“ibu... ibu kenapa bu?” ucap elea ketika melihat ibunya meringkuk di atas tempat tidurnya dan berselimutkan kain jarik yang biasanya dia pakai. Saat itu, dirinya tengah pulang dari sekolahnya.
“ibu nggak apa- apa elea.” Jawabnya sambil suaranya bergetar. Mendengar suara ibunya yang tidak biasa elea menghampirinya dan memastikan keadaannya.
“ibu... badan ibu panas banget. Ayo bu ke dokter...” ucapnya sambil mengecek kening sang ibu yang terasa sangat panas.
“tidak usah elea, ibu nanti juga akan baik- baik saja kok. Tadi ibu sudah membeli obat di warung.” Ucapnya, namun tidak bisa dipungkiri jika badannya telah mengigil akibat deman tinggi yang melanda.
“apa yang ibu rasakan? Bicara sama elea bu. Elea ada uang kok untuk membawa ibu ke dokter.” Ucapnya terdengar sangat prihatin dengan keadaan sang ibu.
...****************...
Hai, kenalin nama aku Elea Putri aku biasa dipanggil elea aku merupakan seorang anak yatim yang hanya tinggal dengan ibuku yang sudah tua. Aku lahir ditengah keluarga yang miskin. Cemoohan adalah makananku sehari- hari. Dan inilah kisahku....
“ibu apa sudah makan?
“ibu tidak bisa makan elea, mulut ibu pahit.”
Setelah mendapatkan jawaban dari sang ibu, elea pergi ke dapur. Namun, di sana ia tak menemukan apapun untuk dimakan. Ia melihat tempat beras yang ada di rumahnya dan ia juga tidak menemukan apapun.
“ternyata ibu tak memiliki apapun di rumah, ya sudah aku harus pergi ke warung untuk membeli beras dan juga lauk.
“bu, elea ke warung dahulu.” Pamitnya kepada sang ibu.
“tapi nak, apa kamu tidak lelah sepulang sekolah... uhukk...uhuk?” jawabnya dengan lemas sambil terbatuk.
“enggak kok bu, ibu tunggu di rumah ya.” Jawabnya.
Elea pun pergi meninggalkan rumahnya dan menelusuri jalanan desa tersebut dengan sepeda tua nya.
“gaiss... gaiss... lihat anak orang miskin lewat. Kita kerjain yukk...” ucap ike ketika melihat elea sedang menaiki sepeda nya.
“ayuk...” jawab santi temannya.
Ike pun mengayuh sepedanya dengan kencang lalu dengan sengaja ia menabrak sepeda elea hingga menyebabkan sepedanya oleng.
“aaaaaaa...... braaaakkkk” elea pun masuk ke dalam parit sawah yang masih ada airnya.
“hahaha.... kasiann. Maka nya jadi orang miskin jangan belagu.” Ucap ike lalu pergi meninggalkan elea.
Elea hanya bisa meratap sambil melihat kepergian teman-temannya tersebut.
“memangnya aku ada salah apa dengan mereka, hingga mereka begitu tega berbuat seperti itu denganku. Hikss...” ia mencoba bangun namun kakinya terasa sangat ngilu bahkan baju yang ia pakai kotor penuh dengan lumpur.
Kala itu, jefri bersama bapaknya sedang melewati area persawahan untuk mengecek sawah yang ada di sana. Matanya tertuju pada seorang yang tengah berkubang dalam lumpur.
“pak...pak... itu ada orang jatuh ke sawah.” Ucap jefri sambil menunjuk ke arah elea.
“kita bantu dulu jef, kasian dia. Dia terlihat sangat kesakitan.” Jawab pak Joko ayah dari jefri.
Mereka berdua turun dari motornya, dan ketika sampai di depan cewek itu jefri sangat terkejut.
“elea...” hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut jefri. Mendengar namanya di panggil oleh seorang lelaki ia pun menoleh ke sumber suara.
“kak jefri...”
“kalian saling kenal?” tanya pak Joko yang tengah kebingungan dengan kedua remaja tersebut.
“iya pak, elea ini adek kelasku.”
Sedangkan, elea sangat malu dengan posisinya yang jatuh ke sawah tersebut. elea pun di bantu pak Joko dan jefri untuk keluar dari area persawahan tersebut.
“bagaimana ceritanya kamu bisa sampai masuk ke area persawahan ini?” tanya jefri. Elea yang mendengar pertanyaan jefri ia merasa bingung harus berkata jujur atau tidak.
“emm... ini... anu kak mungkin aku kurang hati- hati tadi jadi tergelincir masuk kesana.” Ucapnya dengan nada yang gelagapan.
“yakin?”
“i-iya kak.” Elea mencoba menyembunyikan kejadian yang sebenarnya ia tidak mau menjelek- jelekkan temannya sendiri meskipun ia sudah dijahati.
“memangnya kamu mau kemana nak?” tanya pak Joko kepada elea dengan nada yang lembut.
“ini pak, saya mau ke warung mau beli beras dan juga lauk. Soalnya ibu saya sakit di rumah jadi tidak bisa berbelanja.” Jawabnya dengan sopan.
“memangnya ibu sakit apa elea?”
“badannya panas kak. Tapi, tadi sudah minum obat dari warung katanya.” Jawab elea.
“yasudah kamu temani ibu mu saja dan kamu pulang bersihkan badanmu. Rumah kamu sebelah mana nak?” tanya pak Joko.
“ta-tapi pak, saya harus ke warung.” Jawab elea
“serahkan sama saya saja.” Pak Joko dengan kerendahan hatinya ingin membantu elea.
“ti-tidak usah repot-repot pak, sa-saya bisa sendiri kok.” Ucap elea sambil membersihkan tangan dan kaki nya yang penuh lumpur.
“bagaimana bisa kamu ke warung jika penampilan kamu seperti ini elea?” tanya jefri
“Cuma sebentar kok kak, yasudah permisi. Terima kasih ya pak, kak jefri bantuannya.” Ucap elea dengan sopan.
Ketika ia mencoba menjalankan sepedanya, tiba- tiba sepeda tersebut tidak bisa jalan. Roda belakang sepeda tersebut bengkok dan elea sangat sedih melihat sepeda satu- satunya yang dia miliki rusak. Bahkan, uang yang ia simpan selama ini akan ia gunakan untuk membeli sembako.
“malang sekali nak nasibmu.” Ucap pak Joko dalam hatinya. Ia merasa iba dengan elea yang memiliki pendirian kuat dan bukan tipe anak yang mudah menerima bantuan orang lain.
Dengan pantang menyerah elea memperbaiki sendiri roda sepedanya namun hasilnya nihil.
“ya allah... cobaan apalagi ini. bagaimana cara ku besok pergi ke sekolah kalau sepeda ku rusak?” gumamnya pelan.
“elea, dengarkan bapak. Elea pulang saja ya nak biar bapak dan jefri yang membawa sepeda mu ini ke bengkel. Kami tidak bermaksud untuk merendahkanmu kami hanya ingin membantu saja.” Ucap pak Joko terdengar tulus.
“baiklah pak, saya sangat berterima kasih dengan bantuan bapak dan kak jefri.” Suara elea terdengar sangat sendu dan juga seperti menahan tangis. Dengan langkah tertatih ia berjalan menuju ke rumahnya.
“elea.. kamu sudah pulang anak? Cepat sekali?” tanya sang ibu.
“i-iya bu, elea mau mandi dulu nanti baru elea ke warung bu. Maaf ya bu, ibu tahan sebentar ya laparnya.” Ucap elea
“iya nak, ibu nggak apa- apa kok. Kamu istirahat saja kalau capek.” Ucapnya. Elea pun pergi menuju ke kamar mandi dan ia membersihkan badannya yang penuh dengan lumpur.
Beberapa menit kemudian, pak Joko dan jefri berkunjung ke rumahnya dengan membawa berbagai macam sembako.
“assalamualaikum...”
Elea membukakan pintu rumahnya dan betapa terkejutnya ia ketika melihat yang datang adalah jefri dan ayahnya.
“walaikumsallam... kak jefri, pak Joko. Mari masuk pak...” ucap elea terkejut.
“siapa elea yang datang?” tanya bu siti dari dalam kamarnya.
“ini buk, kak jefri dan pak Joko.” Jawab elea.
Pak Joko dan jefri pun masuk ke dalam rumah elea ia sangat terharu dengan kesederhanaan keluarga elea.
“silahkan duduk pak, kak. Saya panggil ibu dulu..” ucap elea.
“bu, mari aku bantu ibu temui mereka. Apa ibu masih kuat berjalan?” tanya elea
“ambilkan ibu jaket el, dan bantu ibu berjalan untuk menemui mereka.” Jawabnya dengan nada sedikit menggigil.
Elea dengan telaten memakaikan jaket untuk ibunya dan membantu berjalan menuju ke ruang tamu untuk menemui Jefri dan Pak Joko yang sudah menunggu mereka.
“maaf ya pak, sudah menunggu saya lama. Silahkan duduk.” Ucap bu Siti selaku ibunya elea
“mohon maaf bu, kehadiran kami disini membuat kalian berdua terkejut. Mungkin Anda juga belum mengenal siapa saya. Jadi, izinkan saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Nama saya Joko ayah dari jefri saya tinggal di desa sebelah. Dan, ini jefri anak saya dan kebetulan dia adalah teman putri ibu.” Jawab pak Joko dengan sopan.
“lalu, tujuan pak Joko ke sini untuk apa kalau boleh tahu?” tanya ibu siti
“tadi saya berjumpa dengan anak ibu ketika dijalan, jadi saya izin untuk mampir ke sini.” Jawabnya mencoba menutupi apa yang terjadi agar sang ibu tidak khawatir dengan sang anak.
“terima kasih sudah mampir ke tempat kami, dengan senang hati kami menerimanya.” Elea yang saat itu berada di samping sang ibunda dapat bernafas dengan lega karena pak Joko tidak memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Nak elea saya dengar kamu siswa yang berprestasi ya disekolah?” tanya pak Joko.
“hehehe... saya sendiri merasa masih belum ada apa-apanya pak.” Jawabnya dengan rasa kurang percaya diri. Dirinya enggan untuk disebut sebagai anak yang sombong.
Jefri yang sedang berada disana hanya bisa diam melirik ke arah elea sambil mencuri pandang kepadanya.
“memangnya, bapak dengar dari mana ya kabar itu?”
“saya komite di sekolah kalian, jika elea tidak keberatan bolehkah bapak mengajukan beasiswa untuk kamu? Mengingat sekolah kurang begitu peduli dengan murid yang memiliki prestasi unggul seperti kalian.” Ucap pak Joko
“masyaallah, terima kasih pak Joko jika pak Joko berkenan dengan itu saya merasa sangat terbantu.” Jawab bu siti.
Memang tidak bisa dipungkiri jika ia juga merasa kesulitan untuk membiayai sekolah elea seorang diri. Terkadang ia harus meminjam kepada sanak saudara dan tentu saja hal tersebut mendapatkan banyak cemoohan dari saudaranya.
“alhamdulillah jika bu siti mau dan menerima dengan hati yang lapang. Saya akan usahakan agar elea bisa mendapatkan beasiswa paling tidak sampai kelas tiga nanti.” Ucap pak Joko. Dalam benak pak Joko ia merasa sangat iba dengan keluarga elea karena kehidupan yang pas- pas an dan juga seorang anak yatim.
“ohh iya bu, ini ada sedikit bingkisan dari saya. Kan nggak enak juga to bu mampir ke sini tapi nggak bawa bingkisan. Hehehe... tolong diterima ya bu.” Ucap pak Joko dengan berbagai alibi agar tidak begitu merendahkan keluarga elea.
“waduhh... pak Joko kok pakai repot- repot segala. Anda mampir ke gubuk kami saja saya sudah bersyukur apalagi pak Joko juga membawa kabar gembira untuk kami.” Jawab bu siti dengan sopan.
“tidak merepotkan bu siti, saya juga baru pertama kali bertamu ke sini kan tidak etis jika tangan kosong.” Jawab pak Joko
“ohh iya, silahkan diminum pak teh nya adanya Cuma ini di rumah kami. Keasyikan ngobrol teh nya jadi dingin.” Jawab bu siti dengan rasa canggung.
“ahhh... tidak masalah bu. Ini juga masih sangat istimewa kok...”jawab pak Joko.
Pembicaraan mereka berakhir, dan pak Joko berpamitan untuk pulang karena hari sudah mulai sore.
Ketika mereka semua sudah pulang, bu siti berkata kepada sang anak semata wayangnya.
“elea, apapun yang terjadi kamu jangan sampai putus sekolah ibu akan terus berusaha untuk menyekolahkan kamu. Kamu harus mengejar mimpimu dan jadilah anak yang sukses suatu hari nanti.” Ucap bu siti
“iya bu, elea akan giat belajar. Sekarang elea akan memasak untuk makan malam kita Ibu istirahat saja dulu.” Ucap elea lalu menuntun ibunya menuju bilik rumah tersebut.
Dengan keahliannya memasak elea meyulap bahan makan yang biasa saja menjadi hidangan luar biasa satu jam berlalu masakan elea sudah siap untuk dihidangkan.
“ibu, makan malam sudah siap.” Ucap elea
“iya elea. Tolong bantu ibu jalan kepala ibu terasa sangat pusing.” Jawabnya.
“makanannya aku bawa ke kamar saja bu kalau begitu, agar ibu nggak usah jalan- jalan.” Elea memang sangat perhatian dengan sang ibu karena beliau adalah satu-satunya yang ia miliki di dunia.
Keesokan harinya, elea pergi ke sekolah dengan hati riang gembira dan harapan yang baru. Semangatnya tumbuh kembali ia tidak begitu memikirkan tentang sekolahnya lagi.
“haii lea... tumben banget loe senyam senyum sendiri?” tanya vita sahabat elea di sekolahnya. Hanya vita yang mau berteman dengan elea.
“ahh... enggak vit. Tumben banget loe jam segini sudah dateng?” tanya elea balik.
“hehehe... biasalah masak loe nggak hafal sih kenapa gue datang pagi. Gue mau minta tolong sama loe buat ajarin gue soal matematika yang ini.” ucap vita.
“yaudah ayo ke kelas dulu, sebelum bel berbunyi.” Mereka berdua berjalan menuju ke kelasnya. Elea dengan telaten dan tidak pelit ilmu dia mengajari vita pelajaran matematika dengan sangat telaten.
“bagaimana loe sudah paham belum?” tanya elea.
“huft... akhirnya gue paham juga el. Makasih ya sudah bantuin gue...ntar gue traktir loe deh.” Ucap vita.
Disini vita berperan sebagai anak orang kaya gaiss... jadi apapun yang vita mau selalu diturutin oleh kedua orang tuanya. Namun, meskipun ia anak orang kaya vita tidak pernah sombong dan tidak pilih- pilih dalam hal pertemanan.
“maaf ya vita, bukannya aku menolak rezeki tapi tadi aku sudah bawa bekal dari rumah. Mendingan nanti kamu ke kantin sama lainnya saja” ucap elea dengan nada sopannya.
“yahh...kok begitu sih. Kalu begitu gini saja deh. Kamu makannya di kantin temenin aku.” Jawab vita.
“emm... yaudah deh kalau begitu. Sekarang kita fokus dulu sama pelajaran hari ini.” ucap elea.
“siappp buu lea yang baik hati”
Di sekolah elea memang terkadang sering di bully temannya dan banyak yang tidak suka jika elea pintar banyak yang ingin menjatuhkan dirinya. Vita sebagai temannya ia merasa dirinya wajib melindungi elea karena di sekolah teman- temannya sangat tidak menyukainya.
Memang benar sih kata orang- orang, orang baik selalu di cari celah kesalahannya agar ia bisa jatuh dan tidak bisa bangkit lagi. Namun, justru semakin banyak cobaan akan semakin kuat ia menghadapinya.
Jam istirahat dimulai, elea bersama dengan vita berjalan menuju ke kantin namun ketika dijalan ia bertemu dengan jefri kakak kelas baik dan juga ganteng. Banyak sekali yang mengidolakan dia karena ketenarannya di sekolah. Tak hanya itu, jefri juga pintar.
“mau kemana lea?” sapa jefri yang saat itu berpapasan dengannya.
“ini kak, mau ke kantin diajak vita.” Jawab elea dengan sopan.
“yaudah, ayok... sekalian aku juga mau kesana.” Jawab jefri, sedangkan elea hanya tersenyum menunduk tanda ia menyetujuinya.
Tanpa elea sadari ada dua pasang mata yang sedang mengawasi elea, yaa... siapa lagi kalau bukan geng dari ike. Ike memang satu sekolah dengan elea dia sangat tidak menyukai dengan kedekatan jefri dan elea karena ike juga menaruh hati kepada kakak kelas yang sangat berprestasi di sekolahnya tersebut.
“loee lihat nggak anak miskin belagu itu? Buat apa coba dia jalan berdua dengan jefri cari masalah memang dia.” Ucap linda kepada temannya.
“iya, kalau ike tahu sudah habis itu anak dibuatnya. Belum kapok juga dia di bully ike yang sangat kejam.” Timpal icha.
“ehemm...ehemmm... kalian kenapa disini?” sapa ike yang tiba- tiba sudah berada disana.
Mereka berdua hening tanpa ada yang menjawab pertanyaan ike, karena jika ike tahu mereka juga akan repot mengurusi kemauan ike yang sangat di luar nalar.
“kok pada diem sih?”
“aahhh.... enggak.... ini.... anu... apa... Itu tadi kita lagi nyariin loe ” Jawab icha gelagapan.
"tumben..." jawab ike
“Elea, kamu ke ruang kepala sekolah sekarang ya.” Ucap susi teman sekelasnya.
“ada apa ya sus?” tanya elea penasaran.
“aku kurang tahu lea, tadi Cuma di titipi pesan seperti itu oleh bu sari.” Jawab susi.
“yaudah terima kasih ya sus.” Jawab elea lalu ia bergegas menuju ke ruang kepala sekolah. Ada hati yang harap- harap cemas dengan panggilan tersebut.
Tok
Tok
Tok
“Permisi...” ucap elea dengan sopan.
“masuk...” jawab pak anton dari dalam ruangannya.
“mohon maaf pak, ada apa ya bapak memanggil saya apakah saya berbuat salah?” tanya elea dengan hati yang berdegup kencang.
“silahkan duduk elea, ada hal yang perlu saya bahas dengan kamu.” Jawab pak anton. Elea pun duduk di kursi yang berada di depan meja pak anton.
“jadi, tujuan bapak memanggil kamu ke sini bapak ingin kamu mewakili sekolah kami untuk ikut lomba matematika tingkat nasional.” Jawab pak anton.
“baik pak, saya akan berusaha dengan sebisa saya.” Jawab elea tanpa ada penolakan. Karena, menurutnya ini adalah langkah terbaik untuk mewujudkan impiannya.
“alhamdulillah... nanti kamu bisa berlatih bersama jefri kakak kelas kamu dan tentunya dengan bimbingan bu ratri.” Ucap pak anton.
“baik pak, saya akan berusaha semampu saya agar bisa membawa nama sekolah kita ke kancah nasional.” Jawab elea.
“semangat belajar elea, oh iya dan satu lagi ada kabar baik untuk kamu. Selamat ya, kamu mendapatkan beasiswa hingga nanti kamu tamat dari sekolah ini.” ucap pak anton.
“beneran pak?” seolah ia tak percaya dengan apa yang diberitahukan oleh pak anton.
“Iya elea, kamu yang giat ya belajarnya bapak yakin kamu pasti bisa menggapai mimpi kamu.” Jawab pak anton yang memang tipikal kepala sekolah sabar dan tidak pernah membeda- bedakan anak didiknya satu dengan yang lainnya.
“Dan ada sedikit kejutan juga untuk kamu elea, semoga saja kamu suka dan kejutan itu sudah bapak kirim ke rumah kamu. Dan, semoga saja kamu bisa menjadi anak yang pemberani meskipun kamu di bully kamu bisa melawan pembullyan itu. Bukannya bapak tidak bisa membantu kamu atas bullyan itu tapi bapak kalah berkuasanya. Bapak sudah menegurnya bahkan bapak sudah mengundang wali dari anak tersebut namun bapak kalah dalam memberikan pembelaan untuk kamu elea.” Ucap pak anton terlihat sedih.
“jadi, bapak sudah tahu kalau saya sering di bully?”
“tentu saja saya tahu elea, dan bapak sudah melakukan tindakan tapi masih belum menghasilkan.” Jawab pak anton.
“terima kasih pak, bapak sudah peduli terhadap saya.” Dalam benak pak anton, ia sangat iba dengan kondisi ela yang seorang anak yatim namun semangatnya untuk bersekolah sangat tinggi.
*****
“Buu.....” teriak elea ketika melihat sang ibu sedang bekerja di ladang.
“Lea, kenapa menyusul ibu? Hari ini mataharinya terik sekali lho nanti kamu pusing.” Jawab sang ibu.
“Nggak apa- apa bu, aku mau bantuin ibu.” Jawab elea
“Nggak usah lea, ini ibu sudah selesai.” Jawabnya menolak sang anak agar tidak membantunya karena ia merasa sangat kasihan sang anak baru saja pulang sekolah dan setiap harinya ia selalu menyusul ke ladang untuk membantu dirinya.
Sang ibu pun datang menghampiri lea untuk ikut bersama sang anak duduk di gubuk yang ada di sawah tersebut.
“Lea... sawah ini peninggalan bapakmu satu- satunya maka dari itu ibu harus giat merawatnya untuk menyekolahkan kamu. Dan tugas kamu saat ini hanya untuk belajar dengan giat.” Ujar sang ibu
“Iya bu, ini lea kesini juga bawa buku bu. Lomba matematika sudah dekat lea harus mempersiapkan diri dengan baik.”
“Semoga sukses nak, ibu tidak bisa memberikan kamu kehidupan mewah tapi yakinlah ibu akan mengusahakan untuk kamu agar kamu tetap bisa terus bersekolah hingga jenjang yang lebih tinggi.”
“Terima kasih bu, ibu memang yang terbaik.” Ujarnya sambil memeluk sang ibu. Memang tak jarang elea sering belajar di sawah di sela- sela ia membantu sang ibu.
“Elea... kamu mending putus sekolah saja bantu ibumu di ladang buat apa kamu sekolah tinggi- tinggi jika ujung- ujungnya juga di dapur.” Ujar bu ana yang saat itu melewati sawah elea. Bu ana memang orang berada namun hatinya sangat congkak.
“Sudah lea, nggak usah dengerin orang itu memang seperti itu.” Ujar sang ibu sambil berbisik lalu mengajak lea untuk pulang.
Dalam perjalanan mereka ke rumah, elea terus menunduk merenungi perkataan bu ana yang sangat menyakiti hatinya dan secara tidak langsung, ia mematahkan cita- citanya.
“Apa yang kamu pikirkan elea? Bu ana? Sudahlah orang itu memang selalu merendahkan orang lain. Hidupnya memang saat ini sedang di atas tapi ingatlah juga elea bahwa roda kehidupan selalu berputar. Mungkin saat ini kamu sedang di bawah suatu saat kamu juga akan sukses tak apa sekarang di gunjing bahkan semangatmu dipatahkan tapi suatu saat nanti jika kamu sudah mencapai kesuksesan jangan pernah memiliki sifat congkak.” Ujar sang ibu memberikan nasehat.
“Iya bu aku akan selalu mengingat nasihat ibu.” Ujar elea.
Sesampainya di rumah, elea membantu ibunya membersihkan rumah dan memasak untuk makan malam.
“Permisii...” ujar seseorang yang datang bertamu sore itu.
“Leea... siapa yang datang? Coba kamu lihat.” Ujar sang ibu
Elea segera bergegas menuju ke depan untuk membukakan pintunya dan melihat siapa yang datang.
“Kak jefri, ada apa ya kak kok kemari?” tanya elea
“Ini elea, saya di suruh bapak untuk mengantarkan sesuatu untuk kamu.” Ucap jefri
“Sesuatu? apa ya kak?”
“Itu...” ucap jefri sambil menunjukkan ke arah sepeda yang sedang ia bawa.
“tapi kak, apa tidak merepotkan?” tanya elea
“tidak lea, mohon untuk diterima ya. Bapak nggak mau kecewa kalau kamu tolak.” Jawab jefri
“sebentar kak, aku panggil ibu dahulu.” Ucap elea
“buu... ada kak jefri di depan?” ucap elea sambil menghampirinya di dapur.
“ahh iya, ibu ke depan dulu.” Jawab sang ibu
“Nak jefrii... kok tumben sore- sore ke sini sendiri? Apa ada perlu?” tanya bu siti
“iya bu, maksud kedatangan saya ke sini saya di utus bapak untuk mengantarkan hadiah buat elea. Mohon diterima ya bu.” Ucap jefri dengan sopan.
“loh...kok repot- repot to anak. Ibu jadi sungkan untuk menerimanya itu sangat mahal loh anak.” Ucap bu siti
“tidak bu, itu ikhlas pemberian dari kami mohon di terima ya bu.” Jawab jefri.
“baiklah... terima kasih nak. Ibu terima ini ya, dan tolong sampaikan rasa terima kasih kepada bapak ya.” Jawab bu siti
“ohh iya, masuk dulu anak jefri. Nge teh dulu...” jawab bu siti
“ahhh terima kasih bu, saya langsung pulang saja. Karena setelah ini ada janji dengan bapak mau ke kota.” Jawab jefri
“yasudah... sebentar nak kamu tunggu dulu ibu ada sedikit oleh-oleh untuk kamu.” Ucap bu siti sambil berjalan menuju ke dalam rumahnya dan mengambil satu kresek kacang tanah yang habis ia panen dari kebunnya.
“ini ada sedikit kacang tanah, tolong diterima ya. Ibu hanya bisa memberikan ini.”
“ahh ibu, kok repot- repot sekali pasti habis di panen ya bu. Terlihat masih segar.” Ucap jefri
“iya nak, tadi panen sama lea juga.” Jawabnya
“wahh... hebat juga kamu lea sudah capek- capek sekolah masih bisa membantu ibumu. Teruslah berbakti elea semoga suatu saat nanti kamu bisa membuat ibumu bangga.” Ucap jefri
“hehehe... nggak juga kok kak.” Ucapnya malu- malu.
"wahh...si miskin dapat sepeda baru tuh." sindir bu ana yang kala itu tengah lewat sambil melirik sinis ke arah keluarga bu siti.
"maaf ya nak jefri, hidup di kampung memang seperti ini." ujarnya sambil menunduk sedih.
"sudah bu, biarkan saja." jawab jefri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!