NovelToon NovelToon

Transmigrasi Ke Zaman Kuno

bab 1 Porolog

Amira Agatha, gadis berusia dua puluh delapan tahun yang bekerja sebagai seorang "prajurit" wanita yang memiliki sifat bar-bar.

Dia adalah salah satu petugas khusus yang memberantas kecurangan yang dilakukan oleh para pembesar di negaranya.

Banyak para pembesar yang membenci dengan ulahnya, karena Amira, semua bisnis ilegal yang mereka lakukan, hancur sia-sia dan mendapat kerugian yang sangat besar.

Saat ini Amira sedang berada di dalam pesawat yang akan membawa dirinya ke tempat "misi" selanjutnya.

Tanpa diduga, ternyata pesawat itu sudah di pasang Bom yang akan membuat dirinya mati dan jiwanya terlempar ke jaman kuno.

BOOOOM!!!!

DUAAAAAAR!!!!

------------- ------------- ------------ ----------- ------------

\*ZAMAN KUNO\*

\_Ngiiiing...........Ngiiiiiiiing.............!

SWOSSSSH!!

Nan jauh di dimensi berbeda dalam sebuah hutan, tergeletak tubuh seorang gadis berusia tujuh belas tahun yang sudah tidak bernyawa.

Tiba-tiba, matanya terbuka............

SLAAAP!!!

Gadis itu mengerjakan matanya perlahan, lalu dia mengedarkan matanya ke arah sekeliling untuk mengetahui dirinya berada sekarang.

"*ah sepertinya aku selamat........ Hahahahahaha dewa sangat baik padaku.......! Monolog gadis itu*. yang ternyata Amira dari masa depan.

Amira kemudian mulai melihat ke arah penampilan dia sekarang, tidak ada satu pun luka disana

Tunggu.......... Tunggu dulu.......!!!

*pakaian apa ini? Kenapa aku memakai pakaian seperti ini, bahkan baju pelayan di rumahku saja lebih bagus dari bahan yang aku kenakan sekarang*! Monolog Amira dalam hati

SRAAAAAK!!!!!

Amira perlahan-lahan, bangun dari ranjang tersebut dan melangkah keluar

TAP !!!!!!!

TAP !!!!!!!!

TAP !!!!!!!!

TAP !!!!!!!

Amira langsung berteriak kaget dan ketakutan ketika dirinya melewati sebuah kaca yang terbuat dari perunggu di sana

ARRRRGHHHHH !!!!!!!

Terpampang sebuah wajah yang mengerikan disana, wajah yang di penuhi oleh jerawat besar-besar dan bernanah !

Si-siapa itu?! Apakah dia kuntilanak?! Gumam Amira ketakutan.

Ketika Amira mengamati wajahnya dengan cermat, dia baru menyadarinya bahwa wajah yang buruk rupa itu merupakan wajah dia yang baru. Amira berteriak histeris karena benar-benar terkejut

ARRRRGHHHHH...........!

Teriakan Amira sangat kencang, sehingga membuat seorang gadis yang berpakaian seperti pelayan itu berlari menghampirinya.

Gadis pelayan itu merasa senang, karena majikan dia yang koma selama dua bulan itu ternyata sudah terbangun.

BRAK !

"yang Mulia Permaisuri!" teriak gadis pelayan itu pada Amira

"syukurlah ! Terima kasih, Dewa !" ujar gadis pelayan itu sambil membawa majikannya kembali ke atas ranjang.

"Eeeh.........!"

Amira yang mendengar panggilan gadis pelayan itu padanya, terlihat kaget .

"*sejak kapan gue jadi permaisuri? Nikah aja belum , tiba-tiba jadi permaisuri* ....." monolog Amira dengan wajah kebingungan.

Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya semua pertanyaan dirinya terjawab saat dirinya menyadari kalau dia sudah bertransmigrasi ke tubuh permaisuri lemah dan buruk rupa .

Ini sangat mengesalkan !!!

Dirinya yang cantik dan hebat harus berakhir di tubuh yang lemah dan jelek.

"*kenapa tidak memasukkan ku ke neraka saja ya Dewa*..!" jerit hari Amira dengan putus asa .

Amira tidak terima, jika dirinya hidup kembali di tubuh permaisuri lemah dan jelek .

Walaupun dia seorang prajurit di kehidupan dulu tapi dirinya seorang prajurit wanita yang cantik dan memiliki tubuh ideal.

Banyak kaum pria memuja dirinya disana.

"*cobaan apalagi ini, ya Dewa.." ? Apa yang harus aku lakukan di zaman ini* " rutuk Amira dalam hati.

TAP !

TAP !

TAP !

Tidak lama kemudian, Amira melihat gadis pelayan itu membawa sebaskom air dan handuk kecil di dalamnya , awalnya dia heran untuk apa air tersebut.

SREEET !!

Tapi saat melihat gadis pelayan itu memeras handuk di dalamnya dan mengelap kaki nya, dia sadar... Saat ini tubuhnya sedang di bersihkan.

Setelah membersihkan tubuh Amira, gadis pelayan itu segera keluar untuk membuang air kotor itu dan memasak semangkuk bubur encer dan polos tanpa sayuran.

Lalu pelayan itu membawanya ke arah Amira.

TAP !

TAP !

" Silahkan dimakan, yang mulia...." ujar gadis pelayan itu pada Amira .

Amira memandangi makan yang ada di hadapannya dengan wajah kesal .

"*apa-apaan ini?! di jamanku dulu, aku makan makanan sehat dan susu sebagai pelengkap ! Dan sekarang aku harus makan makanan sampah seperti ini ?! Dewa benar- benar kejam menghukumku....." rutuk Amira dalam hati*.

" siapa nama kamu?" tanya Amira kepada gadis pelayan itu.

Gadis pelayan itu mendongak kan kepalanya dan mulai terisak saat mengetahui majikannya melupakan dirinya.

bab 2

"Hiks.....hiks......hiks...."

"Tsk ! Jangan menangis! Aku memang tidak mengingat apa-apa, bahkan aku lupa siapa diriku ini" ujar Amira dengan nada kesal.

"Hiks......hah...?!

Gadis pelayan itu langsung terdiam karena kaget , lelucon apa ini.....?

Apakah majikannya benar-benar melupakan semuanya?

Apa yang terjadi dengan majikannya setelah koma selama dua bulan?

Akhirnya gadis pelayan itu menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh Amira.

"nama hamba Nina, dan hamba adalah pelayan pribadi yang mulia....." jawab Nina .

" kenapa bisa aku berada disini, bukannya berada di istana kekaisaran...?" tanya Lien Hua

Nina menundukkan kepalanya sejenak sambil menahan tangis dia mencoba menjelaskan dengan baik.

" Yang Mulia Permaisuri di asingkan oleh Ibu Suri ke dalam hutan ini, dan yang mulia kaisar tidak mengetahui nya, karena beliau masih berada di Medan perang..." jawab Nina menjelaskan kepada majikannya.

"Apakah suamiku itu baik ? Maksudku, apakah dia selalu, memperlakukan diriku dengan baik?" tanya Lien Hua kembali

"menjawab yang mulia , yang mulia kaisar tidak pernah memperdulikan yang mulia permaisuri. Beliau terlalu sibuk berperang dan memperluas wilayah, sedangkan untuk pemerintahan di kekaisaran, di ambil alih oleh Ibu suri...." jawab Nina.

Lien Hua dengan jiwa baru itu pun menganggukkan kepala tanda mengerti. Jiwa didalam tubuh ini mulai mengerti apa yang terjadi dengan raga ini, sehingga berada di pengasingan.

Kemungkinan besar ibu suri merasa tersaingi oleh keberadaan Lien Hua, yang mungkin saja bisa merebut kekuasaan dari tangan ibunda sang kaisar tersebut

"apakah diriku masih memiliki keluarga, Nina? Tanya Lien Hua kembali.

" Yang Mulia Permaisuri sudah sebatang kara, ayah permaisuri adalah jendral perang Lien, dan dia sudah tewas dalam pertempuran setahun lalu, sedangkan ibu dari permaisuri sudah meninggal saat melahirkan permaisuri kedunia.." jawab Nina dengan nada sedih.

" Baiklah ! Terima kasih, Nina, sekarang kita istirahat, dan menyambut hari esok dengan semangat !" ujar Lien Hua pada Nina.

"baik tang mulia ..." jawab Nina

Nina membantu Lien Hua untuk berbaring dan menyelimuti tubuhnya

setelah semua selesai , Nina segera keluar dari ruangan itu untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda

TAP !

TAP !

TAP !

Sebenarnya Nina sangat khawatir dengan keadaan sang permaisuri Lien Hua yang hilang ingatan, namun di satu sisi, Nina juga sangat bersyukur karena majikannya itu telah sadar dari komanya selama dua bulan ini

"semoga kaisar cepat kembali ke istana, sehingga penderitaan permaisuri akan berangsur-angsur hilang...." harap Nina sambil menengadahkan kepala ke langit.

CUIT !

CUIT !

CUIT !

WUSSH !

Keesokan harinya Semilir angin menggoyangkan dedaunan di pagi yang cerah, terasa menenangkan jiwa seorang gadis yang sedang berdiri sambil melakukan peregangan otot-otot untuk melakukan pemanasan

SATU......DUA !

SATU.......DUA !

SATU........DUA !

Teriak lantang gadis itu menggema sampai ke dalam hutan pengasingan itu.

Lien Hua bertekad untuk menguatkan tubuhnya dengan latihan-latihan yang pernah dia lakukan pada kehidupan sebelumnya.

Lien Hua berpikir untuk masuk ke dalam hutan tersebut sambil mencari tanaman herbal dan hewan yang bisa dia buru untuk makannya.

Sedangkan Nina, yang baru saja selesai mengambil persediaan air dari sungai di dekat sana , melihat majikannya yang menggunakan pakaian lusuh yang terlihat di ikat- ikat itu pun menghampiri nya.

" selamat pagi, yang mulia permaisuri, apa yang sedang anda lakukan saat ini ?" tanya Nina dengan nada bingung.

" pagi, Nina ...... Kenapa memangnya? Aku hanya sedang meregangkan otot-otot aku yang kaku setelah koma kemarin !" jawab Lien Hua dengan santai .

Nina langsung paham dengan apa yang di ucapkan majikannya, lalu dia langsung mengikuti gerakan yang dilakukan oleh majikannya.

"oh, iya..... Nina! Aku ingin berlari masuk ke dalam hutan sambil mencari hewan yang bisa dimakan siang nanti, apakah kamu ingin ikut denganku?" ujar Lien Hua pada Nina

"Akhhhhh ! "

tubuh Nina hampir terjerambah saat mendengar ucapan majikannya, jika refleks Lien Hua tidak bagus untuk menahannya.

"Apa, yang mulia?! Ke-kedalam hutan?!..... Ti-tidak...... tidak boleh, yang mulia! Akan ada banyak hewan buas disana, dan kita tidak boleh kesana! Lebih aman di sekitaran sini saja!" seru Nina terkejut.

Wajah Nina langsung pucat pasi saat mendengar rencana itu, Nina tidak habis pikir, apa yang diinginkan oleh majikannya itu, sampai ingin pergi ke dalam hutan pengasingan itu,

"Tenang saja, Nina! Tidak akan terjadi apa-apa..." ujar Lien Hua dengan santai.

"ja-jangan, yang mulia!..... Sahut Nina yang mencoba melarang majikannya.

"Tsk! Dasar penakut! Jika kamu tidak ingin pergi sama aku tidak apa-apa! Kamu disini saja...." ujar Lien Hua sambil berdecak kesal

ini adalah dunia kuno yang baru saja jiwa Amira datangi, tentu saja dia ingin melihat keadaan dunia ini, terutama hutan sheshan tempat raga Lien Hua di asingkan

"saya ikut, yang mulia..!" ujar Nina dengan cepat.

Dia tidak mungkin membiarkan majikannya pergi sendirian ke dalam hutan sana, jika majikannya terluka, Nina bagaimana nanti? Dia pasti di penggal oleh kaisar karena lalai menjaga permaisuri-nya.

Oh! Tidak ! Nina masih ingin hidup lebih lama lagi.

SRAK !

SRAK !

SRAK !

Lien Hua berlari dengan semangat, di ikuti oleh Nina di belakangnya, Lien Hua banyak menyakan pertanyaan kepada Nina, dan Nina dengan bersemangat menjawabnya semua pertanyaan Lien Hua itu.

SRAK !

SRET !

Tiba-tiba saja Lien Hua berhenti dengan mendadak, karena melihat beberapa pohon buah mangga dan sirsak yang sudah matang.

BRUGH !

"Awwwwsssss !

Nina menabrak tubuh bagian belakang Lien Hua, karena Lien Hua berhenti secara mendadak .

"Tsk ! Fokus dong Nina..... Fokus!" decak Lien Hua kesal.

" maaf, yang mulia......" jawab Nina dengan nada menyesal

" tunggu disini! Aku mau memanjat pohon - pohon buah itu untuk kita makan nanti. Ujar Lien Hua pada Nina

"baik, hati -hati yang mulia...? Jawab Nina patuh

HOP !

SRAK !

SRAK !

Tiba-tiba Lien Hua langsung melompat ke atas pohon mangga dan langsung bergerak dengan lincah di antara cabang-cabang pohon tersebut, sambil tangannya memetik buah-buahan yang matang dan melemparkannya ke bawah.

BUK !

BUK !

BUK!

"kumpulkan buah-buahan tersebut dan masukan ke dalam kantong besar yang aku lemparkan tadi Nina !" teriak lantang Lien Hua dari atas pohon.

"Baik, yang mulia ! Hati-hati di atas sana !" balas Nina dengan berteriak juga

setelah puas memetik buah mangga tersebut, Lien Hua segera pindah ke pohon lain dengan lincah

HOP !

HOP !

HOP !

Dan berakhir dengan menjejakkan kakinya di atas tanah.

TAP !

Nina membelalakkan matanya karena terkejut, dia tidak pernah tau jika majikannya bisa memanjat pohon dengan lincah seperti itu. Padahal ! Dia menjadi pelayan di keluarga "Lien" itu sudah hampir sembilan tahun terakhir.

"Ayo, Nina ! Kita lanjutkan perjalanan kembali !" ujar Lien Hua kepada Nina.

"Baik, yang mulia ..." jawab Nina sambil membawa kantung besar berisi buah-buahan tersebut.

bab 3

Mereka melanjutkan perjalanan lebih jauh ke dalam hutan sheshan itu.

Lien Hua banyak menemukan tanaman herbal yang berguna untuk wajah dan tubuhnya, serta berbagai macam sayuran liar yang bagus untuk di konsumsi.

Dengan tanaman herbal itu, Lien Hua berencana untuk membuat ramuan kecantikan untuk dirinya dan Nina.

Lien Hua ingin membuat ' kejutan' kepada orang-orang yang menghujat dirinya, terutama kejutan untuk ibu suri lak-nat itu !

Lien Hua sangat yakin, jika raga yang dia tempati itu tidak buruk rupa! Ada yang merasa iri terhadap raga ini. Sehingga membuatnya sangat buruk dengan masukan racun!

Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, mereka melihat sebuah sungai yang sangat jernih.

TAP !

TAP !

TAP !

Lien Hua pun segera berjalan untuk mendekat sungai itu, untuk mandi di dalam sana.

Tidak berapa lama kemudian, Lien Hua segera melompat kedalam sungai itu dan menyelam sangat lama.

Lien Hua tidak terlihat, dan itu membuat Nina merasa cemas. Apakah ada sesuatu yang terjadi di bawah sana ? Kenapa majikannya tidak muncul kembali?

Apakah majikannya terluka dan pingsan kembali di dalam sungai itu ?

Semua pikiran - pikiran itu berlalu lalang dalam benak Nina. Dia takut majikannya terluka, dan dia tidak bisa menyelamatkannya.

"ya, Dewa ! Apa yang terjadi dengan yang mulia di bawah sana? Apakah dia baik-baik saja? Tolong hamba ya Dewa! Selamatkan majikan hamba yang baik hati itu...." ujar Nina dalam hati

Tiba-tiba............

BYUUURR !

"HAAAAH.........!

"yang mulia....!" teriak Nina histeris sambil berlari menuju ke arah Lien Hua.

Lien Hua yang tiba-tiba terlihat sambil membawa ikan besar dan kepiting itu menoleh, kenapa Nina berteriak histeris begitu?

"kenapa kamu teriak-teriak begitu, Nina ?!" ujar Lien Hua dengan nada kesal

"yang Mulia......hu.....hu.....hu....? Bukannya menjawab, Nina malah terisak semakin keras.

Dengan terpaksa, Lien Hua naik ke atas dan berjalan menghampiri pelayannya untuk menenangkannya.

"nina ini......huh! benar-benar cengeng! Bentar - bentar nangis, kaya anak kecil!" keluh Lien Hua dalam hati .

"sudahlah, Nina! Apa kamu tidak sayang dengan air mata-mu itu? Kalau habis bagaimana? Tidak ada yang jual air mata, loh! Apa kamu mau menjadi buta, hah?!" ujar Lien Hua menghibur pelayannya.

"yang mulia.....hu....hu.....hu! Nina hanya takut yang mulia terluka kembali di dalam sungai itu ! Nina takut kepala yang mulia terhantuk batu disana dan melupakan Nina kembali....hu.....hu....hu ! jika yang mulia terluka kembali, bagaimana dengan Nina? Hu hu hu....." ujar Nina sambil terisak.

"sudah.....sudah....maafkan aku, ya?! Sekarang kita bersiap untuk pulang. Lihatlah aku mendapatkan ikan besar dan kepiting untuk kita makan hari ini!" ujar Lien Hua pada Nina .

Lien Hua menunjukkan hasil menyelamnya pada Nina, dan itu membuat Nina kembali ceria dan bersemangat.

"hahahahahha! Ayo, yang mulia! Kita pulang dan makan enak hari ini.......hahahahaha!" sahut Nina sambil tertawa .

"haisssh! Dasar aneh.....tadi nangis, sekarang tertawa! CK.....CK....CK...! Gadis labil..." keluh Lien Hua dalam hati.

TAP !

TAP !

TAP !

Mereka berjalan dengan suasana hati yang ceria, menuju gubug pengasingan mereka .

Nina dengan bersemangat langsung menyiapkan tungku seadanya, untuk mengolah hasil tangkapan majikannya. Sedangkan Lien Hua berjalan masuk kedalam kamar untuk pakaiannya yang basah.

Nina dengan sigap mengeluarkan semua yang ada di dalam kantong besar, dan memisahkannya satu persatu barang yang ada di dalamnya.

BRUUUK !

SRAK!

SRAK!

Mata Nina membeliak kaget, saat melihat berbagai tanaman, bunga dan beberapa jamur di dalamnya

"untuk apa yang mulia permaisuri mengambil semua ini?" pikir Nina bertanya-tanya.

Ada juga tanaman berbentuk seperti lidah yang berduri tajam di pinggiran nya .

TAP !

TAP !

TAP !

Lien Hua berjalan keluar kamar, dan langsung menuju ke arah pelayan pribadinya yang masih terpaku di depan bahan-bahan herbal yang dia ambil tadi .

"kenapa kamu melihat bahan-tanaman itu seperti itu, Nina?" tanya Lien Hua pada pelayannya.

"Ehh..."

Nina terlonjak kaget saat mendengar suara majikannya.

"I-ini, yang mulia.... Bukankah ini semua tanaman tidak berguna? Kenapa yang mulia mengambilnya?" tanya Nina penasaran.

Lien Hua pun terbahak saat mendengar pertanyaan Nina.

"hahahaahahaahaha....!"

" itu bukanlah sampah , Nina! Sebagian dari tanaman itu adalah sayuran yang bisa di makan dan sebagian lagi adalah herbal untuk membuat ramuan berkhasiat bagi wajah dan tubuh!" jawab Lien Hua setelah dia menghentikan tawanya

"sudah....sudah! Segera cuci semua bahan tersebut dan di iris, saya yang akan memasaknya nanti." titah Lien Hua pada Nina

dulu saat masih di dunia modern Amira sangat menyukai memasak, karena menurutnya masakan sendiri jauh lebih sehat dan pastinya enak .

"baik , yang mulia......"

Nina segera melaksanakan titah majikannya sekalian dia membersihkan ikan serta kepiting yang Lien Hua dapat tadi .

Dengan cekatan Lien Hua mengolah semua bahan-bahan tersebut menjadi sebuah hidangan yang lezat untuk mereka makan.

Aroma dari ikan yang di rebus itu pun menyeruak ke udara membuat perut mereka langsung bernyanyi riang..

Kruyuk!!

Kruyuk!!!

"Hahahahahaha...."

mereka sontak tertawa, ketika mendengar perut mereka bernyanyi berbarengan.

TRAK!!

Lien Hua segera meletakan panci dari tanah liat itu ke atas meja seadanya, yang terbuat dari batang pohon besar.

" loh, mana alat makanmu, Nina?" tanya Lien Hua pada pelayannya.

Nina menjawab dengan canggung.... "alat makan hamba masih berada di belakang, yang mulia...."

"ambil dan bawa kesini, Nina! Kita makan bersama!" titah Lien Hua pada pelayannya.

"Haaaahhhh?!"

Nina terpana saat mendengar perintah majikannya.

"sejak kapan permaisuri mau makan bersama pelayannya? Sikap permaisuri semakin aneh, sejak dia terbangun dari komanya..." pikir Nina dalam benaknya.

"jangan bengong cepat ambil alat makanmu, Nina! Saya sudah lapar!" seru Lien Hua tegas.

Tanpa banyak tanya Nina langsung berlari ke belakang untuk mengambil alat makannya. Saat kembali Lien Hua langsung menaruh ikan berukuran besar itu ke dalam mangkuk Nina .

"Ayo makan!"

tidak lama kemudian, mereka makan dengan lahap semua makanan itu, karena beberapa hari ini keduanya hanya makan bubur encer tanpa aroma. Di tambah dengan buah-buahan yang mereka dapat tadi , hari ini mereka makan dengan sempurna .

" lalu, daun dan tanaman , ini untuk apa, yang mulia?" tanya Nina setelah mereka selesai makan.

Nina menunjuk semua bahan herbal yang ada di sana.

"ih, itu adalah bahan herbal untuk membuat wajah dan tubuh kita menjadi lebih cantik dan sehat, Nina! Itu adalah bahan herbal perawatan tubuh!" jawab Lien Hua gamblang.

Walaupun masih merasa heran, Nina hanya menganggukkan kepala tanda mengerti.

"sejak kapan permaisuri paham tentang herbal? Kapan dia belajarnya?" monolog Nina dalam hati .

"Ada apa, Nina? Apakah ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Lien Hua.

"A-a-anu , yang mulia.......ka-kapan anda belajar tentang herbal dan cara meregangkan otot seperti tadi pagi? Dan kapan yang mulia tahu tentang tehnik beladiri?" tanya Nina sambil menundukkan kepalanya .

Jujur saja, Nina merasa jika 'Aura' majikannya terasa sangat berbeda sekarang. Aura yang sekarang terasa sangat.... Agung! Beda dengan Aura sebelumnya yang terkesan....penakut.

" oh, itu karena selama saya koma di alam bawah sadar saya, saya bertemu seorang master yang mengajari saya segalanya! Karena itu saya tertidur sangat lama...." jawab Lien Hua seadanya.

Tidak mungkin jika Lien Hua menjawab bahwa dia adalah "jiwa" dari masa depan yang tersesat ke tubuh ini ini bukan?.

Amira Agatha sudah menerima takdirnya di zaman kuno ini, dan bertekad untuk merubah nasib si permaisuri Lien Hua menjadi lebih baik, dan menyingkirkan 'parasit' di sekitarnya yang sudah membuat raga Lien Hua menderita.

"sudahlah, Nina sekarang kamu tumbuk bahan herbal disana, kecuali tanaman yang berbentuk lidah itu...." titah Lien Hua pada pelayannya.

"Baik, yang mulia...."

TUK !

TUK !

TUK !

Terdengar suara tumbukan yang terbuat dari batu itu sedang bekerja menghaluskan bahan -bahan herbal Lien Hua .

Sedangkan Lien Hua , dia sedang mengerok perlahan tanaman lidah buaya itu untuk campuran herbal nanti.

"tumbuk sampai benar-benar halus herbal - herbal itu, Nina! Jangan sampai masih ada yang kasar!" titah Lien Hua.

"Baik, yang mulia..."

Setelah bahan-bahan itu halus, Lien Hua segera mengambil ramuan itu dan menaruhnya di dalam mangkuk.

SRAK !

SRAK !

Lalu dia mencampurkan dengan kerokan halus lidah buaya, me-re-masnya perlahan, dan membubuhkannya ke atas wajah.

"tunggu apalagi Nina? Cepat lakukan hal yang sama dengan saya ke atas wajahmu," titah Lien Hua pada pelayannya.

"Baik, yang mulia..."

Tanpa banyak tanya, Nina melakukan hal serupa dengan apa yang di lakukan oleh majikannya.

Nina merasakan jika ramuan herbal itu terasa dingin dan nyaman diwajahnya.

"Hm, benar..... Seperti itu, Nina! sekarang kita tidur dulu, sambil menunggu herbal ini mengering di wajah kita..." ujar Lien Hua dengan mata terpejam.

Tidak lama kemudian, Lien Hua dan Nina sudah terbang ke alam mimpi..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!