NovelToon NovelToon

VANORA

PROLOG

25 𝙢𝙖𝙧𝙚𝙩 2014, pukul 06.00 pagi, sebuah kejadian tragis mengguncang sebuah kota besar yang biasanya aman dan damai. Dua jasad laki-laki ditemukan dengan kondisi yang sangat mengenaskan, dan bergelimangan darah di tempat kejadian. Suasana di sekitar lokasi menjadi sangat mencekam, membuat warga sekitar merasa takut dan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Disana juga terlihat dua wanita muda saling berpelukan untuk saling memberikan kekuatan satu sama lain atas pembunuhan suami mereka.

Korban pertama ditemukan dengan tusukan di bagian dada, sementara korban kedua, memiliki anggota tubuh yang tidak lengkap. Kondisi ini membuat warga sekitar semakin shock dan tidak bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi. Banyak pertanyaan yang muncul di benak mereka, seperti apa yang menyebabkan kejadian ini? Dan apa motif di balik kekerasan ini?

Warga sekitar mulai berdatangan ke lokasi kejadian, meskipun banyak dari mereka yang tidak berani melihat langsung ke tempat kejadian. Mereka hanya bisa mendengar suara-suara yang beredar di sekitar, seperti tangisan, jeritan, dan percakapan yang tidak jelas. Suasana menjadi semakin mencekam ketika dua bocah laki-laki dan perempuan, yang diidentifikasi sebagai anak dari salah satu korban, kini telah datang di tempat kejadian bersama dua wanita muda tadi.

Kedua bocah itu terlihat sangat terpukul melihat ayah mereka diperlakukan sekejam itu. Mereka menangis dan menjerit, tidak bisa memahami apa yang terjadi pada ayah mereka. Warga sekitar mencoba untuk menenangkan mereka, tetapi anak-anak itu terus menangis dan meminta ayah mereka kembali. Suasana ini sangat menyedihkan dan membuat banyak orang merasa sedih dan marah.

Pihak berwajib terus melakukan penyelidikan dan mengumpulkan bukti-bukti untuk mencari tahu apa yang terjadi. Mereka juga mulai memeriksa latar belakang kedua korban dan mencari kemungkinan motif di balik kekerasan ini. Namun, proses penyelidikan ini membutuhkan waktu yang cukup lama.

Bocah perempuan yang masih berada di sana, ia sedari tadi menatap sinis ke arah bocah laki-laki yang sedang merenung di samping ibunya. Walaupun keduanya adalah teman dekat di sekolah maupun di rumah.

Bocah perempuan itu menyangka jika ayah dari bocah laki-laki itulah yang membunuh ayahnya. Sejak saat itulah timbul sebuah prasangka buruk di dalam benaknya.

Sedangkan bocah laki-laki itu, tiba-tiba ditabrak oleh seseorang pria dewasa yang sedang terburu-buru melewati kerumunan. Untung saja bocah itu tidak sampai jatuh terpental, tetapi matanya tak sengaja melihat sebuah kain hitam berukuran kecil yang jatuh dari saku orang asing tadi.

Kain hitam itu langsung ia masukkan ke dalam saku celananya. Bocah laki-laki itu amat penasaran dengan sebuah gambar dan tulisan, yang menyerupai logo di kain itu.

¤¤♡¤¤¤

𝙃𝙖𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨 𝙑𝙖𝙣𝙤𝙧𝙖!

𝙋𝙚𝙧𝙠𝙚𝙣𝙖𝙡𝙠𝙖𝙣 𝙖𝙠𝙪 𝙇𝙞𝙙𝙖𝘼𝙡𝙝𝙖𝙨𝙮𝙞𝙢, 𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙚𝙧𝙞𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙙𝙞𝙠𝙞𝙩 𝙞𝙣𝙛𝙤𝙧𝙢𝙖𝙨𝙞 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙑𝙖𝙣𝙤𝙧𝙖.

𝘾𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙑𝙖𝙣𝙤𝙧𝙖 𝙞𝙣𝙞 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙥𝙚𝙧𝙩𝙖𝙢𝙖𝙠𝙪, 𝙙𝙖𝙣 𝙢𝙪𝙧𝙣𝙞 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙝𝙖𝙡𝙪𝙨𝙞𝙣𝙖𝙨𝙞𝙠𝙪 𝙩𝙖𝙣𝙥𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙞𝙥𝙡𝙖𝙠 𝙠𝙖𝙧𝙮𝙖 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨 𝙡𝙖𝙞𝙣, 𝙩𝙚𝙩𝙖𝙥𝙞 𝙟𝙞𝙠𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙨𝙚𝙗𝙪𝙖𝙝 𝙠𝙚𝙨𝙖𝙢𝙖𝙖𝙣 𝙩𝙤𝙠𝙤𝙝, 𝙡𝙖𝙩𝙖𝙧, 𝙙𝙖𝙣 𝙖𝙡𝙪𝙧 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖, 𝙨𝙖𝙮𝙖 𝙢𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙢𝙖𝙖𝙛, 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙞𝙣𝙞 𝙢𝙪𝙧𝙣𝙞 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙥𝙚𝙢𝙞𝙠𝙞𝙧𝙖𝙣 𝙨𝙖𝙮𝙖 𝙨𝙚𝙣𝙙𝙞𝙧𝙞.

𝘿𝙞 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙑𝙖𝙣𝙤𝙧𝙖 𝙞𝙣𝙞 𝙖𝙠𝙪 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙨𝙚𝙗𝙪𝙖𝙝 𝙋𝙧𝙤𝙡𝙤𝙜 𝙩𝙚𝙧𝙡𝙚𝙗𝙞𝙝 𝙙𝙖𝙝𝙪𝙡𝙪.

𝙋𝙧𝙤𝙡𝙤𝙜 𝙞𝙣𝙞 𝙖𝙠𝙪 𝙟𝙖𝙙𝙞𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙗𝙪𝙖𝙝 𝙠𝙪𝙣𝙘𝙞 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙥𝙖𝙧𝙩 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙣𝙟𝙪𝙩𝙣𝙮𝙖, 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙨𝙚𝙗𝙪𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙨𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙖𝙣 𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣 𝙩𝙖𝙝𝙪 𝙖𝙥𝙖 𝙖𝙬𝙖𝙡 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙞𝙣𝙞?

𝘿𝙪𝙠𝙪𝙣𝙜 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙑𝙖𝙣𝙤𝙧𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙧𝙞𝙩𝙞𝙠𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙖𝙧𝙖𝙣, 𝙖𝙜𝙖𝙧 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙡𝙚𝙗𝙞𝙝 𝙗𝙖𝙞𝙠 𝙙𝙖𝙣 𝙢𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙙𝙞 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙚𝙧𝙩𝙞, 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙢𝙖𝙠𝙡𝙪𝙢 𝙖𝙠𝙪 𝙨𝙚𝙗𝙖𝙜𝙖𝙞 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨 𝙥𝙚𝙢𝙪𝙡𝙖, 𝙢𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙠𝙪𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙩𝙖𝙩𝙖 𝙠𝙚𝙥𝙚𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨𝙖𝙣, 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙪𝙩𝙪𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙪𝙥𝙤𝙧𝙩 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙩𝙚𝙢𝙖𝙣-𝙩𝙚𝙢𝙖𝙣.

SMA GALAXA

Seorang cowok baru saja memarkirkan motor sport hitam di parkiran sekolah. Ia pun mulai berjalan di Koridor dengan tatapan tajam kedepan. Cewek yang berlalu lalang tanpa sadar memandang kagum dirinya, Karena ketampanan serta kecerdikannya dalam bidang elektronik, apakah yang membuatnya lebih spesial? Yaitu berstatus sebagai ketua geng motor besar 𝘼𝙡𝙗𝙖𝙩𝙧𝙤𝙨.

Albatros adalah sebuah perkumpulan para pelatih yang siap menjaga keamanan dengan gabungan elektronik. Albatros ini juga berisikan tujuh inti, lima ribu anggota utama, dan tujuh ratus anggota cadangan.

Kembali lagi dengan sang ketua sendiri adalah Devano Alian Laxbara. Memiliki pengetahuan luas tentang apapun itu. Sikapnya yang dingin membuat orang sedikit segan bila berhadapan dengannya, selain orang terdekat tentunya.

Cowok itu pun kemudian memasuki kelas dengan wajah yang murung, dengan rambut yang sedikit berantakan. Seseorang yang menyadari hal itu, kini hanya menggelengkan kepalanya. 𝙆𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖 𝙣𝙞𝙝, 𝙥𝙖𝙠 𝙠𝙚𝙩𝙪?

"Van, lo kenapa?" tanya seseorang yang duduk santai di sampingnya. Seseorang itu adalah Akmal Fatenza Angkasa, cowok yang juga bersifat dingin sekaligus wakil ketua dari Albatros.

Melihat Vano yang tidak kunjung merespon ucapan itu, membuat dirinya sedikit kesal.

"Kalo lo ada masalah, cerita ke gue," Akmal berucap sembari menepuk bahu sahabatnya itu. Sedangkan Vano, ia hanya mengangguk pelan.

𝘽𝙍𝘼𝘼𝙆!!!

Suara gebrakan meja membuat semua murid yang tadinya ribut bak pasar pekan, kini diam dan menatap aneh kearahnya.

Dia adalah Rangga Dhesamuel Faro, cowok dengan seribu leluconnya.

𝙋𝙖𝙨𝙩𝙞 𝙠𝙖𝙜𝙚𝙩 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙜𝙪𝙚 𝙜𝙖𝙣𝙩𝙚𝙣𝙜, 𝙖𝙝𝙖𝙮!

Seseorang yang juga baru saja memasuki kelas, kini juga ikut kaget dengan tingkah Rangga barusan.

Dia adalah Bara Muzka Raja, cowok fuckboy kelas atas, yang saat ini menatap Rangga heran. 𝙄𝙣𝙞 𝙖𝙣𝙖𝙠 𝙠𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖?

"Lo kenapa, liatin gue kayak gitu?" tanya Rangga tanpa tahu malu.

"Lo kali yang kenapa. Ngapain coba, mukul- mukul meja kaya gitu?" Bara menjawab sembari menoyor kepala Rangga dengan gaya belalang .

Rangga hanya menyengir lebar saat menyadari ucapan Bara.

"Yang serius Ga, " sahut cowok yang sejak tadi sibuk memainkan ponselnya.Ia adalah Ariyan David Elgara, cowok yang terkenal sangat bucin dan peka.

"LO SEMUA HARUS DENGERIN GUE. KALO BENTAR LAGI SEKOLAH KITA BAKAL ADA CECAN, WOI!" Rangga berteriak dengan penuh semangat. Namun, yang mendengarnya hanya ber 'oh-ria' karena mereka berpikir bahwa Rangga akan membawa berita yang tidak masuk akal .

"Oh, cecan emang banyak disekolah kita.Termasuk jejeran semua para cewek-cewek gue," ucap Bara dengan penuh bangga .

"Ini tuh anak baru, bego!"

Rangga pasrah,ia langsung melangkah menuju bangkunya.

Sejenak ia mengingat kembali saat ia melihat anak baru itu memasuki ruang operator sekolah. 𝘿𝙞𝙖 𝙠𝙚𝙡𝙖𝙨 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙥𝙖 𝙮𝙖?

"Mohon perhatiannya anak-anak. "

Semua murid yang tadinya ribut, kini menatap kearah sumber suara. Ia adalah Bu Fita, guru bahasa lndonesia pada jadwal pertama hari ini.

"Hari ini kita kedatangan murid pindahan yang akan masuk ke kelas ini,"

Setelah mengucapkan kabar itu,Bu Fita pun kemudian menyuruh seseorang yang sejak tadi berdiri di luar kelas. Seseorang itu memberanikan diri untuk masuk. Semua murid yang melihatnya sontak berbisik-bisik.

"Perkenalkan diri kamu nak,"saran Bu Fita saat melihat semua murid begitu penasaran akan kehadiran nya.

"Perkenalkan, nama saya Azzura Hasnal Alexander. saya tinggal di Jambangan. Moga kita semua bisa akrab ya. "

Seisi kelas pun menjadi ricuh. Semuanya menatap anak pindahan itu dengan tatapan yang berbeda.

"TIPE GUE NIH!"

" DEMI APA, CANTIK BANGET! "

" ISS, MASIH CANTIKKAN GUE KALI!"

"BISA DIEM DULU GAK! "

Bu Fita yang mendengar celotehan mereka kini menggelengkan kepalanyanya.

"Hari ini Ibu ada urusan, jadi kalian akan digantikan pada jadwal pelajaran yang ke dua." lalu

Bu fita menoleh kepada Zura.

"Ya sudah, ibu permisi dulu. Kamu Zura, silakan duduk di bangku kosong sebelah sana," tunjuk Bu Fita yang langsung diangguki oleh Zura. Gadis itu pun berjalan menuju bangku yang di tunjukkan ibu fita kepadanya.

𝘽𝙍𝙐𝙆𝙃!!!

Zura tiba-tiba jatuh terpeleset karena air yang sengaja ditumpahkan oleh seseorang tanpa ada yang menyadarinya, orang itu hanya menampilkan tertawa yang jahat .

Zura menatap orang itu dengan tangan yang sudah mengepal karena berusaha menahan emosi. Tahan Zura, dia bukan tujuan lo..

"Aduuuh, enak banget kayaknya Lo itu jadi korban bullying selanjutnya," bisiknya. Ia adalah Syailendra Armaza, seorang cewek dengan tampang julid dan suka membully di Galaxa.

Vano yang sejak tadi menyaksikan kejadian itu, kini menjulurkan tangannya kepada Zura.

"Bangun!" Zura hanya diam, entah apa yang dipikirkan gadis itu saat ini.

"Aku----"

"Bangun!"

"Oke."

Zura pun akhirnya menerima uluran tangan Vano, dan cepat-cepat menepis roknya yang sedikit berdebu dan sedikit basah. Ia sempat melihat syailen yang menatapnya sinis.

"Ih, Van, kok kamu nolongin dia sih?"

Vano menatap Syailen dengan tatapan tajam, menandakan ia tak suka melihat tingkah gadis itu.

"Sejak kapan lo sejahat itu?" Syailen terdiam ditempat, saat Vano mengatakan hal itu.

Zura yang merasa bingung dengan tingkah gadis licik itu, ia pun memilih untuk duduk di bangku kosong di samping cewek yang sejak tadi juga menyaksikan kejadian tersebut.Tak disangka, cewek itu melempar kan senyuman pada nya.

"Hai," ucapnya, sembari mengulurkan tangannya kearah Zura.

"Kenalin, gue Sasya."

Zura yang mendengarnya, kini juga mengulurkan tangannya.

"Zura."

Sasya merapatkan kursinya lebih dekat agar mudah berbicara dengan Zura. Ia juga sempat meneliti setiap lengkuk wajah gadis itu. 𝙔𝙖 𝙖𝙢𝙥𝙪𝙣, 𝙡𝙤 𝙘𝙖𝙣𝙩𝙞𝙠 𝙗𝙖𝙣𝙜𝙚𝙩!

"Lo mau gak jadi temen gue? Soalnya, gue gak punya temen yang cewek, " ucap Sasya membuat Zura menoleh. Ia pun mengangguk kan kepalanya, pertanda ia mau berteman dengan Sasya. Awalnya, ia berfikir kenapa seramah Sasya tidak mempunyai teman perempuan. Namun, ia tidak terlalu memperdulikan hal itu.

◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦

AWAL BALAS DENDAM

Setelah pulang sekolah, Vano kini sudah berada di basecamp, melatih anggota untuk mencari informasi luar dengan melacak data seseorang yang selalu membuat kerusuhan. Sebagian anggotanya lagi sedang latihan beladiri menambah ketat kekuatan tubuh yang dilatih oleh Akmal .

Sedangkan di sisi lain, para inti kini duduk santai sambil memiringkan ponsel mereka dengan mengeluarkan berbagai umpatan yang kasar. Mereka kini bersantai karena Vano baru saja memberi tugas untuk membersih kan seluruh area markas yang begitu luas.

"Capek gue," keluh Bara sambil mengelap wajahnya akibat di banjiri keringat.Tidak lama dari itu, ia pun berjalan menuju kearah jendela lalu melihat kebawah, yang mana saat ini para anggota masih berlatih, hingga pandangan nya berhenti ke salah satu gadis yang berusaha menyangkal pukulan dari anggota lainya. Sambil tersenyum Bara masih memerhatikannya.

"Lo beda sama cewek-cewek lain."

◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦

Bau masakan menyeruak masuk dalam indra penciuman dua remaja laki-laki yang asik bermain. Siapa lagi kalo bukan Vano dan Arlino, adik cowok itu.

"Waktunya makan! " teriak Bunda Clary dengan suara melengking, sehingga memenuhi ruangan megah itu.

Vano dan Arlino pun segera menuju ke meja makan yang sudah tersedia ayam goreng kesukaan mereka.

Malam ini Clary menyempatkan makan malam bersama kedua putranya itu. Pekerjaannya yang padat, membuat ia jarang berada di rumah.

"Gimana, kamu sama Arlino di sekolah?" tanya Clara berusaha mengorek informasi, karena ia lebih sering berada di luar negeri.

"Baik -baik aja kok Bun, Arlino juga rajin belajarnya," jawab Vano dengan berbohong, karena ia tak mau terlalu menambah beban Clary dengan kelakuan Arlino selama ini.

"Bunda tahu kok, kalo Arlino bandel banget di sekolah, tapi selagi nilainya masih tinggi, itu gak masalah," jelas Clary setelah melihat Vano yang menutupi hal itu darinya.

Tak lama dari itu, Arlino datang dan bergabung makan bersama.

"Kak, kemarin lo ngapain ke tempat electronic place, sampai ngebut gitu?" tanya Arlino lalu menyantap nasinya. Vano yang tadinya memandangi menu makan di depanya kini menoleh.

"Biasalah, gue mau pastiin keamanan markas."

"Bukannya lo punya banyak anggota tuh di markas, apalagi mereka udah jaga ketat banget?" ucapnya.

"Tetep aja harus berhati-hati," tegas Vano yang kemudian melangkah menuju kamar.

Sebelum sampai ke pintu, ia sempat melihat kearah jendela depan rumah, terlihat sebuah bayangan seseorang yang seperti menguntitnya.

◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦

Di lapangan kini di penuhi murid IPS 1 yang berlatih bermain basket. Momen seperti ini tidak pernah terlewatkan, apalagi yang bermain adalah para anggota ALBATROSS yang membuat sorakan dari para ciwi-ciwi yang berjejer di pinggir lapangan .Di lapangan kini di penuhi murid ips 1 yang berlatih bermain basket, momen seperti ini tidak pernah terlewat kan apalagi yang bermain adalah para anggota ALBATROSS yang membuat sorakan dari para ciwi-ciwi yang berjejer di pinggir lapangan. Bagaimana tidak, anggota ALBATROSS mempunyai pesona masing-masing .

Permainan ini bergiliran antara laki-laki dan perempuan. Kini waktunya giliran perempuan, yang mana Zura dan Sasya pada satu tim yang kini berusaha mencetak poin di timnya.

Sedangkan Syailen dan rekannya berusaha mengambil alih bola yang kemudian timnya lagi-lagi kalah. Ia mengumpat, tapi masih berusaha mengambil bola pada Zura dan pada akhirnya terbesit pikiran jahat di benaknya. Ia pun menyangkal kaki zura yang kemudian Zura hampir terhuyung ke depan,satu hal yang pasti, bola sudah tidak ada di tangannya, yang pada akhirnya Zura dan Sasya pun kalah.

Di sisi lain, Vano dan beberapa orang lainnya juga masih dilapangan saat menyaksikan ke-2 tim kelasnya. Sedangkan Rangga, Akmal, dan Bara sudah lama ke kantin.

Mata Vano tertuju ke pada gadis yang seperti nya kelelahan.Tidak lama dari itu, bola hampir saja mengenai gadis itu jika Vano tidak cepat menangkisnya.

"Lain kali kalo udah capek, jangan dilapangan, hampir aja kan, lo kena bola," suara berat itu membuat Zura mendongak kan kepalanya, ia sempat terkesima saat memandangi setiap lekuk wajah cowok itu, apalagi rambut Vano yang sedikit berantakan. Subhanallah!

Vano yang menyadarinya, kini ingin pergi. Namun, Zura menahanya.

"Oh, iya, gue belum tau nama lo. "

"Lo gak perlu tau nama gue," ucap Vano dingin tanpa menatap lawan bicaranya, lalu ingin melangkah kembali. Namun, lagi-lagi zura menahannya.

"Oh, gue udah tau, nama lo Vano kan," ucap Zura dengan muka manis,tapi itu tidak berlaku untuk seorang Vano .

"Udah tau, kenapa nanya," tegas Vano, dan langsung pergi menjauhinya. Zura memperhatikan punggung Vano yang semakin lama semakin menghilang .

𝙐𝙙𝙖𝙝 𝙨𝙖𝙖𝙩𝙣𝙮𝙖....

◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦

Saat pulang sekolah, para anggota ALBATROSS sedang nongkrong di warteg Bang Edah. Mereka sudah mencap tempat itu menjadi tempat favorit.

Tidak hanya dipenuhi kekonyolan BangEdah, tapi juga gorengannya yang enak banget.

Bara kini membawa gorengan dilengkapi secangkir kopi yang akan disantap nya.

Rangga, yang sudah memantau apa yang dibawa oleh Bara, kini langsung mengambil tiga gorengan sekaligus, sehingga menyisakan satu gorengan lagi.

𝙆𝙖𝙥𝙖𝙣 𝙡𝙖𝙜𝙞 𝙣𝙞𝙝 𝙢𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙜𝙤𝙧𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙜𝙧𝙖𝙩𝙞𝙨!

Sang empu yang merasa gorengannya telah diambil, cowok itu pun mengejar Rangga yang seenaknya.

Keduanya nya pun saling baku hantam dengan gaya bencis. Semua ini hanya karena sebuah gorengan yang enak nya tiada tara itu.

"Lo balikin gak!"

"Sorry, Bar, gorengannya udah jadi tai. Kalo mau, tungguin gue pas berak!" Rangga mengucapkan hal itu tanpa rasa bersalah. Sedangkan Bara, cowok itu siap- siap ingin memukul Rangga.

Tak mau kalah,Rangga pun ingin membalas pukulan itu.

𝘽𝙐𝙂𝙃𝙃𝙃!!!

Sebuah pukulan melayang mulus tepat di bibir Vano yang tidak tahu menahu apa sebabnya. Cowok itu baru saja sampai dan langsung diberi kejutan indah oleh Rangga.

Rangga, yang sudah tahu akan terjadi hal buruk terhadapnya, ia pun mencoba lari, tapi Vano sudah lebih dulu mencekal kerah bajunya. Cowok itu memperhatikan sekeliling. dan mengatakan sesuatu yang membuat Rangga gelisah. emak! tolongin gaga..

"Buat kalian yang mau nambah, biar Rangga yang bakal bayarin!" ucap Vano yang langsung membuat seisi warteg terburu-buru memesan apa yang mereka suka.

Rangga yang mendengar hal itu, langsung membelalakkan matanya. Bisa- bisanya Vano menyuruhnya untuk mentraktir seisi warteg, Sedangkan dirinya saja masih berhutang ke Bang Edah.

𝙠𝙖𝙢𝙥𝙧𝙚𝙩𝙩 𝙡𝙪 𝙫𝙖𝙣!

Di sisi lain, Bara tertawa bangga melihat nasib Rangga saat ini. Mampus!.. Kualat kan lo..

◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦

Kini Vano dalam perjalanan pulang kerumah, apalagi hari sudah semakin larut, membuat khawatir Bunda yang sudah menelponnya beberapa kali.

Awal nya Vano merasa baik- baik saja,tetapi tak lama setelah itu, ia akhirnya menyadari ada yang mengikutinya. Bahkan, jumlah mereka tidak sedikit.

Vano mencoba jalan lain,tapi sudah ada beberapa orang yang sama.

Vano pun tak punya pilihan lain, ia langsung turun dari motor dan menghajarnya satu persatu. walau pun jumlah mereka bertambah, Vano tetap gesit menghadapi mereka.

Hingga pada akhirnya ia berhasil, dan langsung menaiki motornya.

brengsek! beraninya keroyokan!.

◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!