NovelToon NovelToon

Perjanjian Dengan Tuan Muda

Bab 01. Takdir Tuan Muda

Mobil mewah nan mengkilap menepi di kediaman yang lebih pantas disebut Istana. Setidaknya, ada sepuluh orang berseragam rapih menyambut kedatangan sosok yang ada di dalam mobil, dengan teratur dan penuh hormat.

Ini kediaman Keluarga Smith, salah satu Keluarga bangsawan yang sangat populer dan disegani Warga Kota Crush.

Tidak ada celah dan cerita buruk dari Keluarga Smith, dimata orang, keluarga ini nyaris sempurna.

Sepuluh tahun yang lalu, Keluarga ini melepaskan ketiga putra mereka untuk menempuh pendidikan khusus, pendidikan yang hanya bisa dijamah oleh orang-orang kalangan tinggi dan keturunan bangsawan. Kini, tiga Tuan Muda Keluarga Smith, kembali.

Tiga saudara laki-laki dari dua ibu yang berbeda ini memasuki rumah yang sudah lama mereka tinggalkan. Ketiganya sangat menawan, ketampanan tentu tidak perlu diragukan. Hanya dengan sekali kedipan mata dan satu patah kata, sudah bisa meluluh lantakkan puluhan hati gadis cantik.

Meskipun sama tampan, tapi...dari ketiga Tuan Muda hanya satu yang paling menonjol, dimana pusat perhatian sepenuhnya selalu tertuju padanya.

Dia Alfred Smith, Tuan Muda pertama dari istri tertua Marion. Selain wajahnya yang sangat rupawan, gagah berwibawa, Alfred juga paling cerdas dan dapat diandalkan daripada kedua saudaranya. Dialah bintangnya. Tidak heran jika dia yang paling mendapat perhatian penuh.

.....

Puluhan keluarga dari berbagai kalangan tinggi, berharap, berdoa, bahkan ada yang sampai memohon agar anak gadis mereka bisa berjodoh dengan Tuan Muda Alfred, ''Maafkan saya, nyonya Reyna, bukan bermaksud menolak, tapi sepertinya hati Alfred sudah tidak bisa goyah, terpaku pada Milea.''

''Sungguh ini mengecewakan. Tidak apa, aku bisa terima karena tidak mungkin jika putriku harus bersaing dengan Milea yang sempurna itu,''

''Terima kasih atas pengertiannya, nyonya."

Ini hanya salah satu, dari ribuan penolakan yang Ayunda lontarkan pada para Orang Tua yang menginginkan putra satu-satunya menjadi menantu.

.....

Beberapa hari setelahnya, Keluarga Smith mempersiapkan pesta mewah yang tidak pernah diselenggarakan sebelumnya, pesta ini diadakan dalam rangka peresmian satu-satunya Tuan Muda, yang akan mewarisi semua kerajaan bisnis Smith.

Segala persiapan sudah siap dilakukan hingga mencapai 90% tapi ternyata hari ini adalah hari naas bagi Tuan Muda Alfred. Saat ibunya meminta dia diam dirumah tanpa melakukan apapun selain mempersiapkan diri untuk pesta nanti malam. Pemuda itu nekat keluar rumah secara diam-diam. Bukan tanpa alasan, Alfred melakukan ini demi Milea, kekasih yang kelak akan menjadi istrinya.

(''Ayolah! bibi tidak akan tahu kamu pergi,”) sang kekasih membujuk dengan suara manis saat Alfred ingin menolak, Milea juga merengek lewat sambungan telepon, meminta kekasihnya datang siang itu juga.

''Bukankah, nanti malam kita akan bertemu, di pesta! Bersabarlah sebentar."

(''Aku tidak bisa menunggu sampai malam, Al, apa kamu tidak menyayangiku? Aku sungguh merindukanmu.'')

''Kenapa bicara seperti itu? aku sangat menyayangimu. Bukankah kita akan menikah saat dewasa nanti, bagaimana bisa dikatakan aku tidak menyayangimu."

(''Kalau begitu, datanglah temui aku sekarang juga,'') Milea yang saat itu masih remaja menantang Alfred untuk membuktikan cintanya. Ini biasa dilakukan para remaja, tapi mereka tidak pernah sadar akan ada akibatnya.

''Baiklah, aku akan datang untukmu, tunggu aku,” dengan percaya diri, tanpa berpikir panjang dan mengindahkan peringatan ibunya, Alfred menyanggupi permintaan Milea.

Milea senang bukan main, bahkan dia sampai bersorak kegirangan, dia melakukan tanganan ini untuk membuktikan pada teman-temannya jika Alfred benar sangat mencintainya.

Mengakhiri panggilan telepon, Alfred bergegas bersiap menuju kediaman Paul, Orang Tua Milea.

“Tuan muda, tuan dan nyonya besar, bisa marah jika Anda pergi,” sopir menolak secara halus, saat Alfred meminta kunci dari puluhan mobil yang berjejer di garasi.

''Dia tidak akan tahu jika kamu tidak memberitahunya.”

''Maafkan saya Tuan, saya tidak akan memberikannya,” tegas sopir, karena pria paruh baya ini tidak mau mendapat masalah jika menuruti keinginan Alfred.

'sial…susah sekali!' "Baiklah!" Alfred mengalah, ia melipir pergi seolah patuh dan tetap diam dirumah, tapi sesaat setelah sopir beranjak.

Alfred diam-diam mengambil kunci mobil dan pergi dari sana. Begitu banyak orang tapi tidak ada satupun yang sadar jika mobil yang baru saja keluar garasi di kendari Tuan Muda pertama. Ini kesalahan fatal.

Alfred masih berusia 17 tahun, jiwa mudanya masih sangat membara, ia terburu-buru ingin segera menemui kekasihnya. Tanpa memikirkan resiko dan keselamatan, Alfred menambah kecepatan mobil, ia menerobos jalan yang saat itu sebenarnya sepi.

Mungkin karena hujan yang tiba-tiba turun begitu deras membuat orang enggan untuk keluar. Lebatnya air hujan yang jatuh mengacaukan pandangan Alfred, tapi meski begitu dia tidak berniat untuk mengurangi kecepatan mobilnya sedikitpun.

Dari arah berlawanan, tanpa Alfred sadari. Mobil truk bermuatan batu, melaju dengan kencang. Kemalangan tidak dapat dihindari, secepat mata berkedip, truk itu menghantam mobil yang dikendarai Alfred. Tanpa jeda meski sudah menabrak mobil Alfred, truk tidak berniat untuk berhenti justru kendaraan itu semakin melaju kencang menyeret mobil hitam yang sudah hancur hingga puluhan meter.

....

Beberapa jam setelahnya,

kekacauan terjadi di dua tempat berbeda. Kediaman Smith dan Rumah Sakit Kota Crush.

Suara tangis pilu Ayunda meraung-raung di depan pintu kamar operasi, lebih dari lima Dokter bertugas, berjuang di ruang operasi demi menyelamatkan Tuan Muda.

Wajah putus asa terlihat kentara pada Dokter yang sedang bekerja keras, luka sangat parah apa mungkin pasien bisa diselamatkan? Sangat kecil untuk bisa selamat, apa mereka bisa memperjuangkan harapan yang sangat kecil itu?

Entahlah! Hanya Tuhan yang memiliki kehendak....

Disaat hambanya putus asa, Tuhan menunjukan kekuasaannya, Dokter melihat harapan hidup dari pasien yang berbaring tidak berdaya itu. Mereka kembali bersemangat, membantu Alfred berjuang melawan masa kritis, dua jam kemudian. Dokter keluar dari ruangan operasi menemui keluarga pasien.

Satu Dokter menyampaikan kabar baik jika Alfred masih bisa diselamatkan, dan sudah melewati masa kritis, tapi....satu Dokter membawa kabar buruk. Ya, ada dua kabar yang Dokter itu bawa.

“Putra Anda, mengalami luka parah terutama di kakinya, maaf, kami harus menyampaikan ini! Putra Anda, dinyatakan lumpuh.”

Bagai bom yang mampu menghancurkan seisi dunia, kabar ini sangat mengguncang Ayunda dan Marion. Tidak ada kata lain yang sanggup mereka ucapkan selain 'tolong lakukan apapun untuk kesembuhan anak saya.

Alih-alih mendapat kesanggupan dari Dokter, justru kedua Orang Tua itu kembali dihajar dengan kabar yang sampai membuat seluruh tubuhnya lemas dan serasa ingin mati. ''Sistem reproduksi putra Anda rusak parah, dan sekali lagi kami mohon maaf, jika harus menyampaikannya kabar buruk, tuan muda Alfred, kemungkinan besar tidak akan bisa mempunyai keturunan."

Ayunda yang tidak sanggup terjatuh tidak berdaya, bagaimana bisa dia mendengar kabar mengerikan bertubi-tubi tentang putra semata wayangnya.

Ini mengerikan, sangat mengerikan.....

Bab 02. Dia Lumpuh, Tidak Sesempurna Dulu

     Kediaman Smith, seketika sunyi senyap seperti tidak ada kehidupan yang mengisi. Padahal, baru beberapa jam yang lalu semua riang, tertawa dan bahagia, jutaan kata yang berisi pujian untuk calon Tuan Muda terpilih kini tidak lagi terdengar.

Lenyap dalam sekejap.

     Juru bicara keluarga Smith, mengumumkan kabar memilukan yang menimpa Tuan Muda Alfred. Sedih sudah pasti dirasakan oleh orang-orang yang benar-benar menyayangi Alfred dengan tulus. Tapi tidak dengan penghuni yang bermuka dua, ucapan duka kesedihan, sesal dan berbagai kata iba diucapkan seolah menggambarkan isi hatinya yang benar-benar hancur. Tapi ini hanya ucapan yang terlahir dari hati yang berdusta. Nyatanya, kabar kecelakaan Alfred adalah hadiah paling indah dari Tuhan untuk mereka yang yang membenci pemuda itu.

         “Kakak, sebagai seorang ibu aku sangat mengerti perasaanmu. Kenapa Tuhan memberikan kemalangan ini pada Alfred. Aku tidak bisa membayangkan apa anak tampan itu sanggup mendengar kabar mengerikan dirinya,” selir atau istri kedua Marion, memeluk wanita yang dia sebut kakak. Bermaksud menenangkan dan menghibur.

   Tapi...tidak ada penghiburan apapun yang bisa menanggalkan kesedihan seorang Ibu, jika itu menyangkut nasib buruk anaknya.

            “Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Jika bisa, aku ingin menukar nyawaku asal Alfred bisa sembuh seperti sedia kala,” Ayunda tersedu dengan mata yang sudah sangat sembab di pelukan adik madunya, ini hari paling buruk dan meyakinkan baginya.

“Aku mengerti perasaanmu kak, kita akan sama-sama memberi pengertian pada Alfred, untuk dia bisa menerima takdir hidupnya. Karena biar bagaimanapun juga, ini kehendak Tuhan."

Di rumah sakit

Ruangan yang hanya terdengar suara dari alat medis yang terhubung di badan Alfred terdengar menyayat hati, ditambah, adanya seonggok tubuh yang terlihat sangat menyedihkan, tidak berdaya. Pemuda yang selalu dipuji tampan itu masih belum sadarkan diri, dia juga belum tahu apa yang sudah terjadi pada dirinya.

Milea, beberapa kali mengusap air mata di sudut matanya, ia terpukul sangat terpukul.

Pemuda itu sudah berjanji akan menemuinya tapi kini dia yang harus menemui Alfred di rumah sakit dalam keadaan yang menyedihkan.

“Milea, keluarlah, papa ingin bicara denganmu,” Paul, sudah meraih tangan anaknya yang terlihat sangat rapuh.

“Aku ingin menemani Alfred sampai bangun, Pa. Dia pasti sangat kesakitan dan ketakutan, aku harus selalu berada disisinya.” Milea kembali mengusap air matanya, menolak ajakan, Paul.

“Milea, apa kamu sudah mendengar apa yang terjadi pada Alfred, pasca kecelakaan ini?”

Milea menoleh, menatap penuh tanya pada Paul, ayahnya, “Maksud, Papa?”

“Ikutlah denganku, setelah itu kamu bisa putuskan sendiri untuk kedepannya.”

Kali ini Milea mengangguk patuh, sebelum pergi meninggalkan kekasihnya, gadis itu berbisik lembut di telinga Alfred, “Aku tinggal sebentar ya, aku berjanji akan segera kembali.”

Janji yang diucapkan gadis itu langsung diuji, sesaat setelah Paul menjelaskan jika Alfred tidak seistimewa dulu, dia tidak sehebat dulu. Di masa depan, lelaki itu hanya akan menjadi pecundang yang hanya bisa menghabiskan waktunya di kursi roda tanpa bisa melakukan apapun.

“Ti…tidak…tidak mungkin, itu pasti tidak benar,” dengan suara bergetar, Milea membantah apa yang Paul sampaikan, dia yakin kekasihnya akan baik-baik saja.

“Milea, Alfred lumpuh selamanya tanpa bisa disembuhkan dengan pengobatan apapun, ini fakta, bahkan dokter menyarankan untuk melakukan amputasi pada kedua kakinya. Selain itu, Alfred juga menjadi tidak berguna sebagai pria sejati, dia mandul tidak akan bisa memberikanmu keturunan.”

Bagai dihajar batu besar, Milea hancur berkeping-keping.

Paul merengkuh pundak anaknya, “Sayang, aku sudah mengatakan yang sejujur-jujurnya tentang kondisi Alfred, sekarang terserah padamu. Apa kamu masih ingin meneruskan perjodohan ini atau membatalkannya, kamu putriku satu-satunya yang sangat berharga, apa kamu bersedia hidup dengan lelaki yang tidak berdaya seperti, Alfred? Sementara diluar sana, banyak pemuda hebat yang menginginkanmu.”

Mata gadis itu berkaca-kaca, bibirnya terbuka ingin mengatakan sesuatu namun tidak terlepas karena pikiran dan jiwanya sedang berperang hingga Milea sulit untuk mengucapkan apa yang ada di hatinya.

Beberapa saat terdiam dengan hati hancur, Milea akhirnya memutuskan pergi dari sana. Meninggalkan Alfred dan janji yang sudah diucapkan. Sampai tiga Minggu lamanya, Milea tidak pernah lagi mengunjungi Alfred yang masih koma.

Puluhan kali Ayunda meminta gadis itu datang, guna memberi semangat untuk Alfred agar pemuda itu segera sadar dari komanya, tapi puluhan kali juga Milea menolak dengan berbagai alasan.

Hingga di minggu ke empat setelah kecelakaan, akhirnya Tuan Muda Alfred, terbangun. Wajahnya sangat pucat. Ayunda yang sudah satu bulan berada di rumah sakit menemani anaknya, bergegas memanggil Dokter dengan perasaan senang.

Alfred masih belum sadar sepenuhnya, dia masih belum memahami situasi saat ini.

“Alfred sayang, aku senang akhirnya kamu bersedia membuka mata untuk mamamu ini, mana yang sakit, nak?” Ayunda bertanya dengan menggenggam erat telapak tangan putranya, sesaat setelah Dokter melakukan pengecekan.

“Mama!” Panggil Alfred lirih, nyaris tidak terdengar.

“Iya sayang, mama disini.”

“Nyonya Ayunda, bisa ikut saya sebentar,” panggil Dokter.

Ayunda menoleh, “Tentu dok,” dan kembali pada anaknya, “Sayang tunggu disini. Suster akan menemanimu.”

Selepas kepergian Ayunda dan Dokter, Alfred yang mulai mengingat sedikit kecelakaan yang menimpanya, menyadari jika dia sedang tidak baik-baik saja.

Tapi…alih-alih mengkhawatirkan kondisinya sendiri, Alfred justru teringat akan janjinya yang ingin menemui Milea.

Pesta…Milea….

“Suster, ini jam berapa?” Tanya Alfred, khawatir. Dia takut kekasihnya marah jika dia sampai terlambat datang.

“Jam delapan pagi, Tuan. Apa Anda mengingat sesuatu?”

Jam delapan pagi....“Ya, saya harus bertemu seseorang!”

“Syukurlah jika Anda sudah banyak mengingat, tapi sekarang Anda harus beristirahat terlebih dahulu, setelah sehat Anda bisa menemui orang tersebut.”

“Tidak, saya harus bertemu dia sekarang,” tolak Alfred, dia juga membuka selimut yang menutupi kakinya. Tapi, saat ingin menurunkan kedua kakinya yang dulu sangat kokoh kini terasa sulit dan teramat berat.

Dan disaat itulah Alfred menyadari sesuatu yang sangat buruk terjadi pada kakinya.

….

Satu bulan….

Alfred nyaris tidak percaya saat Ayunda dan Dokter mengatakan jika dia sudah satu bulan terbaring di sana.

Dengan sangat berat hati juga air mata yang mengalir tanpa henti dari kedua mata, Ayunda dan Dokter, menyampaikan kondisi Alfred yang sesungguhnya pasca kecelakaan itu.

Ayunda langsung memeluk anaknya, “Jangan khawatir nak, bagaimanapun keadaanmu, di mataku kamu tetap Alfred yang dulu, tidak ada yang berubah.”

Dalam pelukan ibunya, Alfred diam membisu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, telinganya kini berdengung setelah mendengar penjelasan Dokter.

Tatapan pemuda ini tiba-tiba kosong, dia tidak menunjukkan ekspresi apapun selain diam tak bergeming.

“Alfred! Percaya padaku, tidak akan ada yang berubah setelah ini.” Ayunda mengusap lembut wajah anaknya.

“Nyonya, sebaiknya biarkan Alfred, beristirahat,” saran Dokter yang melihat gelagat tidak baik dari pemuda itu.

“Iya, Anda benar Dok.”

....

Di rumah utama Keluarga Smith.

Semua keluarga besar berkumpul, juga para tetua Keluarga,ereka tengah membahas Alfred.

Bab 03. Diasingkan

Pembahasan utama, menentukan apakah Alfred layak menjadi Tuan Muda utama meneruskan kerajaan bisnis dan nama besar keluarga Smith?

    "Tidak! Bagaimana bisa pria cacat menyandang gelar tuan muda utama di keluarga ini," cetus satu tetua, menolak terang-terangan Alfred, dia memang tidak suka dengan pemuda itu. Momen ini adalah kesempatan emas untuk menjatuhkan Alfred.

   "Itu benar, saya pun tidak setuju jika Alfred ditetapkan sebagai tuan muda utama," timpal satunya lagi, mendukung penolakan sebelumnya.

   "Tapi, bukankah keputusan awal sudah sangat jelas, Alfred lah yang terpilih."

   "Itu terjadi sebelum tragedi, dan sekarang! Dia lumpuh bahkan tidak bisa memberikan penerus untuk keluarga ini, apa ini masih belum bisa dijadikan alasan untuk melengserkan Alfred?"

Semua diam, orang yang sempat membela Alfred pun tidak lagi bersuara. Sejak Alfred lahir ke dunia, sudah banyak yang tidak menyukainya lebih-lebih dia dilahirkan dalam keadaan spesial, ada sesuatu yang Alfred miliki dan tidak bisa dimiliki orang lain. Dia begitu dipuja-puja, banyak tetua yang membanggakan Alfred, jadi saat itu tidak ada yang berani menunjukkan ketidak sukanya.

       Dan sekarang! Begitu banyak yang menginginkan pelantikan Alfred dibatalkan, itu ditunjukkan secara terang-terangan. Lelaki itu sudah hina. Sosok Tuan Muda utama keluarga Smith harusnya lelaki gagah, tangguh dan nyaris sempurna karena dia yang akan membawa, memperbesar kejayaan keluarga Smith. Tidak seperti Alfred yang kini hidupnya harus bergantung di kursi roda.

Setelah melewati perdebatan yang isinya lebih pada hinaan untuk Alfred. Kakek Roma, ketua dari keturunan Smith mengambil keputusan, Alfred tidak akan pernah bisa menjadi Tuan Muda utama. Bukan hanya itu, dari segala masukan yang ada, Roma pun memerintahkan Marion untuk mengasingkan Alfred, "Pindahkan dia di suatu tempat yang tenang, jauh dari kota dan jangan tampilkan dia pada khalayak umum."

  Ini keputusan yang sangat menyakitkan. Pemuda itu baru saja tertimpa musibah, kedua kakinya lumpuh dan divonis tidak bisa memiliki keturunan, dia juga ditingal kekasihnya dan kini keluarga yang dulu memuji berniat membuang dirinya.

      Marion tidak bisa berbuat apa-apa, dia harus mengangguk patuh menerima semua keputusan yang ada.

        .....

     "Apa! Membawa Alfred, ketempat terpencil? Pa, apa ini tidak terlalu kejam?" Ayunda yang mendengar kabar ini, tentu protes, Alfred anak satu-satunya bagaimana mungkin dia bisa setega itu pada anaknya yang sedang sakit.

             "Ini sudah menjadi keputusan, Kakek Roma."

         "Keputusan Kakek Roma! Tapi aku ibunya, aku yang berhak."

       "Ayunda! Mengertilah, ini juga demi kebaikan Alfred."

   "Kebaikan seperti apa yang kamu harapkan, pa? dengan memisahkan Alfred dari kita disaat dia membutuhkan dukungan keluarganya? apa ini disebut kebaikan?" Ayunda mencengkram lengan suaminya, berharap mengerti posisi anaknya, "Tolong! Jangan lakukan ini."

Marion menghela nafas berat, sesungguhnya dia juga tidak sampai hati harus melakukan ini tapi tidak ada pilihan lain, "Ma, Alfred tidak seperti dulu. Akan banyak orang yang memandang rendah bahkan mungkin akan menghina dirinya. Dengan kita mengasingkan Alfred, ini akan jauh lebih baik." Marion mengatakan ini dengan wajah yang putus asa.

     "Tidak! aku tidak setuju, jika kamu ingin mengasingkan Alfred, asingkan juga aku, Pa."

     Marion terbelalak, "Ayunda!"

   "Aku akan tetap bersama Alfred, anakku! apapun yang terjadi, sekalipun aku harus keluar dari keluarga ini." Dua mata jernih Ayunda menunjukkan keyakinan, atas pilihannya.

"Ayunda, kamu jangan gila. Tidak mungkin kamu pergi dari sini."

 Ayunda istri pertama Marion, jelas dia harus tetap ada disana sampai mati. Ini sudah keputusan telak turun temurun dari keluarga Smith.

             "Kakak Ayunda, jangan mengambil keputusan karena emosi. Tolong mengertilah! Suami kita mengambil keputusan ini atas pemikiran matang, kita harus percaya ini yang terbaik untuk Alfred," adik madu Ayunda, menenangkan wanita yang terbakar emosi karena kesedihan. Dia mengusap lembut pundak Ayunda, "Aku mengerti perasaanmu Kak, tapi tolong pikiran ini baik-baik, kamu harus tetap ada di sini, aku yakin tempat baru untuk Alfred tidak seburuk yang kamu pikirkan."

   "Ayunda! aku harap kamu mendengar nasihat Julie, Alfred tetap keluar dari sini dan kamu tetap tinggal!" Kata Marion tegas! Sudah tidak bisa dibantah.

  Tanpa mereka sadari, perdebatan itu didengar langsung oleh Alfred yang sudah dipulangkan dari Rumah Sakit, dia yang kini benar duduk di kursi roda, mendengar perdebatan orang tuanya tanpa ekspresi. Wajahnya datar dan beku seperti bongkahan es yang dingin.

  Sudah tidak ada lagi senyum yang terbit dibibir Tuan Muda tampan ini, wajah yang dulu sangat mengagumkan jika dipandang dan akan semakin memabukkan jika berlama-lama ditatap, kini terlihat sangat mengerikan, sorot matanya seperti singa yang ingin menerkam apapun yang ada dihadapannya.

           Dan pada Akhirnya, Tuan Muda Alfred benar-benar diasingkan. Tidak ada penolakan atau persetujuan dari Alfred karena itu juga tidak penting. Dia hanya diam dan diam, mendengar setiap kata yang diucapkan Marion dan Kakek Roma sebelum dibawa pergi. Tapi tidak ada satu orang pun yang tahu apa yang ada dipikiran dan hati pemuda ini.

   Ayunda hanya bisa menangis, mengiringi kepergian anaknya. Berusaha keras dia harus ikut tapi itu tidak bisa, Ayunda tidak berdaya.

"Kakak, kamu masih bisa bertemu dengan Alfred kapanpun kamu mau."

"Itu benar Ayunda, kamu masih bisa bertemu dengan Alfred. Tidak perlu menangis berlebihan seperti ini," timpal Marion, mendukung ucapan selirnya.

Mobil hitam yang membawa Alfred, melaju dengan kecepatan tinggi. Dalam sekejap mata, kendaraan roda empat itu sudah tidak lagi terlihat di mata Ayunda.

Apa benar Ayunda akan dengan mudah menemui anaknya?

Sesaat setelah kepergian Alfred, keluarga itu kembali mengadakan rapat, memilih siapa yang akan menggantikan posisi Alfred.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!