Before 10 years
Galaxy school tengah melaksanakan program camping untuk mengenal alam. Namun sesuatu terjadi di mana 2 siswa dari kelas 11 itu menghilang. Terdiri 1 perempuan dan 1 laki-laki. Keduanya hilang saat melakukan pencarian jejak di tengah malam. Yang hilang tersebut bernama Nahda Ashila Azzahra dan Fahmi Febriansyah.
Semuanya membelah kelompok menjadi beberapa bagian untuk mencari keberadaan mereka yang harus menyusuri dalam hutan. Teriakan demi teriakan memanggil nama mereka berdua untuk memancing keduanya keluar. Dan salah satu dari mereka terdapat 1 orang remaja laki-laki yang sangat panik ketika 1 remaja perempuan bernama Nahda itu menghilang.
itu adalah Haris Khrisna Ayman yang merupakan kekasih dari Nahda Ashila. Keduanya sedang ada konflik di mana hubungan mereka meretak akibat rencana dari seseorang yang sedang mengincar Haris. Wajah khawatir, panik, hingga sedih bercampuraduk di wajah remaja tampan itu. namun ketika malam bertemu pagi, kedua orang itu belum ditemukan juga dan menyebabkan keputusasaan.
"Sayaaaaanggg! Kamu di mana?!! Nahda! Tolong jawab aku!!" teriak Haris setiap di penghujung hutan.
"NAHDA!!!"
"Fahmi! Kalian di mana?!!"
pihak sekolah memulangkan sebagian murid untuk melindungi mereka, dan jugaa memanggil timsar untuk mencari keberadaan Nahda dan Fahmi yang masih menghilang. Namun untuk Haris dan ke 6 rekannya tidak ingin pulang sebelum menemukan kekasihnya itu. Mereka pun kembali mencari hingga masuk ke area hutan yang sangat lebat. Haris memisahkan diri dari para petugas untuk mencari di jalur yang berbeda.
"Nahda! Kamu di mana?!"
Teriakan suara lantang ia keluarkan untuk memanggil kekasihnya. Keenam rekannya ikut membantu mencari keberadaan Nahda yang merupakan kekasih dari temannya tersebut. Frustasi? Jelas. Namun Haris tidak menyerah. Langkah mereka cukup jauh masuk ke area dalam hutan demi mencari kekasihnya.
Hingga berjalan hampir 2 hari, Fahmi berhasil ditemukan disebuah gubuk tua dan keadaan lemas sebab ia demam. segera, timsar mengirim salah satu timnya untuk membantu Fahmi menjalani pengobatan. Namun hanya Nahda yang masih menghilang belum ditemukan. Bahkan petunjuk pun tidak ada. Semua hampir menyerah mencari gadis itu, akan tetapi Haris tidak gentar untuk mencarinya.
"Gue tidak akan pulang, sebelum dia ditemukan! Kalau kalian mau pulang, pulang saja sana! Biar gue yang cari dia sendiri sampai ketemu!" teriak pria muda itu terhadap rekannya.
Haris terkenal keras kepala dan membantah mereka semua. Alhasil mereka pun mencari kembali dan tidak membiarkan Haris sendirian. Ketika beberapa langkah, Haris mendengar suara notif aneh di ponselnya. ketika ia memeriksanya, rupanya itu respon signal dari ponsel kekasihnya yang selama ini tidak terdeteksi.
Bak petunjuk dari tuhan, mereka pun senang ketika mendapatkan petunjuk tersebut. Semuanya mengikuti langkah yang diarahkan dari ponsel Haris dengan hati-hati. Langkah demi langkah, teriakan demi teriakan terus memanggil nama Nahda tiada henti. ketika sedang beristirahat, Haris tidak sengaja menginjak sesuatu. Ia pun memeriksa apa yang sedang diinjaknya.
Ia membulatkan matanya saat melihat sebilah pisau yang mungkin terjatuh dari orang yang lewat. Namun yang lebih mencengangkan lagi, terdapat sebuah nama yang menjadi pemilik sajam tersebut dan ia sangat mengenal siapa pemilik pisau itu.
"R-rendy? Apa mungkin?!"
Pikiran yang buruk terus terbayang di kepalanya. Rendy merupakan sepupu Haris yang memiliki dendam padanya. Akan tetapi, pria itu menggunakan Nahda sebagai bahan sabotase agar Haris mau berlutut padanya. Karena ia tahu jika wanita itu menjadi satu-satunya kelemahan bagi Haris. Deru nafasnya mulai memburu, genggaman pada pisau tersebut semakin kuat.
"Kurang ajar!" umpatnya pelan.
Namun tak berselang lama, ponselnya mulai berdering kembali. Dan ia segera memperhatikan user penelpon tersebut. Tertera ada nama kekasihnya di sana. Haris yang terkejut dan senang pun segera mengangkatnya. rekannya yang mendengar itu pun segera mendekati Haris dan mendengarkan info tersebut secara seksama.
"Halo! Sayang?! Kamu di mana sekarang? Kamu tidak apa-apa, kan? Jawab aku, Sayang!" ujar Haris yang sangat ketakutan. Takut Nahda diapa-apakan oleh sepupunya itu. Namun bukan suara perempuan yang menjawab telpon tersebut, akan tetapi terdengar suara lirih seorang pria yang sedang merintih padanya sembari memanggilnya dengan sebutan 'bos'
Haris sangat mengenal suara tersebut. seketika itu, pria yang menelpon menggunakan ponsel Nahda pun menyebutkan namanya. Andi, merupakan asisten Haris telah dibuat tak berdaya. Ia mengadukan semuanya pada Haris atas kejadian yang menimpanya serta kekasihnya Nahda. Setelah mendengar itu, iaa pun segera mendekat ke lokasi Andi yang kebetulan sudah diketahui.
Dengan berlari kencang, semuanya sudah mulai mendekat ke lokasi di mana Andi terbaring lemas sembari memegangi perutnya yang penuh darah. Haris yang melihat keadaannya itupun sangat syok. Ia segera mendekatinya dan memeluk bahu agar Andi bisa mengambil posisi duduk.
"Kenapa lo bisa kaya gini, Ndi?! Apa ini ulah Rendy juga?"
Mendengar pertanyaan Haris, Andi mengangguk lemas. "Bukan cuma itu, Bos... Tapi Nahda juga ikut kena. Maaf, k-karena gue- hhh ... Gak bisa jaga dia. Nahda sudah ditangkap Rendy ke arah sana." tunjuknya dengan penuh gemetar.
"Baiklah, dan sekarang lo harus ke rumah sakit. Luka lo sangat parah. Ayo semuanya, bawa Andi segera!"
"T-tidak, Bos... gue sudah gak tahan lagihhh..."
"Lo gak boleh ngomong gitu, Ndi. Lo sahabat gue dari kecil. Lo harus sembuh! Kalian, cepat bawa!" teriak Haris pada orang yang sudah ia sewa untuk mencari keberadaan kekasihnya itu. Akan tetapi Andi terus memberikan reaksi di mana semua yang ada di sana semakin panik. Terlihat deru nafasnya yang sangat cepat berubah menjadi pelan perlahan. Matanya yang sayu perlahan mulai menutup.
Haris menyaksikan di mana Andi tewas seketika di pelukannya. Ia pun berteriak memanggil nama pria itu sekuat tenaga. "Andi! ANDIIIII!!!!!" Haris menangis atas kepergian pria itu. Seketika amarahnya memuncak di mana Andi sudah dilukai oleh orang yang sama. Ia pun menyuruh orang suruhannya untuk memakamkan Andi segera. Dan mereka melanjutkan perjalanan untuk mencari keberadaan Nahda. Dengan bermodalkan informasi dari Andi, mereka semua mengikuti langkah kaki sekelompok orang yang masih ada jejaknya.
***
Terlihat seorang wanita yang sedang tersandera di mana posisi belakangnya terdapat jurang yang sangat dalam dan curam. Gadis tersebut sudah dipenuhi darah segar serta lemas akibat dipukuli oleh pria yang bernama Rendy. Rendy terus tersenyum menyeringai melihat Nahda dicekik olehnya.
"Andai lo ikut kata gue, gak akan diperlakukan seperti ini. Dan lo keras kepala juga sama seperti Haris. Gue mau lo bikin Haris tunduk sama gue."
Eeeu... Eeeeuuuu...
Nahda yang sudah tidak bisa berhafas hanyaa pasrah jika ia harus tiada ditangan sepupu kekasihnya. Ia terus membayangkan kekasihnya datang untuk menjemputnya. Walau mereka belum sempat berbaikan, setidaknya Haris hadir untuknya.
"K-kkaak, Ha... ris." lirihnya lemas.
Saat Rendy kembali ingin menyerang Nahda dengan pukulan. Suara menggelegar seorang pria pun mengejutkan mereka semua. Semua orang suruhan Rendy sedang berkelahi dengan orang suruhan Haris dan juga rekannya. Sementara Haris berlari menuju ke arahnya sembari menampilkan ekspresi murka.
"RENDY!!!!!! LEPASKAN NAHDA SEKARANG JUGA!" teriak Haris sangat kencang.
Rendy terkejut ketika Haris bisa sampai ke lokasi mereka. Nahda yang lemas pun menampilkan senyum tipisnya sebab Haris sudah datang untuk menyelamatkannya. Rendy segera menjadikan Nahda tameng agar Haris tidak menyerangnya. Haris membulatkan matanya sempurna saat melihat Nahda penuh luka.
Wajah yang selama ini ia elus dengan penuh kasih sayang harus menerima perlakuan kejam dari sepupunya sendiri. Sedih? Sudah pasti. Namun kemarahannya lebih tinggi ia tunjukkan pada Rendy yang sedang bersiap untuk menyerangnya.
"Lepaskan dia, Ren. Nahda gak bersalah. CEPAT LEPASKAN!"
"Sepupuku sayang, lo gak bisa merintah gue dengan asal gitu aja. Gue mau lo dan dia menderita di depan gue."
Haris mengepalkan tangannya dengan kuat, "kenapa lo lakukan ini? Kenapa lo seret Nahda ke dalam masalah ini! Kalo lo benci gue, hadapi gue secara langsung!"
"Oh jelas dong, gak sadar lo udah mempermalukan keluarga gue, Hah?! Karena lo, adik gue salma jadi depresi tahu gak?! Gue gak akan biarin lo bahagia. Kalo lo mau Nahda lepaskan, lo harus sujud dulu sama gue. Cepat!!"
Haris terdiam ketika mendengar permintaan Rendy. Ia tidak pernah mau harus sujud sama orang lain. Namun melihat Nahda yang sudah tidak berdaya, ia pun tidak tega membiarkan terus berada di dekat sepupunya. Dengan hati yang luruh, ia pun segera menurunkan tinggi badannya untuk memohon agar Rendy lepaskan Nahda.
"Lepaskan dia, Ren. Gue mohon ... Lepaskan Nahda." lirih Haris yang memohon agar Rendy melepaskan gadisnya itu. Terlihat Rendy tersenyum smirk melihat Haris akhirnya tunduk padanya. Namun, belum ia menjawab permohonan Haris, ia mengeluarkan sebuah senjata api yang mengarah pada sepupunya itu.
"Lo, harus mati ditangan gue ... Haris."
Melihat itu, Nahda yang sedang lemas di dalam kukungan Rendy pun terkejut. sementara Haris tidak melakukan respon apapun. Saat Rendy hendak membidikkan senjatanya, Nahda berusaha melepaskan diri.
"Tidaaaak!!!" teriak perempuan itu. Nahda berhasil lepas dan mengecoh Rendy. Tangan mungil itu segera merebut senjata api yang di pegang Rendy. namun tidak sepenuhnya berhasil. Rendy masih memegang kendali sehingga aksi perebutan senjata api pun tak terkendali. Haris segera memanfaatkan peluang untuk menyelamatkan Nahda. Namun sesuatu yang diluar nalar pun terjadi.
Saat Haris ingin mendekat, Rendy terus mendorong Nahda ke belakang yang di mana belakang mereka itu adalah jurang yang curam. Nahda hampir merebut sepenuhnya senjata api itu. Namun Rendy mendorong Nahda kuat hingga ia pun terdorong hingga masuk ke dalam jurang tersebut.
"HAAAAAAAAAAAAA!!!!" teriak Nahda saat terdorong ke jurang.
"NAHDAAAAA!!!" Haris berlari sekuat tenaga untuk menggapai tangan mungil kekasihnya itu. Akan tetapi, tidak berhasil. Nahda terus terjatuh hingga ke bawah. "TIDAAAAAAAKKKK!!! NAHDAAAAA!!" teriaknya sekuat tenaga saat tidak berhasil menggenggam tangannya itu. Ia melihat sangat jelas Nahda terjatuh dan ia tidak sempat menyelamatkannya. Namun ia mengetahui jika masih ada Rendy yang ingin kabur.
Tatapan bringas Haris mulai terlihat, ia mulai menyerang Rendy membabi buta seorang diri. Skill bela diri Haris sangat bagus dibandingkan dengan sepupunya itu. Hingga dengan hanya tangan kosong, ia bisa melumpuhkan sepupunya dalam sekejap. Setelah mengalahkannya, Haris kembali mendekati jurang dan ingin berusaha turun untuk menemui Nahda yang terjatuh. Akan tetapi, ia dihalangi oleh ke 6 rekannya agar Haris tidak berbuat nekat.
"Ris! Lo jangan nekat!"
"lepasin gue! Gue mau masuk ke bawah! Nahda gue ada di bawah!! NAHDA, SAYAAAAAANG!! HAAAAAAAAAAAAA!!!"
.
.
.
"NAHDAAAAAAAAAAA!!!!"
.
.
***
Kejadian kelam tersebut mengakibatkan Nahda dikabarkan tewas secara tragis dan Haris mengalami trauma yang mendalam sampai depresi. kehilangan kekasihnya membuat Haris menjadi gila. Terlebih ia belum sempat mengatakan maaf sebab mereka sedang berkonflik saat itu. Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, Haris jalani seorang diri. Kehidupannya pun normal kembali selayaknya anak remaja biasa. Namun, ia masih belum bisa melupakan traumanya itu.
ia selalu membawa foto Nahda kemanapun ia pergi agar gadis itu selalu berada di sisinya. Terkadang, mengingat kenangan yang sudah lama hilang membuatnya sesak. Rasa bersalah terus memenuhi isi kepalanya. Haris pun memutuskan untuk menimba ilmu lebih banyak agar ia bisa menjadi dokter sekaligus tentara. Ia bertekad untuk menyelamatkan semua orang tak peduli dari ras mana, kasta mana, ia tidak membedakannya. Mungkin dengan cara ini, ia bisa menebus kesalahannya di masa lalu yang selalu menghantuinya.
Seorang perawat rumah sakit tentara berlarian dengan tergesa untuk mencari dokter yang sudah ditugaskan untuk mengurus pasien yang sama dengannya. Saat ia mencari, ternyata ia melihat dokter muda yang dituju sedang berjalan santai. "Dokter! dokter!" teriaknya dengan wajah panik.
Mendengar suara perawat yang memanggil ke arahnya, pria muda itu menoleh pada perawat itu. "Kenapa?"
"Ruangan E, banyak prajurit yang butuh pertolongan medis. lukanya sangat parah, Dokter."
Wajah dokter itu pun seketika menegang, "ayo, kita ke sana."
Mereka berdua berlarian menuju ruangan E yang disebutkan oleh perawat tadi. Saat membuka pintu, dokter itu terkejut melihat banyak teman sekawannya yang terluka parah akibat serangan dadakan dari musuh.
"Ayo semuanya, obati mereka semua. jangan sampai ada yang terluka lagi." ujarnya pada semua dokter yang berkumpul.
Dokter itu memimpin semua dokter yang mengobati pasien tentara tersebut. Dengan telaten, dokter tersebut mengobati salah satu pasien prajuritnya yang memiliki luka di tangan dan kepalanya.
"Aaaaaaaa!!!" Jerit prajurit itu.
"Tahan ya ... tolong ambilkan obat antiseptiknya." ujarnya pada seorang perawat yang sedari tadi mendampinginya.
Perawat itu membawakan apa yang disuruh oleh dokter tersebut. Lalu, cairan tersebut untuk membersihkan luka dikulit para pasien. Setelah selesai, ia disibukkan dengan berbagai pasien yang berdatangan. Kebetulan itu adalah rumah sakit tentara jadi khusus mengobati para prajurit yang terluka.
Setelah hampir 1 setengah jam, akhirnya semua pasien berhasil ia obati. Lenguhan lelah terdengar di mulutnya. Dokter muda itu lalu beristirahat di ruangannya yang amat sepi dan dingin. Tiba-tiba datanglah seorang perawat membawa berkas ditangannya "Permisi, Dokter." sapa perawat cantik sembari tersenyum manis padanya.
"Ya? Ada apa?" ujarnya datar.
Perawat itu sedikit gugup ketika dokter muda tersebut melihat kearahnya "I-iini dokter, laporan pasien hari ini."
Dokter muda itu pun menerima laporan itu dan membacanya sekilas "ya sudah, kamu boleh pergi."
"B-bbaik, Dok."
Perawat cantik itu keluar dengan tergesa-gesa, saat diluar ia memegang jantungnya yang berdegup kencang "huhhh ... ternyata dia masih dingin juga." ujarnya sesal. Ia pun kembali pergi untuk menjalankan tugasnya yang lain. Dokter muda tersebut sedang termenung. Wajahnya yang tampan serta tegas membuat siapapun terpana melihat wajahnya. Dokter muda ini menjabat sebagai senior manager. rumah sakit serta ia pun menjadi komandan pasukan tentara Kopaska.
Dia adalah Haris Khrisna Ayman. Seorang pemuda lulusan kedokteran Harvard university yang sekarang ingin mengabdi pada negara yang memiliki motto hidup "menyelamatkan Negeri dengan sepenuh hati" Setelah lulus dari Harvard university, selama setahun ia bekerja di rumah sakit tanpa dibayar sekaligus ia menunggu surat resmi mendapatkan gelar dokternya. Setelah mendapat gelar dokter, ia pun mencoba mendaftar militer melalui jalur pendidikan akademi militer khusus lulusan sarjana.
Ia pun menjalani tes yang sangat berat hingga ia hampir berfikir untuk menyerah. Tapi, mengingat keinginan kuatnya untuk menyelamatkan semua orang, ia pun bertahan dan melakukan yang terbaik. Alhasil dari semua kerja kerasnya ia pun berhasil menjadi seorang tentara, bahkan gak tanggung-tanggung dengan prestasinya ia diangkat menjadi komandan pasukan 1 untuk perlindungan dan penyelamatan masyarakat.
Kini, ia sedang bertugas di area penuh konflik di Papua. Tugasnya adalah menjadi seorang dokter sekaligus seorang prajurit di waktu yang bersamaan. Setelah lama termenung, bunyi nyaring dari ponselnya itu terdengar. Ia pun segera melihat ponselnya dan tertera nama bunda di ponselnya.
"Halo, Bun. apa kabar?"
"Halo, Abang. gimana tugasmu di sana? Bunda khawatir banget sama kamu."
Haris terkekeh pelan. Bundanya ini memang sangat panikan, jadi tak mudah untuk meyakinkan bundanya jika ia bertugas di tempat yang penuh konflik seperti di sini. "Bunda tenang aja, Abang baik-baik aja kok ... ini Abang lagi nyantai sekarang."
Terdengar helaan dari telpon, "syukur kamu gapapa .. habisnya bunda lihat berita, tempat kamu bertugas sedang ada serangan jadi bunda khawatir kamu kenapa-kenapa."
"Haha bunda ini ... oh iya, ayah, Hamzar sama Nara di mana, Bun?"
"Ayah sama Hamzar sudah berangkat ... kalo Nara, dia sih katanya mau pulang ke rumahnya dulu bersih-bersih."
"Oh gitu ... ya sudah Bun, Abang mau kembali tugas dulu ya ... masih banyak pasien yang harus Abang tangani."
"Ya sudah, Abang jaga diri baik-baik ya ... bunda harap kita bisa berkumpul lagi kaya dulu."
"Iya, Bun. Abang janji setelah tugas selesai, Abang langsung pulang."
"Ya sudah, bunda tutup dulu ya telponnya ... selamat bertugas anakku."
"Dah, Bun."
Setelah telponnya tertutup, Haris pun menghela nafas panjang. Ia pun bersender di kursi kebesarannya itu. Oh iya? Kenapa Nara bisa disebut oleh Haris? Nara itu merupakan adik satu-satunya dari mendiang kekasihnya Nahda Ashila Azzahra. Kedua orang tuanya menitipkan Nara pada Haris dan keluarganya sebelum menghembuskan nafas terakhirnya akibat kecelakaan mobil saat hendak pulang kampung.
Dan itu membuat Nara terpuruk, setelah kehilangan sang kakak, ia pun harus kehilangan kedua orang tuanya. Merasa punya tanggung jawab, Haris pun membawa Nara untuk tinggal bersamanya dan kedua orang tuanya. Tak disangka, kedua orang tua dan adiknya bisa menerima kehadiran adik dari kekasihnya itu. Hingga sekarang, Nara masih tinggal di rumahnya tapi sesekali pulang ke rumah hanya untuk sekedar membereskan rumah agar tetap bersih.
Seorang pemuda memakai setelan APD tentara masuk ke ruangan Haris tanpa mengetuk pintu. Ia melihat Haris sedang termenung sehingga tidak menyadari kehadirannya itu. Terdapat ide jahil untuk mengagetnya kali ini. Ia pun mengendap dan berdiri di sampingnya, lalu tentara itu pun menggebrak meja dengan sangat kencang yang membuat Haris terlonjak kaget.
Braakkk!
"Astaghfirullah!" ujar Haris terkejut bukan main. Ia pun memasang wajah kesal saat melihat tentara disampingnya tertawa keras. "Hahahaha! puas banget gue lihat muka lo kaget kaya begitu."
Harik mendecak kesal, "ngapain lo ke sini?"
Tentara itu pun menarik kursi hingga ia pun duduk berdampingan dengan Haris "ngapain gue ke sini? Ya gue mau menemui rekan gue yang nyebelin ini dong." ujarnya sembari menaikturunkan alisnya.
"Ngeganggu aja lo, Fahri."
Nama tentara itu adalah Fahri Alamsyah. Haris dan Fahri berasal dari tim yang sama, tapi dirinya hanya pure sebagai prajurit TNI sedangkan Haris itu double profesi.
"Di luar sana banyak perawat sama dokter yang cantik-cantik, lo gak tertarik?"
"Nggak!" Ujarnya dengan tegas.
Fahmi kembali tertawa "sampai kapan lo jomblo terus bege? banyak yang ngejar lo noh ... setidaknya kasih kepastian,"
Haris memutar bola matanya dengan malas. Fahri selalu membuatnya jengkel apalagi selalu membahas tentang statusnya itu. "Halah sosoan lo ngatain gue jomblo, lo juga jomblo ya ... lagipula ada hati yang harus dijaga soalnya." .
Mendengar itu, Fahri tersenyum tipis lalu menepuk-nepuk bahu temannya itu sebagai penyemangatnya. sebagai rekan, ia sangat mengetahui kondisi Haris terlebih soal hati. ia ditinggal oleh kekasihnya karena sebuah tragedi 10 tahun yang lalu. "Eh iya, gue jadi lupa ... kita ada pertemuan nanti sore di balai kota. jangan lupa pake APD lo ya ...,"
"Daritadi kek." Haris masih memasang wajah kesalnya.
"Maaf hehehe ... ya sudah, gue keluar ya. mau nyari mangsa soalnya." ujar Fahri yang kembali ke mode semula.
"Kampret, Lo." umpat Haris pada Fahri. Lagi-lagi Fahri tertawa keras sembari menuju pintu keluar, "gue duluan ya, Ris. jangan lupa oke!!"
"Iyeee!!"
Haris hanya bisa bergeleng melihat tingkah absurd dari teman tentaranya ini. Ia pun kembali menghela nafasnya. Entah kenapa, tubuhnya seakan bergerak sendiri. Tiba-tiba tangannya membuka sebuah laci dan didalamnya itu berisi foto tentang kekasihnya. Haris yang melihat itu hanya bisa tersenyum getir saat melihatmu foto perempuan cantik yang tengah tersenyum anggun. "Bey ... aku sudah jadi tentara sekarang. kamu senang gak? Tadi Fahri nyuruh aku buat nyari perempuan lain, tapi aku tolak. karena di hati aku cuma ada kamu ... dan itu gak akan tergantikan oleh siapapun."
Tak terasa air matanya keluar di sudut matanya. Ada rasa rindu yang amat besar. Hampir 10 tahun ia menyimpan rasa rindu semenjak ia menjauhi kekasihnya itu. Menyesal tidak ada gunanya, nasi sudah menjadi bubur. Ia tak sempat memohon ampun pada kekasihnya itu. Ia pun mengambil lap kecil dan membersihkan debu yang berkumpul itu. Sehingga, album foto tersebut jernih kembali. Haris meletakkan foto tersebut diatas mejanya. Padahal udah ada 2 foto album kekasihnya yang sudah terpasang, tapi ia justru menambahnya.
Setelah itu, ia pun tersadar dan menghapus air matanya yang sudah menumpuk. Di sana ada monitor otomatis sehingga ia mengetahui harus bertugas diruangan yang mana. Monitor itu mengarahkannya menuju ruangan A yang berada di dekat lobi rumah sakit. Tanpa berlama-lama ia pun segera pergi untuk memeriksa warga yang terkena dampak serangan dadakan itu.
"Dokter Haris!" panggil seseorang dari arah belakang. Haris yang merasa terpanggil ia pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah orang yang memanggil namanya. Dia melihat seorang dokter muda yang cantik sedang menghampirinya. Dokter muda itu bernama Arina Destiara Talita tapi orang-orang menyebutnya dengan Dokter Lita. Lita ini merupakan juniornya Haris, jadi gak heran ia mengenalinya.
"Ada apa?" tanya Haris dingin.
Saat mendekat, Lita sempat mendengar nada bicara Haris yang masih sama dinginnya seperti awal mereka bertemu. "Ada apa?" ujar Haris kembali.
"Eummm, begini ... Nanti sore, dokter bisa ajarkan saya beberapa materi tidak? Saya masih tidak paham tentang forensik. dan hanya dokter yang bisa bantu saya."
Haris mengangkat sebelah alisnya, "seperti itu kah? Tapi maaf, saya tidak bisa karena saya sibuk ... anda bisa cari dokter lain. di sini banyak dokter yang berpengalaman." Setelah mengatakan hal itu, Haris pun pergi meninggalkan lita seorang diri. Lita yang mendengar jawaban Haris cukup kesal, pasalnya ia memanfaatkan situasi seperti ini hanya untuk bisa berdekatan dengan Haris walaupun hanya sebentar, tapi semua itu gagal. "Hiiiiiii! kenapa si dia selalu nolak gue? apa gue kurang cantik ya? kesel banget." dumelnya pelan. Lalu Lita pun kembali ke ruangannya dengan keadaan kesal.
Lagi-lagi Haris disibukkan dengan pasien yang tak berhenti berdatangan. walaupun melelahkan tapi ada rasa kepuasan di dalam hatinya ketika ia menyelamatkan para pasiennya itu. Setidaknya ia bisa menembus kesalahannya di masa lalu. Karena saking sibuknya di rumah sakit, ia pun sampai tak sadar jika waktunya sudah sore hari. Ia bahkan tak sempat makan siang tadi. Alhasil Haris berlari menuju ruangannya hanya untuk berganti pakaian APD dengan keadaan perut lapar. Setelah beres, ia pun keluar ruangannya menuju tempat yang dijanjikan.
Semua mata melihat kearahnya. Keadaan rumah sakit sekarang kembali kondusif. Banyak dokter cewek bahkan perawat yang terkesima melihat Haris yang gagah saat mengenakan setelan APD nya. Tapi, itu tak dihiraukannya. Ia melanjutkan langkahnya untuk segera sampai di balai kota. "Oi! datang juga lo ... gue udah nunggu dari tadi." ujar Fahri saat Haris duduk di sampingnya.
"Banyak pasien tadi ... makanya gue urus dulu sebelum ke sini." Mereka kembali terdiam. Haris melihat sekelilingnya. Mereka sudah berdatangan dan duduk di kursi masing-masing. Semua yang berisik tiba-tiba terdiam saat panglima TNI sudah menaiki mimbar.
"Salam hormat untuk kalian semua ... terima kasih sudah menyumbangkan tenaga kalian untuk melindungi dan menjaga wilayah ini dengan sepenuh hati kalian."
"Untuk tim Naga sakti alias Tim 1 kalian sudah menjalankan tugas di sini hampir 6 bulan lamanya. sebentar lagi waktu dinas kalian di sini sudah hampir habis. sebagai balasan, kalian bisa diperbolehkan untuk menemui keluarga kalian masing-masing."
Sorak tepuk tangan mulai menggema di seluruh penjuru balai kota. Mereka yang sudah tak lama bertemu keluarga, teman hingga kekasih, sekarang bisa bernafas lega akhirnya bisa dipersatukan kembali. Tak terkecuali Haris dan Fahri. Mereka saling berpelukan satu sama lain untuk perpisahan mereka. Mereka berdua berasal dari kota yang berbeda. Haris dari Surabaya sedangkan Fahri dari Padang Sumatra Barat.
"Gue harap kita berdua bisa disatukan lagi di misi yang sama,"
"Gue juga berhadap begitu." ujar Haris sembari tersenyum tipis.
"Oke semuanya, segitu saja yang saya sampaikan. untuk selanjutnya, bisa dilanjutkan dengan acara yang lain."
Acara di sambung oleh pengisi yang lain. Ada sedih dan gembira. Tak terasa hampir 2 jam acara berlangsung. Untuk penutupan, Semua warga kemudian berbondong-bondong memberikan salam perpisahan atas perjuangan para prajurit yang sudah rela menghabiskan waktunya untuk melindungi dan menyelamatkan mereka.
Saling memeluk dan menumpahkan air mata. Suasana haru mulai terasa. Haris yang memiliki watak dingin pun menyapa semua warga terutama kalangan ibu-ibu yang satu per satu memberikan pelukan hangatnya pada Haris. Ada yang sebagian tak rela jika Haris pulang, tapi mau gimana pun Haris harus kembali ke keluarganya. Setelah selesai, Haris pulang ke asrama malam hari. Suasana asrama sepi tidak ada yang berlalu lalang. Ia pun melanjutkan perjalanannya untuk sampai ke asramanya. Saat hendak masuk, ada perempuan yang menghampirinya sembari membawakan sesuatu.
"Permisi, Komandan."
"Iya, ada apa?"
"Saya dengar, komandan sudah habis masa tugas ya ... berarti kita tidak akan bertemu lagi."
Gadis itu bernama Diana Saraswati yang merupakan anak dari sekawannya Haris yang merupakan seniornya. Diana jatuh cinta pada Haris saat ia berkunjung ke rumahnya. Tapi, sebaliknya Haris hanya menganggapnya sebagai teman biasa tidak lebih. Gadis itu lalu tersenyum getir sembari menyerahkan barang bawaan yang ia bawa "terima ini ya ... semoga kamu suka dan kamu bisa ingat aku kapan pun." Awalnya Haris ingin menolak, tapi ia tak ingin menyakiti perasaan wanita seperti yang ia lakukan di masa lalu. Dengan wajahnya yang datar, ia pun mengangguk dan menerima hadiah tersebut.
"Terima kasih."
"Kalau gitu, aku permisi ya."
"Iya, silahkan."
Gadis itu pergi dalam keadaan sedih. Mungkin sedih akibat cintanya tak akan pernah ia miliki. Terlebih ia juga tak akan pernah bisa bertemu dengan haris lagi. Sedangkan Haris, langsung memasuki asramanya dan mengunci pintu. Hari ini sangat melelahkan untuknya, mengurus pasien serta melindungi orang-orang dalam waktu yang bersamaan membuatnya sedikit kewalahan. Ia pun menyimpan hadiah itu di mejanya. Karena begitu lelah, ia pun tertidur dalam keadaan APD masih menempel di badannya.
Adzan shubuh berkumandang sangat kencang di area asrama TNI. Haris yang kelelahan pun akhirnya mengerjapkan matanya untuk berusaha bangun dari tidurnya itu. Perlahan, ia membangkitkan tubuhnya yang sangat berat itu. Ia lupa jika semua perlengkapan pakaiannya masih ia pakai dan belum diganti. Ia pun menuju ke kamar mandi untuk bersih-bersih sekalian sholat shubuh berjamaah di masjid.
Ia memakai Koko dan sarung berwarna senada yang membuat aura tampannya semakin terasa. Ia berjalan menuju ke masjid seorang diri. Tak lupa, ia juga membaca sholawat agar hari dan pikirannya tidak kosong. Tak lama kemudian, ia pun sampai di depan masjid. Banyak yang sudah berdatangan, baik bapak-bapak TNI, seniornya, bahkan junior dan rekannya pun sudah ada.
"Eh, Ris." panggil salah satu dari mereka.
"Anwar!"
Haris dan pemuda bernama Anwar itu saling berpelukan gaya cowok.
"Apa kabar lo sobat? hahaaa ... gue udah lama gak ketemu lo."
"Lo juga ... beres juga tugas lo dan bisa kumpul di sini."
"Haha iya ... lelah juga di sana gak ada temen ngopi."
"Halah ... ya sudah, lanjutin nanti. kita sholat shubuh dulu."
"Ayo."
Mereka mulai sholat shubuh berjamaah dengan sangat khidmat. Setelah itu, mereka mendengarkan ceramah pagi yang dibawakan oleh perwira TNI. Tema ceramah kali ini tentang datangnya jodoh untuk kita. Mendengar itu hati Haris sedikit berdenyut sakit. Ia pernah bersumpah tidak akan menikahi siapapun kecuali dengan kekasihnya yang dulu sangat ia cintai. Ia hanya terdiam sampai ceramah itu selesai.
"Huhh, tema ceramah kali ini sangat seru ya, haha..."
"Hmm...." Haris hanya merespon dingin ucapan Anwar barusan. Haris pun berjalan meninggalkan masjid tanpa sepatah katapun. Bahkan ia tak menunggu temannya itu yang sedang berbicara padanya.
"Oi.. tungguin gue!"
Puk.. tepukan di bahunya membuat Haris menoleh pada orang itu.
"Lo kenapa sih? berubah bete gitu,"
Haris menghela nafas pendek dan mengubah raut wajahnya menjadi lebh menghangat. "Gak ada apa-apa ... gue mau langsung balik ke asrama. hari ini gue bakal balik ke Surabaya."
"Yah ... baru juga gue mau ditemenin ngopi bareng lo." ujar Anwar sedikit kecewa.
Haris tersenyum tipis pada Anwar, "lain kali ya ... kalo ada waktu, gue usahakan."
"Ya sudah, hati-hati ya ... salam buat keluarga lo nanti."
"Oke, gue balik dulu."
Setelah sholat di masjid, ia buru-buru kembali ke asramanya dikarenakan ia belum sempat mengemasi semua barang-barangnya. Alhasil ia pun segera mengambil koper dan tas besarnya lalu memasukkannya ke dalam tas dengan cara menumpuknya. Ia malas jika harus menatanya satu per satu. Jadi Haris menyumpalnya hingga muat kedalam koper dan tas ranselnya itu.
"Huh beres juga ...."
Ia juga segera membereskan seisi rumah agar ketika ia pergi, rumah sudah bersih dan rapi. Jam sudah memasuki pukul 6 waktunya para tentara senior melakukan aktivitas paginya dengan para juniornya. Mereka melakukan tes fokus hingga apel untuk piket membersihkan asrama. selama jadi TNI, ia harus merasakan badan pegal dan sakit akibat membersihkan area kawasan asramanya sendiri. Semua kawanannya juga ikut membersihkan dan piket bersama.
Saat Haris tengah sibuk membersihkan rumput liar, ada seorang wanita berpakaian seperti perawat datang menghampirinya. "Selamat pagi, Pak Haris ...." ujarnya sembari tersenyum manis. Lagi-lagi Haris didatangi oleh gadis cantik yang berbeda-beda. Nama gadis itu adalah Nova Khairunnisa. Merasa terpanggil Haris pun menoleh pada gadis itu dan berdiri di hadapannya. Bukan hanya itu saja, semua mata tertuju pada mereka semua.
"Cieee, Haris ... pagi-pagi udah didatengin cewek aja, hahaha..."
"Enak ya kalo jadi cowok keren tuh, ada aja yang perhatian ... sedangkan gue boro-boro." ujar salah satu dari mereka yang pura-pura sedih sembari mengejek Haris yang sedari tadi hanya diam.
"Kasiaaan ... cari pacar sana!"
Haris hanya terdiam mendengarkan ocehan kawan-kawannya itu. lalu ia berdiri menghampiri gadis yang menyapanya tadi dengan raut wajah dingin khasnya. tak lupa, ia membersihkan tangannya terlebih dahulu.
"Ada apa?" tanyanya datar.
"Eummm, ini ... aku bawakan goreng pisang untuk kamu sarapan."
Haris memandanginya dengan heran, "hah?" Nova tersenyum manis seraya tersipu malu.
"Wihh ... enak tuh pagi-pagi makan pisang goreng. untuk Haris aja, mbak? Buat kita mana?"
Nova hanya terkekeh geli, "nanti saya bawakan untuk bapak-bapak semua ya ... kalo gitu saya permisi, dah Haris."
Nova kembali pergi setelah memberikan makanan pada Haris. Banyak yang mengagumi Haris bukan karena wajahnya yang tampan, tapi kebaikan dan prestasinya yang membanggakan juga banyak yang kagum terhadapnya. Makanya tak heran jika banyak cewek-cewek yang mengantri hanya untuk mendapatkan tempat dihatinya.
Haris yang menjadi bahan ledekan pun hanya terdiam dan terus piket membersihkan asrama. Dan setelah semuanya selesai, Haris segera membersihkan dirinya dan memakai setelan APD untuk apel perpisahan tugas sebelum ia pergi ke bandara. Apel kali ini diwarnai dengan rasa haru, dikarenakan bukan hanya para TNI yang sudah selesai tugas, tapi ada juga warga sekitar yang ikut memeriahkan. Mereka kembali memeluk pasukan tentara tersebut satu persatu.
"Jangan lupakan kami ya ..."
"Semoga kita bisa ketemu lagi."
Air mata Haris pun sedikit keluar karena harus berpisah dengan mereka yang masih butuh bantuan. Tapi apa daya tugasnya di sini akan digantikan oleh pasukan baru. Semua tentara yang pulang sudah berkumpul di bandara untuk transit ke Jakarta sebelum tiba ke Surabaya. Haris tengah sibuk menelpon bundanya yang masih belum diangkat.
"Ish ... kemana bunda ini?"
Tak berapa lama kemudian, telponnya bersambung.
"Halo bang? maaf ya tadi bunda abis dari depan dan gak bawa handphone."
"Ish bunda ni ... Abang udah telpon dari tadi juga," ujar Haris sedikit merajuk.
"Maaf ya hehe ... ada apa?"
"Aku udah pulang dari tugas Bun, Abang sekarang lagi ada di bandara."
Setelah mengatakan hal tersebut, terdengar suara melengking syok terdengar di telponnya. "Hah? Serius?!! Alhamdulillah .... akhirnya kamu pulang. ya Allah, bunda kangen banget sama kamu."
"Iya, Bun. nanti kalo udah di Surabaya, Abang kabarin ya."
"Iya-iya oke ... hati-hati ya, Nak. perbanyak doa supaya selamat."
"Aamiin ... ya sudah, aku tutup dulu ya, Bun. sebentar lagi pesawat mau berangkat."
"Oke ... bye, Sayang."
"Dah, Bun." Haris menghela nafas leganya. Mendengar keberangkatan pesawat sebentar lagi, Haris memukul tas ranselnya untuk masuk ke area pesawat.
"Ini tiketnya, Mbak."
"Baik, Mas ... silakan masuk dan pilih tempat duduk sesuai nomor ya."
Haris Hanya mengangguk, ia pun duduk di tepi jendela pesawat paling pojok. Pesawat sudah mulai bergerak. Dapat duduk dipojok dekat jendela merupakan sebuah keistimewaan karena bisa melihat pemandangan awan dan langit yang sangat cantik.
Akhirnya, ia bisa berkumpul dengan keluarganya kembali. Walaupun hanya sementara, tapi ini lebih dari cukup untuk melepas rindu pada keluarga serta kerabat dekatnya dulu. Waktu perjalanan Haris hampir memakan waktu 6 jam hanya untuk sampai di bandara Jakarta. Selepas itu ia harus transit penerbangan dari Jakarta ke Surabaya dan itu memerlukan waktu selama 2 jam perjalanan.
Sambil menunggu, Haris berniat untuk makan terlebih dulu dan sekalian menghubungi keluarganya jika ia akan berangkat ke Surabaya. Haris yang memang menggunakan setelan APD menjadi pusat perhatian para cewek-cewek disana. Tapi, dia hanya merespon dengan datar dan tak memperdulikan siapapun. Ia pun makan di cafe bandara untuk mengisi perutnya yang lapar akibat perjalanan jauh tadi. Serta ia sedang menelpon bundanya untuk mengabari jika ia sebentar lagi akan sampai di Surabaya.
"Halo, Bun."
"Halo, Bang. kamu udah sampai mana?"
"Abang bentar lagi naik penerbangan ke Surabaya, Bun. paling besok sampai."
"Kamu udah makan?"
"Ini lagi makan."
"Ya sudah ... kalo udah sampai di Surabaya, kabarin bunda ya ... nanti kita jemput."
"Oke, Bun. udah dulu ya, mau berangkat soalnya."
"Iya, Bang ... hati-hati."
Haris segera membawa barang-barangnya untuk menuju ke area pesawat penerbangan ke Surabaya.
***
Sampai keesokan harinya, ia baru sampai di bandara Surabaya. Kini, ia sedang menunggu kopernya datang. Dan hap ... ia pun berhasil mengambil kopernya dengan aman. Di sisi lain.. terdapat segerombolan orang yang sedang menunggu kedatangan orang yang mereka tunggu-tunggu. Siapa lagi kalau bukan keluarga Haris. Di sana juga ada teman-teman lamanya seperti Renal, Brian, Radi, Alex, dan Reno. Yang perempuan ada Mita dan Messi yang memaksa ikut untuk menyambut kedatangan Haris.
"Bun ... masih lama ya?" tanya adik Haris yaitu Hamzar. Hamzar kini tumbuh menjadi remaja tampan seperti kakaknya. Ia sudah memasuki sekolah menengah pertama dan menjadi idola banyak perempuan di sekolahnya.
"Sabar ... bentar lagi Abang kamu juga sampai."
Mita yang memang sedari tadi memperhatikan lurus, seketika terkejut saat melihat wajah yang ia kenali sudah mulai terlihat. "Itu dia!!" seru Mita dengan lantang sembari menunjuk ke arah depan.
"Itu Haris!!"
"Hariiiiisss!" panggil mereka secara bersamaan.
Haris pun setengah berlari untuk mendekati keluarganya. Ia bahkan melepaskan kopernya dan berlari menuju bundanya. "Bunda,"
"Anakku ...."
Bunda memeluk erat anak sulungnya itu. Lalu tak lupa bunda menciumi wajah tampan anaknya itu. "Kamu sehat sayang?"
"Alhamdulilah sehat Bun ... ayah ... apa kabar?"
"Baik anakku," ayah dan Haris kembali berpelukan. Dan setelah beberapa menit kemudian, pelukan itu terlepas.
"Abang!" ujar adiknya saat memeluk abangnya itu.
"Adik Abang udah besar hehe,"
"Eh kalian juga datang?" kejut Haris saat melihat sahabat-sahabat lamanya juga hadir menyambutnya.
"Iya dong ... kapan lagi nyambut kapten kita ini ya gak?" Ujar Brian.
"Yoi!" ujar semua.
Haris mulai memeluk ala pria satu per satu sahabatnya itu untuk melepas rindu mereka yang sudah lama tak bertemu. Pandangan Haris sepertinya sedang mencari sesuatu. "Kamu cari siapa?"
"Nara ke mana, Bun? Dia gak ikut?" tanya Haris pada bundanya.
"Tadi bunda udah ajak dia, cuma katanya ada jadwal kuliah, jadi gak bisa ikut."
"Oh gitu ... ya sudah, yuk kita pulang. rayainnya di rumah aja."
Haris mulai mengambil kopernya kembali dan merekapun pergi meninggalkan bandara untuk menuju ke mobil masing-masing. Di dalam mobil, Haris lebih banyak diam walaupun keluarganya itu sangat berisik. Ia memandangi luar jendela mobil dan menatap keluar ke arah kendaraan yang berlaku lalang dengan sangat cepat. Jujur, ia sedikit trauma akan kenangan masa lalunya. Tapi Haris berusaha untuk tidak terpuruk oleh kejadian di masa lalu.
Setelah menempuh perjalanan hampir 1 jam, mobil yang dikendarai Haris dan keluarga telah sampai di pekarangan rumah mewahnya itu. Dan di susul oleh mobil-mobil yang lain. Mereka pun turun dan ikut membantu membawakan barang-barang Haris yang cukup banyak itu. "Assalamu'alaikum ...." sapa Haris saat memasuki ruangan.
"Waalaikumussalam," jawab oleh seorang pemuda tampan yang sedang membereskan meja tamu serta menata makanan di meja tersebut. Itu adalah Nara yang merupakan adik angkat Haris.
"Halo, Bang. udah lama gak ketemu."
"Hai, Dek."
Mereka melakukan tos ala mereka. Awalnya Nara merasa canggung, tapi Haris secara perlahan membawa Nara kedalam pelukannya. Semenjak kehilangan semua anggota keluarganya, Nara berubah menjadi anak yang pendiam. "Aku ini Abangmu ... bukan orang lain. jadi jangan canggung, oke?"
Nara tersenyum tipis dan mengangguk perlahan.
"Wah ... kamu yang bereskan semua ini?" tanya bunda takjub.
"I-iiya Tan ... eh, Bun."
Bunda tersenyum manis ke arah Nara. Suasana rumah menjadi ramai dikarenakan kehadiran Haris membawa suasana yang meriah yang hampir tak pernah mereka lakukan. "Kalian, ngobrol-ngobrol aja dulu ... gue mau ke atas beresin barang sama mandi."
"Oke!"
Saat menaiki anak tangga, Haris menghela nafas panjang. Secara perlahan ia menaiki anak tangga tersebut sampai ia tiba di depan pintu kamarnya. Segera ia membuka pintu kamar yang sudah lama tak ia pakai. Suasana kamar tampak sama seperti ia pergi meninggalkan rumah ini untuk menjalani pendidikan. Matanya kembali terfokuskan oleh foto yang berukuran sedang serta terdapat bunga di dekatnya.
Haris secara perlahan mendekati foto tersebut "Halo, Sayang ... aku udah pulang ke rumah dengan selamat. aku senang, kamu menyambut kedatanganku walaupun hanya sekedar foto." lirihnya tersenyum getir memandangi foto itu. Foto tersebut adalah foto kekasihnya yang sengaja ia pasang di dalam kamarnya. Bahkan ia juga menambahkan dengan hiasan bunga di dekat foto tersebut.
Haris mengambil foto tersebut yang penuh dengan debu. Lalu ia membawanya ke kamar mandi untuk di bersihkan sekalian ia pergi mandi. Setelah selesai, Haris kembali meletakkan foto yang bersih tersebut ke tempat asalnya. Tak lupa ia memasang bunga yang baru saja ia dapatkan dari teman-temannya. Lalu tangan Haris membelai foto tersebut. "Aku Rindu sama kamu ... aku pengen kamu ada di sisi aku, Bey." lirihnya sedih. Seketika Haris menyeka air matanya ketika ada suara lantang yang memanggil nama dirinya.
"Haris! ayo turun ... kita mau makan bersama nih!"
Di dalam kamar Haris sudah terpasang teknologi yang mana bisa memanggil seseorang tanpa harus effort naik turun tangga. "Oke, Bun ... Abang turun." Haris pun segera pergi ke lantai bawah untuk bergabung dengan keluarga dan yang lainnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!