NovelToon NovelToon

The Queen Of Different World

Prolog | Lady Wisteria

🌸Kyoto, Jepang.

~Kuil Fushimi Inari.

Tak!

Tak!

“Hiatt!”

Trakk...

“Onee-san, lihat aku berhasil meretakan bambu ini. Apa sekarang aku sudah bisa menggunakan Katana sungguhan?”

Ucap seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, kepada perempuan cantik yang sedang bersandar pada tiang Kuil.

Perempuan itu berjalan kearah anak laki-laki tadi, dengan lembut dia mengusap kepala anak itu sembari tersenyum.

“Tejou, kau masih perlu banyak belajar. Lagi pula kita hanya berlatih Kendo untuk turnamen olahraga bulan depan, bukan untuk berperang.”

“Tapi, aku juga ingin men---“

“Shutt..., sudah diam-diam. Kau fokus saja pada latihanmu, untuk sekarang kuasai dulu cara memegang Bokken ini.”

“Cih, dasar wanita jahat.”

“Kau biang apa?!”

“Eh, tidak...itu aku—em, ah aku harus pulang. Sampai jumpa lagi, Kak Megumi.”

Dengan cepat anak laki-laki bernama Tejou pergi, sebelum perempuan itu berubah menjadi monster yang menyeramkan, bagi Tejou.

“Apa?! Hei, tunggu, bagaimana dengan latihanmu? Dasar anak nakal.”

Perempuan bernama Megumi menghela nafas dengan sangat lelah, dirinya sudah hampir frustasi menghadapi muridnya ini.

Jika saja bukan karena murid satu-satunya, dia pasti sudah menendang keluar anak nakal itu dari private Kendo-nya.

“Megumi.”

“Kiyo, apa yang kau lakukan disini?”

“Ha? Harusnya aku yang bertanya seperti itu kepadamu. Seharian aku berkeliling mencarimu, lagian tidak biasanya kau berlatih disini. Mana di Kuil Fushimi Inari lagi, tidak ada hubungannya dengan Kendo.”

“Tentu saja ada hubungannya, dan aku ingin usaha Private Kendo ku, menjadi sukses hingga terkenal. Itu sebabnya aku datang ke Kuil ini.” Ucap megumi dengan wajah penuh berseri.

“Sukses? ternama? Wah, Megumi kau itu salah satu keluarga terkaya di Asia. Bagaimana bisa kau berfikir seperti orang susah saja, tanpa datang dan berdoa ke kuil ini, dengan membawa namamu saja, aku yakin Kendo mu itu pasti sangat sukses.”

“Kau tidak akan mengerti, ini hanya selingan diwaktu senggang kok.”

“Kau benar-banar Nona Besar, yang sangat aneh.”

“Ish! Jadi kenapa kau mencariku?”

“Kau lupa malam ini ada Festival Kurama no Hi-Matsuri ?”

“Aku ingat, lalu?”

“Megumi, kau harus menemaniku.”

“Apa, tidak mau.”

“Oh ayolah, aku ingin lihat bagaimana mereka melakukan pengusiran roh jahat. Siapa tahu kita bisa melihat penampakan Ayakasi.”

“Tidak, tidak, tidak, tidak!”

Megumi berjalan sangat cepat memasuki terowongan seribu gerbang Inari, guna menjauhi Kiyo yang sedang asik bergumam dengan imajinasinya.

Sejak dulu Kiyo begitu terobsesi dengan hal hal yang berbau cerita legenda seperti roh jahat, siluman, atau makhuk yang sebenarnya hanya menjadi cerita mitologi kuno.

“Sungguh, teman yang merepotkan-_-”

Namaku Megumi, seorang gadis berusia 20 tahun. Semua orang yang berkenalan denganku selalu menatap iri terhadapku, yah bisa kukatakan aku perempuan yang beruntung.

Hidup dengan kekayaan berlimpah, menjadi seorang perempuan cantik penuh pesona, yang selalu didambakan banyak kaum hawa atau pun adam.

Hanya dua kata untuk menyimpulkannya, bahwa, semuanya sempurna.

Jika kalian bertanya, apa aku puas dengan semua yang kumiliki? Maka jawabannya, tidak.

Semua yang kumiliki dan semua yang ku lalui dalam hidupku, adalah membosankan, sangat membosankan.

Apa kalian berfikir aku wanita sombong? Bukan, kalian salah aku tidak seperti yang kalian fikirkan. Semua kepribadian ceriaku hanya topeng untuk menutupi masa laluku yang sangat kelam dan tragis. Agar aku bisa membuka kehidupan baru dan melupakan kejadian diwaktu itu.

“Ha.., kapan semuanya bisa berakhir?”

Lirih Megumi sembari melirik dua ekor burung, yang tengah terbang dari atas gerbang Inari. Ia menghela nafas lalu kembali berjalan menelusuri trowongan Inari.

Trcing...

Dua bola lonceng putih kecil yang tergantung dipita merah berbunyi sembari bercahaya, Megumi meraih pita merah yang selalu terikat dihelaian rambut hitamnya. Tidak biasanya lonceng pitanya bercahaya.

Sring.....

Seketika lingkungan disekitarnya berubah menjadi warna abu-abu, bahkan Inari yang sealu berwarna merah cerah ikut berubah menjadi warna abu-abu.

Megumi diam sedikit risau, hingga tak lama muncul suluran tanaman bunga Wisteria merambat cepat dan berbunga lebat, seolah melahap gerbang Inari dan merubahnya menjadi trowongan bunga Wisteria.

“Ap—apa yang sebenarnya.., bukan. Bu—bunganya bagimana bisa mekar disini? Harusnya tidak ada tanaman bunga Wisteria di Fushimi Inari, dan juga ini bukan di bulan musim semi?”

Megumi meihat kanan, melihat kiri seperti orang yang tengah tersesat.

Ia memperhatikan lingkungan sekitarnya yang begitu sangat membingungkan. Tunggu ada yang aneh, sepertinya tempat ini berbeda dengan kondisi tempat di Kuil, seolah Megumi sedang berada ditempat lain.

Angin berhembus sangat kencang, menerbangkan ribuan kelopak bunga Wisteria menari-nari diudara.

Akibat angin kencang itu membuat pita merah Megumi terlepas dan membiarkan rambut hitamnya tergerai dan terhuyung mengikuti nada angin.

Tcring....

Tcring....

Tring!

“Ah, pitaku.”

Pita itu terjatuh cukup jauh sembari mengeluarkan suara lonceng yang kian terdengar merdu, apalagi lonceng itu kini bercahaya terang.

Megumi berjalan dan meraih pitanya yang terjatuh diatas tumpukan bunga Wisteria.

Sembari terduduk, Megumi bernafas lega saat dilihat tidak ada yang lecet dari loncengnya, karena benda ini adalah benda yang sangat berarti baginya.

“Akhirnya, aku menemukanmu..”

Suara bariton itu terdengar sangat indah dipendengaran Megumi, perlahan ia mengangkat kepalanya menatap sosok yang berdiri dihadapannya.

Wajah tampan penuh karisma, dengan beberapa goresan luka kecil pada dirinya. Tapi hal yang mampu menyihir pandangan Megumi, adalah sorot matanya.

Ya, matanya berwarna biru sebiru samudra, tetapi terasa dingin untuk diarungi.

Megumi berdiri menatap kagum Pria yang sepertinya berusia 24 tahun. Sosok itu menarik pinggang Megumi, mencoba untuk lebih mendekatinya.

Lalu berbisik manis kepada Megumi.

“Menikah lah denganku, lalu jadilah Ratu untukku, My Soul Mate.”

🌻Info Novel.

Onee-san (sebutan untuk kakak perempuan, bisa juga untuk memanggil perempuan yang lebih tua.)

Katana (Sejenis pedang samurai)

Bokken (Sejenis pedang terbuat dari kayu, biasanya digunakan untuk latihan Kendo.)

Kendo (Salah satu Olah raga pedang yang ada di Jepang. 'senjata terbuat dari kayu atau bambu khusus')

Wisteria (Nama lain dari Bunga Fuji, bunga yang sudah tumbuh di Negeri Sakura. dan tercatat bunga paling tua yang sudah hidup selama ratusan tahun.)

Kurama no Hi-Matsuri (Festifal pengusiran roh jahat di kaki gunung Kurama. dilaksanakan pada musim panas.)

Prolog II | Destiny Under The Wisteria Flower

Art. Cover Novel { 1 }

--.o0o.--

Crang!!

BOOM!

“Tangkap penyusup itu!”

Sebuah Castle besar, megah dan mewah. Telah terjadi sebuah ledakan besar yang menggemparkan seluruh penghuni Castle.

Para penjaga dan seluruh prajurit Istana bergerak kesan-kemari, mencari dan menangkap penyusup yang mencoba membunuh salah satu Mahkota terpenting Dunia Darkness World.

“Yang Mulia.”

“Aku tidak ingin para penyusup itu, keluar dari Castle ku dengan hidup-hidup!” Ucap seseorang yang dipanggil Yang Mulia.

Nada bicaranya terdengar penuh dengan tekanan, bahwa apa yang dia inginkan harus terwujud meski itu sesuatu hal yang tidak mungkin terjadi.

“Kalian dengar, bawa kepala penyusup itu ke hadapan, Yang Mulia!” ucap seorang pria yang menjadi tangan kanannya.

“Baik, Yang Mulia!”

Ke dua prajurit itu menjawab dengan sangat lantang, mereka harus menjawabnya dengan sangat yakin.

Karena Lengah sedikit, salah menjawab sedikit pun, hidup mereka akan berakhir di detik itu juga.

Dengan cepat ke dua prajurit itu pergi untuk menjalankan perintah.

“Anda baik-baik saja, Yang Mulia?”

“Aku tidak akan mati semudah itu, Loise.”

“Maaf atas ucapan saya yang tidak masuk akal, Yang Mulia.”

Sosok Yang Mulia itu, berjalan menuju jendela kamarnya yang telah hancur menyisihkan tembok berlubang besar.

Membiarkan angin malam menghantamnya membuat kemeja putihnya terbuka berkibar, menampilkan dada bidang berotot dengan begitu gagah.

Rambut hitam pekat sekelam malam, dua iris mata biru sebiru lautan, wajah tampan rupawan bagaikan seorang Dewa.

Dia adalah sang Pangeran bangsa Demon.

Seorang Putra Mahkota yang akan menjadi Lord selanjutnya di Darkness World.

Memimpin jutaan makhluk dari berbagai kaum atau pun ras sebagai rakyatnya. Sejak dulu bangsa Demon selalu menjadi Raja diatas para Raja, kaum terkuat diantara yang kuat.

Welliam Cornelis Lorddark’s.

Itu lah namanya, dia dikenal sebagai Pangeran berdarah dingin, menjadikannya sebagai makhluk bengis yang kejam.

Tatapan yang ia perlihatkan selalu dingin, menatap atau pun menyentuh tanpa seizinnya, maka kalian harus merelakan nyawa atau hidup dengan kecatatan yang sangat menyedihkan.

Ia dipercaya, mampu melampaui kekejaman dan kekuatan dari sang Ayah. Lord yang saat ini masih memimpin Darkness World.

“Cih! Beraninya para kepar*t itu mencari perkara denganku.”

Welliam menggerakan pelan minumannya, membuat aroma darah yang ada pada gelas ramping itu tercium begitu nikmat. Lalu perlahan meminumnya.

“Sa—salam Yang Mulia.”

Ucap kedua prajurit tadi sembari bertekuk lutut untuk memberi hormat, namun terlihat mereka datang dengan sangat gemetaran, takut untuk menghadap sang Demon Prince.

“Kenapa kalian kembali dengan sangat cepat? Dimana penyusup itu?” tanya Loise kepada prajurit.

“Itu.., mengenai it—itu...”

Kedua prajurit itu saling berpandangan, tidak sanggup mengatakan hal yang sebenarnya.

“Katakan dengan jelas!” ujar Loise dengan sedikit meninggikan nada bicaranya.

“Ampun Yang Mulia, mereka berhasi mel—melarikan dir—“

Prang!!

Welliam membanting gelas tadi setelah meminum habis darah segar itu.

Dia mengepalkan tangannya penuh amarah, kedua mata birunya kini telah menampakkan mata Iblisnya yang berkilat berwarna merah, jauh lebih pekat dibandingkan darah.

Melihat itu kedua prajurit yang tengah bertekuk lutut dengan susah payah menahan rasa takut, menyadari bahwa sang Pangeran tidak menyukai kabar itu.

“Ulangi ucapan kalian?” ucapnya dengan sangat dingin.

“Mer—mereka berhasil melarikan diri, Yang Mu--“

GREB!!

Welliam mencengkram kuat rahang salah satu prajuritnya, lalu mengangkatnya hanya dengan satu tangan. Terlihat prajurit itu menahan sakit yang teramat pedih akibat cengkraman Tuannya.

“Dasar bodoh! Kalau dia tidak melarikan diri, aku tidak mungkin menyuruh kalian untuk menangkapnya! Apa kalian ingin kehilanga nyawa, hah?!”

“B-bukan begitu Yang Mulia. Maksud kami, mereka melarikan diri ke Lorddark’s Zone.” Ujar prajurit yang masih bertekuk lutut.

Welliam diam sedikit terkejut setelah mencerna tempat yang mereka maksud. Tidak hanya Welliam, Loise yang mendengarnya pun ikut terkejut juga.

Karena tempat itu dulunya adalah hutan terlarang yang tidak pernah dimasuki oleh siapa pun, hingga setelah Ayahnya, Lord Fedrick memimpin.

Baru 524 tahun yang lalu tempat itu dijadikan sebagai makam suci untuk para leluhur Lord terdahulu, dan hanya dibuka setiap 100 tahun sekali.

“Cih, Sial! Loise.”

“Ya, Yang Mulia?”

“Siapkan seluruh Pasukan Assasinku untuk berjaga di seluruh Castle Violence! Aku sendiri yang akan menangkap mereka!!”

“Apa! Yang Mulia, anda tidak bermaksud untuk pergi memasuki area itu, kan?”

“Kau pikir aku bercanda, hah?!”

“Yang Mulia, tolong pikirkan kembali. Lord melarang keras kepada siapa pun untuk memasuki area itu, jika bukan pada waktu penghormatan Leluhur. Anda pun mengetahui itu.” ujar Loise dengan khawatir.

“Lalu?”

“Le-lebih baik, anda membiarkan mereka lolos untuk kali ini saja, Yang Mu—“

“Jadi maksudmu, aku harus menunggu 100 tahun untuk menangkap mereka, begitu? Kau ingin main-main denganku Loise!! Tidak perduli apa pun itu selama aku belum melihat kepala mereka, jangan harap kau bisa menghentikan ku!”

“.............”

“Kau tahu apa yang paling aku benci, Loise?!”

“Ya, Yang Mulia.”

“Kalian berdua, pergi dan lakukan sesuai perintahku! Dan kau Loise, jika kau takut pada hukuman Lucifer Kingdom, kau bisa melaporkan aksiku kepada Lord.”

“Hamba akan selalu mengawal anda, Yang Mulia.”

“Bagus jika kau mengerti, pergilah sebelum kupenggal kalian!” ucap Welliam kepada dua prajuritnya.

Tidak mau memakan waktu, Welliam dan Loise segera pergi ke Lorddark’s Zone.

Sesampainya disana, Welliam mencari cara bagaimana memsakuinya, karena hanya Lord lah yang memiliki kunci gerbang ini.

Tapi bukan berarti ia akan mengemis kasih kepada Ayahnya, hanya untuk menangkap para tikus liar itu. Justru Welliam berharap tidak akan pernah meminta bantuan dari sang Lord. Jika sampai terjadi, itu akan membuatnya seperti seorang yang tak berguna.

“Yang Mulia, sepertinya kita tidak bisa memasuki---“

“Bisa!”

“Caranya?”

“Menghancurkan gerbang!”

“Apa? Tunggu Yang---“

BRAK!!

Terlambat.

Loise terlambat menghentikan sang Pangeran, ia tahu jika area ini tidak dilindungi sihir khusus, tapi tetap saja gerbang ini memiliki kekuatan mantra yang sangat kuat dan hanya bisa dibuka oleh bangsa Demon. Tentu akan dengan mudah dibuka oleh Welliam.

Tapi dari pada menghancurkannya, bukankah lebih baik membukanya dengan pelan-pelan.

Loise menghela nafas, sejak dulu Welliam memang dikenal sebagai cerminan dari sang Lord Fedrick, hingga tidak akan ada yang mampu menghentikan sang Pangeran Iblis.

Welliam berjalan masuk menatap tajam sekeliling yang ada di area Lorddark’s Zone.

Tidak ada hal yang menarik hanya ada sekelebat hutan yang sangat gelap, menyisahkan cahaya rembulan sebagai penerang disana.

Ini pertama kalinya Welliam masuki tempat ini, karena selama hidupnya dia tidak pernah mau menghadiri acara Penghormatan Leluhur, karena baginya itu sangat merepotkan.

“Loise, kau cari dibagian barat dan aku kearah sebaliknya.”

“Baik, Yang Mulia.”

Welliam berlari dengan sangat cepat dan lincah menuju tempat sasarannya, sejauh apa pun mereka pergi, para penyusup itu tidak akan bisa lepas dari cengkraman sang Iblis.

Ditengah hutan gelap dan pengap. Welliam semakin menunjukan rasa gairahnya saat melihat 5 makhluk tertutup jubah hitam, tengah berdiskusi. Bagaimana cara mereka untuk melepaskan diri dari tempat lembah kematian ini?

“Tidak ada penyusup yang keluar dengan hidup-hidup, dari wilayah Lucifer Kingdom!”

Welliam menyeringai dengan sangat sadis, menyukai wajah terpuruk dan ketakutan dari lawannya.

Mereka berlima saling berpandangan dan memberi isyarat, untuk menyerang sang Putra Mahkota dunia Darkness World.

“Biar kuberi penghargaan, karena kalian musuh pertama yang berhasil menyentuh Castle Violence ku.”

Welliam bergerak cepat seolah menyatu dengan angin malam, penuh dengan aura menegangkan.

CRASH!!!

Dalam satu kibasan tangan kekar dengan kuku-kuku yang runcing milik Welliam, berhasil mengoyak habis seluruh anggota tubuh para penyusup yang mencoba untuk membunuhnya.

Menjadikan hutan yang pengap sedikit kering mulai terhujani oleh derai cairan kental berwarna merah, mewarnai sebagian area makam sucih dengan darah.

Welliam menjilati kuku-kukunya yang berlumuran darah, sembari meyeringai bangga dengan hasil karya kematian yang ia berikan kepada musuhnya.

Mata Iblisnya kian berkilat tajam, menandakan sang Pangeran Demon menikmati suguhan yang telah musuhnya berikan.

“Rasanya begitu menjijikan!”

Welliam berbalik dan berjalan meninggalkan tempat terakhir hidup mereka.

Tcring...

Langkah Welliam terhenti, saat dirasa indra pendengarannya menangkap sesuatu suara yang sangat menjanggal.

kedua alis Welliam berkerut matanya kembali menajam mencoba membaca situasi saat ini, kemudian sesuatu hal yang tak terduga terjadi disekitaran Welliam.

Dimensi lingkungannya perlahan mulai berubah, membuat beberapa tanaman menyulur cepat dan merambat dengan indah.

Bunga berwarna ungu dan sedikit kebiruan, mekar menggantung bagaikan tirai-tirai. Saling melebatkan membentuk sebuah terowongan bunga, bahka Welliam tidak pernah menemukan jenis bunga ini di dunia Darkness World.

“Apa ini juga bagian dari rencana mereka?”

Welliam menggerakan tangannya mencoba membakar sekumpulan bunga-bunga indah itu, namun hembusan angin datang dengan sangat kencang menerbangkan kelopak bunganya.

Setiap kelopak yang mengenai tubuhnya berhasil menggores kecil kulitnya membuat Welliam menatap bingung.

Tcring...

Welliam membalikan tubuhnya saat kembali mendengar suara lonceng kecil, dan disaat itu juga mata dark bloodnya menatap diam melihat seorang gadis cantik ditengah hamparan bunga, rambut sutranya berwarna hitam tengah terhuyung lembut.

Bibir ranum semanis cerry begitu menggoda, dan yang paling indah adalah kedua matanya berwarna biru seperti Crystal secerah langit.

Tcring...

Perlahan mata Iblis Welliam meredup kembali menjadi Normal, entah mengapa saat melihat perempuan itu serasa seluruh pembuluh darahnya memanas, ada sesuatu yang bergejolak pada dirinya, bahkan sampai membuatnya semakin bergairah untuk memilikinya.

Welliam tersenyum samar, ia seperti mengerti apa yang sedang terjadi kepadanya.

Tring...

“Ah, pitaku.”

“Akhirnya, aku menemukanmu.......”

Perempuan itu perlahan berdiri sembari menatapnya tanpa berkedip, melihat wajahnya yang begitu polos membuat Welliam tersenyum smrik.

Dengan pergerakan cepat Welliam menariknya kedalam pelukannya, mencium harum aroma tubuh pada perempuan itu, membuatnya kian semakin terobsesi untuk segera menjadikannya miliknya seorang.

“Mate!”

.

.

.

Megumi masih diam terpana akan pesona dari pemuda yang masih dengan setia memeluk erat tubuh mungilnya.

‘Tunggu, ini tidak benar.’

“Lepaskan! Kau sungguh pemuda yang tidak sopan.” Ujar Megumi sembari melepaskan diri dan mundur beberapa meter dari pemuda dihadapannya.

“Ka-kau bilang apa tadi, menikah? Ratu? Hah! Modus pria zama sekarang semakin aneh saja. Lihat dirimu, sangat berantakan dan.... darah? Sepertinya kau pria yang brandal.”

“...............”

“Begini saja, siapa pun kau. aku tidak akan sudi menikahimu! sungguh tidak berkelas.”

Ucap Megumi dengan ketus, sembari mengibaskan rambut hitamnya menunjukan betapa tinggi harga dirinya.

Megumi benci orang-orang lugu yang bersikap manis kepadanya, padahal orang itu sangat tamak akan sebuah kekuasaan dan harta. Bisa saja dia juga hanya mengincar sebuah status sosial yang lebih tinggi dari kedudukan.

Tidak mau berurusan lebih lama, Megumi membalikkan badan, lebih baik dia mencari jalan keluar dari sini.

Pemuda itu menaikan sebelah alisnya sembari tersenyum menyeringai. Seolah dia semakin tertarik dengan sikap acuh pada diri Megumi.

Dengan gerakan cepat pemuda itu menahan tangan Megumi lalu menariknya kembali kedalam pelukannya, membuat megumi menghantam dada kokoh menawannya. Pemuda itu memegang dagu Megumi dengan sangat antusias.

“Telah kuputuskan, kau akan menjadi milikku!”

“MEGUMI!”

Tcring!!

“Hah!”

Megumi tersadar, ia menatap sekelilingnya yang sudah kembali normal. tidak ada bunga Wisteria, bahkan pemuda tadi sudah tidak ada juga. Semua menghilang, tepat saat lonceng itu kembali berbunyi.

“Megumi!!!”

“Eh? Ki-Kiyo?”

“Ada apa denganmu? Dari tadi kupanggil hanya diam seperti orang bodoh.”

“Itu ta-tadi, bunganya..Wisteria mekar, lalu seorang pri—pria datang... melamar da--“

“Ha?! Bunga Wisteria? Tidak ada musim semi dibulan Agustus, Megumi."

“Bukan begitu, tadi tiba-tiba semuanya berubah!!”

“Apaan sih, tidak ada yang terjadi, tak ada orang lain juga disini selain kita. Sejak tadi aku hanya melihatmu diam berdiri mentap lurus, seperti orang bodoh.”

“Be-benarkah?”

“Kau ini kenapa?”

“Haa...., tidak apa-apa. Tadi hanya imajinasiku saja.”

‘Mungkin...’

Megumi mengusap wajahnya mencoba menenangkan dirinya dari kejadian yang sangat membingungkan.

Sepertinya hari ini dia terlalu lelah. Megumi melirik pita merah yang ada digenggamannya dan mencoba memikirkannya kembali, benarkah tadi hanya imajinasi?

“Aku ingin pulang, dan malam ini aku juga tidak bisa menemanimu.” Megumi berjalan cepat meninggalkan kuil.

“Apa? Tu-tunggu Megumi!”

-_o0o_-

Ckrek...

Megumi keluar dari kamar mandi, mengenakan pakaian piyama tidur dress selutut, sembari mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.

Perlahan megumi membuka jendela kamar membiarkan gorden menari-nari akibat ulah angin, sembari bersandar pada bingkai jendela, ia tatap rembulan yang masih setia kepada malam.

Hari ini benar-benar sangat melelahkan, harusnya dia tadi tidak pergi ke Kuil dan melatih tejou dirumahnya saja, toh rumahnya sendiri sudah seperti paviliun besar dan luas.

Lagipula dia buka tipe yang suka pergi keluar rumah karena Megumi tidak suka keramaian.

Di kediamannya hanya ada dirinya sebagai Nona besar dan beberapa pelayan yang dibutuhkan untuk mengurusi rumahnya saja.

Tok..Tok..Tok...

“*Nona Megumi, makan mala----”

"Shutt..., kau lupa di kediaman ini kita dilarang memangil Nona, dengan panggilan Megumi."

"Ah, maaf, aku masih pelayan baru. Ja-jadi ak*--"

Ckrek!

“Aku sedang tidak ingin makan, pergilah.” Ujarnya dengan begitu dingin.

“Ba-baik, Nona.”

Kedua pelayan perempuan itu dengan cepat pergi, tak sanggup melihat tatapan dingin dari Nonanya. Sedangkan Megumi kembali menutup pintu kamarnya.

"Aku heran, Nona selalu dipanggil Megumi oleh temannya. Tapi tidak suka jika orang dikediamannya memanggilnya begitu, memangnya apa yang ter----"

"Shutt! Nona bisa mendengarnya. Berhentilah bertannya, lebih baik jangan tanya apa pun tentang masa lalu Nona. Kau mengerti."

"Iya iyaa."

Megumi melirik pintu kamarnya yang tertutup, menunggu pelayan diluar sana pergi.

Semenjak peristiwa dimasa lalunya, Megumi tidak pernah memberitahu orang luar mengenai Namanya. Ia takut jika mereka tahu bisa saja peristiwa dulu terulang lagi.

Hanya orang-orang kediaman Wisteria saja yang mengetahui nama aslinya, dan itu mereka harus merahasiakannya dari orang luar, walau bagaimana pun Megumi bukanlah jati dirinya, dia tetap ingin dipanggil namanya.

Sudah biasa bagi Megumi melihat pelayan keluar atau masuk untuk menjadi pelayan di rumahnya, banyak dari mereka yang tidak betah karena sikap dingin Megumi.

Ya Megumi tidak pernah menunjukan sikap dinginnya kepada Kiyo atau pun Tejou, karena menurutnya mereka tidak perlu tahu sisi kelamnya.

"Kapan kebosanan ini bisa berakhir? Aku merindukan kalian."

Tcring!

Lonceng dari pita merah itu kembali berbunyi dan bersinar, membuat megumi menatap bingung. Ia berjalan menuju kasurnya dan meraih pita merahnya, tak lama muncul sebuah tulisan yang terukir indah di pita merah itu.

“Welliam Cornelis Lorddark’s.”

“Kau memanggilku?”

DEG!

--.o0o.--

Hai Readrs, Author ucapkan terimakasih sudah membaca karyaku.

Author harap kalian senang dengan ceritanya, oya kalian bisa berikan kritik atau pun saran. agar Author bisa lebih bersemangat lagi membuat ceritanya.

Author benar-benar sedang butuh tenaga ekstra. jadi Author berharap kalian mau memberikan Like dan favorite untuk cerita ini. jangan lupa berikan commentar agar Author semakin bersemangat😍😍

Jangan Lupa Baca Juga Buku ke-1 nya yaa

Queen Of Rulers From Another World

❤❤❤❤

What Is Your Real Name

Tcring!

Lonceng dari pita merah itu kembali berbunyi dan bersinar membuatku terus penasaran. Perlahan aku berjalan menuju ranjang tidurku dan meraih pita merah itu, tak lama muncul sebuah tulisan pada pita merah itu.

“Welliam Cornelis Lorddark’s.”

“Kau memanggilku?”

DEG!

Aku menoleh gusar kearah belakang, menatap sosok hitam berdiri dibalik gorden jendela yang berkibar denga kasar.

Tak ada yang bisa kulihat dari wajahnya, hanya kilatan mata merah yang kian semakin menderang membuat tubuhku sukses menegang ketakutan, sebenarnya sosok apa itu?

Ia mulai bergerak, sosok itu mencoba mendekatiku. Siapa pun dia aku harus melarikan diri, tapi.., sial! Tubuhku tak dapat kugerakan aura membunuh yang dikeuarkan sosok menyeramkan itu terlalu megerikan.

Oh siapa saja tolong ak---tunggu, aku ingat, dibawah bantal selalu kuselipkan belati pisau milikku, untuk jaga-jaga kalau saja kejadian seperti ini terjadi. Walau sebenarnya untuk maling sih.

Aku melirik kearah bantal, bagus sepertinya jarakku tidak terlalu jauh. Aku harus cepat sebelum Sosok itu menyadari ren--

“He?”

Di-dia sudah di depanku? Secepat itu? tubuhku benar-benar menegang ketakutan. Bibirku terasa menjadi kelu untuk bersuara, sebenarnya apa salahku hingga makhluk menyeramkan ini menghantuiku?

Selama hidupku aku tidak pernah memusingkan hal-hal yang berbau mistis, jika memang ada ya sudah selama kita tak menggangu kurasa akan aman.

‘Kurasa..’

Aku memejamkan mataku saat tangan kekarnya mengelus kepalaku lalu memainkan suraian rambut hitamku.

Aku memberanikan diri untuk melihatnya, cahaya rembulan kembali bersinar setelah bersembunyi dari balik awan malam. Membuat wajah parasnya terlihat dengan sangat jelas.

“Si-siapa kau?”

“Aku? Bukankah kau sudah memanggil namaku, Honey.”

“He? Aku tidak memanggilmu.”

Sosok itu diam dengan wajah datarnya yang begitu dingin. Ia mendorongku dengan sedikit kasar membuatku jatuh tertidur diatas ranjang.

Sekarang sosok itu berada diatas ku dan mengunci semua pergerakan ku, bahkan bisa kurasakan pergelangan tanganku begitu sakit. Apa, apa yang ingin dia lakukan kepadaku?

“Akan kubuat kau selalu mengingat namaku!”

“Lepaskan!”

Aku berusaha memberontak tapi usahaku sia-sia dia terlalu kuat untuk kuhadapi. Sekarang bagaimana caraku bisa melepaskan diri.

“Apa yang kau inginkan dariku?”

“Kau.”

“Aku? Maksudmu?”

“Aku sudah bilang kau harus menjadi milikku!”

Suara ini, aku ingat dia pemuda yang ku temui di tempat aneh itu.

“Aku tidak mau! Sudah kubilang juga, aku tidak akan sudi!”

“Jaga bicaramu! Dengar, kau adalah milikku, gadisku, dan kau hanya boleh menjadi Ratu untuk ku!”

Apa? Pria ini sudah gila, bagaimana bisa dia menyatakan bahwa aku miliknya, padahal kami baru bertemu. Tidak bisa aku tidak boleh berurusan dengannya.

“Aku bukan milikmu!”

Sret...

“Akh!”

Aku meringis sakit saat kedua tanganku disatukan keatas dan digenggam kuat olehnya. lalu tangan kanannya mencengkram ke dua pipiku. Matanya kembali berkilat membuat nyaliku menciut, argh! Kenapa jadi seperti ini.

“Kau memang milikku dan selamanya akan tetap bersamaku, Honey! ”

“Aku bukan Honey, namaku Megum—“

“BUKAN! Kau juga bukan Megumi, itu bukan namamu!”

“...............”

“Aku tahu, kau pun tidak suka dipanggil seperti itu, beri tahu namamu!”

Ba-bagaimana dia—apa dia tahu masa laluku? Itu tidak mungkin. Pasti dia mendengar dari pelayan tadi.

“Kau tidak perlu tahu!”

“Katakan! Atau kau akan menyesalinya!!”

Bibirku bergetar, tubuhku merespon tatapan membunuhnya, aku menegang takut saat pria dihadapanku menunjukan dua taring putih yang begitu meruncing sangat tajam.

Siapa dia sebenarnya?

Aku membulatkan mataku saat dia membuka lebar piyama tidurku, membuat pundak porselinku terekspos dengan sangat menggoda.

Tid—tidak mungkin, apa dia...dia ingin membunuhku? Air mataku berlinang akibat rasa takut yang sudah mengejutkan jiwa dan ragaku.

“Lepaskan aku..”

“Aku tidak akan pernah melepaskanmu!”

Dia mulai mendekatiku. Aku tersentak takut dan bingung saat bisa kurasakan ujung taringnya menyentuh kulit leherku, bersiap untuk menusuk dengan sangat dalam. Tidak! Dia tidak boleh melakukannya.

“Hiks.., Aletha. Na-namaku..hiks, Aletha Wisteria..hiks.”

Aku memejamkan mataku, membiarkan air mata menuruni pipi lalu jatuh tepat dikullit yang hampir saja terluka akibat gigitannya.

Sosok itu berhenti lalu menatapku dengan diam. Tubuhku sangat gemetaran menahan rasa takut, dia menghapus air mataku lalu menyentuhkan keningnya dengan keningku.

Kubuka mataku menatap mata birunya yang sangat indah, tatapan dingin tadi telah berubah menjadi rasa nyaman dan hangat.

Perlahan aku mulai merasa tenang, derai nafasnya begitu sangat hangat. Meski tubuhnya terasa dingin seperti mayat, meski kulitnya pucat pasi itu tidak menutupi fakta bahwa sosok ini memiliki karisma tampannya sendiri.

“Aletha. Nama yang cantik untuk sebutan Ratuku!”

Kriet..

“Nona..”

“TIDAK!!!!!”

Aku membuka mataku sembari terbangun, nafasku terburu-buru dan jantungku berdetak dengan cepat. Selama satu menit aku diam mencoba memahami kondisi sekarang.

“Anda baik-baik saja, Nona?”

Aku melihat kedua pelayan rumahku yang sedang menatap bingung kepadaku.

“Kenapa kalian ada disini, dimana sosok itu?”

“So..sok? Maaf Nona kami tidak melihat siapa pun disini.”

“Ada, sosok itu punya mata marah dengan dua tar---em.., lupakan. Kalian menggangu tidurku.”

“Tidur? Nona sekarang sudah jam 3 sore. Apa semalam, Nona begadang mengurusi berkas Perusahaan?”

Tiga? Sore? Aku melihat jam di dinding yang menunjukan jam 15.24 sore. Kulihat seluruh lingkungan kamarku tak lupa melihat keluar jendela juga, dan memang hari sudah sangat terang.

Ada apa ini bukankah tadi seharusnya sosok itu..., tunggu apa semuanya hanya mimpi? Tapi rasanya begitu nyata?

“Akh! Kepalaku pusing, sepertinya aku harus pergi ke psikiater.”

“Nona and----“

“Aku baik-baik saja, tinggalkan aku sendiri.”

Kedua pelayan itu berjalan keluar kamarku. Aku memijat pelan kepalaku yang sudah sangat pusing dengan semua yang terjadi kepadaku.

“Nona maaf, itu ada yang ingin saya katakan.”

“Apa?”

“Em, itu...Nona, itu.....”

“Itu Apa?!”

“Di-dileher Nona ada tanda me-merah..” ucap pelayan tadi dengan sedikit bersemu merah.

Tanda? Aku berlari menuju meja riasku, melihat pantulan diriku dari cermin besar dihadapan ku. OH KAMI-SAMA! Apa-apaan ini, ada banyak sekali bekas gigitan kecil di..di—Argh! Pasti sosok itu yang melakukannya.

Bagaimana ini, apa dia melakukan hal lebih terhadapku juga?

“Nona?”

“Iya! Em.., jangan salah paham, ini..ini tanda aku sedang alergi suhu. Kamar ini begitu panas sekali, tubuhku sangat gatal mungkin aku harus mandi dulu.”

Kedua pelayan itu saling bertatapan dengan bingung, tentu saja pasti bingung. Aku yang biasanya terlihat dingin dan tenang, tiba-tiba saja berubah menjadi gupek dan sedikit salting.

“Kenapa kalian diam? Pergi, aku ingin mandi!”

“Ba-baik, Nona.”

Aku terduduk lemas dilantai saat pintu kamarku tertutup. Oh semua ini membuatku gila!

“Kau lihat tanda itu? aku yakin semalam Nona pasti bercumbu dengan kekasih rahasianya.”

“Shutt! Kau ini kebiasaan sekali. Nona bisa mendengar ucapanmu.”

“Ish, iya iya..."

“Bagus! Sekarang aku sudah menjadi bahan gosip dikediamanku sendiri!”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!