memutar bola matanya sebal dengan ucapan Amila.

Emang temannya yang satu itu punya kepercayaan diri yang tinggi di antara mereka berempat.

***

Seluruh mahasiswa baru dari jurusan Manajemen Bisnis berkumpul di lapangan. Para dosen dan senior pun sudah berkumpul.

“Mohon perhatiannya!” ucap salah seorang senior dengan suara yang lantang menggunakan mic.

Mahasiswa pun seketika menjadi tenang.

“Terima kasih atas perhatiannya. Saya Rio Apriansyah selaku wakil ketua HIMA akan memimpin acara kedepannya. Langsung saja, sambutan pertama akan disampaikan oleh dekan kita. Kepada pak dekan dipersilahkan!” Lanjutnya sembari menyerahkan mic.

Kepala dekan mengambil mic dan menyampaikan isi sambutannya. Menyampaikan beberapa pengumuman terkait peraturan yang harus dipatuhi selama OSPEK berlangsung. Dan selama menjadi mahasiswa di universitas tersebut. Selesai menyampaikan sambutannya dengan diselingi para mahasiswa yang bertepuk tangan, pak dekan mengembalikan mic nya.

“Terima kasih atas sambutan yang telah diberikan oleh pak dekan kita. Selanjutnya, sambutan dari ketua HIMA. Kepada ketua HIMA kita dipersilahkan!” Seru Rio.

“Langsung saja, saya Wahyu Pratama, selaku ketua HIMA akan menyampaikan beberapa pengumuman,” ucap Wahyu tegas.

Para maba perempuan sontak saja menjadi heboh karena ketampanan Wahyu dan wibawanya dalam memberikan arahan.

(maba : mahasiswa baru😊).

“Ya ampun, ketua HIMA kita ganteng banget,” ucap seorang maba takjub.

“Keren juga.” lanjut maba lainnya.

Tak kecuali dengan gerombolan Aliza dan teman-temannya. Amila dan juga Nisa yang nampak kagum dengan pesona Wahyu. Kecuali Aliza dan Hilya yang nampak kebingungna. Mereka nampak saling pandang dan ingin mengutarakan fikiran masing-masing.

“Wahyu Pratama? apa dia Wahyu yang itu ya?” batin Aliza kebingungan.

“Apa dia kak Wahyu yang satu SMP dengan kami?” batin Hilya.

“Kok ekspresi kalian berdua gitu sih?” Tanya Amila heran dengan ekspresi Hilya dan Aliza.

“Itu, soalnya...” ucapan Hilya dipotong oleh Aliza.

“Saking tampannya, makanya ekspresi kita berdua kayak ini. Iya kan Hil?” seru Aliza sembari mengedipkan matanya.

Untuk sementara, Aliza tidak akan menceritakan pada Nisa dan Amila kalau dia mengenal ketua HIMA yang sedang bicara di depan, sebelum dia memastikan apakah itu orang yang sama dengan orang yang dikenalnya.

.

*

*

*

Apakah Wahyu sang ketua HIMA adalah sosok Wahyu yang pernah dikenal Aliza?

Apa yang sebenarnya terjadi antara Aliza dan Wahyu?

***

jangan lupa like dan komen!

Terima kasih sudah membaca!

Hilang

Aliza belum pernah bercerita kepada Amila dan Nisa, tentang kisah cinta monyet yang dialaminya saat masih duduk di bangku SMP.

Hanya Hilya yang tahu, karena mereka sekolah di SMP yang sama. Aliza sendiri, berusaha untuk melupakannya, namun kisah cinta masa remaja nya itu tidak mau pergi dari pikirannya. Jika mengingatnya dia akan merasa malu sendiri akan tingkahnya saat baru mengenal cinta.

Flashback on

Di parkiran SMP XX, seorang siswa perempuan nampak sedang menunggu seseorang di sebelah sepeda motor berwarna hitam.

Kala itu parkiran nampak sepi, dan hanya ada beberapa sepeda motor dan mobil.

Tak berselang lama seorang siswa laki-laki masuk ke area parkir dan menuju sebuah mobil hitam yang sudah menunggunya. Siswa perempuan itu pun langsung menghampiri siswa tersebut.

Saat itu, parkir sudah sepi, karena hampir semua siswa sudah pulang. hanya tinggal beberapa yang belum pulang karena ada beberapa hal yang perlu diselesaikan.

“Kak, ini untuk kakak,” ucap gadis tersebut sembari menyerahkan sebuah amplop berwarna pink yang baru diambilnya dari dalam tas.

“Surat? untuk apa?” Tanya siswa itu kebingungan sembari membalik-balikkan surat.

“Untuk kakak lah! Pokoknya kakak baca di rumah ya! Aliza pergi dulu. Bye kakak ganteng.” ucapnya sembari berlalu dengan berlari.

Siswa laki-laki yang kebingungan hanya bisa menatap punggung gadis kecil yang sudah memberikannya surat beramplop pink .

“Aliza? jadi namanya Aliza. Gadis yang imut.” ucapnya sedikit menyunggingkan senyumannya.

Dia pun menyimpan surat tersebut ke dalam tas. Lalu menaiki mobil yang sudah menunggunya di parkiran sekolah.

Flasback off

“Lupakan!” seru Aliza berulang kali sembari menggelengkan kepalanya.

Nisa, Amila, dan Hilya yang melihat kelakuan Aliza, menjadi kebingungan.

“Lo kenapa? sakit?” seru Hilya memperhatikan Aliza.

“eh, apa? Iya. Gue baik-baik aja." Jawab Aliza gelagapan.

Mendengar jawaban Aliza, mereka hanya diam keheranan melihat temannya yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu.

“Perhatian semuanya!” Seru Wahyu lantang. Maba yang tadi ribut, kembali tenang mendengar perintah Wahyu.

“Hari ini adalah hari OSPEK pertama kalian. Sebelumnya kami sudah menyampaikan untuk menyiapkan perlengkapan Kalung nama dan topi koboi. Jika nanti ada yang tidak membawa perlengkapan, kami tak akan segan-segan memberikan sanksi. Karena sebelumnya sudah kami umumkan. Untuk hari selanjutnya, kalian harus melukis wajah sesuai dengan nama binatang yang kalian tulis di kalung nama.” ucap Wahyu tegas.

“Nanti kalian akan dibagi beberapa kelompok. Setiap kelompok nanti akan menampilkan bakat masing-masing untuk di lombakan antar kelompok. Kelompok yang menang akan mendapatkan hadiah dari kami. Sekian pengumuman dari saya. Pembagian kelompok nanti akan disampaikan oleh Rio.” lanjutnya. Lalu menyerahkan mic ke tangan Rio kembali.

“Karena jumlah kalian semua 100 orang. Jadi, kami sudah membagi kalian menjadi 5 kelompok. Yaitu kelompok A, B, C, D, dan kelompok E. Masing-masing kelompok akan didampingin oleh beberapa orang senior.” seru Rio.

Rio mengumumkan nama-nama maba yang masuk kelompok A, B, C, D, dan E. Aliza kebagian kelompok A. Sedangkan Hilya dan Nisa kebagian kelompok C. Amila kebagian kelompok D.

Pemilihan kelompok dilakukan acak. Lalu Rio mengumumkan beberapa senio yang mendampingi masing-masing kelompok. Setelah membagi kelompok, para maba dipersilahkan untuk masuk ke ruangan yang telah ditentukan sesuai kelompoknya masing-masing.

***

Dalam ruangan kelompok A

“Apa ada yang tidak membawa perlengkapan OSPEK? Siapa yang tidak membawa silahkan maju ke depan. Sebelum kami yang menariknya secara paksa.” Ucap senior perempuan tegas, yang berdiri disamping dua senior,

perempuan dan laki-laki.

Di barisan tengah, nampak seorang maba memanggil teman sebelahnya.

“Psst, hei!” Bisiknya kepada teman sebelahnya.

Kebetulan teman sebelahnya adalah Aliza.

Karena mendengar suara di sebelahnya, Aliza melirik gadis yang berusaha berbisik kepadanya.

"Gue?" tanya Aliza sembari menunjuk dirinya sendiri. gadis tersebut pun mengangguk

“Ada apa?” tanya Aliza

“Kalung nama lo mana?” Tanyanya. Karena dia tak melihat Aliza memakai kalung nama.

Aliza pun melihat ke arah lehernya. Terkejut karena tak mendapati kalung namanya di leher. wajahnya pun seketika berubah menjadi pucat.

Takut kena hukuman, padahal baru hari pertama OSPEK. Aliza hanya bisa menundukkan kepalanya. Aliza memang kadang bersikap sembarangn di depan teman-temannya. Namun, jika berhubungan dengan peraturan sekolah dia akan selalu berusaha mematuhinya.

*

*

*

Jangan lupa like dan komen!

Terima kasih sudah membaca!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!