NovelToon NovelToon

Janda Satu Malam

pernikahan

Nindia Asatya atau yang akrab di sapa Nindi sang pengantin wanita itu memejamkan matanya demi meresapi rasa bahagia campur haru kala suara lantang pria bernama yang meminangnya itu berhasil melafalkan kalimat Ijab Qobul dengan lancar tanpa kendala. Ini adalah hari bahagia mereka berdua. Walaupun pernikahan yang sederhana dan hanya dihadiri oleh orang terdekat saja bahkan kedua mertua beserta keluarga sang suami tidak ada satupun yang hadir dalam proses ikrar janji suci itu. 

Arishaka Narendra pria yang berhasil memenangkan hatinya itu merupakan yatim piatu, hampir sama nasibnya seperti dirinya yang sudah tidak memiliki orang tua. Sang Ibu telah tiada sejak dirinya masih kecil. Sang Ibu yang menderita sakit kanker tidak bisa bertahan lebih lama untuk merawatnya. Sedangkan Ayahnya sudah menikah lagi dan tinggal bersama keluarga barunya. Ayahnya tidak lagi memperdulikannya sejak memiki keluarga baru.

Sementara dirinya hanya tinggal dengan mengandalkan kebaikan sepupunya saudara satu-satunya yang masih ia miliki. Santi adalah nama sepupu Nindi yang berbaik hati dan masih mau menampung nya. Santi berusia 35 tahun Santi sudah menikah dan memiliki satu anak laki-laki berusia 2 tahun.

Tak jarang dirinya di ejek Bule miskin oleh teman-teman sekolahnya yang ada di desa itu. Ya dirinya memang paling menonjol di desa itu. Kulit nya yang putih kemerahan. Rambut coklat Mahogany yang lebat serta warna mata hazelnya selalu membuat siapapun terpanah. Namun kebanyakan mereka mengejeknya sebab dirinya yang berperawakan bule tapi melarat hidup di desa. Dimana anggapan semua orang jika keturunan bule itu identik dengan kekayaan dan kemewahan.

Dua tahun lalu diri-nya di pertemukan dengan seorang pria tampan dari kota. Pria tersebut di pindah kerjakan dari pabrik yang ada di Ibu kota ke pabrik pusat pengolahan bumbu instan yang berada di desa tempat dimana Nindia tinggal dan menetap selama ini.

Pemuda bernama Shaka itu selalu mendekatinya dan mengajaknya berkenalan. Sampai akhirnya seorang Nindia Asatya gadis keturunan Bule itu jatuh hati dan mau menerima pernyataan Cinta dari seorang pemuda tampan itu. 

Setelah dua tahun menjalin kasih akhirnya Shaka mengajaknya untuk menikah Nindia yang memang sudah sangat mencintai Shaka menerimanya dengan bahagia.

pembawaan dan sikap Shaka yang baik dan santun dan penyayang serta perhatian membuat Nindia semakin jatuh cinta pada Pemuda kota itu. Nindia merasa Shaka adalah pelindungnya yang dikirimkan Tuhan untuknya. 

“Selamat ya Ndi, mbak bahagia banget akhirnya kamu sampai juga di titik ini.“ Santi memeluk adik sepupunya yang malang itu dengan penuh kaharuan. Air matanya sudah membumb6di pelupuk matanya siap tumpah membasahi pipinya.

“Terima kasih mbakyu, aku nggak akan pernah melupakan kebaikanmu ini. Terima kasih sudah merawatku dan mengurusku hingga sebesar ini." Nindi memeluk sepupunya itu dengan tak kalah harunya. Air matanya luruh saat sekelebat wajah Ibunya melintas di ingatannya. 

"Kita saudara Ndi, kita akan tetap seperi ini sampai nanti. Kamu adalah satu-satunya saudara ku di dunia ini. Kita harus saling mendukung satu sama lain." balas Santi yang sudah meneteskan air mata harunya.

Nindi mengangguk kuat mendengar kata-kata Santi. Benar mereka harus saling mendukung dan menguatkan.

Nindi tetap berusaha tersenyum bahagia walaupun di hari bahagianya ini tidak ada kehadiran orang tuannya karena sang Ibu ynag sudah lama berpulang karena menderita sakit kanker. Sementara Ayahnya. Entahlah, sudah bertahun-tahun tidak saling berkomunikasi. 

Bukan Nindi yang tidak menghubungi Ayahnya. Tetapi sang Ayahlah yang telah memutuskan komunikasi mereka sejak beberapa tahun lalu. Itu mengapa dirinya tidak pernah lagi mencoba mencari sang Ayah.

Nindi masih beruntung karena masih memiliki Santi sang sepupu yang bersedia menampungnya saat Ayahnya tidak lagi mau mengurusinya. Nindi lahir di Ibu kota harus ikut pulang ke kampung bersama Santi dan melanjutkan sekolahnya di sana.

“Shaka, mbak titip Nindi ya. Tolong jaga dia, sayangi dia. Dia udah nggak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Mbak percaya sama kamu. Kamu pasti bisa membahagiakan Nindi.” Tukas Santi sembari menepuk bahu Shaka yang menjawab dengan anggukan kepala.

Entah menggapa Santi sedikit mengkerutkan keninganya saat melihat mimik wajah Shaka saat ini. Tidak seperti biasanya yang begitu santun dan sopan. Tetapi Santi mengabaikan hal itu. Mungkin Shaka lelah.

Santi kembali menatap Nindi yang tersenyum bahagia bersanding dengan pria yang mencintainya. Santi sudah menganggap Nidia seperti adik kandungnya sendiri. Sama-sama sudah tidak memiliki orang tua membuat Santi bersikap dewasa dan membesarkan Nindi Seorang diri.

Nindi bersamanya saat usianya masih 12 tahun dan sekarang sudah 20 tahun. 10 tahun bersama telah membuat hubungan mereka begitu kuat akan persaudaraan mereka. Yang hanya sepupu saja.

🌻🌻🌻🌻🌻

Waktu berlalu tak terasa kini jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Acara syukuran itu sudah selesai satu jam yang lalu. 

Di dalam kamar kecil  berukuran tidak terlalu luas itu. Nindi sedang mengemasi beberapa potong pakaiannya yang ia masukan kedalam Koper mini, miliknya saat masih kecil dulu. Koper itu Ibunya yang membelikannya saat mereka pergi liburan ke pantai. Begitu kata seorang pengasuhnya dulu yang mengetahui sejarah hidupnya sejak usianya dua bulan. 

Nindi tengah memegang sebuah Box yang dulu isinya adalah satu set perhiasan namun kini sudah habis ia jual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama di kampung dan juga biaya sekolahnya. 

Tinggal satu benda yang begitu berharga baginya. Yaitu sebuah gelang yang di berikan seseorang saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Gelang itu pemberian kakak kelasnya yang belum sempat ia ketahui siapa namanya. Karena dirinya keburu di jemput oleh Santi untuk pukang ke Desa bersamanya.

Nindi menutup kembali box kecil itu biarlah nanti saja ia pakai gelang kenang-kenangan dari seseorang yang baik itu. Nindi memasukkannya bersama beberapa potong pakaiannya ke dalam koper.

Suaminya mengajaknya untuk menginap di hotel malam itu juga karena rumah Santi yang kecil dan Shaka merasa kurang nyaman jika bermalam di sana. Dan juga menginap di Hotel itu sebagai hadiah dari kantor tempatnya bekerja. Yaitu menginap di hotel selama dua hari.

Mereka akan menginap di salah satu hotel di kota yang tidak terlalu jauh dari desa tempat mereka saat ini. Setelah itu Shaka akan langsung membawanya ke rumah miliknya. Begitu katanya. 

Selama satu dua tahun menjalin kasih dengan pria itu. Shaka tidak pernah membahas soal keluarganya. Hanya sekali saja Shaka mengatakan jika dirinya yatim piatu. Itu saja yang Nindi katahui tentang kehidupan pribadi pria yang telah menjadi suaminya itu.

“Mbakyu Nindi pamit ya! Terimakasih telah menjadi kakak sekaligus orang tua untukku selama ini. Aku sayang mbakyu!" Nindi memeluk Santi dengan erat.

Rasa haru menyeruak membuat dadanya sesak. Menahan tangis. Nindi merasa sangat sedih harus berpisah dengan wanita baik hati itu. Seakan ini adalah terakhir kalinya dirinya bisa bertemu dengan Santi. 

“Iya Ndi, jngan lupa kabari mbak ya dek! “ Ucap Santi sembari membalas pelukan Nindi. Air matanya sudah luruh tanpa bisa dicegah. Sedih campur bahagia akhirnya gadis malang itu kini telah menemukan cintanya. Tempat berlindungnya. Santi mendoakan dengan tulus semoga rumah tangga Adiknya itu bahagia dan harmonis sampai kakek nenek nanti. 

NEXT...

Sedikit janggal

Nindia masih melambaikan tangannya dengan kepala melongok keluar jendela mobil. Terasa sangat berat meninggalkan rumah sederhana tempatnya tumbuh di bawah pengawasan mbakyu nya itu. Sepupu terbaik dengan hati lembut seluas samudra. Kasih sayang Santi bagaikan kasih sayang seorang Ibu untuknya.

“Nindi, cukup. Duduklah dengan tenang.” Shaka menarik pundak Nindi hingga kembali ke posisi semula. Shaka berucap tanpa memandang sang istri. Pria itu hanya fokus menatap kedepan memperhatikan jalan.

Nindi yang baru pertama kali mendengar ultimatum dari suara berat yang di rasa agak berbeda itu, membuat Nindi menoleh menatap suaminya seraya mengusap air matanya. Entah mengapa hatinya begitu berat meninggalkan desa ini. Desa yang telah menjadi saksi kehidupannya. 

“Mas, apa kah setelah ini kita masih bisa sesekali berkunjung kesini?” Nindi bertanya sembari menjatuhkan kepalanya di bahu lebar pria yang telah sah menjadi suaminya itu. 

“Hem!” 

Bukan jawaban yang memuaskan yang di dapat. Tetapi hanya sebuah deheman yang susah di mengerti apa maksudnya. 

Mendengar respon suaminya Nindi pun kembali menarik kepalanya yang ia sandarkan pada bahu suaminya. Mengamati mimik wajah tampan sang suami. Tidak seperti biasanya. Wajah suaminya terlihat datar dan sedikit menyeramkan. Wajah tampan itu tidak lagi indah di pandang wajah tampan itu terlihat sedikit menyeramkan. Nindia merasa bingung apakah ada yang salah dengan pertanyaannya tadi? Apa kah dia telah melakukan kesalahan?” 

“Mas Shaka, apa ada sesuatu yang membuatmu kurang nyaman?” Tanya nya lagi dengan menatap intens sang suami. 

Shaka yang mendapat tatapan menelisik dari wanita yang telah sah menjadi istrinya itu pun seketika tersadar. Jika sikapnya itu tidak tepat saat ini.

“Nggak ada kok, nggak ada yang salah,  aku hanya lagi mikirin, apakah nanti kamu akan betah tinggal di tempat yang baru. Karena ini kan pengalaman pertama untukmu keluar rumah. Dan hidup seorang diri di tempat asing. “  Sahut Shaka yang baru tersadar dengan sikapnya barusan.

Nindia pun akhirnya diam dan kembali menikmati pemandangan di luar jendela mobil. Kiri dan kanan di suguhkan pemandangan Sawah yang membentang luas ratusan hektar milik penduduk desa itu.

" Dimanapun aku berada dan dalam kondisi apapun aku nggak akan merasa asing atau pun susah selama mas Shaka bersamaku. Aku akan menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya.

Mendengar kata-kata Nindia membuat Shaka sesikit tersentuh. Shaka Akui selama menjalin hubungan dengan Nindi, wanita itu tidak sekalipun meminta ini itu. Nindi gadis yang baik. Siapapun pria yang memiliki nya akan sangat beruntung.

Shaka memejamkan kedua matanya demi meminimalisir perasaannya yang mendadak dilema.

Dari kaca Vision mirror tatapannya bertemu dengan sang sopir yang merupakan Sekretaris pribadinya Leo.  Keduanya saling memandang beberapa detik hingga akhirnya Shaka memutus kontak mata yang mengandung segudang intimidasi itu. 

selain sekretaris pribadi Shaka Leo juga adalah sahabat baik Shaka sejak kecil. Keduanya tumbuh dalam lingkungan yang sama. Leo selalu mendukung apa saja yang di lakukan Shaka dalam berbisnis. Hanya satu tindakan Shaka yang Leo tentang. Yaitu menikahi gadis desa bernama Nindia.

‘ Aku berharap Tuan Muda bisa berubah pikiran.' Monolog Leo

Setelah melakukan perjalanan kurang lebih dua jam itu. Kini mobil yang membawa sepasang pengantin baru itu tiba di sebuah hotel yang cukup mewah di kota kecil itu.

“Tuan Muda, aku berharap Tuan berubah pikiran sebelum semuanya terlambat. Ingat Tuan akan bertunangan dengan wanita pilihan orang tua anda. Dan anda sudah menyetujui itu.” Tukas Leo seraya menatap lekat Shaka.

“Ini urusanku. Aku lebih paham dan tahu apa yang aku lakukan saat ini. Jika tugasmu sudah selesai kamu boleh pulang. " Tukas Shaka datar.

Leo menghembuskan nafasnya pasrah menghadapi seorang Arishaka Narendra yang keras kepala. Matanya kembali melirik gadis muda berperawakan bule itu. Rasa iba menyeruak dalam hatinya. Namun apa daya tidak ada yang bisa merubah keputusan Shaka. 

“Shaka, Saya bicara sebagai seorang teman. Kita sesama lelaki. Kita juga mempunyai adik perempuan. Apakah kamu pernah membayangkan jika salah satu adik kita di perlakukan seperti ini juga oleh kekasihnya? “ 

“Diam kamu kamu Leo!" Shaka langsung menarik kerah kemeja Leo dengan wajah datar. "Ini urusan saya. Tidak ada sangkut pautnya dengan adik-adik kita.” Gertak Shaka seraya menghentakan kemeja Leo tidak suka jika Leo membawa-bawa adik-adiknya yang begitu ia sayangi setelah Maminya tentunya. 

Leo kembali menghembuskan nafasnya pasrah, Leo benar-benar dilema saat ini. Entah harus berpihak pada siapa. Ingin rasanya melaporkan semua ini kepada orang tua Shaka. Namun profesionalisme yang ia sandang sebagai sekretaris pribadi Shaka membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa. 

“Shaka, saya rasa, suatu saat nanti kamu akan menyesal jika tetap melakukan ini. Tolong kamu pikirkan lagi kedepannya. Dia hanya gadis malang yang tidak tahu apa-apa dengan masa lalu. Dia,,,,”

“Jika kamu bosan bekerja denganku, maka silahkan mundur.” Sahut Shaka seraya menyambar kunci kamar dari tangan Leo. Kemudian berlalu sembari mengajak Nindia memasuki lobby hotel. 

Leo hanya memandang punggung Shaka yang telah berlalu masuk kedalam hotel. Entah akan bagaimana nanti kedepannya. Tetapi ia pastikan jika Shaka akan menyesal nantinya.

Leo menghembuskan nafasnya dengan kasar saat ponsel di tangannya berdering dan nama yang tertera di layar itu mampu membuat nafasnya tercekat. Tenggorokannya serasa di cekik di saat hendak menjawab panggilan masuk dari seseorang yang ia takuti itu.

"Ha..halo, Tante." Ucapnya takut. Definisi dari seseorang jika telah melakukan kesalahan maka akan merasa gugup dan takut. Sebab sadar diri telah berbuat salah

"Halo Leo! tolong sampaikan pada Shaka, besok pulang tepat waktu, ingat tepat waktu. Jangan sampai Tante datangin ke desa itu untuk menyeretnya pulang."

Sahut seseorang di sebrang sana yang membuat Leo susah bernafas. Inilah yang membuatnya begitu khawatir. Dengan langkah yang di ambil atasannya itu. Bagaimana jika kedua orang tuanya sampai mengetahui apa yang terjadi saat ini.

"Ba...baik Tante, akan saya pastikan besok Shaka pulang tepat waktu. " Sahutnya terbata-bata wanita yang di panggilannya Tante itu tiada lain adalah Asma Ibu dari Shaka. Asma yang terkenal akan ketegasannya membuat anak-anaknya takut jika Asma sudah marah. Termasuk Leo

Bahkan Surya saja tidak bisa berbuat apa-apa jika istrinya sudah bertitah. Entah apa kesalahan yang pernah pria itu lakukan di masa lalu sehingga membuatnya tidak bisa berkutik di hadapan Asma istrinya sendiri.

"Baik, Tante tunggu kedatangan kalian besok , tepat waktu ya Leo! Karena malamnya acara akan berlangsung. Bilang sama Shaka, jangan mempermalukan keluarga, dengan ketidak hadiran nya di acara pertunangan nya sendiri."

Tut....tut...tut..

Peringat Asma kepada sekretaris putra sulungnya itu. Jangan sampai Shaka tidak datang. Di moment yang telah di tunggu-tunggu itu.

"Siap Tente!" Sahut Leo lagi dengan jantung yang berdegup kencang karena tegang mendengar suara tegas Asma.

Leo kembali menoleh ke arah lobby hotel dimana punggung Tuan mudanya menghilang bersama gadis yang sudah sah ia nikahi itu.

NEXT...

Di ceraikan

Nindia atau yang akrab di sapa Nindi itu tidak henti-hentinya mengedarkan pandangannya keseluruh sudut di dalam hotel mewah itu. Ini adalah pertama kalinya bagi dirinya yang hanya orang miskin bisa menginjakkan kakinya di hotel sebagus ini yang hanya bisa di jangkau oleh orang-orang berduit saja. 

"Mas, sampai kapan kita berada disini?" Tanya nya saat ini gadis itu sedang berdiri di depan jendela memandang kelap-kelip lampu kendaraan yang berlalu-lalang melintasi poros jalan yang berada tepat di depan hotel ternama itu.

"Kamu ingin berapa hari kita menginap disini?". Bukan jawaban yang di berikan Shaka, melainkan sebuah pertanyaan yang membuat Nindi mengkerutkan keningnya. 

Gadis itu berbalik memandang pria yang telah sah menjadi suaminya dari beberapa jam yang lalu. Kemudian berjalan mendekati Shaka menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami. mencoba mencari kenyamanan disana. 

"Aku akan mengikuti semua keputusan mu mas.  Jika kita akan pulang secepatnya maka aku akan menurut." Ucapnya kedua tangannya melingkar di pinggang sang suami. Menghirup aroma maskulin yang begitu menenangkan. Seraya memejamkan kedua matanya menikmati aroma khas suaminya itu. 

Shaka memejamkan kedua matanya berusaha menahan diri agar tidak cepat terpengaruh dengan tindakan-tindakan yang di lakukan oleh gadis yang telah ia nikahi itu. Nalurinya sebagai seorang pria kian terpancing untuk melakukan hal-hal yang telah halal dilakukan oleh pasangan suami istri. 

"Kalau begitu, kita akan disini sampai kamu bosan dan memilih meninggalkan tempat ini dengan sendirinya." Ucapnya kemudian. Membuat Nindi kembali manautkan kedua alisnya. Heran. 

"Maksud Abang, kita akan menginap disini terus sampai aku bosan begitu?" Tanya gadis polos itu. mendongakkan kepalanya menatap Shaka ingin memastikan ucapan suaminya itu benar.

"Ya, seperti yang kamu pikirkan. " Sahut Shaka lagi. Singkat. 

Nindi tersenyum mendengar jawaban suaminya itu.

"Tapi, ini kan hadiah pernikahan kita dari tempatmu bekerja mas Biasanya paling hanya satu atau dua hari saja. Jikapun kita memperpanjang waktu, itu berarti Kita bayar sendiri kan? Itu pemborosan mas, " Ucap Nindi lagi yang tidak setuju dengan saran sang suami.

Shaka terdiam mendengar ucapan istrinya. Nindi memang gadis yang baik selama menjalin hubungan dengannya gadis itu belum pernah meminta hal apapun. Nindi bahkan menolak untuk berciuman selama mereka pacaran. Alasannya membuat Shaka sedikit terkagum dengan pendirian wanita itu. 

_"Aku hanya mau melakukan itu jika kita sudah halal."_ 

Begitu lah kata yang selalu di ucapkan Nindi kerika Shaka mengajaknya bermesraan.

Jam kian menanjak seiring dengan malam yang semakin membuai mengiring kedua manusia yang sudah sah menjadi pasangan Halal itu untuk mendaki puncak nirwana. 

Sekuat apapun benteng yang telah disiapkan oleh seorang Arishaka  untuk menghindari godaan nikmat yang nyata di hadapannya.  Semua itu sirna tak berarti ketika seseorang yang telah dihalalkan baginya untuk dia sentuh berada di depan mata. 

Sebagai seorang lelaki dewasa berusia 24 tahun menbuat jiwa penasarannya semakin kuat untuk mencoba hal baru untuk pertama kali dalam hidupnya ini. 

Keinginan itu semakin kuat sebab label halal itu sudah tersemat disana. Shaka membuai Nindi dengan sentuhan-sentuhan lembutanya. Ini adalah pengalaman pertama bagi keduanya.  Namun keduanya saling mengimbangi dengan mengikuti naluri masing-masing. 

Nindia menerima semua yang di lakukan suaminya pada dirinya tanpa penolakan sama sekali. Bangga, tentu saja karena telah memberikan sesuatu yang paling berharga dari dirinya untuk ia persembahkan kepada sang suami. 

Rasa sakit dan perih itu menyatu menjadi satu dalam penyatuan yang beberapa kali mencoba namun gagal. Sehingga pada percobaan ke tiga barulah benteng pertahanan itu berhasil dijebol  oleh Shaka  setelah berusaha sekuat tenaganya. 

Setitik air mata jatuh di kedua sudut mata Nindia karena rasa perih yang terasa mengoyak bagian intimnya. Benda aneh itu kini telah memporak-porandakan bagian bawahnya itu. 

Shaka mengusap air mata itu dengan ibu jarinya. Setelahnya kembali menyatukan bibir mereka. Melumatnya untuk mengurangi rasa sakit yang Nindi rasakan akibat ulahnya. 

Dengan bermandi peluh berbagi rasa dua insan menjadi satu. Keduanya sama-sama mendaku puncak nikmat dalam ibadah yang berpahala. 

Shaka menarik selimut untuk menutupi tubuh polos istrinya yang terkulai lemas setelah beberapa kali mencapai puncak bersama. Nindia kelelahan akibat pergulatan panas yang mereka lakukan selama hampir dua jam.  

Drrrtt!!   Drrrtt!!

Suara notif yang masuk ke ponselnya membuat Shaka segera bangkit dari peraduannya. Memungut pakaiannya yang berserakan di lantai kemudian berjalan menuju nakas dimana ponselnya berada. 

_"Bro! Tante memintamu untuk pulang segera. Besok acara akan berlangsung, sebelum acara dimulai Tante meminta agar kamu tiba tepat waktu._

Itulah sederet kalimat yang di kirimkan Leo sekretaris pribadinya sekaligus teman baiknya sejak kecil. 

“Siapa yang chat mas?” Dari arah tempat tidur Nindia bertanya sebab melihat ekspresi Shaka yang sedikit lain. 

Shaka menghembuskan nafasnya tangannya menggenggam erat ponsel miliknya itu. Tanpa membalas pesan dari Leo. 

“Bukan dari siapa-siapa!” Jawabnya datar

Shaka segera berlalu menuju kamar Mandi untuk membersihkan dirinya dari sisa-sisa pergulatan panasnya beberapa saat lalu.

Nindia mengkerutkan keninganya mendengar suara datar suaminya itu. Apakah ada yang salah dengan pertanyaannya?.

15 menit kemudian Shaka sudah keluar dengan tubuh fresh setelah mandi air hangat.  Sambil kenggosok rambutnya yang setengah basah Shaka kembali meraih ponselnya kemudian membalas pesan sang sekretaris.

Setelah membalas pesan Leo Shaka melangkah mendekati tempat tidur yang acak-acakan itu. Disana gadis yang telah ia jadikan wanita seutuhnya menyambutnya dengan senyuman manisnya.  

“Kamu mau makan?” Tanyanya tangannya terakng8dan mengusap kening Nindi yang masih berembun itu.

“Aku mau susu hangat mas, tenggorokan aku kering.” Sahutnya lembut. Nindia menatap suaminya penuh cinta.

“Oke, sebentar .”  Shaka segera memakai pakaiannya dengan rapih. Kemudian memesan menu melalui telepon yang ada di atas meja dekat tempat tidur. 

Nindia sedikit heran saat melihat Shaka memakai pakaiannya dengan rapih, seperti hendak bepergian. Namun Nindi tidak berpikir negatis tentang sang suami. 

Tak berapa lama terdengar bell yang menandakan pesanan sudah tiba. 

Shaka mengambil alih troli yang di bawa housekeeping tersebut setelah memberikan uang tip. Segera menutup pintu kamar dan mendorong troli yang penuh dengan makanan itu ke arah tempat tidur dimana istrinya telah duduk dengan memegang selimut di dadanya. Sesekali meringis saat terasa nyeri di bagian intimnya. 

Shaka mengambil segelas susu dari atas Troli kemudian menyerahkannya pada Nindia yang sudah memasang senyumnya merasa sangat di cintai oleh suaminya itu. 

Namun….

“Terima kasih mas,,,,,,!” Nindia tercengang saat gelas susu yang di sodorkan suaminya itu telah di tumpahkan isinya oleh sang suami sebelum gelas itu  sampai ke tangannya. 

“Mas! Kenapa,,, kenapa seperti ini?” Tanya Nindi kaget seraya menatap suaminya. 

Shaka tersenyum miring menatap Nindi yang terkejut dengan ulahnya. 

“Kenapa? Kamu kaget?”  Tanya nya lagi yang menatap Nindia dengan tatapan yang sulit di artikan. 

“Mas, apa…apa aku melakukan kesalahan, atau,,,,,” 

"Nindia Afatya, mulai saat ini kamu bukan lagi istriku, aku membebaskan mu dari segala kewajiban mu terhadapku. Malam ini aku telah menceraikanmu Nindia. Semoga kamu bisa menemukan kebahagiaan di masa depan."

Jder!!!

Bagai di sambar petir di tengah malam Nindia membeku mendengar kata-kata menakutkan itu keluar dari bibir lelaki yang di cintainya. Tidak terasa air mata sudah luruh membasahi kedua pipinya.

"Apa...apa maksudnya mas. Kenapa kamu mengucapkan itu? Apa kesalahnku mas? Ap..apa yang membuatmu tega melakukan ini padaku? Ak..aku...aku...."

Nindia tidak bisa melanjutkan kata-katanya terlalu perih dan sakit bagaikan pisau tak kasat mata menggores uluh hatinya.

"Tanyakan pada Ayahmu. Menggapa semua ini terjadi padamu. Jika ada yang ingin kamu persilahkan. Maka salahkan Ayahmu." Sahut Shaka datar. "Selamat tinggal Nindia, terimakasih untuk satu malamnya." Shaka segera membalikkan tubuhnya meninggalkan Nindia yang terpaku di atas tempat tidur.

"Mas Shaka.....!!"

Next......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!