Salam kenal Readers,
CINTA YANG TERPAKSA adalah karya **pertama saya, jadi sebelumnya saya meminta maaf jika banyak kesalahan🙏
Visual tokoh utama** :
Zhiadatul Kaysa
Lemah lembut, lugu, alim, baik hati dan penyabar.
Syauqi Malik
Misterius, berdarah dingin, angkuh, cuek pada orang lain dan penuh ambisi.
Iyas Maulana
Ramah, suka menolong, alim, dan mudah berteman.
Dedaunan kering berguguran satu persatu, berserakan di atas jalanan yang sepi, karena hanya sesekali kendaraan yang melewati.
Di samping jalan ada taman umum yang banyak di tanami bunga warna-warni, tamannya sepi karena hanya dikunjungi sore hari saja.
Dari kejauhan tampak dua pemuda-pemudi yang tengah duduk di kursi yang terletak di bawah pohon rindang.
Mereka diam termenung dalam pikiran masing-masing.
Sepoi- sepoi angin mempermainkan jilbab warna merah muda yang dipakai gadis cantik itu.
"Zhia, apakah kamu tidak merasa sayang bila harus berhenti kuliah?" suara berat pemuda itu memecah kesunyian.
"Aku sudah lama mempertimbangkan ini, Mas Iyas! Aku merasa kasihan terhadap kakakku. Sebentar lagi istrinya akan melahirkan, pasti membutuhkan biaya yang banyak, sedangkan gaji kerja sambilan ku hanya cukup untuk biaya kuliahku," jawab Zhia lembut.
"Soal biaya pengobatan ibumu biar aku yang bayar! Bagaimanapun juga kamu adalah calon istriku," kata Iyas sungguh-sungguh.
Namun wanita yang diajak bicara malah tertawa lirih mendengar kata calon istri,
"Tidak, Mas Iyas. Selama ini kamu sudah banyak menolongku," Zhia menolak baik-baik karena sadar selama ini banyak menyusahkan sahabatnya.
Iyas keturunan orang kaya, meskipun begitu dia mandiri mempunyai usaha konter ponsel yang lumayan besar.
Sedangkan Zhia hanyalah dari keluarga sederhana, apalagi semenjak ayahnya meninggal dua tahun yang lalu, Zhia harus bekerja sambilan untuk membiayai kuliahnya sendiri.
"Baiklah bila itu keputusanmu, aku akan selalu menghormati pilihanmu, yang terpenting jaga baik-baik kesehatanmu! Apabila ada kesulitan jangan sungkan bilang padaku," kata Iyas mengalah, dia tidak ingin memaksakan kehendak Zhia, tak tega rasanya melihat gadis cantik yang lemah lembut di depannya ini tambah bersedih.
Beberapa detik kemudian datang mobil Avanza yang berhenti tepat di depan mereka. Sang pengemudi pun keluar dari mobil dengan raut wajah cemas,
"Kenapa kamu berhenti kuliah?" wanita separuh baya itu sampai lupa mengucapkan salam terlebih dahulu.
"Ini pilihan yang terbaik, Bu. Masalah kuliah nanti bisa dilanjutkan kembali, saat ini saya mau fokus kerja dulu demi ibu saya," jawab Zhia tersenyum tegar, meskipun Zhia gadis yang lemah lembut tapi sebenarnya dia adalah seseorang yang penyabar dan kuat menghadapi cobaan hidup.
"Setelah ini kamu mau kerja dimana?" tanya dosennya penuh perhatian, karena dia sudah menganggap Zhia sebagai anak sendiri. Seandainya dia punya anak laki-laki ingin rasanya Zhia jadi mantunya, tapi sayang kedua anaknya perempuan semua.
"Belum tau, Bu. Saya masih mencari yang gajinya lebih besar, supaya cukup untuk biaya ibuku," jawab Zhia dengan penuh semangat.
"Kerja di tempatku saja, nanti aku gaji lima kali lipat dari gaji ditempat kerja yang lama," sela Iyas.
"Ah, itu sama saja aku menyusahkan Mas Iyas lagi," balas Zhia tersenyum.
"Ibu punya temen, pemilik butik terkenal yang mau buka cabang lagi, nanti biar Ibu hubungi siapa tahu butuh pegawai," saran Bu Dewi pada murid kesayangannya.
"Terima kasih, Bu. Atas kebaikan Ibu selama ini," Zhia langsung memeluk dosennya sambil tersenyum senang.
"Aku juga mau ikutan berpelukan dong?" goda Iyas pada Zhia.
"Bukan mahram! ," jawab Zhia dan Bu Dewi bersama.
"Eh jam berapa ini? Ibu masih banyak acara. Kalian segeralah pulang! Jangan lama-lama berduaan nanti yang ketiga setan, assalamu'Alaikum," kata Bu Dewi berlalu pergi.
"Wa'alaikumsalam," jawab Zhia dan Iyas bersama.
Mereka memang selalu bersama sejak kelas satu SD sampai sekarang.
Meskipun begitu, mereka tidak pernah saling bersentuhan, karena mereka dari kecil di didik ilmu agama, jadi tau mana batas- batasnya,
Tetapi hampir semua orang beranggapan mereka adalah pasangan kekasih, jadi tak ada yang berani menyatakan cinta pada mereka,
"Mas Iyas,aku pulang dulu ya? Mau siap-siap ke rumah sakit," kata Zhia langsung menyambar helm putih di sampingnya.
"Iya, aku juga mau langsung ke konter, assalamu'alaikum," pamit Iyas.
"Wa'alaikum salam," Zhia menjawab setengah teriak karena motor maticnya sudah dijalankan.
Iyas hanya geleng-geleng kepala, kemudian masuk kemobil.
Sampai di dalam mobil dia tersenyum sendiri, mengingat tingkah Zhia yang kadang lucu dan menggemaskan.
Zhia sungguh cantik luar dalam, dia adalah calon istri idaman Iyas.
Iyas tak pernah mengungkapkan perasaannya, akan tetapi keduanya saling mengerti perasaan masing-masing.
Jam menunjukkan pukul setengah tujuh,
Zhia sudah menyelesaikan semua tugas rumah seperti memasak, cuci baju dan menyapu lantai rumah ukuran sedang milik mereka.
Meskipun sederhana, rumahnya selalu rapi dan halamannya banyak ditanami bunga dan buah. Ada mangga, rambutan, nangka, anggur yang sengaja pohonnya dibentuk seperti atap dan dibawahnya ada dua kursi panjang dari kayu yang saling berhadapan.
Zhia teringat masa lalu, setiap hari Minggu semuanya libur, almarhum ayahnya, ibunya yang masih sehat, kakak beserta kakak iparnya duduk bercengkrama sambil menikmati teh dan gorengan.
Tak terasa air matanya menetes mengenang semua itu.
Zhia merindukan masa-masa indah yang telah terlewati.
"Dek, ada telepon," kata kakak ipar Zhia dari dalam rumah, membuyarkan lamunannya.
"Iya, Mbak," Zhia segera menghapus air matanya dan masuk kedalam.
"Assalamu'alaikum," salam Zhia ditelepon.
"Wa'alaikum salam, Zhia sekarang kamu siap siap ya! Lima belas menit lagi ibuk jemput. Jangan lupa bawa data diri seperti kamu mau lamaran kerja! Teman Ibuk sangat sibuk jadi waktunya terbatas. Maaf ya, Ibu ngabarinnya mendadak, assalamu'alaikum," tutur Bu Dewi.
"Wa'alaikum salam," jawab Zhia.
"Mbak, aku siap - siap dulu ya? do'akan semoga aku diterima kerja. Supaya bisa meringankan beban Mas Rian," kata Zhia memohon do'a restu.
"Tentu, Adikku," tanpa bisa melanjutkan kata-katanya, Tia langsung memeluk adik iparnya. Tia menyayangi Zhia seperti adik kandung.
Sandainya dia bisa bekerja ingin sekali membantu Zhia sampai lulus wisuda.
Karena Zhia anak yang rajin dan cerdas, sayang kalau harus berhenti di tengah jalan.
Saat ini Tia sedang mengandung, yang pastinya dilarang bekerja.
Sedangkan suaminya hanya buruh pabrik, gajinya mencukupi untuk kebutuhan harian saja.
Untuk biaya kuliah Zhia bekerja sampingan.
Namun sekarang ibu mereka tengah sakit, jadi membutuhkan biaya yang cukup besar, ditambah hutang mereka yang lumayan banyak.
Dengan fokus bekerja Zhia berharap bisa melunasi hutang dan membiayai pengobatan ibunya.
Jujur saja Zhia merasa was-was, dalam hatinya berdzikir semoga diberi kelancaran saat interview nanti.
Bu Dewi yang sedang menyetir mobil melirik sebentar kearah Zhia.
"Jangan takut! Teman Ibu orangnya ramah dan menyenangkan, kemarin setelah aku bertemu dengannya tampaknya dia sangat tertarik padamu, Ibu yakin kamu pasti diterima," tutur Bu Dewi memberi dorongan semangat.
"Amin," Zhia mengangkat kedua tangannya lalu mengusapkan kewajahnya. Kemudian terdengar dering dari ponsel Zhia.
"Assalamu'alaikum," suara dari seberang.
"Wa'alaikum salam, ada apa, Mas Iyas? Kenapa pagi-pagi sudah telepon?" jawab Zhia menyelidik.
"Nggak papa, kangen saja," canda Iyas.
Zhia bisa mendengar tawa lirih dari ponselnya, dia menjadi kesal,
"Aku tutup dulu ya, Mas Iyas?"
"Tunggu dulu, aku cuma bergurau, sayang," timpal Iyas lagi.
"Tuhkan mulai lagi, beneran aku tutup! nggak enak sama Bu Bewi, kita masih diperjalanan mau interviuw," sergah Zhia merasa malu.
"Kalau nanti gagal langsung kerja di tempat aku saja ya?" balas Iyas.
"Kok bicaranya jelek gitu? harusnya di do'akan yang baik-baik! assalamu'alaikum," protes Zhia langsung menutup teleponnya.
"Cie... pagi-pagi sudah dibilang sayang sama pacar," goda Bu Dewi.
"kita nggak pacaran, Bu," bantah Zhia sopan.
"iya iya... nggak pacaran tapi saling sayang," balas Bu Dewi lagi,
dia menoleh kewajah Zhia yang malu - malu wajahnya bersemu merah.
Sesampainya di sana Zhia kagum dengan bangunan luas lantai dua dengan papan besar bertuliskan Butik Kejora 2.
Butiknya masih sepi, karena belum di buka.
Dengan langkah mantap Bu Dewi langsung menggandeng tangan Zhia naik ke lantai dua.
"Assalamu'alaikum" salam Bu Dewi dan Zhia bersamaan.
"Wa'alaikum salam, oh, ini pasti Dek Zhia ya? cantik sekali. Perkenalkan saya Elly, panggil Kak Elly saja biar kelihatan lebih muda!" sapa temannya Bu Dewi sambil tersenyum ramah penuh wibawa.
"Iya, Kak Elly. Nama saya Zhiadatul Kaysa," Zhia langsung menjabat tangan dengan sopan.
"Kemarin Dewi sudah cerita banyak tentang kamu, mulai besok kamu bisa langsung bekerja jadi asistenku, jadi kamu harus siap mengikuti aku kemanapun, karena butiknya nggak disini saja. Dan jangan lupa jam tujuh pagi kamu datang ke rumahku dulu, pulangnya jam tujuh malem. Jangan khawatir soal gaji, nanti aku kasih di atas UMR karena jam kerjanya lebih dari pegawai yang lainnya," tutur Elly padat dan jelas.
"Iya terimakasih, Kak Elly," Zhia mengangguk semangat.
* Terimakasih sudah berkenan membaca karya saya, jangan lupa like, vote dan beri rating bintang 5. Karena dukungan dari kalian sangat berarti bagi Authoor.
Mohon kritik dan sarannya juga, semoga kedepannya novel ini bisa lebih baik🙏
Suara adzan berkumandang memanggil umat muslim untuk menunaikan kewajibannya.
Dinginnya angin yang berhembus menusuk sampai kedalam tulang, membuat sebagian orang memilih bersembunyi di balik selimut yang tebal.
Namun Zhia sudah terbiasa disiplin bangun pagi sejak kecil, selesai sholat dia mengerjakan pekerjaan rumah sendirian, karena kakak iparnya sudah semakin besar perutnya.
Setelah semua selesai Zhia mandi dan bersiap siap karena ini hari pertamanya kerja.
"Assalamu'alaikum,"salam dari luar.
"Wa'alaikum salam,"jawab Zhia dan Tia yang sudah menunggu di meja makan.
Setiap malam Rian dan Zhia bergantian menjaga ibunya di rumah sakit, dan semalam giliran kakaknya.
"Mas, bagaimana keadaan ibu?" tanya Tia.
"Besok sudah diizinkan pulang, tapi seminggu sekali masih harus kontrol di rumah sakit,"
"Alhamdulillah," ucap Tia dan Zhia bersama, mereka bersyukur karena keadaan ibunya Zhia sudah membaik.
"Dek, besok Mas nggak bisa ikut jemput Ibu!Kamu bisa nggak jemput Ibu sendirian?" tanya Rian sedikit cemas.
"Tenang saja, Mas Rian! Serahkan semua pada Zhia," jawab Zhia meyakinkan, dia tahu jika kakaknya masuk kerja siang.
"Minta tolong dianterin Iyas saja, Dek! Supaya nanti ada yang bantuin bawa barang barangnya ibu," saran Tia.
"Iya, Mbak Tia. Nanti Zhia coba menghubungi Mas Iyas," jawab Zhia.
Semua keluarga Zhia mengenal Iyas, begitu juga sebaliknya, karena ayah mereka dulu bersahabat.
Jam setengah tujuh Zhia pamit kepada kedua kakaknya, perkiraannya perjalanan menuju rumah majikan barunya sekitar tiga puluh menit.
Sesampai di sana Zhia terpaku, melihat rumah besar megah, dengan desain yang unik dan elegan.
"Zhia ..." panggil Elly dari belakang, disampingnya ada pemuda yang... sangat tampan, mereka sepertinya pulang dari jogging.
"Iya, Kak Elly?"
Zhia langsung menundukkan pandangan kebawah.
Sementara Pemuda tadi menatap tajam wajah Zhia, beberapa detik kemudian dia masuk kerumah tanpa sepatah kata.
"Kenapa tadi nggak langsung masuk saja? Oh ya, yang barusan adiknya Kak Elly, namanya Syauqi. Zhia, apa kamu bisa memasak?" tanya Elly sambil menggandeng lengan Zhia masuk kedalam rumah.
"Saya bisa, Kak Elly" jawab Zhia mantap, dia percaya diri kalau urusan dapur, karena memasak adalah hobi dia.
"Maaf ya jadi ngrepotin, pembantu kakak sedang cuti. Yasudah, kak Elly mandi dulu. Nanti setelah sarapan kita langsung berangkat! " kata Elly berlalu pergi.
Zhia melihat isi di kulkas, sayuran habis semua. Hanya ada telur tapi bumbunya masih komplit.
Zhia memutuskan membuat nasi goreng dan telur dadar, ada beberap buah mangga dia buat jus sekalian.
Tak butuh waktu lama semua sudah selesai, karena meskipun memakai gamis tapi Zhia sangat cekatan.
Elly dan Syauqi turun dari tangga, mereka penasaran dengan bau harum yang membuat perut semakin lapar.
"Maaf, Kak Elly. Sayurnya habis semua, yang ada cuma telur," kata Zhia lembut.
"Nggak papa! Nanti kita belanja sekalian, ayo duduk sini sarapan bersama! "ajak Elly sebelum menikmati hidangannya.
"Tadi saya sudah sarapan dirumah,Kak Elly," jawab Zhia bergegas melepas celemek dan menaruh lagi didapur.
Elly dan Syauqi merasa puas dengan masakan Zhia, bumbunya terasa pas dilidah.
"Gimana rasanya Qi?" tanya Elly.
"Lumayan!" jawab Syauqi.
"Gimana kalau tiap pagi Kakak suruh Zhia buat sarapan ya?" tanya Elly antusias.
"Terserah kakak!" jawab Syauqi.
Mereka berdua memang kakak-beradik, tetapi sifat mereka berbeda.
Elly cenderung suka mengobrol dan ramah, sedangkan Syauqi sebaliknya.
"Zhia ayo berangkat! Biar nanti diberesin pak Slamet saja," kata Elly langsung menenteng tas mewahnya.
Dirumah sebesar itu pekerjanya hanya dua orang, mereka bertugas membersihkan rumah saja. Karena Syauqi dan Elly penggila kerja yang jarang pulang kerumah.
Zhia merasa lelah, karena dari tadi mengikuti majikannya bepergian mengecek butik - butiknya yang ada banyak.
Kini mereka sedang di butik utama, luasnya dua kali lipat lebih besar dari butik kemarin saat Zhia interviuw.
Di lantai dua justru malah terlihat seperti apartemen.
Zhia bertugas membantu Bosnya mengecek laporan-laporan yang menumpuk.
"capek ya?" tanya Elly.
Zhia hanya tersenyum.
"Zhia, kalau mau istirahat nggak papa! nyantai saja. Kak Elly memang lebih senang menyibukkan diri dari pada duduk termenung," timpal Elly menghentikan aktifitasnya.
Dia beralih menatap Zhia yang diam, entah mengapa Elly merasa jika Zhia memiliki aura penyejuk, saat di dekat dia terasa damai.
"Satu tahun yang lalu,sepulang makan malam terjadi kecelakaan. Papa, suamiku, dan putriku yang baru berumur dua tahun langsung meninggal. Hanya Kak Elly dan Syauqi yang selamat karena kita duduk dibelakang. Semenjak saat itu, Kak Elly sering bermimpi buruk, dan menyibukkan diri supaya bisa mengalihkan pikiran ," ucap Elly sambil menangis, kedua tangannya menutupi wajahnya yang sembab.
Zhia tak bisa berkata apa - apa, dia dapat merasakan betapa pedihnya kehilangan orang yang paling berarti.
Zhia hanya bisa memeluk Elly supaya tenang.
Elly merasa damai dalam pelukan Zhia, melihat Zhia yang memakai jilbab dan menutupi auratnya, membuat hati Elly tergerak.
Dia sadar selama ini jauh dari Alloh, mungkin ini saatnya dia lebih mendekatkan diri supaya bisa ikhlas, merelakan mereka yang sudah tiada.
"Zhia, ajari aku tentang agama! Ajari aku menjadi wanita sholichah sepertimu! Aku ingin memulai hidup baru," pinta Elly sungguh - sungguh.
"iya, Kak Elly. Dengan senang hati,"
Zhia merasa bahagia melihat secercah harapan di mata Elly, dia tak habis pikir di balik keceriaan dan kehangatan bosnya selama ini ada luka yang mendalam.
"Zhia tolong ambilkan air dingin!" perintah Elly sambil menghapus air matanya.
"Iya, Kak Elly."
Zhia bergegas ke dapur, dia sendiri heran baru dua hari kenal dengan bosnya tapi kenapa sudah merasa sangat dekat, apalagi ketika tadi mendengar ceritanya, Zhia sampai tak bisa membendung air matanya.
Jam lima sore Syauqi ke butik utama kakaknya, memang sengaja Elly yang menyuruh.
"Qi, kamu temenin Zhia belanja sayuran ya?beli banyak sekalian buat stok satu minggu. Kakak sedang tidak enak badan, mau istirahat dulu!"
Setelah berkata pada adiknya, Elly masuk menuju kamar pribadinya.
Tanpa sepatah katapun Syauqi keluar dari butik, Zhia merasa kikuk tapi tetap mengikutinya di belakang.
Ketika Zhia mau membuka pintu mobil belakang, Syauqi yang sudah di depan stir langsung berkata dingin, "duduk depan! Aku bukan sopirmu."
Deg... jantung Zhia berdetak kencang, dia merasa takut dan tangannya segera pindah membuka pintu depan.
Di dalam mobilpun hanya ada kesunyian, keduanya sama-sama diam.
Tiba-tiba ponsel Zhia berbunyi, Zhia langsung mengangkat dengan wajah cerah, terlihat jelas kebahagiaan diwajahnya.
Syauqi yang di sampingnya melirik Zhia, kemudian fokus menyetir lagi.
Syauqi hanya bisa mendengar suara Zhia.
"wa'alaikumsalam,"
"Alhamdulillah lancar,"
"Alhamdulillaah ibu besok malem sudah bisa pulang, apakah besok sibuk, Mas Iyas?"
"Benarkah? Terima kasih ya, Mas Iyas?"
"Nggak usah Mas, aku berangkat kerjanya bareng Kakakku, sekalian satu arah jalannya,"
"ya sudah terima kasih ya, Mas Iyas?"
"Wa'alaikumsalam,"
Zhia berasa bahagia hanya mendengar suara Iyas, dia adalah pemuda ramah yang selalu baik pada Zhia, baginya Iyas seperti dewa penolong.
Di supermarket Zhia sibuk memilih sayuran dan kebutuhan dapur.
Syauqi mengikuti di sampingnya, tanpa disadari kedua tangan mereka bersentuhan saat mengambil buah anggur.
"Astaghfirullah," pekik lirih Zhia, diapun melangkah maju mencari buah yang lainnya.
Syauqi merasa aneh dengan gadis yang terlihat jauh lebih muda darinya.
Dia bisa melihat jelas wajah Zhia yang memerah.
Baru bersentuhan tangan saja sudah begitu, Syauqi jadi membayangkan bagaimana jika dia mencium bibir mungil Zhia? Bagaimana reaksinya nanti?
Ah... Syauqi merasa lucu sendiri sampai dirinya membayangkan hal seperti itu. tanpa dia sadari ada senyuman kecil dari bibirnya.
Setelah semua belanjaan dibayar di kasir, mereka membawa belanjaannya kedalam bagasi mobil.
Mereka segera pulang, dalam perjalananpun mereka hanya diam.
Sesampai dirumah, mobil Elly sudah ada diparkiran.
Ketika mereka masuk, mereka kaget melihat penampilan Elly yang berbeda, dia memakai gamis dan hijab.
Syauqi tanpa berkomentar langsung menuju kamarnya di lantai dua.
"Bagaimana penampilan Kak Elly? tanya Elly riang.
"Cantik... justru semakin terlihat cantik," jawab Zhia, diapun langsung menaruh belanjaannya di dalam kulkas.
"Zhia, kamu mau nggak mulai sekarang juga bekerja sebagai juru masak? Membuat sarapan dan makan malam saja! Masakanmu enak! Bikin ketagihan. Nanti ada bonusnya sendiri," tutur Elly berharap.
"Siap, Kak Elly! Sekarang Zhia numpang holat Maghrib dulu ya?" pinta Zhia.
Di dalam hatinya Zhia bersyukur karena memiliki bos yang baik.
Diapun juga bersyukur bila bonus gajinya banyak, dia bisa membelikan kado untuk calon keponaan dan ibunya nanti.
"Zhia kita sholat jama'ah ya? ada musolla kecil dirumah Kakak," ajak Elly bersemangat.
Zhia mengangguk sambil tersenyum.
Syauqi keluar kamar mau mengambil ponsel yang ketinggalan di mobil, saat melewati musholla dia terkejut dan sedikit terharu, melihat Kakaknya yang sedang sholat di belakang Zhia.
Hanya dalam dua hari kedatangan Zhia mampu merubah suasana di rumahnya.
Selesai sholat Elly kembali kekamar, sedangkan Zhia mengerjakan tugasnya di dapur.
Tak sampai tiga puluh menit semua sudah tersaji di atas meja, Zhia memanggil bosnya untuk makan malam.
Aromanya membangkitkan selera, Elly dan Syauqi turun langsung menuju meja makan.
"Ayo Zhia makan malam bersama!" ajak Elly
"Terima kasih, Kak Elly. Zhia makan dirumah saja,"tolak Zhia sopan.
"Eh, nggak boleh menolak, mulai sekarang kamu sarapan dan makan malam disini saja!" bujuk Elly pada assistennya.
Zhia sungkan menolak lagi, diapun ikut makan bersama bosnya.
Zhia senang melihat Elly dan Syauqi sepertinya sangat menikmati masakan Zhia.
* Terimakasih sudah berkenan membaca karya saya, jangan lupa like, vote dan beri rating bintang 5. Karena dukungan dari kalian sangat berarti bagi Authoor.
Mohon kritik dan sarannya juga, semoga kedepannya novel ini bisa lebih baik🙏
Jam enam pagi Zhia sudah bersiap-siap berangkat kerja, karena mulai sekarang dia juga bekerja memasak di rumah majikannya.
Zhia sengaja tidak membawa motor sendiri, karena nanti pulangnya dijemput Iyas, sekalian mampir kerumah sakit menjemput ibunya.
Setelah turun dari motor Kakaknya, tak lupa Zhia berpamitan, setelah itu dia langsung masuk kerumah bosnya.
Di dalam ada seorang wanita separuh baya, mungkin dia pembantu yang kemarin cuti.
"Assalamu'alaikum," salam Zhia.
"Wa'alaikumsalam. Oh, ini pasti neng Zhia ya? Nyonya Elly masih jogging sama Tuan Syauqi," tutur ibu didepannya.
"Terimakasih, Bu," jawab Zhia tersenyum ramah.
"Jangan panggil saya Bu ! Tapi Bik Inah saja!" timpal bik Inah senang.
"Baiklah, Bik Inah. Sekarang Zhia masak dulu ya?" pamit Zhia.
"Biar Bik Inah bantuin ya? ," tawar Bik Inah.
"Tidak usah Bik! Saya sudah terbiasa masak kok. Pasti Bilk inah kerjaannya masih banyak, mending diselesaikan dulu "tolak Zhia lembut.
"Ya sudah neng, Bik inah beresin kamar Nyonya Elly dulu ya?" pamit Bik Inah.
Zhia hanya menjawab dengan senyuman manisnya.
Mulai hari ini Zhia ikut sarapan bersama bosnya.
Setelah itu dia siap-siap mengikuti bosnya keluar rumah menuju parkiran.
Di sana juga ada Syauqi yang masih berada di mobil miliknya sendiri.
"Qi, jangan lupa jam satu siang kamu kebutik utama Kakak, kita berangkat bersama!" kata Elly.
"Iya, Kak Elly!" balas Syauqi singkat,lalu langsung melajukan mobilnya.
"hem... tu anak,memang seperti itu sifatnya," kata Elly pada Zhia.
Zhia hanya tersenyum menanggapi majikannya.
Jam dua belas siang, Elly menyuruh Zia ganti baju sesuai pilihannya, dan dia juga memakaikan make up pada wajah Zhia, saat natural saja sudah sangat cantik, apalagi setelah dirias.
"Sempurna!" Elly berdecak kagum dengan hasil karya sendiri.
"Kita mau kemana, Kak Elly? kenapa aku juga mesti dandan dulu?" tanya Zhia penasaran, karena Elly juga memakai baju yang sama hanya beda warna.
"Acara pernikahan saudara," jawab Elly.
Tak lama kemudian muncul Syauqi, dengan sepatu, celana dan jas putih yang juga penampilannya terlihat sempurna.
Dia memandang Kakaknya yang memakai jilbab dan gamis warna kuning kunyit, kemudian matanya beralih ke Zhia yang berwarna serba putih.
Tanpa disadarinya mata Syauqi tak bisa berpindah, dia terus menatap Zhia yang sangat mempesona. Apalagi setelah wajahnya dipoles make up, Syauqi mengakui baru kali ini melihat wanita seanggun dan secantik Zhia.
"Hem ...kapan kita berangkat?" goda Elly, namun Syauqi cuek, dia langsung berbalik dan berjalan keluar.
Zhia sebenarnya sangat malu ditatap Syauqi seperti tadi, apalagi mereka memakai baju yang warnanya sama.
Zhia mengakui Syauqi sangat tampan, badannya bagus dan tinggi, hanya sayang Zhia kurang suka dengan sifatnya yang terlihat sombong dan angkuh.
Saat perjalananpun Mata Syauqi masih tak bisa berhenti melirik spion di atasnya, lewat sana terlihat jelas Kakaknya yang sibuk main ponsel dan Zhia yang melamun menatap jendela,
Syauqi merasa aneh, dia bingung kenapa jantungnya berdetak lebih kencang, padahal selama ini Syauqi sudah kenal berbagai jenis wanita dari kalangan atas yang jauh lebih sexi,namun kenapa pesona mereka tidak semenarik Zhia.
Memang sudah beberapa kali Syauqi sempat memiliki kekasih, bahkan sudah merasakan bibir mereka, namun hanya beberapa bulan saja bertahan, karena Syauqi tak benar benar menginginkannya. Syauqi melirik lagi ke kaca spion,
"Bibir itu, ingin sekali rasanya aku menciumnya," bisik Syauqi dalam hati.
"Qi..." sapa Elly membuat Syauqi terkejut, dia takut ketahuan kalau dari tadi diam - diam mengintip lewat kaca spion.
"Hem... " balas Syauqi dingin.
"Kamu siap-siap ya? Nanti kata paman mau dikenalin sama anak temannya," kata Elly.
"huh," Syauqi hanya mendengus kesal.
Syauqi sudah berusia dua puluh delapan tahun, tapi dia tak pernah memikirkan hubungan yang serius.
Padahal banyak wanita yang mendekatinya namun berujung diabaikan.
Hanya beberapa yang pernah membuat Syauqi tertarik, namun hubungannya tak bisa bertahan lebih dari tiga bulan.
Dia tak suka wanita yang posesif dan yang merepotkan.
Karena Syauqi menyukai kebebasan dan suka seenaknya sendiri.
Pesta pernikahan saudara bos Zhia diadakan dirumah mereka sendiri, sangat megah dan mewah.
Zhia berjalan beriringan dengan Elly, Zhia merasa malu karena sepertinya jadi pusat perhatian banyak orang.
Tiba - tiba tangannya digenggam erat oleh Syauqi, Zhia tersentak kaget dan mencoba melepaskan tangan Syauqi, namun tak bisa karena genggaman tangan Syauqi sangat erat.
"Diamlah!" bisik Syauqi tepat ditelinga Zhia yang tertutupi jilbab.
Seketika Zhia merasa merinding seluruh tubuhnya, wajahnya memerah.
Elly hanya tersenyum menyaksikan adegan di sampingnya.
"oh ... keponakan kesayangan Paman sudah datang ya?" sapa seorang lelaki tua sekitar umur 55 tahun, dia adik dari almarhum Papanya Syauqi. Wajah mereka juga hampir mirip.
"Bagaimana kabar paman,?"sapa Elly sambil tersenyum hormat.
"Baik... gadis itu siapa?"lirik Pamannya kearah Zhia.
"Nyonya Syauqi," jawab Elly melirik kemata adiknya.
"Kau berhutang padaku Qi," batin Elly.
Dia sangat mengenal adiknya, Syauqi merasa jengah tiap kali berkunjung kerumah pamannya pasti selalu mau dijodohkan.
Kali ini dia sengaja membawa Zhia supaya pamannya berhenti mencari gadis untuk dijodohkan dengan adiknya, karena Elly ingin adiknya bersama pilihannya sendiri,
Berharap dalam hatinya suatu saat Zhia menjadi adik iparnya beneran, Elly sangat menyukai dengan kepribadiannya Zhia yang cantik luar dalam dan pintar memasak.
Acara berlangsung cukup lama, selepas sholat Maghrib Zia di make up lagi sama bosnya, karena pesta belum selesai.
"Zhia Paman melarang kita pulang, apa kamu nggak papa menginap disini?" tanya Elly.
"Maaf, Kak Elly. Aku tidak bisa, setelah ini saya mau menjemput ibu di rumah sakit.
Saya nanti bisa pulang sendiri naik taxi,"
tolak Zhia lembut.
"Baiklah, nggak papa. nanti pulangnya sama Syauqi saja! Dia dari dulu nggak pernah mau berkumpul bersama saudara," ucap Elly.
Zhia jadi teringat kejadian tadi, rasanya tak rela tangannya digenggam erat oleh adik bosnya.
Iyas yang bertahun - tahun sudah mengenalnya saja belum pernah berani menyentuh tangan Zhia.
Tapi Zhia juga sadar dirinya hanya dijadikan alasan supaya pamannya berhenti mengenalkan wanita pada Syauqi.
Dalam perjalanan mereka berdua hanya diam, sedangkan Zhia sibuk memegang ponsel.
Dia menyuruh Iyas satu jam lagi menjemput di rumah Bos.
"Kamu marah tadi aku pegang tangannya?"
tanya Syauqi memecah keheningan.
Zhia sempat terkejut mendengar Syauqi mau berbicara,
"Tidak, hanya saja terkejut" Zhia mengelak,
"mana berani aku mengakuinya."
"Memang belum pernah dipeluk kekasihmu?" tanya Syauqi penasaran.
Zhia mendengar pertanyaan itu wajahnya langsung merona, Syauqi menikmati reaksi gadis disampingnya.
"Bukan muhrim dilarang bersentuhan kulit," jawab Zhia polos.
What...?
Syauqi merasa kesal hampir lima belas menit mengantri di pom bensin, dia melirik gadis di sampingnya yang sudah tertidur.
Ponsel yang dari tadi dia pegang sampai tergeletak diatas pangkuannya, Syauqi terus menatap Zhia, semakin lama semakin cantik...membuat jantung Syauqi berdetak kencang,tanpa sadar cupp Syauqi mengecup lembut bibir Zhia.
Untung saja gadis itu tidak terbangun.
Syauqi merasa aneh melakukan hal konyol itu tapi dia juga tidak menyesal, dia yakin pasti ini ciuman pertama bagi Zhia.Syauqi membayangkan bagaimana reaksinya kalau Zhia sampai tau?
Syauqi merasa penasaran ada seseorang di depan rumahnya, pemuda itu menyender di samping mobil.
"Sudah sampai?" tanya Zhia yang baru terbangun, dia sambil melihat dari luar jendela, melihat siapa yang sedang menunggunya.
Zhia langsung keluar dari mobil menemui Iyas.
Syauqi langsung memarkirkan mobilnya kemudian masuk ke kamarnya, entah kenapa ada perasaan kesal di hatinya.
"Sudah lama Mas Iyas menunggu?"
"Enggak, cuma sekitar lima belas menit," sindir Iyas sambil tertawa bersama Zhia.
Bersama Iyas, Zhia selalu merasa aman, karena dia sangat manis, hangat, dan selalu ada saat Zhia butuh.
"Yang barusan itu Syauqi ya?"tanya Iyas menyelidik, namun matanya fokus menatap jalan.
"iya..." jawab Zhia.
"Sangat tampan ya?"goda Iyas.
"Iyaa... eh, maksudku semua laki-laki pasti tampan," sergah Zhia, dia tau ada nada kecemburuan dari pertanyaan Iyas.
"Kamu menyukainya?"Selidik Iyas.
"hmm, bagaimana ya?" gurau Zhia sengaja mempermainkan Iyas, setelah puas kemudian dia Zhia tertawa.
"Di hatiku sudah ada seseorang,"ungkap Zhia dengan mimik serius.
"Siapa, Aku?"tebak Iyas semangat.
"ye... Anda terlalu percaya diri," sergah Zhia tertawa lagi.
Iyas yakin jika yang dimaksud adalah dirinya, karena selama ini lelaki yang dekat dengannya hanya Iyas, karea Zhia selalu menjauh bila ada lelaki yang minta kenalan. Mengenai Syauqi pun pasti karna tuntutan kerjaan.
Setelah menjemput ibunya Zhia di rumah sakit, mereka langsung pulang.
Iyas sangat perhatian pada ibunya Zhia, membuat Zhia semakin kagum padanya.
Ibunya Juga menyukai Iyas, dia yakin jika suatu saat anaknya menikah dengan Iyas pasti mereka bahagia.
"Nak, apakah kamu menyukai Iyas?"tanya ibunya Zhia, sedangkan Zhia hanya tersenyum malu lalu memeluk ibunya yang berbaring istirahat di kamar.
"Dia memang pemuda baik, dari pancaran matanya terlihat dia sangat menyayangimu,"kata ibunya,tangannya mengelus elus kepala Zhia.Zhia hanya diam dan terlelap dalam mimpi indah.
* Terimakasih sudah berkenan membaca karya saya, jangan lupa like, vote dan beri rating bintang 5. Karena dukungan dari kalian sangat berarti bagi Authoor.
Mohon kritik dan sarannya juga, semoga kedepannya novel ini bisa lebih baik🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!