NovelToon NovelToon

Ella Dan Emma

1

Syut!

Bugh!

Pats!

"Akhh"

Dor!

"Rasakan inii! "

Bugh!

Sring!

Dor!

Dor!

Suara perkelahian terdengar semakin sengit dan panas, banyak diantara mereka tumbang bahkan mat* ditempat.

Perkelahian antar dua klan mafia yang dimana adalah salah satunya ingin menjatuhkan mafia yang lain Untuk merebut posisi tingkat pertama. Tentu saja hal itu tidak akan mudah bagi pemimpin mereka saat ini. Segala cara akan dia lakukan agar kelompok mafia yang ia pimpin akan terus berada di tingkat teratas.

"Menyerah lah kau gadis kecil! Apa salahnya biarkan aku menang kali ini, " Ucap ketua mafia bernama Andy

Ketua dari mafia black Dragon

"Cih! Menyerah? Aku? Tidak semudah itu. Meski titik darah penghabisan pun aku tidak akan menyerahkan posisi ini kepada klan mu. Aku tau maksud dan tujuan mu itu. Kau hanya ingin membuat kerusuhan dan mengembangkan bisnis haram mu itu, jangan kau kira aku tidak tahu akan hal busuk kau itu! " Balasnya sambil terus menangkis setiap serangan yang diberikan oleh sang lawan.

Dia adalah Hanna putri Atmaja ketua mafia bernama Flowers. Yaps! Dirinya juga mafia namun berbeda dengan kelompok mafia yang ia lawan saat ini. Mafia yang ia bangun justru memiliki niat baik dan hanya akan melawan orang orang jahat dan memberikan keadilan.

"Oh begitu kah? Ternyata kau cukup pintar juga ya gadis manis, " Jawab Andy sambil terus menyerang lawannya

Namun seperti nya dewa saat ini tengah tidak berpihak pada Hanna, ntah kenapa ia sedikit lengah kali ini. Akibat ke lengahan nya Andy berhasil menusuk kan belati yang telah ia lumuri dengan racun sebelum nya.

Hanna melotot kaget, seteguk darah keluar dari mulutnya dan jatuh begitu saja. Dengan setengah kesadaran yang ia miliki Hanna menatap tajam Andy yang saat ini tengah tersenyum remeh padanya.

"Demi dewa Neptunus, jika aku hidup kembali didunia selanjutnya. Aku bersumpah akan menghabisi seluruh keturunan mu, Andy! " Batin Hanna

Setelah mengucapkan sumpah serapah itu Hanna pun menghembuskan nafas terakhirnya. Akan tetapi sebelum itu Hanna masih sempat berbicara kepada Gavin, tangan kanan nya

"Peperangan selesai! Lihat ketua yang kalian agung agungkan ini telah mat* ditanganku, " desis Andy bersorak penuh kemenangan

Mereka yang tengah berperang itu pun seketika terhenti akibat teriakan dari ketua musuh mereka.

Mereka para anggota Flowers terdiam dengan pandangan yang lurus menatap ketua mereka yang telah terkapar

"Tidak! Hanna bangun! Gue mohon bertahan lah! " Ucap Gavin bersimpuh memangku Hanna yang saat ini tengah terbaring di pahanya.

"Kak, gue udah nggak kuat. Tolong jaga para anggota kita dan jadi lah pemimpin untuk menggantikan posisi gue, gue bersumpah! Jika suatu saat gue hidup kembali akan membalas para bedebah itu. Gue percaya lo kak, Gavin. " Dengan nafas yang tersengal Hanna berusaha untuk berbicara meski tak terlalu terdengar lirih dan pelan.

Namun Gavin tetap mendengarkan nya dengan sangat jelas. Gavin mahendra adalah kaki tangan Hanna di klan mereka, Gavin adalah satu satunya orang yang dapat Hanna percayai meski ada beberapa anggota inti lainnya.

"Tidak, Hanna. Jangan berkata seperti itu. Dari awal hingga seterusnya lo adalah pimpinan kita. Dan lo nggak bakal tergantikan sampai kapanpun itu! " Gavin berucap sambil menahan isak tangis nya.

Oh ayolah, Hanna itu sudah ia anggap seperti adiknya sendiri, Gavin tak ingin kehilangan Hanna begitu saja.

"Kalian kenapa diam saja! Cepat bawa Hanna dari sini dan segera obati! " Tekan Gavin dengan intonasi yang tinggi

Para anggota inti seketika terkesiap, akhirnya mereka bergegas untuk membawa Hanna menuju rumah sakit. Sementara itu Gavin menatap Andy dengan nyalang bahkan urat matanya terlihat dengan jelas menandakan bahwa ia saat ini tengah dilanda kemarahan.

"Brengsek! Lo akan mati ditangan gue,"

Andy tersenyum remeh dengan pandangan mencemooh. " Silahkan, gue nggak takut meskipun gue mati hari ini juga, setidaknya gue sudah berhasil membun*h ketua kalian, hahaha" Andy menyahut dengan santai membuat Gavin semakin emosi.

"Bedebah sialan! Tidak akan semudah itu! Hanna tidak akan matii! " Tekannya dan kembali menyerang Andy dengan membabi buta

"Oh really? Baiklah mari kita lanjutkan pertempuran ini, " Jawab Andy menantang.

Gavin mengepalkan kedua tangannya sampai buku buku nya memutih. Tanpa aba aba peperangan pun berlanjut dengan Andy yang melawan Gavin

***

Sementara itu ditempat lain Hanna tengah dibawa menuju ruang operasi guna ditindak lanjuti. Para anggota inti tengah menunggu diluar. Mereka menunggu dengan rasa cemas berharap Ketua mereka Hanna dapat ditangani oleh para tim medis.

"Semoga Hanna baik baik saja, " Ucap Litha bersuara

"Ya, gue juga berharap begitu. Semoga aja yang kita takutkan tidak akan terjadi pada Hanna. " Jawab Bryan

Mereka yang menjaga disana semua mengangguk kan kepala seraya berucap amin didalam hati mereka.

Yang menjaga Hanna saat ini adalah para anggota inti yaitu ada, Bryan Mahendra sebagai tangan kirinya Hanna sama seperti Gavin Prasetyo tangan kanannya Hanna.

Lalu Aidan Nakhla Perdana sebagai Ahli IT. Ada Agam Cetta Arsenio, sebagai panglima perang dan yang terakhir  Adira Talitha Tanjaya.

Mereka sebenarnya adalah orang orang biasa yang memiliki kemampuan masing masing. Namun naas nya hidup mereka tidaklah beruntung. Dengan keluarga yang tidak jelas seperti apa dan mereka memilih menjadi pemulung sekitar.

Beruntung nya waktu itu mereka bertemu dengan Hanna. Hanna yang merasa iba akhirnya menghampiri mereka dan mengajak mereka untuk gabung dengan klan yang baru saja ia dirikan. Beruntung Hanna tidak bersusah payah mengajarkan mereka yang ternyata mereka semua sudah ahli, dan hanya perlu dipoles sedikit saja.

Ceklek!

Pintu ruangan operasi terbuka menampilkan dokter yang khas dengan seragam nya. Dokter itu memandang para anak muda itu dengan pandangan iba, dokter itu tau dan bahkan sangat kenal dengan mereka, terlebih lagi mereka adalah para mafia nomor 1, yang tak terkalahkan itu. Namun sayangnya kali ini dewa Neptunus seperti nya sedang tidak berpihak pada mereka.

"Dokter, cepat katakan apa yang terjadi pada Hanna? Apakah dia baik baik saja, apakah operasi nya berjalan lancar? Katakan dokter, jangan diam saja! " Kata Litha dengan nada rendah namun tersirat ke khawatiran

"Litha tenanglah, berikan dokter itu ruang untuk berbicara. Jangan mencerca nya tanpa henti. " Sahut Agam menenangkan Litha

"Gimana bisa gue tenang Gam, lo tau sendiri gimana keadaan Hanna tadi. Luka yang ia dapatkan begitu parah! " Teriak Litha pada Agam.

Sungguh Litha Saat ini benar benar marah seharusnya tadi saat peperangan terjadi Litha berada dekat dengan Hanna jika terjadi sesuatu maka Litha akan bergerak cepat meskipun kekuatan nya jauh lebih besar Hanna, namun tak menutup kemungkinan akan ada saja musibah yang menimpa. Contohnya seperti saat ini

"Litha, tenanglah. Kita semua juga cemas, jadi biarkan dokter itu menjelaskan dulu bagaimana kondisi Hanna Saat ini. " Ujar Bryan, Litha pun akhirnyaa tenang dan mulai mengatur nafasnya

Aidan memandang dokter itu, "jelaskan, " Pintanya

Sang dokter pun mengangguk. "Begini, operasi nya berjalan lancar hanya saja, " Terlihat jelas jika dokter itu menghela nafas dengan berat

"Hanya saja apa? Katakan dengan jelas, dokter. " Kata Bryan dengan alis yang terpaut

"Huft! Mohon maaf sekali, dengan berat hati saya mengatakan ini. Saya dan para tim medis sudah berusaha semampu yang kita bisa. Akan tetapi Tuhan berkata lain. Hanna, ia telah berpulang ke sang Pencipta. " Terang dokter itu dengan hati yang berat.

Aidan, Bryan, Agam Dan Litha membeku di tempatnya . Apa? Apakah mereka tidak salah dengar dengan apa yang dokter itu katakan

"A- apa dok? Bisakah ulang sekali lagi? " Ucap Litha

"Kalian tidak salah mendengarnya. Hanna telah pergi meninggal kan kita untuk selamanya. Kalau begitu saya mohon undur diri untuk mengurus jazadnya. " Ucapnya menundukkan kepala

"Tidak! Ini pasti tidak mungkin kan, Hanna tidak mungkin meninggalkan kita. " Ucap Litha histeris

Bryan, Agam terdiam sementara Aidan menenangkan Litha dan menghubungi Gavin untuk segara datang dan memintanya untuk datang kerumah sakit.

2

Deg!

"A-apaa! Nggak mungkinkan, lo pasti bercanda. "

"Gue nggak bercanda, Vin. Sekarang buruan kerumah sakit jenazah Hanna sebentar lagi akan dikuburkan. " Jawab Aidan disebrang telpon sana

Gavin tanpa pikir panjang langsung menyusul Aidan dan yang lainnya kerumah sakit. Untuk urusan Andy sudah ia serahkan kepada para bawahan. Yang pasti ia tidak akan membiarkan Andy m*ti dengan mudahnya.

***

"Gimana keadaan Litha? " Tanya Bryan pada Aidan

"Kata dokter, dia hanya kelelahan dan syok aja. Bentar lagi juga bakal sadar, " Jawab Aidan

Bryan hanya mengangguk saja. Setelah jenazah Hanna keluar dari ruangan operasi, Litha kembali histeris sejadi jadinya hingga pingsan tak sadarkan diri.

"Pokoknya gue nggak akan biarin Andy dan keluarganya hidup tenang, Hanna pergi meninggal kita itu karena dia! Pokoknya nyawa harus dibayar dengan nyawa, " Desis Agam penuh emosi.

Terlihat dengan jelas kilatan amarah dikedua bola matanya. Bryan, Aidan yang mendengar nya pun juga turut serta mengangguk. Pokoknya mereka akan membalas perbuatan Andy, tak perduli jika hal itu juga akan menyeret seluruh keluarganya.

Yang namanya dendam harus dituntaskan tanpa menyisakan apapun. Tengah asik melamun Gavin datang dari ujung koridor rumah sakit.

Dengan berlari kencang tanpa memikirkan orang orang yang tengah berlalu lalang bahkan hampir menabrak orang orang itu, terlebih lagi dengan pakaian Gavin yang penuh dengan Noda Dar*h membuat mereka yang bergidik ngeri namin Gavin tak perduli sama sekali. Tujuannya saat ini hanya melihat Hanna dan yang lainnya.

"Dimana Hanna?, " Ucapnya

Bryan, Aidan, Agam melihat Gavin yang baru saja tiba. Jangan lupakan dengan pakaian nya penuh akan dar*h, bukan hanya itu bau anyir juga tercium sangat jelas sekali. Bryan Agam dan Aidan juga sama namun tak separah Gavin.

"Hanna ada di ruang Jenazah, sebaiknya kita dengan segera membawa Hanna untuk dikebumikan. Kita juga sudah menghubungi keluarga Hanna. Dan mereka akan sampai kemungkinan malam nanti. " Sahut Bryan

Gavin terduduk lemas, ternyata yang dia dengan tidak salah. Hanna benar benar pergi meninggalkan mereka untuk selama lamanya.

"Litha mana?, " Ujarnya, pasalnya sedari Gavin tiba, ia belum ada melihat Litha

"Litha ada dikamar nomor X. Ia tadi pingsan, sebaiknya kita keruangan nya saja. " Jawab Agam

Mereka pun pergi dimana kamar Litha berada

Ceklek!

Pintu ruangan terbuka, terlihat seorang gadis tengah terduduk dengan pandangan kosong serta kedua mata yang membengkak.  "Litha, " Panggil orang itu

Litha yang tengah melamun pun sontak memandang kearah pintu dimana ketiga pria tengah berjalan menuju padanya. "Abang, " Panggil Litha lirih

Gavin langsung memeluk Litha seraya mengusap punggung nya. "Bang, Hanna bang. Hana nggak mungkin pergi ninggalin kita semua kan bang? " Ucapnya sesenggukan

Gavin memejamkan matanya. "Abang juga mengiranya begitu, Litha. Tapi Tuhan berkehendak lain. Kita semua harus ikhlas dengan kepergian Hanna. " Jawab Gavin

Aidan dan Bryan hanya diam saja, karena yang mampu menenangkan Litha hanya Gavin. Karena Gavin paling dewasa dari mereka semua, sedangkan Litha paling bungsu.

"Ikhlas? Nggak bang! Nggak bisa! Kita harus membalas kan kematian Hanna." Ucapnya mendongak

"Sst, tenang lah. Untuk hal itu nanti kita pikirkan, sekarang yang paling adalah kita harus memakamkan Hanna sekarang juga. " Litha yang mendengar tersadar, ia pun akhirnya mengangguk dan perlahan turun dari brangkar nya.

***

Di sebuah bandara terlihat sepasang pria dan wanita paruh baya tengah berjalan dengan langkah yang lebar. Mereka bergegas menuju mobil dan kerumah guna melihat anak semata wayang mereka. Siapa lagi jika buka  Hanna.

Andre Wijaya dan Liora adalah ibu kandung dari Hanna, mereka hanya seorang pembisnis, sedangkan Anaknya, Hanna. Ketua mafia, Hanna bisa menjadi ketua mafia karena mengikuti jejak sang kakek, Teuku umar Wijayanto. Sebab hanya Hanna yang minat mengikuti jejaknya. Sedangkan Andre tidak minat sama sekali karena ia lebih suka berbisnis ketimbang harus berurusan dengan yang namanya pertumpahan dar*h.

"Cepat pak. Kita harus segera menuju rumah. " Ucap Andre kepada supir pribadinya

Pak amat mengangguk lalu dengan segera melajukan kendaraan menuju rumah. Sementara Liora sang ibu dari Hanna tak berenti menangis, ia cukup syok dengan kejadian ini semua.

Dari dulu dirinya sangat menentang keputusan Hanna yang harus mengikuti jejak sang ayah mertua untuk menggeluti dunia bawah, namun Hanna sungguh keras kepala dan pada akhirnya Liora pasrah saja. Meskipun begitu ia tetap cemas dan was was akan hal yang tidak diinginkan sama sekali.

Dan sekarang lihatlah. Hal yang selama ini ia takutkan pun terjadi. "Tenang lah sayang, berhenti lah menangis. Ini sudah takdir yang putri kita Terima, kita harus ikhlas. " Ucap sang suami menenangkan istri tercinta

"Nggak bisa mas, gimana aku bisa tenang. Sementara anak kita, Hanna pergi meninggalkan kita untuk selama lama nya. Hiks! " Tangis Liora semakin menjadi dipelukan sang suami

"Aku tau, teman teman Hanna pasti tidak akan tinggal diam saja. Mereka pasti akan membalaskan semua perbuatan musuhnya. " Jawab Andre.

Andre sengaja berkata demikian agar sang istri dapat terlihat tenang, meski sejujurnya jauh dilubuk hatinya andre pun merasakan hal yang sama. Namun jika ia lemah siapa yang akan memenangkan sang istri jika bukan dirinya.

***

Sedangkan di kota lain terlihat seorang pria dewasa sekitar umur 60 tahunan tengah terduduk dengan asap cerutu yang keluar dari mulut nya. Ia adalah Teuku umar Wijaya, kakek dari Hanna. Ia justru sangat santai dimana sang cucu satu satunya yang ia miliki telah pergi untuk selama lamanya.

Kenapa ia begitu santai sementara cucunya saat ini telah berpulang. "Aku tau kau bukanlah orang yang lemah, cucuku Hanna. Aku yakin kau pasti akan hidup kembali itu sebabnya aku tidak datang menemui mu disana. " Gumam Teuku pelan

Beberapa menit diperjalanan tibalah sebuah mobil sedan berwarna hitam memasuki kediaman Wijaya. Andre Dan Liora bergegas turun dan akan berkumpul segera dengan yang lainnya.

Tok!

Tok!

Tok!

Suara ketukan pingu mengalihkan atensi  kelima para remaja itu yang lain adalah, Gavin, Bryan, Aidan, Agam dan Litha. Mereka berlima dengan segera menghampiri kedua orang tua Hanna.

"Tante, " Lirih Litha memeluk Liora

"Tenang sayang, kita semua harus tenang. Kita harus dengan segera memakamkan Hanna. " Ucap Liora sendu berusaha menegarkan dirinya agar  tak menangis kembali.

Sementara Andre sudah terduduk disamping tubuh Hanna yang sudah terbujur kaku. "Hanna, ini papa nak. " Ucapnya berusaha untuk tidak menitiskan air mata

Ia memandang wajah Hanna dengan lekat sebelum akhirnya para tetangga membawa tubuh anaknya untuk segera dimakamkan. Sementara Liora hanya mampu menatap dari kejauhan karena Liora tak sanggup untuk melihat anak semata wayang nya.

***

Di kota bandung siang hari tengah terjadi keributan. Ah tidak tidak, lebih tepatnya pembully an yang dilakukan oleh sekelompok gadis remaja di toilet karena hal sepele saja. Mereka adalah, (Clara Adi Winarso,) (Angelina Caroline ) dan (Ella Arkatama.) Dengan Clara sebagai ketua, tanpa ampun memukuli bahkan melakukan kekerasan fisik lainnya ia layangkan pada gadis yang sudah terkulai lemah tak berdaya akibat keroyokan yang dilakukan oleh Clara and the geng.

Korban mereka kali ini adalah si kutu buku Emma Arkatama, kembaran dari Ella Arkatama. Pasalnya pagi tadi Emma berangkat sekolah bareng dengan salah satu mos wanted di SMA Garuda. (Alkairo Alastar Malik.) Si pria dingin yang selalu diagung agungkan oleh para kaum hawa.

Alkairo Alastar Malik adalah ketua geng motor bernama braver dengan anggota inti 5 orang yaitu, (Alkairo Alastar Malik ) sang ketua, waketu (Archio Cyrus Alexius,) (Raden Serga Aksara,) (samudra Arta,) (Aniq Eidlan Ezequiel.)

Pasalnya pagi tadi Emma terlambat kesekolah akibat kerjaan dirumah yang diberikan oleh ibunya. Al hasil Emma pun ketinggalan angkot mau tak mau ia harus berjalan kaki menuju sekolah. Namun siapa sangka Emma justru bertemu dengan sekelompok pria yang juga 1 sekolah dengan nya, geng Alkairo. Alkairo pun berhenti untuk menawari tumpangan. Emma sempat menolak tapi dipaksa oleh Alkairo, mau tak mau ia pun harus menaiki kuda besi Alkairo.

Para siswa dan siswi yang melihat hal itu pun sontak terkejut bukan main. Beberapa dari mereka ada yang memotret nya dan memasukannya di akun lambe turah milik sekolah. Clara yang melihat itu sontak saja kesal dan emosi. Dan pembully an pun terjadi.

Clara sudah menyukai Alkairo, bahkan ia rela mengemis cinta Alkairo dan akan selalu melakukan kekerasan pada perempuan mana saja yang mendekati pujaan hatinya.

"Sudah Clara, gue rasa itu sudah cukup buat pelajaran untuk nya. " Ucap Angelina

Mengapa Angelina berkata seperti itu, karena ia sudah tak mendengar lagi rintihan sakit yang keluar dari mulut Emma. Ntah gadis itu pingsan atau mungkin saja sudah tak ber ny*wa lagi. Melihat Emma yang sudah tekulai lemah dengan dar*h yang merembes dari kepalanya membuat Clara menghentikan Aksinya.

"Mampus! Makanya lain kali jangan berani mendekati Alkairo. Sudah jelas dia itu punya gue, cuih! " Usai berkata demikian Clara dan para anteknya pun pergi dari toilet meninggalkan Emma yang tak bergerak sedikit pun.

Terlebih Ella yang notabene nya adalah kembaran nya, ia bukanya membantu justru malah diam saja melihat sang kakak di siksa oleh para temannya.

3

"Eungg!" Terdengar lenguhan dari seseorang yang terbaring di atas berangkar

"Duh pusing pala gue, " Ucapnya meringis

Perlahan namun pasti, mata bernetra hazel itu terbuka dan menatap sekitar. "Gua di rumah sakit? " Gumamnya dengan melihat sekitar yang menurut nya asing.

"Eh bentar, kenapa suara gue beda? Ini juga kenapa tangan gue dekil begini? Perasaan badan gue itu putih dan bersih bukan dekil begini. " Monolog nya pada diri sendiri

Ceklek! 

Pintu ruangan terbuka memperlihatkan seorang dokter dengan pakaian khas nya tengah menatap nya sembari tersenyum. " Kamu sudah sadar, sebentar ya saya periksa dulu. " Ucap dokter itu ramah

Gadis tersebut mengangguk sambil memikirkan hal yang terjadi padanya. Bukan kah ia sudah tiada? Lalu kenapa ia hidup kembali, bahkan dirinya pun tak merasakan luka bekas belati yang menancap pada tubuhnya

"Luka kamu nggak begitu parah, kamu juga udah bisa pulang hari ini. " Ucap dokter itu membuyarkan lamunan Hanna

Ya, perempuan yang tengah termenung itu adalah Hanna. Hanna tidak mat* tapi ia hidup kembali dengan wajah serta tubuh yang berbeda. Merasa ada yang aneh Hanna pun bertanya pada dokter itu.

" Dokter tau nama saya? Lalu kenapa saya bisa ada disini, dan kemana luka sayatan belati yang menembus perut saya? Seharusnya kan yang di obati itu bagian perut saya, bukan kepala saya yang diperban. "Ucap Hanna berturut-turut

Dokter pun tersenyum. " Tentu saya kenal kamu, kamu adalah Emma anak dari teman saya. Dan luka belati? Apa maksud mu dengan luka sayatan. Kamu tidak terkena luka sayatan melainkan hanya benturan di bagian kepala mu saja yang membuat kamu tidak sadarkan diri hingga 3 hari lama nya. "Ucap dokter itu membuat Hanna Terdiam

" Terbentur? Kaya ada yang aneh. " Ucapnya dalam hati

"Hm baik lah dok, terimakasih. Bisa tolong bantu saya ke depan pintu kamar mandi? " Ucapnya yang langsung di iyakan oleh dokter itu.

Dokter itupun menyuruh sang suster untuk membawa Hanna ke dalam kamar mandi. Setelah tiba di kamar mandi Hanna menatap dirinya di depan cermin dengan mata yang melotot kaget ia tertegun. "Fiks! Ini bukan gue. Kenapaa gue bisa ada disini?" Sambil memperhatikan setiap tubuh yang ia tempati. tiba tiba sekelebat ingatan masuk bak kaset rusak memenuhi indra ingatan nya.

(Flashback ke ingatan si pemilik tubuh) 

"Emma! Cuci semua baju ini. Ingat yang bersih jangan sampe ada noda sedikit pun! "

"Tapi kan ma, ada para maid yang akan mengerjakan nya. Ke nama harus Emma? "

"Para maid sibuk! Jadi kerjakan semuanya sekarang juga, termasuk berbenah rumah. Nyapu, ngepel, dan yang lainnya"

"Ma, Emma harus sekolah Emma akan telat jika harus mengerjakannya sekarang juga. Gimana kalo nanti setelah pulang sekolah. " Jawab Emma bernegosiasi dengan wanita paruh baya itu yang sebenarnya adalah ibu kandung nya. 

"Nggak ada sekolah. Pokoknya hari ini kamu harus diam dirumah dan kerjakan semua pekerjaan rumah hingga tuntas. Ingat! Kerjakan sendiri dan jangan sesekali menyuruh maid untuk membantu mu. "Ucap wanita itu dengan tangan yang bersilang didada

" Tapi ma, _" Belum selesai Emma berkata sang ibu sudah memotong kalimatnya. 

"Kerjakan atau kamu nggak boleh sekolah sama sekali! " Ancam nya yang membuat Emma kicep dan dengan pasrah mengangguk. 

***

Plakk! 

"Bagus kamu ya. Jam segini baru pulang! Dari mana saja kau, haa! " Satu tamparan mendarat di wajah Emma dan pelakunya adalah ibunya sendiri

"Maafin Emma ma, Emma baru saja pulang kerja. " Ucapnya pelan dengan tangan yang mengusap pipi bekas tamparan

"Kerja? Apakah kau ngeja*ng diluar sana! "

"Ti_tidak ma, Emma bekerja part time di salah satu restoran . Maafin Emma nggak memberi tahu terlebih dahulu. "

Ya, Emma bekerja di salah satu restoran sebagai part time. Ia melakukan pekerjaan seperti itu dikarenakan ia sama sekali tidak diberikan uang saku oleh mamanya, Sementara kebutuhan sekolah selalu ada. 

Padahal setau Emma, setiap bulan ayahnya selalu mengirimi uang bulanan pada sang ibu, tapi selama ayahnya dinas di luar kota, Emma sama sekali tak pernah menerima uang sepeserpun dari sang ibu.

Pernah saat itu Emma meminta uang hanya untuk ongkos naik angkot, bukannya uang diberikan justru malah omelan yang berujung siksaan.

Emma sebenarnya juga bingung, kenapa dirumah ini ia selalu dibedakan? Padahal ia juga anak kandung dari sang ibu. Tapi dirinya selalu di maki dan hina. Ntah kesalahan apa yang membuat sang ibu berbanding terbalik sikapnya pada dirinya dan Ella.

Ella selalu dimanja dan di sayangi, sementara dirinya? Jangankan dimanja dan dipenuhi keinginan nya. Berbicara lemah lembut pun tidak pernah sama sekali, baik itu ada ayahnya ataupun tidak semua sama.

Dari sekian banyak nya siksaan yang ibunya beri membuat Emma tak bisa berkutik selain diam  dan pasrah. Selama itu pula Emma hanya berpasrah pada dirinya sendiri.

Hari hari ia lewati dengan hinaan makian, baik itu dirumah ataupun disekolah.

(Flashback off) 

"Sialan! Keluarga macam apa ini. Bukankah mereka kembar dan saudara kandung? Lalu kenapa tubuh yang gue tempati ini nggak dianggap sama sekali, " Ucapnya pelan

"Btw thanks udah ngasih tubuh lo ke diri gue. Gue bakal balasin dendam lo dan akan cari tau semua tentang kenapa lo sampai di beda kan oleh keluarga lo sendiri, "

"Setelah nya baru gue akan balas dendam dengan kematian gue sendiri. Andy, tunggu pembalasan dari gue!" Tekannya penuh emosi dengan tangan yang terkepal kuat.

(Mulai dari sini kita panggil Hanna dengan Emma) 

Ceklek! 

Pintu kamar mandi terbuka, dan terlihatlah seorang wanita paruh paya dengan pakaian seadanya. Ia berjalan dengan tergopoh gopoh mendekati sang anak majikan

"Nona, syukurlah nona sudah sadar. " Ucap wanita tua itu dengan ramah. Terpatri dengan jelas raut bersyukur diwajahnya

"Iya bi. Dokter juga tadi sudah mengatakan, kalau hari ini Han_ Emma boleh pulang. " Sahutnya dengan senyum tipis disudut bibirnya.

Sang maid hanya mengangguk dan membantu nona mudanya untuk duduk kembali. Sementara Hanna sendiri sibuk dengan pikirannya.

Yang pertama, ia harus bersyukur diberi kesempatan kedua untuk hidup dan membalaskan dendam nya pada Andy. Dan kedua sebelum ia membalaskan dendam nya pada Andy, Hanna harus membuat orang tua gadis yang saat ini ia tempati tubuhnya sadar akan perbuatan nya, dan Hanna juga harus mencari tau akar permasalahan yang selama ini membuat sang ibu kandung justru membenci anaknya

"Lihatlah. Bahkan disaat anaknya sendiri masuk rumah sakit tak seorang pun ada yang menjenguknya terkecuali bibi ini. " Monolog Emma dalam hati

Tak perlu ditanyakan kemana orang tuanya, yang pasti dari ingatan yang diberikan si pemilik tubuh asli sudah jelas mengatakan bahwa ia sangat tidak penting sama sekali.

"Non, sebaiknya makan dulu baru setelah nya istirahat. " Ucap maid itu yang bernama Maida

Emma pun memakan makanannya hingga habis dan setelah nya istirahat sembari menunggu infusnya habis. Tak berapa lama kemudian pun dokter datang kembali dan dan mempersilahkan Emma untuk segera pulang.

"Kita naik apa bi? " Tanya Emma

"Kita naik taksi saja ya non, soalnya itu emm nyonya tidak memberikan izin saya memakai mobil untuk menjemput nona. " Ucap bik Maidah ragu dan kasihan

Padahal sesama anak kandung tapi nona nya ini justru malah diabaikan seperti anak pungut. Padahal diluar sana yang anak pungut pun belum tentu diperlakukan seperti ini.

Emma hanya mengangguk saja. Karena sudah paham akan hal itu. "Tunggu perubahan gue bitch! Emma yang dulu dan sekarang berbeda. And yeah, lets play and the game" Batin Emma tersenyum smirk

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!