Ini adalah kelanjutan kisah cinta dari seorang
ketua mafia bawah tanah 'Underground Devil'
bernama Aaron Marvell De Enzo.
Aaron Marvell, dia seorang pria tanpa ekspresi,
sangat misterius dan nyaris tidak tersentuh
dunia luar. Dia menyembunyikan jati dirinya
dari dunia luar untuk kenyamanannya. Selama
ini hidup nya di selubungi oleh kabut misteri
yang sangat pekat. Dia liar, dia bebas dan
seolah hidup tanpa beban.
Namun saat dia mengenal cinta untuk pertama
kalinya, hatinya harus hancur tak bersisa karena
rasa yang tidak mungkin bersambut. Sejak itu
dia mulai berpikir akan kembali pada kehidupan
normalnya. Kehidupan yang menurut sebagian
besar orang bisa di bilang sangat lah beruntung.
*****
Kisah di mulai pada suatu malam....
Keadaan di dalam rumah tempat tinggal
keluarga Danu Atmaja, seorang pengusaha
garment yang cukup terkenal tampak kacau.
Semua barang yang ada di rumah itu hancur
berantakan. Darah berceceran dimana-mana.
Di setiap sudut ruangan terdapat orang-orang
berpakaian serba hitam, memakai ikat kepala
berlambang khusus, berjaga dan mengawasi
setiap pergerakan yang terjadi di luar rumah.
Mereka adalah anggota mafia yang cukup
di takuti, Black Hunter.
Semua anggota keluarga Atmaja di satukan
dalam satu ikatan kuat di tengah ruangan.
Tuan Danu, istri keduanya, dua gadis yang
merupakan anak tirinya, dan seorang anak
laki-laki remaja yang merupakan anak dari
istri keduanya. Semua anggota keluarga itu
tampak menangis meraung, ketakutan.
"Tu-Tuan Jayden..tolong ampuni kami. Saya
berjanji akan memenuhi permintaan yang
anda ajukan kemarin."
Tuan Danu berbicara dengan gemetar. Darah
menetes dari pelipis dan juga sudut bibirnya
akibat siksaan yang di lancarkan sang ketua
Black Hunter.. Jayden.! Laki-laki tinggi besar
berambut gondrong dengan tampang bengis
dan aura mencekam itu tampak berdiri tegak, menodongkan senjatanya tepat di kening
Tuan Danu dengan seringai iblis nya.
"Kenapa tidak dari kemarin-kemarin kau
mengabulkan permintaan ku ini. ? Kau tahu
bukan, aku sangat menginginkan putrimu
itu, dia adalah obsesi ku, impianku.!"
"Maafkan saya Tu-Tuan..! Anda boleh
membawa putri saya malam ini juga.
Tapi saya mohon lepaskan kami semua.!"
"Aku tidak akan mengampuni kalian. Kau
sudah membuatku kehilangan kesabaran.
Dan malam ini juga akan aku habisi kalian
semua tanpa sisa.!"
Jayden menarik pelatuk senjatanya. Jerit
tangis keluarga Atmaja semakin mencekam.
Tuan Danu memejamkan mata, pasrah pada
nasib yang akan menimpa keluarganya.
"Hentikan..! jangan lakukan itu.!"
Ada suara teriakan dari arah pintu masuk.
Dan satu sosok tinggi ramping dengan sorot
mata penuh kepanikan kini berdiri di ambang
pintu. Sepertinya dia baru saja pulang kerja
karena masih mengenakan setelan semi
formalnya. Semua orang kini mengalihkan
perhatian pada sosok itu. Jayden langsung menyeringai tipis penuh kesenangan.
"Raya..kau datang juga akhirnya..!"
Laki-laki itu seolah lupa pada niatnya semula
saat melihat kemunculan gadis itu. Dia kini
menghampiri nya dengan tatapan yang tidak
pernah lepas mengunci wajah gadis itu yang
sudah membuat dirinya begitu tergila-gila.
"Le-lepaskan mereka semua, sebagai gantinya
a-aku..akan ikut bersamamu.!"
Ujar gadis itu dengan suara gemetar penuh
dengan pertentangan bathin. Tuan Danu dan
anak laki-lakinya tampak menggeleng resah
kearah gadis itu, tapi tetap saja mereka tidak
bisa berbuat apa-apa.
"Jangan Kak Raya..Kau jangan mengorbankan
dirimu untuk kami..!"
Teriak anak remaja itu karena tidak tahan
melihat Jayden seolah ingin menerkam
kakaknya itu.
"Brengsek.!! Kamu mau mati duluan hahh..!!"
Jayden menodongkan senjata nya dengan
posisi badan tetap menghadap kearah gadis
tadi yang langsung menjerit histeris begitu
satu letusan terdengar di lancarkan ke udara.
"Cukup Jayden..! hentikan semua nya.
Aku akan ikut denganmu sekarang juga.!"
Pekik gadis itu sambil menutup wajahnya
yang kini sudah berubah pucat pasi. Dia
benar-benar cemas akan nasib keluarganya.
"Baiklah..tentu saja. Itu yang aku inginkan.!
Ayo..kita pergi sekarang..!!"
Jayden memberi isyarat pada semua anak
buahnya untuk pergi dari tempat itu. Lalu dia
menarik tangan gadis itu di bawa keluar dari
ruangan. Semua anggota keluarga Atmaja
hanya bisa meraung menangis memanggil
nama gadis itu.
Malam itu juga Jayden membawa gadis itu
pergi mengunakan helikopter menuju sebuah
tempat yang entah berada dimana. Setelah menempuh penerbangan selama 30 menit
akhirnya mereka tiba di sebuah Villa yang
ada di pulau tersembunyi. Gadis itu di kurung
di sebuah kamar besar yang ada di lantai
atas Villa berasitektur Eropa klasik tersebut.
Dan..Tidak ada yang bisa di lakukannya kini
selain berdiam diri, meratapi nasib buruk
yang menimpanya. Dia terpaksa harus pergi
meninggalkan segalanya. Karirnya yang kini
sedang bagus-bagusnya, keluarganya, juga
teman-teman nya. Aahh.. rasanya dia masih
tidak percaya dengan semua ini. Dirinya harus
menjadi penebus hutang milyaran rupiah sang
ayah kepada ketua mafia kejam itu. Yang bisa
di lakukannya saat ini hanya menatap hamparan
lautan lepas yang terbentang luas di bawah
bangunan tempat dirinya terkurung.
**Maharaya Sheerlina Atmaja..
Nama gadis itu, biasa di panggil Raya, berusia
sekitar 24 tahun. Dia memiliki karier yang cukup bagus, memegang jabatan sebagai manager keuangan di sebuah perusahaan cabang
otomotif berkelas internasional. Dia adalah
putri pertama Tuan Danu Atmaja. Ibunya
sudah tidak ada saat dia masih sangat kecil.
"Makanlah..Kau harus menjaga kesehatan
tubuh mu sebelum kita melaksanakan ijab
kabul pernikahan.!"
Jayden sendiri yang datang membawakan
makanan untuk gadis itu. Dia tidak ingin anak
buahnya mencuri pandang dan menikmati
kecantikan wanita impiannya itu. Sudah lama
sekali sang ketua mafia itu mendambakan
gadis ini. Hatinya sudah tersaput perasaan
cinta yang sangat kompleks terhadap Raya
hingga dia tidak pernah bisa melakukan
kekerasan ataupun memaksakan kehendak.
Pria itu benar-benar menginginkan Raya
untuk menjadi miliknya, seutuhnya. Dia
berencana untuk menikahi gadis itu setelah
menyelesaikan misi kali ini.
***
Selang sehari kemudian datang helikopter
lain. Raya tidak pernah tahu apa yang kini
sedang terjadi di luar kamar nya. Dia hanya
bisa mendengar sayup-sayup ada jeritan
menyayat juga tangisan pilu dari ruangan
lain. Hatinya benar-benar tidak tahan, dia
ingin keluar dan melihat apa yang terjadi.
Namun apalah daya, dirinya pun saat ini
adalah seorang tawanan.
Hingga ketika pagi menjelang Jayden datang
menyuruhnya untuk masuk ke dalam sebuah
ruangan. Dia terkesiap melihat satu sosok
wanita yang sedang hamil besar tergeletak
mengenaskan dengan tetesan darah di sekitar
leher dan tangannya.
Ya Tuhan.. bukankah ini Nyonya Mayra.?
Istrinya Tuan Dirgantara Moolay.?
Raya hanya bisa menutup mulutnya syock.
Dengan lelehan air mata, dia membersihkan
luka di leher wanita itu dengan sangat hati-hati. Mengelap tubuh lemah tak berdaya itu lalu memakaikan baju ganti yang di berikan oleh
Jayden. Raya menatap penuh iba pada sosok
lemah itu, kenapa Jayden bisa sejahat ini.?
Menculik dan menyiksa wanita yang sedang
hamil seperti ini.?? Raya mencoba berpikir
keras, bagaimanapun caranya dia harus bisa menyelamatkan wanita yang di ketahui nya
sebagai istri Raja Bisnis itu .
Tidak lama kemudian dia kembali ke ruangan
itu membawakan makanan yang di ambil dari
kamarnya ketika wanita hamil itu atau Mayra
baru saja siuman. Dia tampak begitu tegang,
untuk beberapa saat keduanya terlihat saling
menatap kuat, terpaku dalam diam.
"Si-siapa kamu..?"
Mayra bertanya dengan suara gemetar, dia
terlihat sangat tegang serta mulai ketakutan.
Raya perlahan mendekat kemudian berdiri
di depannya, menatap sebentar kearahnya,
setelah itu menyimpan nampan makanan di
hadapannya. Dia melirik was-was ke arah
pintu, takut Jayden dan anak buahnya
tiba-tiba masuk dan melakukan sesuatu.
"Makanlah..! jangan biarkan bayimu
kelaparan."
Raya berucap dengan suara yang sangat
lembut nyaris tak terdengar, namun ada
sedikit nada gusar dan ketakutan. Wanita
itu menatap diam, Raya semakin gusar.
"Apa kau bisa membantuku keluar dari
tempat ini.?"
Mayra bertanya, sorot matanya terlihat di
penuhi pengharapan. Ada rasa sakit dalam
hati Raya, bagaimana cara nya dia menolong
wanita ini, dirinya sendiri sedang bingung
dan merasa sangat tertekan. Raya hanya
bisa menatap Mayra dalam kebimbangan.
Keduanya terperanjat ketika tiba-tiba saja ke
dalam kamar muncul Jayden dengan wajah
yang sudah sangat dingin. Dengan kasar pria
itu menarik tangan Raya, namun gadis itu
mencoba menepisnya kasar. Keduanya kini
saling bertatapan tajam.
"Siapa yang menyuruhmu kembali ke kamar
ini ? Kau sudah berani membantahku hahh..?"
Jayden membentak dengan wajah yang terlihat
sangar namun masih berusaha di tekannya.
Lengan Raya di cengkramnya kuat membuat
gadis itu meringis kesakitan.
"Lepaskan aku..! Apa kau tidak lihat wanita
itu sedang mengandung..!?"
"Itu bukan urusanmu..! urus saja dirimu
sendiri.! Kembali ke kamarmu.!"
Sentak Jayden dengan tatapan perintah
yang sangat mengintimidasi.
"Aku tidak mau..!"
Tanpa kata lagi, Jayden menyeret Raya di
bawa keluar dari kamar yang dipakai untuk
menyekap Mayra. Sekilas Raya kembali melihat
kearah wanita itu yang hanya bisa menatap
dirinya dengan sorot mata kompleks.
Raya mencoba melepaskan pegangan tangan
Jayden yang terasa begitu kuat, terlihat sekali
kalau laki-laki itu tidak suka melihat interaksi
antara dirinya dengan Mayra. Dengan kasar
Jayden mendorong tubuh Raya hingga terjatuh
ke atas tempat tidur dengan tatapan nyalang bercampur kabut gairah. Rasanya saat ini dia
tidak tahan lagi, melihat Raya memakai dress
selutut dengan bagian bahu yang terbuka
lebar. Tubuh indah gadis itu dengan kulit
sebening porselen nya tampak begitu
menggoda dan menggiurkan.
"J-jayden..mau apa kamu..?"
Raya mundur dengan tatapan mata penuh
kepanikan melihat Jayden naik merangkak.
Laki-laki itu menyeringai penuh arti, sorot
matanya mengisyaratkan keinginan yang
begitu besar untuk memilikinya.
"Aku tidak bisa bertahan sampai hari itu
Raya. Kau terlalu cantik untuk aku biarkan
bebas terlalu lama..!"
"Tidak Jayden.! Jangan, aku mohon jangan
mengganggu ku.! Pergi.. biarkan aku sendiri..!"
Jayden kini sudah mengurung tubuh Raya.
Tatapan nya yang lapar tampak beringas
seolah siap untuk menerkam. Dia semakin
merunduk, mencoba untuk menyentuh dagu
Raya. Tapi gadis itu berontak, dia mendorong
dada Jayden, memukulinya dan melakukan perlawanan semampunya.
Namun semua itu rasanya percuma saja,
Jayden seperti tidak merasakan apapun.
Tubuhnya kokoh seperti batu karang di laut.
Dia berhasil menarik pakaiannya hingga
sobek sampai dada. Raya menjerit keras
menutupi dadanya yang terbuka. Nafsu
Jayden semakin menggebu, dia mulai
menindih tubuh Raya dan berusaha untuk
menjamahnya. Namun gerakannya terhenti
ketika terdengar bunyi gemuruh tembakan
yang terjadi di luar area villa.
"Shit.! si brengsek itu berhasil masuk rupanya.
Baiklah.. aku sudah menunggu saat ini.!"
Geram Jayden sambil kemudian melepaskan
Raya, lalu melompat dari atas tempat tidur.
"Tetap disini. ! jangan coba-coba melarikan
diri. ! Nyawa keluargamu ada di tanganku.!"
Ancam Jayden sambil kemudian pergi dari
dalam kamar dan menguncinya dari luar.
Sejenak Raya menarik napas lega. Dia bangkit
merapihkan pakaiannya yang kini sudah tidak
karuan. Tubuhnya kembali menegang saat
mendengar suara tembakan yang semakin
lama semakin terdengar mencekam. Apa
yang terjadi di luar.? Dia mendekat kearah
pintu, menempelkan telinganya di lobang
kunci. Apakah ada orang yang datang untuk
menyelamatkan Mayra? Mungkin kah itu
suaminya yang datang.?
***
Bagi kalian yang belum tahu siapa Aaron
silahkan baca dulu kisah nya di novel
sebelumnya..' Takdir Cinta Almayra'.
Happy Reading...
❤️❤️❤️
Raya mencoba untuk menggedor pintu kamar
dan berteriak minta tolong. Dia harus keluar
dari tempat ini. Dia yakin ada pasukan yang
datang untuk menyelamatkan istri raja bisnis
itu. Raya kembali berteriak minta tolong dan
tiada henti menggedor pintu.
Setelah cukup lama daun pintu bergetar hebat,
ada suara tendangan dari luar, dengan tubuh
gemetar Raya segera menepi ke sisi pintu, dan
tidak lama pintu terbuka, hancur berantakan.
Raya tampak waspada, matanya langsung
bersirobos tatap dengan sepasang mata elang seorang pria tinggi tegap yang memegang
senjata besar di tangannya. Bahunya tampak memerah mengeluarkan rembesan darah.
Untuk beberapa saat mereka malah terdiam,
saling menatap kuat, seolah terkesima satu
sama lain. Pria itu tiada lain dan tiada bukan
adalah Aaron. Raya mundur menjauh dengan
tatapan penuh kecurigaan.
Namun tiba-tiba saja tubuh Aaron terhuyung
ke depan saat satu tendangan kuat menerjang punggungnya. Dengan cepat dia membalikan badannya dan melihat Jayden sudah berdiri
di depan pintu dengan seringai iblis nya.
"Akhirnya kamu datang juga..! Aku cukup
lama menunggu saat ini..!!"
Jayden berkata, tanpa basa-basi langsung
menyerang Aaron. Dan terjadilah perkelahian
sengit di dalam ruangan itu membuat Raya
semakin gemetar ketakutan, tubuhnya kini
merapat ke dinding ruangan. Kedua tangan
menyilang di dada berusaha untuk menutupi
tubuh bagian atasnya yang terbuka.
Kedua pimpinan mafia itu bertarung seru dan
sengit dengan kekuatan yang cukup seimbang. Walaupun Aaron dalam keadaan terluka, tapi
itu tidak membuat keberingasannya berkurang,
dia bertarung dengan amarah yang sudah sangat memuncak. Dia harus mengakhiri sepak terjang
ketua Black Hunter ini agar kehidupan sahabat
dan wanita yang di cintainya bisa tenang.
Mereka mundur saat pukulan dan tendangan
masuk ke tubuh masing-masing. Rembesan
darah di bahu Aaron semakin terlihat memerah.
Seringai puas tercipta di bibir Jayden melihat
Aaron memegang bahunya. Pria sangar itu
menepis darah yang keluar di sudut bibirnya.
Keduanya kembali saling menerjang mencoba
untuk melumpuhkan lawan secepatnya.
Sementara Raya semakin ketakutan, dia terdiam
dengan tubuh gemetar, menyembunyikan wajah
dengan berpaling dan memejamkan mata, tidak
sanggup kalau harus melihat pertarungan itu.
Setelah cukup lama bertarung, akhirnya Jayden
mulai terdesak. Aaron berhasil memasukan
tendangan dengan kekuatan penuh ke bagian
dada Jayden membuat pria itu menyemburkan
darah segar, tubuhnya ambruk di hadapan Raya
yang sontak menjerit ketakutan, wajahnya kini
sudah seputih kapas. Matanya menatap lebar
kearah Jayden yang tergeletak dengan semburan darah tiada henti keluar dari mulutnya. Dia
tidak bisa bergerak, tubuh nya seakan terpaku
di tempat.
Dengan sisa kekuatannya Jayden mencoba
berdiri, lalu tanpa di duga dia meraih tubuh
Raya, membelit lehernya menggunakan tangan
kirinya kemudian menodongkan pistol di pelipis bagian kanannya membuat Raya terkesiap.
Wajahnya kini tampak semakin memucat.
Dia mencoba untuk berontak, membuka
belitan tangan Jayden di lehernya.
"Kau bergerak, nyawa gadis tak berdosa ini
akan berakhir di tanganku..!"
Ancam Jayden saat melihat Aaron bergerak
maju, dia memperkuat pitingannya di leher
Raya membuat Aaron berhenti seketika. Mata
gadis itu tampak membeliak kuat karena
napasnya kian tersengal. Aaron berdiri kaku
di tempat dengan ekspresi yang sudah tak
terbaca. Tangannya terkepal kuat, tubuhnya
bergetar hebat, tatapannya lurus kearah Raya
yang menatap nya redup, semakin melemah.
Aaron mengalihkan pandangan kearah Jayden
mencoba untuk membaca gerakan pria itu.
"Jangan bergerak Tuan Marvell.! Atau aku
akan segera meledakkan kepalanya.!"
Perlahan Jayden mundur masih menyandera
Raya sebagai tameng, dia berniat membawa
Raya keluar dari ruangan itu, namun dalam
satu gerakan kilat Aaron meraih senjata dari
balik punggungnya dan melepaskan tembakan,
tepat mengenai jantung Jayden yang langsung
mengejang, tangannya terlepas dari leher Raya
kemudian tubuhnya ambruk ke lantai.
Raya memekik kuat, matanya membulat melihat
Jayden yang sudah tak bergerak. Dia menutup
wajahnya, syock melihat kejadian mengerikan
di depan matanya itu, tubuhnya lemas seketika.
Dia mencoba mengatur napasnya yang masih
tersengal, kepalanya kini terasa pening. Namun
belum sempat dia menguasai dirinya Aaron
sudah menyambar tangannya di bawa berlari
keluar dari ruangan itu.
Mereka berlari menyusuri lorong panjang lalu
turun ke lantai kedua. Sayup-sayup terdengar
tembakan dari arah lantai dasar dan area luar
villa. Tubuh Raya semakin lemah, tenaganya
kini terkuras habis. Rasanya dia tidak kuat lagi,
sementara tangannya masih di genggam kuat
oleh pria asing itu.
Raya menghentikan langkahnya karena kini
tubuh nya semakin lemas. Aaron ikut berhenti,
menoleh kearah Raya yang sedang berjongkok
mencoba mengatur napas. Aaron mencoba
menghubungi anak buahnya. Wajah gadis itu
tampak pucat pasi . Dia menarik tangan Raya
di bawa ke salah satu lorong.
"Tuan..aku lelah, aku sudah tidak kuat lagi."
Raya mengeluarkan suara untuk pertama
kalinya. Dia menyandarkan tubuhnya ke
dinding ruangan sambil memejamkan mata.
Aaron menatap sekilas wajah Raya, keadaan
gadis itu sangat lah kacau, pakaiannya sudah
tidak karu-karuan. Tanpa kata Aaron membuka
mantel yang di pakainya, lalu menutupkannya
ke tubuh Raya yang dari tadi memang sudah
terbuka di beberapa bagian. Mata keduanya
kembali bertemu, saling menatap kuat dalam
diam. Namun tidak lama Raya tampak terkejut
saat melihat rembesan darah yang keluar dari
bahu Aaron semakin banyak.
"Tu-Tuan..luka anda mengeluarkan banyak
darah.. Anda harus segera mendapatkan
pertolongan."
Raya bergerak maju ingin meraih luka Aaron.
Tapi pria itu reflek mundur dengan tatapan
tajam yang langsung menciutkan nyali Raya.
Dia hanya bisa menatap dalam diam saat
melihat Aaron menyobek lengan kemeja yang
di pakainya kemudian membalut luka tembak
di bahunya itu agar tidak terus mengeluarkan
darah. Raya menghembuskan nafas berat.
"Terimakasih.."
Ucapnya sambil merapatkan mantel tadi agar
lebih melindungi tubuh nya. Aaron berpaling
pada kedatangan 4 orang anak buahnya ke
tempat itu.
"Amankan dia..!"
Titah nya sambil kemudian melempar senjata
besar di tangannya pada anak buahnya, lalu
mengambil senjata kecil dari balik pinggangnya bersiap untuk melangkah.
"Tuan.. anda mau kemana.?"
Raya menatap Aaron, kemudian melirik pada
anak buahnya yang terdiam tanpa kata dengan
sorot mata penuh ketakutan.
"Bawa dia keluar dari tempat ini.!"
"Baik Tuan."
Aaron mengokang senjata di tangannya
kemudian melangkah pergi tanpa menoleh
lagi kearah Raya yang hanya bisa terdiam
menatap punggung pria itu.
"Nona.. mari ikut kami.!"
Raya menatap ragu, namun dia mencoba
memberanikan diri mengikuti langkah anak
buah Aaron keluar dari dalam Villa lewat jalan belakang. Dia membulatkan matanya melihat
pemandangan mengerikan di depan matanya
dimana banyak sosok yang tergeletak dalam
keadaan yang sangat mengerikan. Anak buah
Aaron membawa Raya menaiki helikopter
yang sudah terparkir di dekat pantai.
Tidak lama kemudian keadaan bertambah
genting. Walaupun dari jarak yang cukup jauh
Raya masih bisa melihat bagaimana reaksi
panik dari pria yang tadi menolongnya dimana
saat ini laki-laki itu sedang membopong tubuh
Mayra dalam pangkuannya. Raya hanya bisa
menatap takut dan cemas menyaksikan dua
tubuh suami istri yang terlihat dalam keadaaan
sangat kritis itu. 4 helikopter kini mulai terbang meninggalkan area pulau tersembunyi yang
sudah menjadi saksi bisu pembantaian yang dilakukan oleh Aaron dan para anggota
' Underground Devil' nya.
Raya terbang dalam helikopter yang berbeda,
terpisah dengan Aaron.
Turun dari pesawat gadis itu langsung di bawa
masuk ke dalam sebuah mobil hitam dengan
penjagaan yang sangat ketat dari beberapa
orang anak buah Aaron. Mobil mereka kini
meluncur menyusuri jalanan kota yang sudah
mulai lengang. Raya tidak tahu akan di bawa
kemana dirinya oleh orang-orang itu. Entah
dimana pria penolong nya itu berada.
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit
akhirnya mobil yang membawa Raya tiba di
parkiran basement sebuah rumah sakit yang
di ketahui Raya sebagai rumah sakit keluarga
Moolay. Mereka menunggu di tempat itu.
Raya tidak mengerti siapa orang-orang ini
dan kenapa dirinya tidak di biarkan pergi saja.
Bahkan bergerak sedikit saja orang-orang itu
tampak langsung bereaksi waspada.
"Tuan-Tuan.. saya mohon, biarkan saya pergi
dari tempat ini."
Raya mencoba untuk memohon pada mereka.
Namun mereka bergeming, terdiam membisu
bagai sebuah patung. Dia mencoba membuka
handel pintu mobil, tapi tetap terkunci. Huuh..
ini benar-benar melelahkan.! Sebenarnya apa
yang mereka inginkan darinya.?
Entah sudah berapa lama mereka menunggu
membuat tubuh Raya yang sudah sangat
kelelahan akhirnya di dera rasa kantuk. Dan
akhirnya dia jatuh tertidur tidak peduli lagi
dengan kondisinya saat ini yang di kelilingi
oleh orang-orang menyeramkan.
Menjelang tengah malam akhirnya Aaron
muncul di basement. Anak buahnya tampak
membungkuk hormat menyambutnya.
"Kita ke hotel sekarang.!"
Titahnya sambil kemudian masuk ke dalam
mobil. Matanya langsung menyapu sosok
wanita yang ada di sampingnya yang kini
sedang tertidur lelap. Aaron merebahkan
tubuhnya ke sandaran jok saat mobil mulai
melaju keluar dari parkiran khusus itu. Dia
meraba bahu kiri nya yang masih menyisakan
rembesan darah. Dahinya sedikit berkerut
saat rasa sakit kini mulai di rasakannya.
Aaron tersentak saat tiba-tiba kepala Raya
jatuh di bahu kanannya.Tubuh nya sedikit
tegang, dia melirik, menatap dan mengamati
wajah lelah gadis yang sudah di bawanya itu.
Siapa sebenarnya gadis ini.? Kenapa dia bisa
berada di sarang nya Black Hunter ? Aaron
membiarkan saja kepala gadis itu bersandar
di bahunya tanpa berniat untuk menyingkirkan
ataupun membenarkan posisinya.
Pria itu membawa Raya ke sebuah hotel yang
sudah biasa di tempati nya. Dia menghuni
Penthouse dari hotel ini yang terletak di lantai
paling atas. Untuk sesaat Aaron tampak
bingung, menatap Raya yang masih terlelap
dalam tidurnya. Tidak ada pilihan lain, dia
mengangkat tubuh gadis itu ke dalam
pangkuan nya kemudian masuk ke dalam
privat lift yang akan membawanya langsung
ke kamarnya.
"Kalian tunggu aku di sini.!"
Titah nya pada anak buahnya saat pintu lift
mulai tertutup. Anak buahnya membungkuk
sebagai tanda kepatuhan tanpa kata.
Dalam diamnya Aaron mengamati gadis
yang kini ada dalam pangkuannya itu. Dia
menautkan alisnya saat gadis itu bergerak menyusupkan wajahnya di antara belahan
dada bidang laki-laki itu mencoba mencari
kenyamanan. Tubuh Aaron kembali tegang.
Shit.! apa-apaan wanita ini.? apa dia tidak
sadar dengan apa yang di lakukannya?
Aaron mencoba untuk tenang. Dia segera
keluar begitu pintu lift terbuka di lantai
paling atas.
Raya tersentak bangun begitu Aaron tiba di
dalam kamarnya. Dia terkejut saat menyadari
kini dirinya ada dalam pangkuan pria asing
yang sudah membawanya pergi itu. Dengan
gerakan spontan Raya menekan dada Aaron
dan melompat turun dari pangkuan nya.
Namun karena gerakan nya yang frontal
kakinya tidak menapak dengan benar hingga
mengakibatkan tubuhnya terpelanting dan
hampir terjatuh kalau saja Aaron tidak sigap
menangkap pinggangnya.
***
Happy Reading...
❤️❤️❤️
Kini keduanya berada pada posisi yang cukup
intim, saling menatap kuat dengan debaran
jantung yang tidak menentu. Aaron membawa
tubuh Raya untuk berdiri. Wajah gadis itu kini memerah. Dia mundur, menatap ke sekeliling
ruangan asing itu.
"Tuan..ada dimana saya.?"
Suara Raya terdengar gemetar, ketakutan kini
kembali menguasai dirinya. Ada dimana dirinya
sekarang.? apa yang akan terjadi dengannya.?
Tubuh nya semakin mundur hingga akhirnya
kakinya terantuk pinggiran ranjang membuat
dia jatuh terlentang di atas tempat tidur. Wajah
Aaron sedikit bereaksi melihat gadis itu tampak
ketakutan sendiri.
Raya segera bangkit, wajahnya saat ini sudah
tidak tahu mengeluarkan ekspresi seperti apa.
Antara takut, tegang dan juga salah tingkah.
Dia mendudukkan dirinya di pinggir tempat
tidur dengan wajah tertunduk sambil meremas
ujung mantel yang membungkus tubuhnya
mencapai lutut. Perlahan Aaron maju mendekat membuat Raya kembali menegang, menatap
waspada pada pergerakan laki-laki itu. Rasa
takut kini semakin menguasai dirinya karena
dia tidak bisa menebak isi pikiran pria yang
ada di hadapannya itu. Wajah pria itu terlihat
datar, dingin dan tidak mengeluarkan ekspresi
atau reaksi apapun. Sangat sulit di fahami.
Aaron menatap Raya, mengamati kondisi gadis
itu, apakah dia perlu mendapat perawatan
medis atau tidak. Padahal keadaan nya sendiri
saat ini tidak lah baik, bahunya yang terluka
semakin mengeluarkan darah.
"Tu-Tuan..apa yang ingin anda lakukan.?"
Raya menatap Aaron sambil mundur saat
melihat pria itu kembali melangkah maju.
Aaron mendengus, memalingkan wajahnya,
kemudian melangkah kearah meja rias.
Pria itu duduk di kursi meja rias. Raya masih
mencoba mengamati gerakkan nya. Dengan
sedikit kesulitan Aaron membuka kemeja yang
di pakainya membuat Raya terkejut seketika.
Dia menggeser posisi duduknya dengan mata
tetap waspada pada pergerakan Aaron. Namun
matanya kini melebar saat melihat luka di bahu
pria itu yang terus mengeluarkan darah. Rasa
empati bercampur cemas kini mulai memenuhi
dada nya membuat dia bangkit dari duduknya.
Namun sedetik kemudian dia terkesiap saat
melihat Aaron mengeluarkan pisau lipat dari
balik sepatunya.
"Tuan..apa yang akan kau lakukan?"
Raya bergerak maju mendekat saat melihat
Aaron bersiap untuk mengeluarkan peluru
yang bersarang di bahunya. Aaron bergeming,
dia mulai menggerakan pisaunya menusuk
ke dalam luka di bahunya.
"Apa anda butuh bantuan.? Biarkan aku yang
mengeluarkan benda itu."
Raya mencoba menawarkan bantuan sambil
bergidik ngeri, tangannya sampai bergetar
kuat saat melihat Aaron memejamkan mata
menahan rasa sakit. Tapi pria itu tetap diam
dengan ekspresi tidak pedulinya. Raya pasrah,
ini manusia sebenarnya terbuat dari apa.?
"Aarrghh...!"
Aaron menggeram kuat saat dia berhasil mengeluarkan peluru dari bahunya itu. Dia
mengatur napas nya, darah kini semakin
deras keluar membuat Raya sedikit panik.
Dia segera menyobek bagian bawah dress
nya kemudian maju mendekat, tidak peduli
lagi pada reaksi pria aneh ini.
"Biarkan aku membantu mu."
Lirih Raya sambil maju ke hadapan Aaron
yang sedang menunduk mengatur napas.
Pria itu terdiam, menatap sobekan kain di
tangan Raya. Dia melihat saat ini kondisi
pakaian gadis itu sudah tidak berbentuk
lagi. Bagian dada dan pahanya robek, dan
hal itu membuat sebagian tubuhnya terbuka.
Ada desiran aneh yang kini mulai menjalar
ke seluruh aliran darah Aaron. Dia membeku
di tempat saat tangan halus gadis itu mulai
membalut luka di bahunya. Gerakan gadis
itu lembut namun cukup kuat.
"Ini hanya untuk sementara saja. Kau harus
segera pergi ke Dokter agar tidak terjadi
infeksi."
Raya berkata dengan wajah lurus ke luka di
bahu Aaron. Sedang pria itu masih terdiam
seolah tersihir dengan apa yang di lakukan
oleh gadis itu. Dia mendongak, menatap wajah
Raya yang kini berada tepat di hadapannya.
Mata mereka kembali bersitatap sebentar.
Raya segera menjauhkan diri begitu selesai
membalut luka Aaron. Pria itu berdiri, meraih
kemeja yang sudah tidak berbentuk itu, lalu
memakainya kembali. Raya berdiri mematung
melihat apa yang di lakukan oleh pria itu. Mata
mereka kembali bertemu untuk beberapa saat
hingga akhirnya tanpa sepatah katapun Aaron membalikan badannya kemudian melangkah
kearah pintu.
"Tuan.. tolong biarkan aku pergi dari sini."
Raya akhirnya mengucapkan permohonannya
membuat Aaron menghentikan langkahnya.
Suara wanita itu terdengar sangat rapuh, penuh dengan permohonan. Dia terdiam beberapa
saat sampai akhirnya kembali melangkah
keluar dari ruangan itu meninggalkan Raya
yang mematung ditempat. Dasar pria aneh !!
Sebenarnya apa yang di inginkan oleh pria
itu.? kenapa dia tidak melepaskan dirinya.?
Raya menjatuhkan dirinya di atas tempat
tidur sambil menutup wajahnya. Berbagai
prasangka dan kecurigaan kini semakin
menguasai dirinya.
Ya Tuhan..apa yang harus dilakukannya
sekarang? Dia bagaikan mangsa yang keluar
dari satu sarang tapi kembali terperangkap
di sarang yang lain. Tapi dia tidak boleh putus
asa, apapun harus di cobanya sekarang.
Tidak lama setelah kepergian Aaron ada
petugas hotel yang datang bersama dengan
4 orang anak buah Aaron yang langsung
berjaga di depan pintu.
"Nona.. Tuan memerintahkan kami untuk
membawakan semua ini untuk anda."
Ujar pelayan hotel seraya meletakkan nampan
berisi makanan lengkap serta sebuah paper
bag di atas meja yang ada di ruang depan.
Raya hanya bisa menatap diam pelayan itu,
tapi matanya mencoba mencari celah apakah
dirinya punya kesempatan untuk lari. Namun
nampaknya percuma saja, 4 orang manusia
aneh terlihat bersiaga penuh di luar pintu.
"Terimakasih, kau boleh keluar sekarang."
"Baik Nona, saya permisi."
Pelayan hotel itu menundukkan kepala
kemudian berlalu keluar dari dalam kamar.
Raya menghembuskan nafas berat. Akhirnya
dia meraih paper bag lalu melangkah kearah
kamar mandi. Saat ini yang harus dia lakukan
adalah membersihkan dirinya kemudian
merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur
mencoba untuk mengistirahatkan raganya.
Keesokan harinya Raya terbangun saat sinar
matahari sudah begitu terang benderang.
Mungkin karena kelelahan dia tertidur dengan
sangat pulas. Raya merutuki diri sendiri, ini
benar-benar gila.! bisa-bisanya dia tertidur
nyenyak dalam keadaan terkurung seperti ini.
Bagaimana kalau orang-orang aneh itu masuk
ke kamarnya dan melakukan sesuatu pada
dirinya saat tertidur.?
Dia tertegun saat melihat kearah meja sofa,
di sana sudah tersedia hidangan sarapan pagi
yang sangat lengkap. Dan ada paper bag baru
yang tergeletak di atas sofa. Kapan pelayan
hotel masuk ke dalam kamar, kenapa mereka
selalu masuk tanpa izin.? Ketakutan kembali
merayapi jiwa Raya, dia benar-benar berada
pada kondisi tidak aman sekarang.
Dia melangkah kearah pintu, mencoba untuk
membuka handel pintu yang sangat kokoh itu.
Tapi rasanya semua itu percuma saja. Pintu
itu bahkan tidak bergetar sedikitpun. Akhirnya
karena lelah dia menyerah. Masuk ke dalam
kamar mandi, setelah itu dia kembali, mulai
menikmati sarapan pagi yang tersedia. Dia
harus tetap kuat dan sehat agar bisa berpikir
jernih untuk menyusun rencana pelarian nya
dari tempat ini.
***
Waktu terus berputar tanpa terasa...
Malam ini Aaron janjian dengan Rayen di
sebuah club malam yang biasa di datanginya
untuk mendapatkan perawatan atas luka di
bahunya. Saat ini mereka berdua sudah ada
di dalam ruangan. Rayen langsung melakukan
perawatan pada luka tembak di bahu Aaron.
Setumpuk botol minuman terlihat memenuhi
meja lebar yang ada di hadapan mereka.
"Kenapa anda selalu membiarkan terluka
seperti ini hanya untuk seorang wanita
yang sudah jelas milik orang lain Tuan.?"
Rayen selesai membersihkan luka di bahu
Aaron, kemudian memberinya obat khusus
agar luka itu cepat mengering. Untung saja
yang terkena tembakan adalah seorang pria
bernama Aaron, kalau manusia biasa pasti
sudah mengalami infeksi dan komplikasi
karena penanganan yang terlambat.
"Setidaknya inilah caraku mengekspresikan
semua perasaanku padanya.!"
Desis Aaron sambil kembali menuang
minuman ke dalam gelas lalu meneguknya.
"Kau harus menghentikan semuanya mulai
sekarang.! Karena itu tidak akan memberikan
keuntungan apapun yang untukmu Tuan."
Rayen mulai membebat luka itu memakai
kain putih. Aaron terdiam, kembali menuang
minuman, meneguk, lagi dan lagi.
Setelah selesai dengan tugasnya Rayen kini
menemani pria itu menikmati minuman yang
bisa membuat seseorang melupakan segala
masalah atau pun kemelut hidup yang sedang
di alami untuk sesaat. Laki-laki yang memilki
rupa terlampau tampan namun minim ekspresi
itu tiada henti meneguk minuman di dalam
gelas kecilnya seakan ingin melampiaskan
segala keresahan dan kesakitan yang sedang
di rasakannya kini.
"Tuan yang Mulya.. sudahlah, hentikan.! Kau
sudah minum terlalu banyak.! lama-lama
dirimu bisa kehilangan kendali.!"
Rayen merebut botol minuman dari tangan
Aaron yang terlihat akan di teguknya secara
langsung. Aaron mendengus, dia melempar
gelasnya ke sembarang arah menimbulkan
bunyi prang yang sangat keras hingga gelas
itu hancur berkeping-keping. Matanya tampak
sudah memerah dan dia kelihatan mulai
kehilangan kontrol.
"Cinta..membuat hidupku kacau..!! Itulah
sebabnya aku tidak ingin mengenalnya.
Tapi wanita ini telah memaksaku untuk merasakannya..! Dia sudah membuat
jiwaku menderita..!!"
Aaron mendesis seraya memijat pelipisnya.
Dia menyandarkan kepalanya di ujung sofa.
"Dia baik-baik saja. Seharusnya sekarang kau
bisa tenang, bahaya itu sudah tidak ada lagi.!"
"Ya..kau benar.! Aku bisa pergi dengan tenang.
Aku tidak akan pernah lagi mengingatnya..!!"
"Kau sudah banyak membuang waktumu hanya
untuk mengejar sesuatu yang sudah menjadi hak
orang lain..! Kau harus move on Tuan Marvell..!"
"Aku tidak ingin melakukannya, tapi dia selalu
saja memaksaku untuk berada di jalannya..!"
Aaron berdiri dengan tubuh sedikit sempoyongan.
Rayen tampak sedikit khawatir. Dia melangkah
dengan perlahan.
"Hei..kau mau kemana.?"
"Aku ingin mendinginkan kepalaku.!"
"Apa aku perlu mengantarmu.?"
Aaron mengibaskan tangannya sambil
kemudian melangkah pergi meninggalkan
Rayen yang hanya menatapnya dengan
senyum tipis. Ya cinta kadang membuat hidup seseorang ada di ambang ketidakpastian.
Sementara itu di dalam kamar hotel..
Raya tiada henti mencoba untuk membuka
pintu kamar hotel yang terkunci dari luar.
Sudah sehari semalam dia di sekap dalam
kamar hotel berukuran besar ini oleh pria yang
sudah menyelamatkan nya dari tangan Jayden.
Namun pria itu belum pernah kembali ke kamar
ini sejak menempatkan dirinya di sini. Hanya
para petugas hotel dan beberapa pria berpakaian
serba hitam lah yang selalu datang mengantar makanan dan pakaian ke kamarnya.
Dia lelah, benar-benar lelah dengan usahanya
yang tidak membuahkan hasil sama sekali.
Kini dia menyerah dan tidak peduli lagi, dia
akan menunggu kemunculan pria itu ke kamar
ini dan akan mencoba memohon padanya
untuk membiarkan dirinya pergi ..
***
Happy Reading....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!