NovelToon NovelToon

Glenna Dan Siluman Rubah Ekor Sembilan

Awal Mula

"GLENNAAAAAAAA"

"GLENNAAAAAAAA"

"INDIIIIIII"

"Dimana kamu melihat mereka terakhir kali tadi, bukankah tadi mereka berdua bersamamu? Kenapa yang kembali hanya kamu? Kamu tinggalkan di mana Glenna dan Alika? " pertanyaan sang guru, yang beruntun. Membuat gadis yang di tanya, diam ketakutan.

Gadis itu melihat ke sekeliling, dengan takut-takut. Ia menggigit bibir bawahnya, kenapa juga ia harus kelepasan melakukan hal itu pada Glenna dan Alika? Itu sama saja, mengantarkan dirinya pada masalah besar.

"YUNITA, JAWAB IBU!!!" bentak sang guru, karena kesal tak mendapatkan jawaban. Bahkan guru itu juga, meremat kedua bahu gadis tersebut. Karena saking gemasnya, melihat muridnya itu tak menjawab pertanyaannya.

Gadis yang mendapatkan bentakan gurunya pun terkejut, ia mulai terisak.

"Ibu itu butuh jawaban, Yunitaaaaaaa. Bukan tangisan kamu, itu ga akan menemukan mereka." ucap guru yang merangkap panitia itu, ia semakin kesal pada Yunita.

"M-maaf bu, tadi... tadi... Yunita meninggalkan mereka di bukit sana bu, dan... hiks... di dekat jurang." jawab Yunita sesenggukan

"ASTAGHFIRULLAHALADZIM" ucap orang-orang, yang ada di sana dengan ekspresi terkejut. Dimana ada warga sekitar, yang tempat tinggalnya dekat gunung. Para guru, yang menjadi pendamping acara tersebut. Dan juga seorang penjaga gunung tersebut, beserta pegawainya. Tempat sekolah Glenna mengadakan kemping, untuk angkatan dirinya.

"Tunggu... tunggu.. maksud kamu bukit ujung sana, yang mana ada peringatan di larang masuk?" tanya sang kuncen, dengan takut Yunita mengangguk

"Astaghfirullah..." wajah kuncen itu berubah pucat, membuat para guru keheranan dan juga merasa semakin cemas. Begitu juga dengan para warga, mereka menatap tak suka pada Yunita. Karena mereka berpikir, gadis itu memang sengaja membawa temannya ke sana dan meninggalkan mereka.

"Apa kamu tau, bila di sana di pasang peringatan. Itu artinya tidak ada, yang boleh memasuki wilayah tersebut. Bukan tanpa alasan, palang itu terpasang. Astaghfirullah..." kuncen yang dipanggil mbah Lingga tersebut, memarahi Yunita. Membuat gadis itu, semakin sesenggukan.

'Dasar anak-anak jaman sekarang, bagi mereka larangan itu merupakan sebuah perintah yang harus di langgar.' ucap salah satu warga kesal

'Benar, tanpa tau alasan di balik adanya larangan. Kalau udah gini gimana?'

'Nggak gimana-gimana, berdoa saja anak-anak hilang itu bisa ditemukan dan kembali dengan selamat.'

'Aamiin'

'Semoga, karena sudah banyak korban yang tak kembali sampai saat ini.'

Mendengar pembicaraan warga, terang saja membuat para guru semakin tak karuan. Pasalnya, mereka pasti akan di kena amuk pihak sekolah dan juga para wali murid. Karena tak becus menjaga muridnya, sehingga menyebabkan muridnya hilang di gunung.

"Ada apa mbah? Kenapa? A Apa... Apa yang sebenarnya terjadi di sana? Apa ada hal mengerikan? Apa ada hewan buas?" guru tersebut bertanya, sudah seperti orang linglung. Bahkan suaranya juga bergetar, karena takur terjadi hal buruk pada kedua muridnya.

.

.

Sedangkan di tempat lain

"Auuhhh... Aduh" Glenna terbangun dengan memegang kepalanya, karena sedikit sakit terkena benturan. Meski ia sempat mengeluarkan perisai, untuk melindungi dirinya dan juga temannya.... Indi? INDI!!!

Glenna mendudukkan tubuhnya dan melihat ke sekeliling, namun sejauh mata memandang. Tempat yang ia lihat, gelap... benar-benar gelap.

"IN.... INDIII" panggil Glenna, ia mengangkat tangan kanannya. Lalu ia pun menengadahkan telapak tangan, dan...CTASS

Di telapak tangan Glenna pun, keluar cahaya berwarna putih terang. Membuat sekelilingnya kini terlihat cukup terang, kini Glenna tau ia sedang ada dimana. Glenna merendahkan tangannya, ia mengarahkan tangannya ke kanan dan ke kiri.

DEG

"INDIII" Glenna menjetikkan tangannya, sehingga cahaya itu terlepas dari telapak tangannya. Namun cahaya itu, melayang di sekitar Glenna.

"IN... INDI BANGUN, IN." Glenna menepuk pelan pipi Indi, namun Indi masih belum sadarkan diri.

"S*al, gimana bisa gue terkecoh sama si Yunita? Padahal gue tau, kalo dia punya niat jahat sama Indi. Gara-gara gue telat datang, jadinya kaya gini." gerutu Glenna

Glenna kembali melihat ke sekeliling, kini ia ada di tengah-tengah gunung, Karena saat Yunita mendorong Indi, dan Glenna ikut terjatuh saat menolongnya. Mereka tidak langsung jatuh ke dasar jurang, melainkan tertahan di bagian gunung yang menjorok ke depan.

Beruntung bagian yang Glenna dan Indi tapaki, cukup luas. Bisa mendirikan tenda di sana, yang lebih beruntungnya lagi. Saat Glenna merasakan firasat buruk pada Indi, ia tak melepas tas Carrier miliknya. Sehingga ia bisa mendirikan tenda di sana, masalah dingin. Hal itu, tentunya bisa di atasi dengan mudah.

Glenna menaruh bantalan, di bawah kepala Indi. Tahap pertama yang ia lakukan, membuat perisai di sekeliling landasan tempat ia dan Indi berpijak. Ia pun gegas mendirikan tenda, tenda yang memang sengaja ia beli untuk dua orang. Setelah selesai, Glenna menggelar dua matras kecil di dalam.

Setelah siap, ia pun mengangkat tubuh Indi. Susah payah ia memindahkan, tubuh teman sebangkunya itu.

"Huft... lumayan berat juga kamu In, padahal kurus ya." gumam Glenna, seraya mengusap dahinya yang berkeringat

Glenna kembali keluar, ia menutup kedua matanya. Dan...

CTAK

CTAK

CTAK

Kini bukan hanya satu cahaya, namun Glenna memiliki empat cahaya. Glenna pun menempatkan keempat cahaya tersebut, agar mengelilingi tendanya. Bertujuan agar ia dan Indi, merasa hangat di dalam sana. Tak perlu ranting, untuk membuat api unggun agar tubuh hangat.

Glenna kembali masuk, ia mencoba meminimalisir luka yang di dapatkan Indi. Setelah selesai, Glenna memilih untuk berdiam diri di luar sejenak. Ia membawa termos kecil, yang berisi coklat panas. Ia lalu memindahkannya ke dalam gelas kecil...

Glenna menggelar matras kecil di depan tenda, ia menatap langit. Begitu cerah, dengan banyaknya bintang yang bertaburan. Di sekelilingnya, ia juga melihat banyaknya pohon yang tinggi. Begitu juga di samping tempat ia berpijak, ada pohon yang tubuh dengan mengakar di gunung.

Ia tak merasa sendiri, karena di pohon-pohon itu. Glenna melihat ada beberapa penampakan, mereka duduk diam memperhatikan Glenna. Ingin mendekat, namun mereka tak bisa. Karena terhalang oleh perisai, yang sudah di buat Glenna.

"Semua orang pasti sedang mencari kami, tapi aku merasa nyaman seperti ini." gumam Glenna

'Sedang apa kamu di sini? Kamu tidak takut?' Glenna yang mendengar pertanyaan itu, hanya diam menatap langit

'Rupanya kau bisu' ucapnya lagi, Glenna masih diam. Jangankan untuk menjawab, menoleh pun rasanya enggan.

Wushhh

Karena kesal, tidak di anggap ada. Sosok itu pun pergi menghilang, entah kemana.

"Dasar hantu kurang kerjaan, kayanya ia kesepian." ucap Glenna, ia melihat waktu di ponselnya

Waktu sudah menunjukkan pukul 23.25 WIB.

"HOAAAAMMMM" Glenna menutup mulutnya, lalu merenggangkan kedua tangannya.

"Sudah malam ternyata, pantesan ngantuk." Glenna pun bangun dari duduknya, lalu masuk ke dalam tenda. Sebelum Glenna mengistirahatkan tubuhnya, ia memeriksa Indi terlebih dahulu. Glenna memeriksa nadi, suhu tubuh dan juga luka yang masih tinggal sedikit lagi di tubuh Indi.

"Alhamdulillah, semoga besok pagi kamu segera bangun ya." Glenna membaringkan tubuh di matras miliknya, tak butuh selimut. Karena suhu di dalam tenda, memang benar-benar hangat.

Tanpa Glenna sadari, ternyata ada penghuni lain yang memperhatikan dia sejak awal.

'MENARIK'

...****************...

Alhamdulillah akhirnya netes jugaaaaaaa....

Gemesss, padahal tabungannya belum banyak🤭

...Happy Reading All...

Rumor

"Jujur saja.... sebenarnya saya sendiri belum melihat pasti, dengan mata kepala sendiri penghuni di gunung ini. Meski beberapa kali menemuinya, namun hanya sekilas dan tak jelas bagaimana bentuk sosok tersebut, Namun menurut cerita yang sudah beredar turun temurun, bila sosok itu merupakan siluman rubah putih... Rubah putih ekor sembilan." jelas mbah Lingga

DEG

Yunita menggelengkan kepalanya, begitu juga dengan para guru. Ingin tak percaya, namun ini merupakan cerita turun menurun. Bukankah itu artinya sesepuh dulu, sudah melihat dan bertemu. Apalagi sekarang, kedua siswinya belum di temukan juga.

"BU DINDA" teriak guru lain, saat melihat tubuh guru tersebut oleng. Salah satu warga, yang dekat dengan bu Dinda. Segera menangkap tubuhnya, agar tidak sampai jatuh ke tanah.

Kata-kata sudah banyak korban yang tidak kembali, terus terngiang di telinganya.

"Dan sosok itu terkadang akan berubah, menjadi seorang pria tampan. Dan sudah banyak korban, yang menjadi korban. Di jadikan santapan untuknya, karena sudah berani masuk ke wilayah miliknya." lanjut mbah Lingga, bu Dinda menggelengkan kepalanya. Lalu ia pun tak sadarkan diri, membuat Yunita semakin terisak. Ia merasa bersalah, meski tidak benar-benar menyesal

Hanya karena cemburu pada Indi, yang selalu mendapatkan perhatian orang tua angkatnya. Begitu juga perhatian kakak angkatnya, di tambah lagi dengan para guru dan juga hampir semua murid menyukai Indi. Membuatnya gelap mata, berpikir bila Indi tiada. Maka ia, yang akan mendapatkan semua perhatian dan kasih sayang tersebut.

Tapi setelah hal ini terjadi, ia malah ketakutan. Bukan takut, karena ia yang telah mendorong Indi. Namun karena takut, bila gurunya melaporkan semua ini pada orang tua angkatnya. Padahal ia sudah merencanakan ini semua, tanpa di ketahui siapapun. Namun siapa yang menyangka, bila bu Dinda melihat kepergian Yunita dan Indi.

Yunita takut, ia akan di usir oleh keluarganya. Dan hal itu sudah pasti akan terjadi, setelah orang tua angkatnya tau mengenai masalah ini.

Benar, Yunita merupakan anak angkat keluarga Indi. Yunita merupakan putri, dari pembantu setia di keluarga Indi. Karena pembantunya tersebut meninggal 6 tahun lalu, membuat orang tua Indi mengangkatnya menjadi anak mereka. Dengan harapan, bisa menjadi teman dan saudari untuk putri kandung mereka.

Namun setelah 2 tahun tinggal bersama mereka, Yunita malah merasa iri pada Indi. Yang selalu mendapatkan perhatian dan kasih sayang, dari orang tua dan kakak angkatnya. Dia sadar, bila Indi merupakan gadis cantik, lemah lembut dan juga baik hati. Indi tak pernah berkata dengan nada tinggi, ataupun mengucapkan kata-kata kasar. Tutur katanya begitu lembut dan juga tulus, itulah salah satu alasan Glenna menerima Indi menjadi temannya.

Tak ada kemunafikan pada diri Indi, gadis itu benar-benar jujur dan apa adanya. Jiwa sosialnya begitu tinggi, senang menolong dan membantu siapa saja. Itu lah yang membuatnya, begitu di sukai oleh guru-guru dan para murid. Berbagai cara ia lakukan, untuk membuat Indi di benci oleh keluarga dan juga teman-temannya. Namun selalu gagal, sehingga akhirnya ia berpikir untuk menyingkirkan Indi dari dunia ini.

"R-rubah ekor sembilan? Apakah siluman itu benar-benar ada? Bukankah itu hanya cerita dongeng saja, kartun anak-anak." tanya guru yang bernama Bagus

"Nak, tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Allah sang Maha Pencipta semua, yang ada di bumi dan juga seluruh galaxy. Apa yang tak bisa dan apa yang tidak mungkin, Ia ciptakan?" ucap salah satu warga, menjawab pertanyaan Bagus

"Di desa kami, masih lah percaya akan hal-hal ghaib seperti itu. Sehingga apa yang menjadi pesan turun temurun, yang di ceritakan oleh tetua kami. Tentu kami mempercayainya, karena mereka sudah pasti pernah melihatnya dengan mata kepalanya sendiri." sambung warga lainnya

"Apa kalian pernah mendengar peribahasa 'Di Mana Bumi Dipijak, di Situ Langit Dijunjung'." ucap warga yang sejak tadi kesal pada Yunita

Karena bisa-bisanya ia tak mengikuti aturan, yang ada di desa dan juga larangan di gunung tersebut. Sehingga kini, semua orang harus di repot kan mencari dua siswi yang menghilang.

Bagus tentu saja mengerti peribahasa yang di ucapkan, oleh salah satu warga tersebut. Dan ia pun merasa bersalah, karena tidak bisa mengikuti atau menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat tinggalnya. Meski itu bukan kesalahan dia dan juga guru lainnya, namun tetap saja merasa bersalah.

Tentu saja mereka pun sudah memperingati anak muridnya, namun emang dasar Yunita yang mempunyai niat jahat. Apa yang di katakan panitia, saat belum menaiki gunung. Tidak ia dengarkan, bahkan mungkin tak peduli sama sekali.

"Maafkan kami, kami telah lalai dengan peraturan yang ada. Dan kami juga, telah gagal memberikan pengarahan yang baik pada murid kami. Kami sadar, kami telah salah. Tapi kami mohon, bantulah kami menemukan kedua siswi kami." ucap Bagus, membuat semua orang terkejut. Karena Bagus, kini berlutut di depan mbah Lingga dan juga para warga.

"BAGUS" panggil guru yang lainnya

BRUGH

Semua orang kembali terkejut, karena bu Dinda sudah sadar dan ikut berlutut di belakang Bagus.

"Tolong kami mbah dan juga para warga, kami mohon." ucap bu Dinda pelan, bahkan suaranya nyaris seperti orang berbisik

"Apa kamu tidak malu? Apa kamu tidak merasa bersalah? Lihat gurumu, sampai merendahkan dirinya demi kedua teman yang sudah kamu celakai." tanya warga, yang sejak tadi menatap sinis Yunita. Yunita menunduk, ia terus terisak. Bingung harus menjawab apa, karena ia saat ini benar-benar merasa malu dan takut bukan main.

Mbah Lingga menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya pelan.

"Ini sudah terlalu malam, sebaiknya kita lanjutkan pencarian besok. Di saat matahari sudah menampakkan dirinya, bila kita memaksa malam ini. Bukan kita menemukan kedua muridmu, namun kita pun akan menjadi korban sosok itu." ucap mbah Lingga pada akhirnya

"Kenapa tidak meminta bantuan tim sar?" tanya salah satu rekan Bagus dan Dinda, mbah Lingga menggelengkan kepalanya

"Tidak akan membantu sama sekali, karena sosok itu akan menyembunyikan para korban. Meski mereka mendengar kita yang memanggilnya, bahkan mereka pun melihat kita. Kita semua takkan bisa melihatnya, karena sudah berbeda alam." jawab mbah Lingga

DEG

"M-maksud mbah beda alam, a-apa korban sudah tiada?" tanya Bagus

"Bukan, tapi memang mereka di bawa ke dunia lain. Sampai energinya terserap habis, setelahnya ia akan memakan para korban." bu Dinda menggelengkan kepalanya

"Jangan sampai hal itu terjadi pada anak didik saya, saya tidak bisa membayangkannya. Saya akan merasa bersalah, seumur hidup saya. Bila hal itu benar-benar sampai terjadi pada mereka, hiks." ucap bu Dinda, ia merasa frustasi saat ini

Para warga yang melihatnya pun iba, sehingga hati mereka terketuk untuk membantu menemukan dua siswi yang hilang tersebut.

...****************...

Jangan lupa klik Favorite, komen, like, gift dan Vote

...Happy Reading All...

...Happy Reading All...

Sifat Buruk Pembawa Petaka

"Emmhh" Indi terbangun, perlahan ia membuka kedua matanya.

"Awwsss... sshhh... kepalaku..." Indi terdiam, ia kembali mengingat apa yang sudah terjadi padanya.

"Astaghfirullah, Yunita... kenapa kamu setega itu padaku? Apa salahku? Kurang apa aku sebenarnya, padahal aku menyayangi kamu seperti saudara sendiri. Tapi kamu malah merasa iri padaku..." gumam Indi, ia kembali mengingat kejadian sebelumnya.

FLASHBACK

"Indi, kita diminta untuk mencari ranting." ucap Yunita

"Benarkah? Tapi bu Dinda bilang, aku hanya di bagian memasak. Kenapa berubah jadi mencari ranting?" tanya Indi, Yunita mengangkat kedua bahunya.

"Entahlah, kalau tidak percaya. Tanyakan saja pada bu Dinda, aku tunggu di sini." jawab Yunita, dengan wajah yang dibuat biasa saja. Padahal ia merasa was-was, bila Indi akan benar-benar bertanya pada bu Indi.

Merasa Yunita tidak akan membohonginya, dan juga tak ada kebohongan di ekspresi wajahnya. Akhirnya Indi pun mengiyakan ajakan Yunita, ia pun berjalan di belakang Yunita.

Saat itu, Glenna baru saja tiba. Ia yang harus menerima, banyak wejangan dari kakak-kakaknya. Berakhir ketinggalan bis rombongan, mau tak mau ia pun harus meminta antar sopir di rumah. Sehingga saat Glenna tiba, ia yang tak melihat keberadaan Indi. Bertanya pada salah satu temannya. Dan temannya menjawab, bila Indi pergi dengan Yunita ke arah hutan dalam. Glenna langsung merasakan firasat tak enak, ia pun gegas menyusul mereka. Tanpa membuka tas carrier miliknya, entah kenapa ia memiliki firasat buruk.

Dan di saat yang sama juga, bu Dinda melihat ketiganya masuk ke dalam hutan. Ia mengerutkan dahinya, karena bingung untuk apa mereka masuk ke dalam sana. Ia pun berniat menghampiri guru lain, untuk mengikuti ketiga siswinya tersebut. Namun, saat ia sudah sampai di tenda milik rekannya. Salah satu guru, meminta bantuan untuk melakukan hal lain. Sehingga membuat ia lupa, dengan tujuannya.

"Yun, apa kita tidak terlalu jauh masuk ke dalam hutan? Kurasa ini sudah cukup, harus mengambil sebanyak apa? Kita harus segera kembali, gerimis muali turun" tanya Indi, seraya melindungi wajahnya dari rintik hujan kecil.

Yunita melihat ke sekeliling, dirasa sudah aman. Yunita menghempaskan ranting, yang ia pegang sedari tadi. Hal itu tentu mengejutkan Indi, Indi juga bingung dengan sikap Yunita.

"Kamu kenapa membuang rantingnya? Susah loh kita dapetinnya, sekarang rantingnya jadi basah kan. Hujan mulai deras nampaknya, kita harus mene.. AKH" ucapan Indi terhenti, saat Yunita menarik kasar tangannya.

"KAMU BANYAK BICARA, IKUT AKU" bentak Yunita, ia kembali menarik tangan Indi. Dengan posisi yang tidak siap, Indi pun jalan terseok. Bahkan sampai jatuh terjerembab, karena tanah licin terkena hujan.

"AAAAAKKKHHH... YUNITA SAKIT" teriak Indi, namun Yunita yang sudah merasa tak punya waktu lagi. Ia tak peduli dengan teriakan Indi, ia tak peduli bila Yunita mengaduh kesakitan.

Yunita malah semakin berang, ia menyeret tubuh Indi.

"YUUUNNN.... APA YANG KAMU LAKUKAN? KENAPA KAMU JADI SEPERTI INI? LEPASKAN, INI SAKIT." teriak Indi, karena tubuhnya yang mengenai kerikil bebatuan, tanah yang kasar dan juga beberapa ranting.

"HIKS... YUNIIIII, LEPASKAN SAKIT YUN." Yunita tak menjawab, ia terus menarik Indi. Yunita melihat plang, DILARANG MASUK. Namun lagi-lagi ia tak peduli, yang ada di kepalanya adalah menyingkirkan Indi. Sampai mereka pun tiba di sisi jurang, Indi menggelengkan kepalanya.

"Nggak Yun, apa yang mau kamu perbuat? Ini ga bener Yun, APA SALAH AKU? KENAPA KAMU MEMPERLAKUKAN AKU SEPERTI INI?" ucap Indi yang berakhir kembali berteriak

"KARENA KEBERADAAN LO, PENGHALANG KEBAHAGIAAN GUE." teriak Yunita tak kalah keras

DEG

"A-apa maksud kamu Yun? Kita tumbuh bersama, beberapa tahun ini Yun. Hal apa yang kulakukan, sampai menghalangi kebahagian kamu?" tanya Indi tergagap, ia terkejut dengan jawaban Yunita

"KARENA LO HIDUP, GUE GA SUKA LIAT SEMUA ORANG SUKA DAN MENYAYANGI KAMU. HANYA GUE, YANG BOLEH DI PERLAKUKAN SEPERTI ITU. SELAMA LO MASIH HIDUP DI DUNIA INI, MAKA SEMUA ITU AKAN TETAP JADI MILIK LO. SEMUA PERHATIAN, CINTA DAN KASIH SAYANG MAMA, PAPA BANG HAIKAL. DAN PERHATIAN DARI SEMUA GURU, JUGA TEMAN SEKOLAH. ITU HARUS AKU YANG DAPATKAN, DAN SATU-SATUNYA CARA. LO.... HARUS PERGI DARI DUNIA INI!!! GUE HARUS HABISI LO SEKARANG JUGA"

DEG

"Astaghfirullah Yun, istighfar. Mama, papa dan bang Haikal kurang apa sama kamu. Mereka selalu memperlakukan kita, secara adil. Apa yang tidak kamu dapatkan, saat aku mendapatkannya. Mereka akan memberikan hal yang sama, tak pernah membeda...

"NGGAK, GUE PENGEN SEMUANYA. GUE PENGEN SEMUA YANG LO PUNYA, SEMUA YANG LO DAPETIN. JANGAN SURUH GUE ISTIGHFAR, PERSETAN DENGAN TUHAN."

"YUNITA...

PLAK

AKHH

Kepala Indi sampai berpaling, karena begitu kerasnya tamparan Yunita.

"GUE GA BUTUH CERAMAH LO, YANG GUE MAU LO MATI SEKARANG JUGA."

Glenna yang sejak tadi mencari keduanya, akhirnya menemukan Indi dan Yunita. Tepat di saat, Yunita mendorong Indi ke jurang.

"NGGAAAAAAKKK, INDIIII" Glenna berlari sekencang mungkin, menyusul Indi.

DEG

Yunita langsung berbalik, kedua bola matanya membulat, saat ia melihat siapa yang berteriak. Ia semakin terkejut, saat Glenna langsung melompat di depannya.

"A-Apa...

BRUGH

Tubuh Yunita langsung ambruk, di atas tanah yang basah karena hujan.

Sedangkan Glenna, begitu ia menangkap tangan Indi. Ia langsung menarik dan mendekap tubuh Indi, Glenna yang sudah lelah dan terkuras tenaganya. Karena harus mencari jejak, yang sudah terhapus oleh air hujan. . Sehingga melemahkan tenaganya, saat ia mengeluarkan perisai untuk melindungi tubuh dia dan Indi. Sehingga tubuh keduanya, harus mendarat dengan cukup kencang.

BRUGH

.

Dengan tubuh bergetar, karena tak menyangka. Bila Glenna akan melakukan, hal se ekstrim itu di depan matanya. Yunita memaksakan untuk bangun, lalu ia berjalan kembali ke hutan. Dengan tanda yang sudah ia buat, tanpa sepengetahuan Indi.

FLASHBACK OFF

"Hiks... kenapa kamu tega Yun? Apa salah aku? Hanya karena iri, kamu tega mendorongku." Indi menangis terisak, mem buat Glenna yang baru satu jam memejamkan matanya pun terbangun.

"In, lu udah bangun?" tanya Glenna dengan suara serak, karena baru bangun tidur.

DEG

"GLENNA, KAMU DI SINI. AWWW SSSHHH" Indi lupa dengan kepalanya, yang terasa nyeri. Karena terkejut, juga saking senangnya dengan keberadaan Glenna di sampingnya.

"Hei, kepala lu sedikit terbentur tadi. Pelan-pelan, badan lo juga pasti masih pada sakit kan?" Glenna bangun dengan cepat, ia memegang tangan Indi, yang sedang memegang kepalanya.

"Hiks... a-aku, aku terlalu s-seneng lihat kamu ada di sini. huhuhu..." Glenna menghembuskan nafasnya pelan, ia pun memeluk Indi

"Semua akan baik-baik saja, berdoalah besok kita akan ditemukan. Para guru pasti tengah berusaha mencari kita, namun terhenti karena hujan." ucap Glenna, mencoba menenangkan Indi

Glenna melihat waktu di ponsel, yang ada di sebelahnya.

'Baru sejam gue tidur ternyata' gumamnya dalam hati

SYUUUTTT

DEG

...****************...

Buat hari ini langsung 3 bab, tapi buat selanjutnya rutin 1 hari cuma 1 bab. Karena tabungan aku yang ga banyak. Tadinya mau nanti aja keluarin ni judul, tapi malah aku ngerasa gemes duluan.

Dan mungkin jam tayang bisa berubah, wkwkwk

Semoga suka y Family

...Happy Reading All...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!