Aaakkkhhh !!!
“Shhhhh, gue bisa kehabisan darah kalau di sini terus” Sarkas pria yang saat ini terngah bersembunyi di balik semak-semak.
Brum… Brum… Brum…
Laki-laki itu menutup mulutnya manakala dia mendengar suara derungan beberapa motor yang akan datang ke arahnya.
Deg !
Jantung laki-laki itu hampir lepas dari tempatnya, ketika derungan motor itu berhenti di sampingnya yang hanya terhalang oleh semak belukar.
“Kita kehilangan jejak ketua”
“Cari dia sampai ketemu, kita habisi dia mala mini juga”
“Siap ketua”
Srak …
Laki-laki itu tidak sengaja menginjak potongan ranting pohon yang berada di dekatnya, dia lalu menutup mulutnya dengan kedua tanganya dan mengintip dari celah persembunyiannya.
“Seperti ada orang di sana” Ucap salah satu dari mereka
“Kalian periksa di sana” Titah salah satu dari mereka sepertinya dia adalah ketua geng motor itu.
Jantung laki-laki itu sepertinya berhenti berdetak karena panik, namun geng motor itu menghentikan langkahnya saat mendengar suara sirine polisi yang mendekat.
“Silan ada polisi, ayo cabut” Titah sang ketua
Brum … Brum … Brum …
Laki-laki itu kemudian bisa bernafas lega, saat kumpulan motor itu telah pergi menjauh dari sana. lelaki berparas tampan itu bernama Dafi Firmansyah itu terus merintih kesakitan, karena perutnya yang sobek akibat terkena tersayat benda tajam dari anggoya geng motor yang mengincarnya.
Malam ini seharusnya adalah malam kemenang untuk dirinya, bagaimana tidak ? anggota geng motornya telah memenangkan aksi mereka melawan SMA Siliwangi. Namun, saat Dafi dan teman-temannya melakukan pesta tiba-tiba Dafi di bawa paksa oleh sekumpulan geng motor dari SMA lain yang menyebabkan dirinya harus terpisah dengan anggota geng motornya. Hingga akhirnya laki-laki itu berujung di tikam di bagian perutnya tanpa bisa melakukan perlawanan, sebab jumlah mereka sangat banyak jikadi bandingkan Dafi yang hanya seorang diri.
“Aaakkkhhh !!!”
Dafi menjerit kesakitan, bahkan dia tidak bisa menurunkan suaranya karena sudah tak sanggup menahan rasa sakit yang ada.
“Akh !, sial, sakit banget” Umpat Dafi saat dirinya menekan perutnya oleh tangannya agar darahnya berhenti.
“Gue, harus pergi dari sini” Ucap Dafi
Dengan menahanrasa sakit yang di rasakannya, pemuda itu berjalan tertatih-tatih sambil memegang perutnya yang terus mengeluarkan darah segarnya.
Tak beberapa lama dari samping kiri, pemuda itu merasakan tubuhnya ada cahaya yang begitu menyilaukan.
Dafi tak bisa bergerak sedikit pun karena tubuhnya menjadi kaki.
“Awas !” Teriak seorang pengendara yang kini sedang melaju ke arah Dafi.
Cit….. !!!
Hampi saja, hanya berselisih beberapa senti saja motor itu akan menabrak tubuh pemuda itu.
“Astagfirulloh, kenapa malam-malam kamu berdiri di tengah jalan ? kamu mau bunuh diri ? karena bosan hidup ?” Tanya Seorang wanita
Dafi tetap diam
Wanita bercadar itu turun dari motornya untuk bisa melihat dengan jelas.
“Astafirulloh’al adazim kenapa kamu bisa berdarah ?” Wanita itu terlihat panik
Dari mengedipkan matanya, akhirnya pemuda itu sadar setelah mendengar teriakan spontan dari gadis itu.
“To-Tolong gu-e” Ucapnya dengan suara yang pelan
Wanita bercadaritu terlihat ragu, dia sedikit melirik kea rah wajah Dafi yang terlihat pucat dengan bibir tipisnya yang sudah membiru.
“Ka-kamu… bukan begalkan ? atau kamu bukan jambret yang sedang lari dari amukan masa kan ?” Tanya wanita bercadar itu dengan hat-hati
“Apa ?!” Tanya Dafi tersentak
“Kalau kamu bukan begal terus ….” Sebelum wanita itu menjawab sudah terpotong dengan ucapan Dafi
“Bawa gue sekarang” Potong Dafi
“Eh… kalau begitu ayo ikut dengan aku, kita naik motorku saja untuk pergi ke rumah sakit” Jawab wanita itu, dia bernama Ciara Salsabila yang selalu di panggil Cia seraya berjalan lebih dulu
Dafi menghela nafas lalu berdecak kesal, saat dia melihat wanita yang akan menolongnya itu berjalan terlebih dahulu tanpa memapahnya.
“Ck, kamu tolol ya ?” Sindir Dafi
“Kenapa kamu mengataiku seperti itu ?” Tanya Ciara terlihat kesal, walau pun tidak bisa terlihat karena wajahnya tertutupi oleh cadar.
“Lo jalan sendiri ninggalin gue yang sedang terluka parah ? gila ya lo ?” Sarkas Dafi
Ciara mengelus dadanya sambil beristigfar, kalau dia tidak memiliki hati Nurani untuk membantunya mungkin Ciara akan meninggalkannya begitu saja seorang diri.
Ciara tidak menghiraukan umpatan Dafi, wanita itu kembali naik keatas motornya dan menyalakan mesin.
“Ayo naik, tapi jangan sentuh tubuh aku” Titah Ciara
“Gak tertarik gue menyentuh tubu lo” Jawab Dafi
“Astagfirulloh, cepat naik atau mau aku tinggalin saja kamu di sini sendirian ?” Tanya Ciara kesal
“Sabar” Sentak dafi
Laki-laki itu kemudian berdiri dengan pelan, sesekali mulutnya mengeluarkan suara rintihan kecil yang membuat Ciara menjadi tidak enak.
Wanita itu kemudian mengambil sapu tangan yang berada di dalam tas miliknya, lalu memberikannya kepada Dafi.
“Tutupi luka kamu dengan sapu tangan ini, jangan oleh tangan kamu nanti bisa menyebabkan infeksi” Ucap Ciara sambil tersenyum memberikan sapu tangannya
Dafi menerimanya dan alngsung menutupi lukanya dengan sapu tangan pemberian Ciara.
“Ayo naik, aku gak mau melihat orang meninggal di depan mata kepalaku” Titah Ciara
“Sembarangan lo ya” Jawab Dafi
“Ayo naik, kamu terluka tapi masih bisa mengomel saja, ya ?” Ucap Ciara sambil terkekeh kecil
Akhirnya Dafi sudah berada dia atas jok motor Ciara, satu tangannya menekan perutnya sedangkan tangan satu lagi menyentuh Pundak Ciara sebagai pegangan.
“Jangan sentuh aku” Tekan Ciara
Dafi pun dengan reflek menurunkan tangannya, lalu dia memegang besi yang ada di belakangnya sebagai sanggahan.
“Munduran sedikit, aku gak mau tubuh kita bersentuhan. Aku juga melakukan ini semua karena Allah, aku hanya ingin membantu salah satu makhluknya yang sedang kesulitan” Ujar Ciara
“Ish bawel banget lo ya” Balas Dafi lalu dia menggeser bikingnya sedikit ke belakang
“Kalau gue nanti kejengkang ke belakang, lo harus tanggung jawab” Ancam Dafi
“Kamu cerewet banget, pegangan yang kuat. Aku akan membawa kamu dalam hitungan detik. Dan aku tidak akan tanggung jawab kalau kamu jatuh karena aku sudah memberitahu kamu” Ucap Ciara lalu dia langsung menancap gasnya
Dafi sampai memegangi besi di belakang dengan tangan gemetar, karena baru kali ini ia di bonceng oleh wanita dan di bawa dengan kecepatan penuh di atas rata-rata.
“Semoga gue gak meninggal karena kejengkang” Batin Dafi merasa frustasi
Setelah merasa dag dig dug karena di bawa laju dengan kecepatang di atas rata-rata oleh motor kesayangan Ciara, akhirnya Dafi bisa bernafas lega saat dirinya sudah berada di parkiran rumah sakit.
“Akhhh” Dafi merintih kesakitan, karena lukanya sudah sedikit terbuka akibat guncangan saat di perjalanan tadi.
Ciara merasa khawatir dengan tangan yang sedikit bergetar, karena baru kali ini Ciara di hadapkan dalam situasi seperti ini.
“Tunggu kamu disini, aku akan memanggil perawat untuk membawa kamu ke dalam” Titah Ciara kemudian ia berlari ke dalam rumah sakit
Tak berselang lama, Ciara kembali dengan dua orang yang datang membawa sebuah brankar dorong.
Dua perawat itu kemudian membaringkan Dafi dengan hat-hati, setelah tubuh Dafi sudah berbaring. Dua perawat itu kemudian membawa Dafi masuk dengan sedikit tergesa-gesa.
Wajah Dafi sudah semakin pucat dengan mati sedikit sayu, Ciara pun ikut khawatir melihatnya. Dafi kemudian di larikan ke ruang IGD untuk mendapatkan penanganan serius.
Ciara tidak berani meninggalkan Dafi sendirian, dia pun menunggu Dafi di kursi tunggu. Sesekali dia menoleh ke arah pintu untuk memastikan hasilnya.
Sekitar 2 jam Ciara menunggu akhirnya dokter pun keluar dari ruangan itu.
“Bagaimana kondisinya dokter ?” Tanya Ciara
“Operasi berjalan dengan lancar, kemungkinan pasien akan kesusahan untuk bergerak karena luka di perutnya begitu dalam. Saya menyarankan agar pasien tidak melakukan aktivitas berat selama masa penyembuhan dalam waktu 5 sampat 8 minggu ke depan” Jawab Dokter
“Baik dokter, terima kasih dok” Ucap Ciara
“Sama-sama, pasien sebentar lagi akan di pindahkan ke ruang rawat inap” Ujar Dokter
*****
Saat ini Ciara sedang duduk di depan ranjang milik Dafi, Dafi masih saja belum sadarkan diri. Sepertinya obat bius masih berefek hingga saat ini. Ciara melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam, ia sudah menduga kalau kosannya yang dia tinggali pasti sudah di kunci oleh pemilik kosan.
Ciara melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dia menduga kosan yang dia tempati pasti sudah di kunci oleh pemilik kosan.
“Hah, dia kapan sadarnya apa dia nggak punya keluarga ?” Gumam Ciara
Tak berselang lama, Ciara melihat Dafi jari-jari bergerak dia reflek berdiri untuk memeriksa keadaan Dafi.
“Apa kamu sudah sadar ?” Tanya Ciara
Dafi tidak bergeming dengan mata yang masih tertutup rapat.
“Kamu nggak sedang ngalamin sakaratul maut kan ?” Tanya Ciara hati-hati
Dafi yang mendengar itu langsung membuka matanya perlahan-lahan
“Berisik” Ucap Dafi pelan namun penuh penekanan
“Emmm, maaf aku kira kamu sedang sakaratul maut sudah mau di cabut nyawanya” Lirih Ciara
“Sembarangan kalau ngomong” Jawab Dafi pelan, dengan ketus
Hening …
“Tolong ambilin ponsel gue di celana gue” Titah Dafi
“Celana kamu dimana ?” Tanya Ciara polos
“Coba lo tanya sama dokter yang memeriksa gue” Titah Dafi
“Oh iya, tunggu sebentar aku bawakan” Jawab Ciara
Ciara pun keluar ruangan untuk menanyakan barang-barang Dafi yang di lepas dari tubuhnya saat melakukan Tindakan operasi tadi.
Beberapa menit kemudian Ciara datang dengan membawa barang Dafi di tangannya.
“Ini ponsel kamu” Ucap Ciara seraya mengulurkan ponsel laki-laki itu
“Tangan gue masih lemes, lo telpon keluarga gue” Jawab Dafi
Ciara pun menekan tombol power dan rupanya terkunci.
“Pasword polanya ?” Tanya Ciara sambil mengarahkan ponsel Dafi kea rah Dafi
“Bentuk huruf L” Jawab Dafi
“Oke” Ucap Ciara
Setelah selesai mengukir huruf C di ponsel dafi layarnya pun terbuka, menampilkan wajah Dafi dan seorang wanita cantik dengan style rambul layer.
“Cari kontak bukap gue, namanya … ekhem ketua bajak laut” Titah Dafi dengan suara yang sedikit tergagap
“Mmmppfftt” Ciara menahan tawanya saat mendengar nama kontak orang tua Dafi
Panggialn pun tersambung
Ciara [Assalamu’alaikum]
[Wa’alaikumsalam, kenapa perempuan ? Dafi kemana ?] terdengar suara laki-laki di sebrang sana
Ciara [Mohon maaf karena saya menelpon anda membawa kabar buruk, putra anda saat ini terngah di rawat di rumah sakit dengan keadaan yang sangat mengenaskan]
Dafi yang mendengar ucapan Ciara itu pun hanya bisa melotot tajam ke arah wanita bercadar itu.
[Innalillahi, kenapa Dafi bisa seperti itu ? sekarang dia berada di rumah sakit mana ?]
Ciara [Rumah sakit harapan cinta, ruang anggrek nomor 15]
[Terima kasih sudah memberitahu saya]
Ciara[Sama-sama pak, assalamu’alaikum]
[Wa’alaikumsalam] sambungan telpon pun terputus
Kemudian Ciara menaruh ponsel Dafi di atas nakas, wanita itu mengambil tasnya yang ada di atas meja kemudian berjalan ke arah pintu keluar.
“Mau kemana ?” Tanya Dafi tiba-tiba
“Aku mau pulang” Jawab Ciara
“Catat nomor rekening lo, gue transfer malam ini juga” Titah Dafi
Ciara tersenyum di balik cadarnya
“Aku membantu kamu ikhlas karena Allah, aku pulang dulu. Assalamu’alaikum” Ujar Ciara
“Tunggu dulu” Cegah Dafi tiba-tiba
“Ada apa ?” Tanya Ciara
“Nama lo siapa ?” Tanya Dafi
“Untuk ?” Tanya Ciara
“Gue paling gak suka punya hutang budi sama orang, suatu saat gue bakal balas budi gue” Jawab Dafi
“Nama saya Ciara” Ucap Ciara
“Ciara ? nama kamu tidak asing” Jawab Dafi
“Masa ?” Tanya Ciara
“Iya” Jawab Dafi
Dafi pu mengangguk, sembari mengingat nama wanita bercadar itu. Sudah prinsif Dafi, jika ada orang yang menolongnya dia tidak mau terbebani dengan hutang budi.
“Aku tidak butuh imbalan apa pun dari kamu, aku ikhlas membantu kamu karena Allah” Ujar Ciara
“Kamu nggak usah munafik jadi cewek, semua orang pasti mengharapkan imbalan” Ceplos Dafi seenaknya, kata-katanya selalu membuat orang sakit hati
Ciara tersenyum di balik cadarnya, pria itu masih saja menyakitinya dengan mulutnya yang snagat tajam walau pun sudah di tolong dari ambang kematian.
“Berbuat baiklah tanpa mengharapkan imbalan apa pun dari manusia, karena Allah akan memberikan pahala yang berlipat ganda” Tutur Ciara dengan lembut
“Ish cerewet banget lo ya” Umpat Dafi
“Aku pamit pulang, assalamu’alaukum” Ucap Ciara
“Hmmm” Ujar Dafi
“Nggak di jawab ?” Tanya Ciara
“Wa’alaikumsalam” Jawab Dafi ketus
Ciara tersenyum simpul, hingga matanya menyipit lalu dia membuka pintu ruangan itu betapa terkejutnya melihat sepasang suami istri yang berdiri menatap Ciara dengan tatapan heran.
“Kamu siapa ? kenapa ada di ruangan anak saya ?” Tanya seorang wanita paruh baya
Ciara mendongkakkan kepalanya menatap wanita paruh baya di depannya, matanya memperhatikan wajah yang mulai terlihat kerutan di wajahnya namun masih terlihat cantik.
“Tante Risva ? om Riza ?” Ujar Ciara
“Kamu kenal kami ?” Tannya Riza
“Ini Ciara anak dari Indris dan Indri” Sahut Ciara
Riza terkejut begitu juga Risva, sudah bertahun-tahun mereka mencari keberadaan putri Riza sahabatnya namun tak pernah sekali pun mereka bertemu. Idris merupakan sahabat dari juhan dan Risva.
“Ciara ? ya ampun kamu sudah besar, nak. Tante tidak mengenali kamu memakai cadar. Maaf ya, nak” Ucap Risva
“Selama ini kamu tinggal dimana ?, Ciara ? om mencari kamu kemana-mana tapi tidak pernah ketemu” Tanya Riza
“Ciara tinggal di pesantren, om. Sekarang Ciara ingin belajar di sekolah negeri saja” Jawab Ciara
“Oh pantesan, sekarang kamu sudah menemukan sekolah untuk kamu ?” Tanya Riza
“Belum om, susah mencari sekolah yang memperbolehkan siswanya bercadar” Jawab Ciara
“Gimana kalau kamu sekolah SMA Taruna, sekolahnya sama dengan anak om ?” Tanya Riza
“Boleh bercadar om ?” Tanya Ciara
“Boleh nak, di sana juga ada beberapa siswi yang bercadar juga” Jawab Riza
Mendengar itu Ciara tersenyum senang meski pun memakai cadar dapat di lihat dari matanya yang menyipit. Ciara sudah bisa bernafa lega sekarang, sudah hampir satu minggu dia mencari sekolah yang memperbolehkan siswinya bercadar namun dirinya sama sekali tidak menemukannya.
“Jadi yang tadi menelpon om itu ?” Tanya Riza
“Iya om, Ciara baru tahu kalau laki-laki itu anak om” Jawab Ciara
“Iya, itu anak om dan tante. Namanya Dafi, orangnya galak, kan ?” Ujar Riza
“Iya, galak, cerewet plus ngeselin lagi” Jawab Ciara
Riza pun tertawa mendengar Ciara yang berkata jujur mengenai putranya, biasanya tidak pernah ada satu orang pun yang menilai Dafi secara terang-terangan seperti Ciara.
“Anaknya sedang sakit, kalian malah gosipin” Gerutu Dafi yang tidak terima jadi bahan gosip
“Ahahahaha, baru saja di omongin sudah marah-marah lagi” Ucap Riza
Riza dan Risva kemudian mendekati putranya yang lemas di atas ranjang pasien, Ciara juga kembali mendekati Dafi di sana.
“Siapa yang melakukan ini ?” Tanya Riza
“Jangan ikut campur pa, ini urusan anak muda” Jawab Dafi
“Masa anak muda main tusuk-tusukan” Omel Riza
“Papa ucapannya terdengar ambigu, udah ah Dafi mau lanjut istirahat dulu” Jawab dafi kemudian memejamkan matanya
“Makanya papa sudah dari dulu sudah menyarankan kamu untuk membubarkan anggota geng kamu yang berandalan itu, mau jadi apa kamu kalu seperti ini terus ? mau jadi preman pasar ?” Ujar Riza
Risva menggenggap tangan suaminya
“Mas, Dafi sedang sakit. Kamu jangan bahas itu ya ?” Ucap Risva
“Biarkan saja, anak itu semakin hari semakin membantah ucapan papa. Lihat sekarang ? dia hampir tiada karena kehabisan darah jika tidak di tolong sama Ciara” Jawab Riza
“Berisik !” Sentak Dafi
“Kalau begini ceritanya papa akan membubarkan geng kamu” Ancam Riza
“Jangan” Protes dafi
“kalau begitu kamu harus menuruti satu kemauan papa yang ini” Jawab Riza
“Membubarkan geng motor Dafi ?, kalau itu Dafi nggak bisa pah” Tolak Dafi
“Bukan itu” Jawab Riza
Riza melirik Ciara yang berada di belakangnya, dia pun menyuruh Ciara untuk mendekatinya. Ciara pun menurut lalu berdiri di tengah-tengah Riza dan Risva.
“Daffi, menikahlah dengan Ciara” Titah Riza
Ciara dan dafi di buat terkejut oleh permintaan dari Riza.
“Pah, yang bene raja. Dafi masih sekolah” Protes Dafi
“Ini sudah menjadi kesepakatan papah dan ayahnya Ciara. Kalian harus menikah, kalian juga sekolah sudah semester akhirkan. Setelah kamu keluar dari rumah sakit, kita akan melangsungkan pernikahan kalian” Ucap Riza Final
“Om, apa benar ayah memiliki keinginan seperti itu ?” Tanya Ciara
“Benar dan sekaranglah waktu yang tepat untuk mengabulkan permintaan terakhir ayah kamu. om juga tidak ingin kamu berada di lingkungan luar tanpa pengawasan, om. Lebih baik kamu tinggal di rumah om dan tanten sebagai istri Dafi” Jelas Riza
“Kenapa tidak di jadikan anak angkat papah aja ? kenapa harus menikah dengan Dafi ?” Protes Dafi
“Kamu terima permintaan papah atau anggota geng kamu papa bubarkan secara paksa ?” Ancam Riza
Dafi meremas rambutnya merasa pilihan yang di berikan papahnya begitu tidak adil, dua-duanya tidak ada satu pun yang akan menjadi pilihan Dafi.
“Kamu harus menjaga Ciara, anggap saja itu sebagai balasan jarena dia telah menolong nyawa kamu” Ujar Riza
Glek …
Dafi menelan savalinya susah payah, ia jadi teringat hutang budi yang ia ucapkan beberapa menit yang lalu saat berbicara dengan Ciara.
“I-iya” Cicit Dafi pelan dengan sangat terpaksa
“Iya apa ?” Tanya Riza
“Iya, Dafi akan melindungi Ciara sebagai suaminya” Jawab Dafi
Riza yang mendengar itu tersenyum senang, lalu melirik ke arah Ciara.
“Bagaimana Ciara ? kamu mau kan menikah dengan Dafi ?” Tanya Riza
“Kalau ini adalah permintaan terakhir ayah Cia, Cia akan menyetujuinya” Jawab Ciara
“Alhamdulillah” Ucap Riza dan Risva
Kedua orang tua Dafi merasa lega dan bahagia, akhirnya permintaan dari sahabatnya bisa mereka wujudkan. Mereka juga sangat menginginkan Ciara menjadi menantu sekaligus anak mereka.
Mereka sangat berharap setelah menikah dengan Ciara, tingkah laku Dafi lama kelamaan akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
*****
Tak terasa waktu terus berjalan, dua minggu telah berlalu. Kini Ciara tengan duduk di sebuah ruangan yang sudah di sulap menjadi kamar pengantin.
Tangan Ciara digenggam oleh Risva yang sebentar lagi akan menjadi ibu Ciara.
“Saya nikahkan dan saya kawinkan kamu dengan seorang wanita bernama Ciara Salsabila binti Indris dengan mas kawin 100 juta beserta emas 70 gram di bayar tunai” Ucap Penghulu
“Saya terima nikah dan kawinnya Ciara Salsabila binti Idris dengan mas kawin tersebut di bayar tunai”
“Bagaimana para saksi ?”
Sah
Sah
Sah
“Alhamdulillah”
Ciara memandang Risva dengan tatapan sendu, Ciara langsung memeluk erat ibu mertuanya dengan penuh kehangatan.
Hampir enam tahun lamanya ia hidup tanpa kasih sayang kedua orang tuanya, kini dalam satu tarikan nafas dia sudah mempunya orang tua yang lengkap.
“Selamat datang putri mamah” Ucap Risva
“Ciara sudah jadi putri tante ?” Tanya Ciara
“Dari sekarang jangan panggil tante lagi sayang, panggil mamah” Sela Risva
“Iya mamah” Jawab Ciara
“Sekarang ayo kita temui suami kamu” Ajak Risva
Kini Ciara sudah duduk berdampingan dengan Dafi di kamar, melihat Dafi Ciara pun tidak bisa berkedip karena merasa wajah Dafi berkali-kali lipat lebih tampan dari biasanya.
“Jangan lihatin gue kaya gitu kali” Rutuk Dafi sambil mengibaskan kelpok bunga mawar yang bercecar di lantai
Ciara sendiri hanya menggigit bibir bawahnya menahan malu.
“Heh, kenapa lo diam aja di sana ? bantuin gue beresin Kasur napa” Titah Dafi
Ciara pun mendekat ke arah Dafi yang masih mengibas bunga mawar, lalu Ciara bergegas membantu Dafi.
*****
Setelah kamar mereka bersih dari kelipak bunga mawar, kemudian Dafi melempar bantal dan selimut ke arah Ciara.
“Lo tidur di sofa, gue tidur di kasur” Titah Dafi
“Kenapa gak kamu saja yang tidur di sofa ?” Tanya Ciara
Dafi berdecak kesal dengan tangan yang memegang pinggangnya.
“Ini kamar gue dan gue berhar nentuin” Jawab Dafi
Ciara terkekeh di balik cadarnya, wanita itu kemudian duduk di atas ranjang lalu bersandar di ujungnya.
“Ini kamar aku juga, aku kan istri kamu” Ujar Ciara santai
Dafi melotot mendengar ucapan Ciara.
“Jangan ngaku-ngaku jadi istri gue dan ingat, kalau besok di sekolah lo jangan pernah ngatur gue lagi apa lagi lihat-lihat gue. Ngerti ?” Ucap dafi
“Ya” Jawab Ciara singkat
“Satu lagi, jangan ganggu hubungan aku sama Nabila” Ucap Dafi
“Siapa Nabila ?” Tanya Ciara dengan wajah bertanya-tanya
“Dia pacar gue” Jawab Dafi
Ciara menutup mulutnya yang terbuka dari balik cadarnya.
“Asatagfirulloh, kamu berzina ?” Tanya Ciara
“Sembarangan kalau ngomong kamu, gue juga punya batasan” Jawab Dafi
“Sama saja, pacarana itu mendekati zina. Zina mata dan zina lainnya” Ucap Ciara memberitahu
“Bawel banget ya kamu, pokoknya semua yang gue omongin sama kamu jangan lo aduin ke nyokap dan bokap gue. Ngerti lo ?” Ujar dafi
“Ngerti, tapi aku gak jamin. Soalnya mulutku gatal pengen ngadu nih” Ceplos Ciara lalu dia beranjak dari Kasur kemudian bergegas pergi dari kamar Dafi
Dai merasa panik …
“CIARA” Teriak Dafi
“CIARA” Teriak Dafi
Laki-laki itu kemudian menyusul Ciara yang kini sudah ingin menuruni anak tangga. Dafi berlari dengan kekuatan penuh, lalu segera menarik lengan Ciara cukup kuat, membuat keduanya terjatuh.
Bruk
Untung saja mereka tidak jatuh ke bawah tangga, namun posisi Dafi mengenaskan. Bagaimana tidak ? saat ini Ciara tengah menindih tubuh Dafi, hingga Dafi berada di bawah Ciara.
Ciara membeku untuk beberapa saat, saat tatapan mereka bertemu. Kedua mata Dafi dapat menghipnotis Ciara dalam hitungan detik.
Tanpa sadar senyuman tipis terbit di wajah cantik Ciara yang di tutupi oleh cadar, seluar biasa itukah mata Dafi dapat menghipnotis Ciara ?
“Berat banget, lo makan banyak benget ya ?” Sindir Dafi
“Ish, jangan ngeledek” Dumel Ciara
“Yau dah bangun, betah banget lo di atas gue atau jangan-jangan lo mau di anu sama gue ya ?” Ucap Dafi menggoda seraya memperhatikan senyuman miringnya.
Mendadak wajah Ciara tersipu malu dan memerah, gadis itu kemudian bangkit dari tubuh Dafi.
“Ck, so alim so poloh tapi pikiran lo mesum” Ujar dafi
“Sembarangan” Protes Ciara
Ciara pun kesal, dia kembali melangkahkan kakinya ke lantai bawah menemui Indri dan Idris.
“Mau kemana lo ?” Tanya Dafi mencegah dan menarik Ciara tapi tidak sekuat tadi
“Mau ngadu” Jawab Ciara
“Mau ngadu tentang apa ?” Tanya Dafi
“Mau ngadu tentang kamu punya pacar” Jawab Ciara
“Lo nyusahin ya ?, bisa gak sih lo gak usah ikut campur kehidupan gue ? gue itu terpaksa menikah sama lo. Jadi jangan so-soan ngatur hidup gue, paham gak lo ?” Sentak dafi dengan suara yang penuh penekanan.
Wajah Dafi mulai memerah karena amarahnya yang ingin meledak. (Bom kali meledak hehehehe)
Rahangnya pun mengeras memperlihatkan wajah garang Dafi yang belum pernah Ciara lihat sebelumnya, Ciara menghembuskan nafas panjangnya.
“Kamu mau dengar kajian yang pernah aku dengar gak ?” Tanya Ciara
“Ck, jangan sok menasehati lo. Ceramah lo gak penting buat gue” Sarkas Dafi
“Astagfirulloh, bisa gak kamu bicaranya dengan baik dan sopan ?” Tanya Ciara
“Kalau lo gak suka mending lo bilang ke papah minta cerai sama gue, nyesel gue nerima kemauan papah” Jawab Dafi
Ciara hanya geleng-geleng kepala melihat suaminya itu begitu angkuh dan keras kepala, Ciara harus ekstra sabar menghadapi sifat Dafi.
“Astagfirulloh’aladzim” Ucap Ciara sambil mengelus dadanya
*****
Di kamar …
Dafi sedang berbaring di atas kasurnya sambil chatingan dengan Nabila, pacarnya.
Dddrrrrtttt
Tertulis nama Nabila di layar ponselnya menelpon dirinya.
Dafi [Nabila kenapa ?]
Nabila [Kamu selama dua minggu ini kemana ? Ihsan dan Bisma juga bilang kamu
gak ada kabar. Kamu kemana, sih ? Di samperin ke rumah katanya orang
tua kamu, kamu gak ada]
Dafi [Orang tua geu bicara begitu ?]
Nabila [Iya, memangnya orang tua kamu bohong ?]
Dafi [Enggak, besok gue ke sekolah]
Nabila [Serius ?, syukur deh. Aku kangen banget sama kamu, Dafi]
Dafi [Hmmmm, gue juga….] Ucapan dafi terpotong karena Ciara tiba-tiba Ciara
datang dengan wajah yang basah.
Bukan itu yang membuat Dafi terdiam, melainkan Ciara datang ke kamar tanpa cadarnya.
Deg !
Dafi tertegun melihat wajah Ciara yang begitu cantik dan manis, kulit wajahnya putih dan bersih. Di tambah bibirnya yang kemerah-merahan, membuat dafi susah payah menelan savalinya sendiri.
Nabila [Daf ? kok gak di terusin ucapan kamu ?]
Dafi pun tersadar, lalu segera berdeham untuk mengalihkan rasa gugupnya.
Dafi [Sudah dulu ya Bila, gue mau tidur dulu]
Nabila [Oke, mimpi indah sayang. Besok aku tunggu]
Dafi [Iya, lo juga]
Dafi segera menaruh ponselnya di atas meja, lalu ia kembali melihat wajah Ciara dari sudut matanya. Dia memperhatikan Ciara yang kini tengah melakukan sholat
Dafi baru menyadari, bulu mata istrinya itu sangat lentik nan indah. Kekagumannya bahkan tidak berhenti sampai detik itu. Tanpa sadar dari sudut bibir Dafi terbit senyuman tipis hampir tak terlihat.
“Kamu juga mau sholat Dafi ?” Tanya Ciara
Dafi masih diam dengan pandangan mata yang masih mengamati wajah Ciara.
“Apa ?” Tanya Dafi
“Kamu sudah sholat isya ?” Tanya ulang Ciara
“Belum” Jawab Dafi
“Sholat dulu, baru setelah itu kamu tidur” Ucap Ciara
“Nanti” Jawab Dafi
Lagi-lagi Ciara hanya menghela nafas saja, susah sekali meluluhkan hati dafi yang sekeras batu itu. Tapi Ciara bertekad, dia akan mengubah Dafi untuk menjadi lebih baik lagi.
“Sholatlah sebentar saja, sebenarnya nggak baik jika istri menyuruh suami sholat apalagi memaksa. Aku hanya ingin mengingatkan kamu” Ujar Ciara
“Bua tapa lo mengingatkan gue ? urus aja di lo sendiri” Ketus dafi
“Karena … karena aku ingin ….” Ciara tergagap.
Dia malu jika alasan dia menyuruh Dafi sholat adalah ingin menjadi pasangan dunia akhirat.
“Apa ?” Tanya Dafi
“Gap apa-apa, kalau kamu mau tidur juga gak apa-apa kok. Aku tidur di sofa” Jawab Ciara
“Ck, cewek aneh lo” Rutuk Dafi
“Ingat, lo tidur di sofa” Titah Dafi
“Iya” Jawab Ciara pasrah
Ciara sudah Lelah berdebat dengan Dafi dan lebih memilih untuk mengalah. Melihat Ciara yang terlihat tidak ada reaksi apa pun, Dafi pun memiringkan tubuhnya untuk memeluk guling lalu memejamkan matanya.
Sedangkan Ciara saat ini sedang tidak nyaman berbaring di sofa, dia tidak terbiasa tidur dalam keadaan berjilbab. Ciara pun melirik Dafi lalu mendekatinya, Ciara sedikit berjongkok di depan wajah Dafi untuk memeriksa apakah dafi sudah tidur atau tidak.
Karena taka da reaksi apa pun dari suaminya itu, Ciara pun perlahan melepaskan jilbabnya perlahan lalu menguraikan rambutnya yang terikat.
“Besok aku harus bangun lebih dulu dari dia” Gumam Ciara
Ciara kemudian kembali berbaring di atas sofa, beberapa menit kemudian dia terlalap dalam tidurnya.
*****
Tepat pukul 4 pagi, Dafi ingin buang air kecil. Dia terbangun, lalu segera berlari ke kamar mandi. Setelah selesai, tak sengaja Dafi melirik ke arah Ciara yang masih terlelap di atas sofa.
Deg
Dafi terpana untuk beberapa saat, tak terasa kakinya bergerak ke arah Ciara yang masih terlelap dengan nyenyaknya.
“Jir, dia istri gue ?” Gumam Dafi terkesima melihat wajah Ciara yang cantik dan manis
Bertepatan dengan itu, Ciara mengerjap-ngerjap matanya dirinya masih setengah sadar. Tanpa sadar, tangan Ciara terangkat lalu menyentuh wajah Dafi. Dafi membeku dengan mata yang membulat, bahkan jantungnya seperti ingin melompat. Karena dia takut ketahuan diam-diam telah memperhatikan wajah Ciara.
“Kamu tampan sekali, apakah kamu pangeran dari surga ?” Tanya Ciara tanpa sadar
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!