NovelToon NovelToon

DESA GONDO MAYIT

Bab01. Pindah Rumah

Namaku Hayun, Aku memiliki adik perempuan namanya Hanum, Tiga belas tahun umurnya sedangkan usia ku delapan belas tahun.

Tumbuh dan lahir di kota dengan Materi berlimpah Membuat ku dan Hanum tumbuh sedikit manja karena terlalu sering di manjakan. Keluarga kami adalah keluarga yang bahagia . Sampai dimana saat hari aku lulus SMA dan berniatan daftar kuliah kembali bersenang-senang dengan teman-teman ku, Ayah malah mengumumkan hal buruk kepada keluarga kami.

"Bun, Perusahaan Sudah di ambil alih oleh mas Pras. aku sudah tidak punya apapun bahkan kini dia menjebak ku agar aku tidak mendapatkan jatah warisan dari orang tua ku!! ", Ucap ayah ku

Bunda memberikan ayah segelas air putih karena ayah baru pulang , Kami berkumpul di ruang tengah untuk mendengarkan ayah. ayah meminum seteguk saja lalu meletakkan gelas kaca itu di meja. ayah menatap kami dengan sendu.

" Om pras kok jahat sih yah...! ", ucapku

" Maafkan ayah ya, Besok kita pindah dari sini! ", Ucap ayah dengan penuh penyesalan

" Kenapa kita harus pindah juga? ", tanya Hanum adik ku.

"Agar kita punya uang, harta kita tinggal mobil dan rumah ini!", jelas ayah pada kami

Rasanya seperti disambar petir di siang bolong, harus mendengarkan kabar buruk ini. aku benar-benar pusing memikirkan nasib kami kedepannya bagaimana? Apalagi aku dan Hanum sudah terbiasa hidup mewah dan manja, Bahkan aku tidak akan bisa lagi berkumpul dan main dengan teman-teman ku. Semua angan-angan ku melanjutkan kuliah dan bersenang-senang dengan teman itu terhapus sudah dari fikiran ku.

Sambil menunggu pembeli rumah kami, ayah juga mencari-cari informasi pekerjaan dari teman-teman nya. Akhirnya salah satu teman ayah memberikan informasi ada pekerjaan tambang di luar Jawa tepatnya di Provinsi Kalimantan. Ayah mengiyakan ajakan temannya karena gajinya lumayan.

Setelah rumah terjual bunda memutuskan agar kita tinggal di perdesaan, tempat dimana Eyang Atau neneknya bunda tinggal. Sejak aku lahir aku tidak pernah pergi ke rumah eyang karena tempatnya begitu plosok dan jauh dari perkotaan. Aku sempat bertanya kepada bunda kenapa tidak tinggal dirumah nenek saja? tapi bunda tidak mau karena dirumah nenek ada saudara saudara bunda.

Kata bunda jika sudah berkeluarga itu tidak enak rasanya tinggal satu rumah dengan saudara. apalagi dirumah nenek ada Om Yuda dengan istri anaknya dan Om Setya dengan istri anaknya juga, Belom lagi kakek dan nenek. Bayangkan saja Satu rumah dihuni tiga keluarga? Makanya bunda memilih ke rumah eyang, itung itung juga membantu eyang disana. Usia eyang juga sudah seratus tahun jadi mungkin mau apa-apa itu susah.

Keesokan harinya kami berangkat menuju Desa tempat eyang tinggal. Dalam perjalanan kami merasa aneh dan sedih, perasaan campur aduk tidak bisa di jelaskan. Sebelum pergi tadi teman-teman ku datang dan memberikan sesuatu sebagai kenang-kenangan.

Adikku Hanum, dia juga terlihat amat sedih karena harus berpisah dengan teman-teman sekolahnya. Hanum juga akan lanjut sekolah di desa, entah sekolah nya macam apa pun kita tidak tahu karena ini benar-benar pedesaan . atau mungkin tidak ada sekolahan? .

Saat ini kami sedang melintas di jalanan yang sepi , kanan kiri hutan lebat dan gelap. pepohonan rimbun membuat teduh jalan yang kami lewati . Sebenernya jam masih menunjukkan pukul Dua belas siang tapi terlihat gelap karena memang hutannya begitu lebat.

"Perasaan dari tadi hutan doang! ", Gumam Hanum

"Udah num tidur aja! ", Ucapku dengan membuka bungkus jajan ciki

Hanum memeluk boneka Sapi kesayangan nya, Lalu Hanum memejamkan matanya mencoba untuk tidur. Sedangkan aku mengamati jalan yang kami lewati dengan menikmati jajan ciki.

Sepuluh menit kemudian kami sudah memasuki desa yang kami tuju, Nampak tugu batas desa yang bertuliskan Desa Gondo Mayit. aku menyengir saat melihat tulisan itu, Desa apaan namanya serem begitu. Hanum terbangun karena jalan mulai tidak enak, Kami melewati Jalanan rusak jadi mobil kami sedikit bergoyang-goyang .

"Kirain tadi gempa! ", ucap Hanum

"Jalannya rusak num! ", jelas ku dengan menahan tawa karena wajah bangun tidur nya lucu sekali, apalagi saat dia terkejut dan bangun karena jalannya tidak enak.

"Ini ibu hamil lewat sini langsung melahirkan gak sih! ", Gumam Hanum, Ayah dan bunda tertawa mendengar kata kata Hanum barusan.

Aku merasa sedikit senang melihat bunda dan ayah masih bisa tertawa di keadaan seperti ini. Kali ini aku akan belajar hidup sederhana dan tidak manja atau lebih tepatnya tidak menyusahkan kedua orang tua ku. Aku berencana mencari pekerjaan di desa ini.

Sesampainya di rumah eyang, Mobil kami parkir di halaman depan rumah eyang. Rumah eyang seperti joglo kuno tua namun terlihat antik. halaman depan rumah eyang juga luas dan ada pohon mangga juga di halaman rumah nya. Kebetulan Eyang sedang duduk di Kursi goyang ruang tamu jadi saat kami masuk, kami langsung bertemu eyang.

"Assalamu'alaikum!! ", Ucap kami

"Nyuwun sewu!! ", Ucap bunda

"Waalaikumsalam inggeh, Pinarak Rumiyin!! ", ucap eyang.

Kami pun masuk dan duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamu. Diluar perkiraan ku ternyata Eyang masih bisa berjalan walau membungkuk, giginya tinggal dua dibagian bawah saja, rambutnya putih rata dan panjang. walau sudah tua sepertinya eyang masih bisa menjaga dan merawat dirinya. Aku pikir penampilan eyang kumal karena hidup sebatang kara tak terurus.

Aku mengamati sekitar Rumah eyang terlihat bersih juga. Rumah eyang tidak ada lantainya atau bisa di bilang masih tanah, jadi kami tetap memakai sandal saat masuk ke dalam rumah.

Aku lebih heran lagi dengan eyang karena ingatan eyang masih tajam dan tidak pikun. Eyang masih ingat jelas Bunda.

"Piye kabar mu nduk?", Tanya eyang pada bunda

"Baik kok eyang! ", jawab bunda

"Kabar Eyang gimana? ", tanya bunda

"Sehat!! ", jawab Eyang dengan senyum sumringah

"Alhamdulillah! ", Ucap bunda dan ayah bersamaan

"Eyang jujur saja ini kita kesini ada maksud dan minta tolong kepada eyang! ", ayah ku mulai menjelaskan

Bunda dan ayah menjelaskan hal buruk yang menimpa keluarga kami. Eyang memang baik hati dan malah senang jika kita tinggal disini. Kata eyang enak jika rame rame karena selama ini eyang kesepian hidup sendiri.

"Senang rasanya eyang bisa menikmati masa tua bersama cucu dan cicit, sebelum eyang meninggal! ", ucap eyang

"Eyang ini bicara apa toh! ", Ucap bunda

"Lho kenapa emang? semua akan mati pada saatnya dan lagian eyang juga udah tua kan! ", jelas eyang.

Satu jam setelah asik mengobrol , kami menata barang barang kami ke dalam kamar kosong. dirumah eyang ada dua kamar. yaitu kamar eyang dan satunya kamar kosong. Kamar kosong itu dulu milik nenek kata eyang.

Setelah menata rapi baju-baju ku kedalam lemari jati dikamar kami, akupun pergi keluar untuk jalan jalan mencari udara segar. aku dan Hanum jalan kaki melihat-lihat sekitar .

Hanum asik memprotet Rumah eyang karena antik dan unik. sedangkan aku sibuk mencari sinyal dan mengarahkan handphone ku ke kanan ke kiri.

prakkk

Aku menoleh ke Hanum...

"Kenapa num? ", tanya ku dengan melihat handphone Hanum di tanah

Bab02. Warung Budhe Wiwit

Hanum mengambil handphone nya lalu membersihkan tanah yang sedikit mengotori handphone nya. Hanum terlihat berkeringat padahal udaranya dingin di desa ini.

"Num kamu nggak apa-apa kan? ", tanya ku khawatir

" Enggak apa-apa kok! ", jawab Hanum gemetar

Aku merasa Hanum menyembunyikan sesuatu dari ku, lalu aku merebut paksa handphone Hanum untuk mengecek ada apa di handphone nya sampai terjatuh dan membuat Hanum nampak aneh.

" HP Hanum mau di apain? ", tanya Hanum

Tanpa bicara aku melihat isi galeri namun tidak ada foto yang aneh, lalu aku lihat whatsapp nya juga semua chat baru tidak ada yang aneh. Setelah aku lihat, handphone nya ku berikan kembali ke Hanum.

" Yaudah yok lihat lihat ke sana barang kali ada yang jualan makanan unik gitu! ", ajak ku dengan menggandeng tangan Hanum

Kami berjalan seperti anak kembar karena tinggi badan kami sama namun tubuh ku lebih sedikit kurus, Banyak yang mengira kita kembar karena memang wajah kami lumayan mirip.

Kami melihat ada warung di pinggir waduk..

" Beli jajan yuk! ", ajak ku

Hanum hanya mengangguk mengiyakan saja.

"Permisi! ", ucap ku

"Iya monggo tumbas nopo cah ayu? ", jawab ibu-ibu gemuk pemilik warung.

"Mau es susu dua sama mi instan, dimakan disini! ", jawab ku

"susu putih apa coklat nduk? ", tanya pemilik warung

"Satunya coklat satunya putih, terus mi nya mi goreng dua porsi! ", Jawab ku

Aku dan Hanum duduk di bangku kayu dekat waduk, kami menikmati indahnya alam di desa ini karena masih murni tidak ada polusi. aku menghela nafas karena merasa tenang bisa bersantai di pinggir waduk , walau biasanya kita liburan ke pantai untuk bersantai namun seperti nya kedepannya waduk ini bisa jadi tempat bersantai ku.

" Eh num, enak ya makan sama minum di pinggir waduk gini, ndesoo nyell , tenang damai gitu ya! ", Ucap ku

"Heem! ", jawab Hanum singkat sambil sibuk bermain handphone nya .

Tidak lama kita menunggu akhirnya mie dan es susu kita datang.

"Monggo cah ayu, Ini mi sama susunya!", Ucap Pemilik warung.

"Iya, terimakasih ya bu! ", Jawab ku

Pemilik warung itu ikut duduk di sebelah Hanum dan menemani kita makan.

"Tak lihat-lihat kok kaya ndak pernah lihat kalian ya! Orang baru ya? ", tanya pemilik warung

"Iya bu, Kami keluarga nya eyang nastiti! ", jawab ku

"Oalah keluarga nya mbok titi, pasti dari kota yahh! ", ucap pemilik warung

Kami mengangguk saja karena mulut kami masih mengunyah mie jadi tidak bisa menjawab.

"Emm kalian ini anaknya siapa? cucunya mbok titi itu ada tiga! ", Tanya pemilik warung itu lagi

"Kita anaknya Bunda sekar! ", Jawab Hanum

"Loh sekar?jadi sekarang sekar juga di sini? ", tanya nya lagi

Aku menghela nafas lalu menjawab..

"Iya, Dan kami akan tinggal disini . budhe kenal sama bunda?", Ucapku

"Wah iya lah, Bunda kalian itu dulu waktu kecil pernah kesini, lalu berteman sama saya. Kalau nggak salah waktu usianya sepuluh tahun! ", Jelas budhe pemilik warung

"Nanti kalau balik, sampaikan salam ku ke bunda kalian yo, nama budhe Wiwit! ", ucap budhe yang ternyata namanya wiwit.

Kami pun sudah kenyang dan segera kembali ke rumah eyang, Hanum ngedumel saat balik dari warung. Hanum sedikit kesal karena budhe Wiwit tidak membiarkan kita makan dan menikmati pemandangan waduk dengan tenang.

sesampainya dirumah Hanum langsung bicara sambil nyelonong masuk ke kamar.

"Dapat salam dari Wiwit di pinggir waduk, Orang lagi makan malah di wawancara i terus!! ", Kata Hanum dengan wajahnya kesal

Aku duduk di kursi untuk bergabung ikut mengobrol dengan ayah, bunda dan eyang.

"Maaf ya eyang, Hanum nya lagi bete! ", ucap ku

"Kok bisa anak ayah bete kenapa? ", tanya ayah

"Tadi waktu kita jalan jalan, kita mampir ke warung dekat waduk di sana, waktu kita lagi makan budhe pemilik warungnya tanya mulu ke kita jadi Hanum kesal! ", jelas ku

"Ohh iya iya, itu si Wiwit teman mu disini dulu!! ", ucap eyang

"Ehh iya ya, dulu aku sempat tinggal disini dua tahun dan sering main sama Wiwit! ", Ucap bunda

"Bunda pernah tinggal disini? ", tanyaku

"Iya pernah dua tahun disini karena rumah nenek mu direnov, tapi setelah itu bunda sama sekali nggak kesini! ", Jelas bunda

"Iya, sampek kangen eyang sama kamu nduk! ", ucap eyang

"Enggak apa-apq eyang, sekarang kita tinggal sama eyang jadi nanti rumah eyang bakal rame! ", Ucap ku

Eyang, ayah sama bunda tertawa karena perkataan ku. lalu ayah menyautiku.

"Belum lagi kalau Hayun sama Hanum bertengkar karena rebutan Baju, lipstik, Tas, rebutan bunda nya! ", ejek ayah

" Udah gede masa masih bertengkar? ", tanya eyang

Aku hanya tersenyum dengan menyembunyikan wajahku karena malu...

Sore hari menjelang petang , Aku membantu bunda di dapur untuk memasak makan malam. Makan malam hari ini menunya tumis kangkung dan telur ceplok. Kangkung dari kebun belakang rumah eyang . Aku benar benar tidak menduga Di usia eyang saat ini, apalagi selama ini hidup sendiri, namun masih sempat sempat nya membuat kebun dan merawat tumbuhan.

"Eyang memang hebat! ", Gumam ku sambil menggoreng telur.

" Kayanya kita lebih damai tinggal di desa deh Yun! ", kata bunda dengan memcuci kangkung nya.

"Iya deh bun nyaman. eh iya bun gimana kalau hayun cari kerja di sekitar sini? lumayan lah bun dari pada hayun nganggur, mending kerja kan! ", ucap hayun

"Em kamu gak capek yun? ", tanya bunda

"halah sekolah sama kerja sama sama capek loh bun, tenang aja hayun udah gak manja lagi! ", ucap ku meyakinkan bunda

"Iya udah, semoga cepet dapat kerjaan nya ya! ", Ucap bunda menyemangati ku

Saat malam tiba, waktunya maghrib namun aku tidak mendengarkan suara adzan maghrib .

"Ini udah gelap kok belum adzan ya! ", Gumam ku

"Ini wes maghrib nduk, Tapi gak bisa adzan karena masjid nya di perbaiki! ", sahut eyang.

Eyang pun masuk kedalam kamarnya dan menutup kamarnya. kamar di rumah eyang tidak ada pintu tapi pakai tirai.

Aku dan Hanum Duduk di kursi untuk menonton Tv, TV dirumah eyang masih TV jadul jaman dulu. Ya walau gambar di Tv nya tidak jelas tidak apa apa karena kita bosan, HP kita baterainya habis jadi di cas.

Saat magrib sampai selesai adzan isya eyang tidak kunjung keluar dari kamarnya. mungkin sedang istirahat. bunda memanggil ku untuk mengantarkan wedang jahe atau minuman air jahe hangat ke kamar eyang.

Saat ku buka tirai kamar eyang, betapa terkejutnya aku, sampai aku berteriak dan menjatuhkan gelas berisikan air jahe hangat buatan bunda.

Bab03. Curug di balik hutan gelap

Klotakk

Bunda langsung menghampiri ku saat mendengar teriakan ku, Begitu juga Hanum dan ayah. "Kenapa toh Yun?", Tanya bunda

Aku menujuk Eyang yang sedang sholat diatas Ranjang kasur. siapa yang tidak terkejut melihat sekilas kain putih berdiri di atas ranjang kasur. Aku kira tadi sekilas eyang seperti pocong , karena mukena yang eyang pakai warna putih dan model langsungan atau jika kalian tahu mukena yang ada tangan nya itu.

"Eyang lagi sholat kok kamu teriak-teriak itu kenapa, gak sopan hayun! ", Ucap Ayah.

" Enggak tadi aku kira -!! ", jawab ku terpotong karena ayah menyahuti perkataan ku

" Udah-udah kamu ini butuh istirahat, kamu kayaknya banyak pikiran karena sedih gak bisa main sama teman-teman mu lagi! ", Ucap ayah.

" Iya kak, Yuk ke depan menikmati udara malam, di depan juga banyak warga ngerumpi! ", Ucap Hanum menggandeng tangan ku.

" Iya sana sama Hanum, ini biar bunda yang beresin! ", Kata bunda.

Ayah, aku dan hanum Duduk di kursi teras rumah. Hanum menatap ku dengan tatapan tak bisa di artikan, Sedangkan ayah dia memberikan nasihat sebelum besok pergi merantau.

"Kalian jangan menyusahkan bunda ya, Dan Mulai adaptasi dengan lingkungan baru. Disini lebih aman dan damai, ada baiknya juga kita pindah ke desa karena di desa pergaulan nya tidak rusak. beda sama kota! ", ucap ayah panjang lebar menasehati kita berdua.

"Iya ayah, Ayah disana nanti sering-sering kabarin kita ya. telfon dan kirim Pesan WA, terus kalau ayah pulang jangan lupa oleh oleh nya!! ", Ucap Hanum

"Yeee Hanum ingetnya oleh oleh mulu, Bawa in Bego aja yah! ", ucap ku mengejek Hanum

Ayah tertawa karena perkataan ku dan raut wajah Hanum yang lagi bete. keesokan harinya Kami Sedang membantu ayah mengemas barang-barangnya karena ayah mau berangkat ke kalimantan. Kami memeluk ayah dan menangis, Bunda sebenarnya juga sedih, namun bunda memilih untuk menutupi kesedihan nya agar aku dan Hanum tidak bertambah sedih. Kami melihat mobil ayah semakin menjauh dari pandangan kami sampai benar-benar tidak terlihat oleh kedua mata kami. Kami berdoa agar perjalanan ayah menuju kalimantan lancar.

Setelah ayah pergi, bunda meminjam sepeda motor milik tetangga depan rumah eyang. Hanya beberapa orang saja yang memiliki sepeda motor di desa ini, bahkan mereka memakai sepeda motor bebek karena lebih muda untuk dibuat melewati jalan tanjakan bahkan jalan rusak.

Akses jalan di desa ini memang sulit, karena desa ini terletak di kaki gunung. ada juga bagian jalan yang masih tanah, jadi kalau hujan sulit untuk di lewati karena becek parah.

Bunda dan Hanum pergi menuju sekolah baru Hanum untuk mendaftarkan Hanum. sedangkan aku pergi jalan kaki melihat-lihat aktivitas di lingkungan baru ku. Aku juga sedang mencari apakah ada sebuah toko, Karena aku mau melamar pekerjaan .

Aku Melihat Warung Budhe Wiwit sudah buka, jadi aku mampir ke warung budhe Wiwit. kebetulan budhe Wiwit sedang menyapu halaman sekitar warung menggunkan sapu lidi yang sudah pendek karena mungkin sering patah dan rontok.

"Budhe!!! ", sapaku

Budhe Wiwit yang tadinya membungkus sedang menyapu kini ia langsung menegakkan badannya dan tersenyum lebar melihat kedatangan ku. budhe Wiwit mengusap keringat yang membasahi wajahnya dengan baju daster yang ia kenakan.

"Sini duduk!! ", ucap budhe Wiwit mempersilahkan aku untuk duduk.

Aku duduk di Kursi kayu pinggir warung agar bisa melihat waduk. Lalu aku mengamati beberapa orang memakai pakaian hitam pergi menuju jalan di samping waduk.

Ada jalan kecil atau jalan setapak di samping waduk, jalannya menuju sebuah hutan lebat yang dari arah warung budhe hanya nampak pepohonan rimbun hijau sekali ,hingga tidak nampak dalam hutan itu seperti apa karena begitu gelap. sinar matahari sepertinya tidak bisa masuk ke dalam hutan lebat itu.

Tetapi kini mata ku kembali menyoroti Beberapa orang memakai sarung hitam dan kemeja hitam tanpa memakai alas kaki. salah satu dari mereka membawa kresek hitam entah apa isinya.

Budhe menghampiri ku dengan membawakan teh hangat manis, lalu budhe duduk di sampingku.

"Em budhe, Itu Bapak-bapak pada ngapain jalan gak pakai sandal dan bajunya kembar hitam hitaman?", Tanya ku penasaran.

"Oh itu menuju Curug di sana!! ", jawab budhe dengan menujuk arah hutan yang gelap itu.

"Ada curug di balik hutan itu ya budhe? ", tanya ku lagi.

"Iya, arahnya setelah masuk hutan itu nanti belok kiri dan jalan nya lumayan sulit makanya jalan kaki! ", Jelas budhe

"Budhe pernah kesana? ", tanya ku

Seketika budhe langsung mengalihkan topik pembicaraan, padahal niat ku bertanya itu untuk memastikan apakah curug nya bagus, kalau bagus bisa tuh aku kesana untuk refreshing.

"Bunda sama adikmu tadi pergi kemana? tadi budhe lihat mereka lewat sini pakai sepeda motor? ", tanya budhe

"Mau daftarin Hanum ke sekolah, dia masih harus lanjut sekolah disini! ", jawab ku sambil meniupi teh hangat

"Oh, Terus kamu gak lanjut apa gimana? ", tanya budhe

"Lha iya ini budhe, hayun lagi cari info loker disini! ", ucap ku semangat sambil menaruh kembali gelas berisi teh yang mau ku minum.

"Ada loker nggak di sekitar sini, misalnya toko atau apa gitu? ", tanya ku

"Emm ada satu Kedai makanan yang selalu ramai dan dia orang kaya di desa ini! ", jawab budhe

"Dimana? ", Tanya ku

"Jalan saja lurus kesana, nanti ada lahan kosong tempat parkir mobil dan motor, nah disebelah nya itu Kedai Sate milik Pak Jarot! ", Jelas budhe

"Disitu biasanya ramai pembeli kalau hari Kamis dan jumat apalagi kalau tepat Malam jumat kliwon pasti ruame sekali! ", ucap budhe

" Budhe pernah coba sate nya?", Tanya ku

"Iya memang enak banget satenya, Cobain deh kalau gak percaya! ", Ucap budhe Meyakinkan ku

"Ih gak ah, hayun gak suka daging-dagingan, apalagi kambing sama sapi! ", ucapku dengan bergidik

"Lah wong aneh bocah iki, daging enak banget kok gak mau toh! ", ucap budhe kaget karena aku bilang gak suka daging.

"Aku sukanya sayur sama Ikan-ikan seafood budhe! ", ucap ku

" Yo wis budhe aku tak lihat-lihat kedai satenya dulu! ", ucap ku dengan menaik turunkan alisku karena aku memakai bahasa Jawa.

"Nanti sini lagi loh yo! ", Ucap budhe

"iya hayun nanti kesini lagi, toh tehnya hayun belum habis! ", Ucapku

"Habis pakai bahasa Jawa kok balik Indonesia lagi. pakai bahasa Jawa lagi Yun! ", ucap budhe mengejek ku

"Inggeh budhe! ", jawab ku sambil berjalan menuju kedai sate .

Sesampainya di depan kedai sate pak Jarot, aku melihat Ada enam mobil parkir di halaman kosong samping kedai sate nya.

Asap yang bercampur aroma khas sate membuat ku bergeleng-geleng kepala karena baunya begitu menyengat, karena memang aku tidak suka bau sate.

"Ini pasti bau sate kambing, sudah ketebak aromanya! ", Gumam ku dengan menutup hidung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!